Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
tanpa adanya kelainan patologi ataupun penyakit medis umum, atau kehamilan dan
merupakan masalah kesehatan utama pasien di bidang ginekologis. Selain itu, PUA
reproduksi wanita. Dilaporkan gangguan ini terjadi pada 5-10% wanita. Perdarahan
uterus abnormal dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang bervariasi. Keluhan ini
orang dari total 490 pasien (17,5%) selama bulan januari sampai maret 2013. Dari
postmenopause. Di RSUD dr. soetomo pada tahun 2007 sampai 2008 didapatkan
angka PUA sebanyak 12,48% dan 8,8% dari seluruh kunjungan di poli kandungan.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
dengan adanya perubahan pada siklus menstruasi normal baik dari interval atau
panjang siklus, durasi maupun jumlah perdarahan. Manifestasi klinis dapat berupa
perdarahan banyak, sedikit, siklus haid yang memanjang atau tidak beraturan.
Definisi lain PUA adalah perdarahan yang terjadi pada siklus berovulasi ataupun
‘open- faucet’ selalu menandakan sesuatu yang tidak lazim. Mioma submukosa,
terkadang hanya berupa bercak darah. Obstruksi seperti pada stenosis himen atau
Pasien yang menjalani kontrasepsi oral terkadang mengeluh seperti ini, dan dapat
2
tengah siklus ditandai dengan bercak darah, dan dapat dilacak dengan memantau
serviks adalah penyebab yang patologis. Pada beberapa tahun administrasi estrogen
4) Polimenorea berarti periode menstruasi yang terjadi terlalu sering. Hal ini
biasanya berhubungan dengan anovulasi dan pemendekan fase luteal pada siklus
menstruasi.
Jumlah dan durasi perdarahan juga bervariasi. Kondisi apapun yang menyebabkan
Amenorea didiagnosis bila tidak ada menstruasi selama lebih dari 6 bulan. Volume
lain.
kanker leher rahim sebelum dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Penyebab lain dari
perdarahan kontak yang lebih sering yaitu servikal eversi, polip serviks, infeksi
serviks atau vagina (Trichomonas) atau atropik vaginitis. Hapusan sitologi negatif
3
tidak menyingkirkan diagnosis kanker serviks invasif, kolposkopi dan biopsi sangat
Terminologi menoragia saat ini diganti dengan perdarahan haid banyak atau
4
siklus dalam 12 bulan, durasi menstruasi, dan volume darah menstruasi. Berikut
B. Epidemiologi
wanita pada usia reproduksi.3 Menurut penelitian Lee et al., keluhan ini banyak
terjadi pada masa awal terjadinya menstruasi. Sebanyak 75% wanita pada tahap
remaja akhir memiliki gangguan yang terkait dengan menstruasi. Penelitian yang
5
perdarahan pascakoitus.6 Prevalensi perdarahan uterus abnormal dalam kelompok
mempengaruhi 10-30% wanita usia produktif dan lebih dari 50% pada wanita
perimenopausal. Faktor yang mempengaruhi insidens ini terutama adalah usia dan
status reproduktif. Contohnya, perdarahan uterus jarang pada wanita usia pubertas
C. Klasifikasi
kehilangan darah. Perdarahan uterus abnormal akut dapat terjadi pada kondisi PUA
uterus abnormal yang telah terjadi lebih dari 3 bulan. Kondisi ini biasanya tidak
terjadi diantara 2 siklus haid yang teratur. Perdarahan dapat terjadi kapan saja atau
dapat juga terjadi di waktu yang sama setiap siklus. Istilah ini ditujukan untuk
D. Etiologi
(FIGO), terdapat 9 kategori utama disusun sesuai dengan akronim PALM COEIN,
6
yakni polip, adenomiosis, leiomioma, malignancy dan hiperplasia, coagulopathy,
merupakan kelainan non strruktural yang tidak dapat dinilai dengan teknik
pertimbangan bahwa seorang pasien dapat memiliki satu atau lebih faktor penyebab
PUA.
1. Polip (AUB-P)
maupun tidak, berupa pertumbuhan berlebih dari stroma dan kelenjar endometrium
dan dilapisi oleh epitel endometrium. Secara klinis dapat asimptomatik atau muncul
dengan gejala seperti infertilitas, perdarahan, infeksi, endometritis atau nyeri. Lesi
7
umumnya jinak, namun sebagian kecil atipik atau ganas. Diagnosis polip
ditegakkan berdasarkan pemeriksaan USG dan atau histeroskopi, dengan atau tanpa
endometrium.
Polip didiagnosis dengan oleh satu atau kombinasi dari USG (termasuk
sonografi infus salin) dan pencitraan histeroskopi dengan atau tanpa histopatologi.
Meskipun tidak ada perbedaan saat ini mengenai ukuran atau jumlah polip, namun
2. Adenomiosis (AUB-A)
ektopik dari endometrium baik kelenjar maupun stroma yang terletak di dalam
atau mungkin membentuk nodul fokal yang berbatas tegas (adenomiosis fokal).
Gejala yang sering ditimbulkan yakni nyeri haid, nyeri saat snggama, nyeri
menjelang atau sesudah haid, nyeri saat buang air besar, atau nyeri pelvik kronik.
Gejala nyeri tersebut di atas dapat disertai dengan perdarahan uterus abnormal.
8
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan fundus uteri membesar secara difus dan
adanya daerah adenomiosis yang melunak, dapat diamati tepat sebelum atau selama
permulaan menstruasi.
termasuk adanya gambaran “Swiss cheese” pada miometrium karena adanya daerah
perdarahan dan bekuan darah diantara otot. Terkadang uterus ditemukan gambaran
3. Leiomioma (AUB-L)
Leiomioma adalah neoplasma jinak otot polos yang biasanya berasal dari
sekunder, dan tersier untuk klasifikasi L dari PUA ini. Sistem klasifikasi primer
hanya mencerminkan ada atau tidak adanya satu atau lebih leiomioma, sebagaimana
ditentukan dengan pemeriksaan sonografi, terlepas dari jumlah, lokasi, dan ukuran.
yang melibatkan rongga endometrium (submukosa atau SM) dan yang lain (O),
9
karena lesi SM yang kemungkinan besar berkontribusi terhadap asal-usul PUA.
subserosal serta kategori yang mencakup lesi (parasitik) yang tampaknya terlepas
dari rahim. Dengan USG hitam putih sederhana leiomioma uterus akan tampak
yang bervariasi tergantung pada jumlah jaringan ikat atau jaringan otot polosnya.
atipikal dan keganasan adalah penyebab potensial yang penting terkait dengan
PUA. Diagnosa ini harus dipertimbangkan pada setiap wanita di usia reproduksi
dan terutama jika ada faktor-faktor predisposisi seperti obesitas atau riwayat
teridentifikasi selama investigasi pada wanita usia reproduktif dengan AUB, hal
wanita premenopause dan lebih dari 5 mm pada wanita post menopause dikatakan
atipik, dan hiperplasia endometrium kompleks non atipik dan atipik . Hiperplasia
10
5. Koagulopati (AUB-C)
sekitar 13% dari wanita dengan perdarahan menstruasi berat memiliki gangguan
sekitar 90% dari pasien dengan kelainan ini dapat diidentifikasi dengan riwayat
penyakit yang jelas. Namun, tidak jelas seberapa sering kelainan ini menyebabkan
atau memberikan kontribusi terhadap terjadinya AUB, dan seberapa sering penyakit
ini menimbulkan kelainan biokimia tanpa gejala atau dengan gejala minimal.
gangguan ovulasi berupa kombinasi dari waktu haid yang tak terduga, variasi
jumlah dan lama perdarahan, yang dalam beberapa kasus menimbulkan perdarahan
haid yang berat. Beberapa manifestasi berhubungan dengan tidak adanya produksi
siklik dan teratur dari progesteron, dan kemudian pada usia reproduksi yang lanjut
mulai dari amenorea, perdarahan ringan dan jarang, hingga perdarahan haid banyak.
obesitas, anoreksia, penurunan berat badan, atau olahraga ekstrim seperti yang
11
iatrogenik, disebabkan oleh steroid gonad atau obat yang mempengaruhi
7. Endometrial (AUB-E)
Bila PUA atau AUB terjadi dalam konteks siklus haid yang siklik dan
teratur, maka dapat diperkirakan jika terjadi ovulasi normal, dan tidak ditemukan
primer di endometrium. Jika gejalanya berupa perdarahan haid yang berat, mungkin
Mungkin ada kelainan endometrium primer yang tidak menimbulkan haid yang
ini, tidak ada tes khusus yang tersedia untuk gangguan ini, sehingga diagnosis
AUB-E harus ditentukan setelah kelainan lain pada wanita usia reproduksi dapat
8. Iatrogenik (AUB-I)
jadwal yang terjadi selama penggunaan terapi steroid eksogen gonad disebut
12
utama dari klasifikasi AUB-I. Termasuk dalam kategori ini adalah wanita dengan
mengalami BTB dalam 6 bulan pertama penggunaan. Perdarahan sela terjadi karena
sebagai berikut, pasien lupa atau terlambat minum pil kontrasepsi, dan pemakaian
AUB sekunder akibat antikoagulan seperti warfarin atau heparin, atau agen
Kategori ini dibuat untuk penyebab lain yang jarang atau sulit
itu, mungkin ada gangguan lainnya, yang belum teridentifikasi, yang hanya akan
Penulisan setiap kasus dituliskan dengan lambang “0” bila tidak ada
dan “1” bila ada, serta “?” bila belum dapat dipastikan.
E. Patogenesis
terhadap hormon. Lapisan basalis berfungsi sebagai reservoir untuk regenerasi pada
13
siklus menstruasi dan akhirnya terlepas saat menstruasi. Secara histologis, lapisan
aliran darah, kemudian terjadi vasodilatasi dan perdarahan dari arteri spiralis dan
dinding kapiler. Maka dari itu darah menstruasi akan hilang melalui pembuluh
darah tersebut. Hal ini diikuti dengan terjadinya vasokonstriksi yang menyebabkan
iskemi dan nekrosis endometrium. Jaringan nekrotik tersebut lalu luruh saat
menstruasi.
aksis hipotalamus- hipofisis-ovarium. Hal ini sering terjadi pada wanita dalam usia
ekstrim, yaitu pada masa perimenarchal dan perimenopausal . Pada masa tersebut
ketidakteraturan pola menstruasi serta kehilangan darah dalam jumlah yang banyak.
Mekanisme anovulasi tidak diketahui secara pasti, tetapi diketahui bahwa estrogen
peningkatan dan melebar pembuluh darah dan supresi arteri spiralis. Pembuluh
memiliki efek langsung terhadap pasokan darah uterus dengan mengurangi tonus
14
Factor ) stroma yang dapat menyebabkan terganggunya angiogenesis. Penurunan
kadar estrogen dan progesteron pada akhir fase luteal memicu banyak proses yang
volume darah yang hilang selama menstruasi, terutama proses vasokonstriksi dan
hemostasis. Perubahan fase folikular aliran darah endometrium pada wanita dengan
terjadi dalam jaringan. Jumlah estrogen di kelenjar dan stroma serta reseptor
progesteron di endometrium dapat meningkat saat fase sekresi akhir pada wanita
yang menderita perdarahan uterus disfungsional. Salah satu faktor yang berperan
agregrasi platelet dan formasi plak hemostatik. Peningkatan reseptor PGE2 dan
disfungsional ovulasi.
F. Manifestasi Klinis
sebagai berikut:
normal teratur tetapi jumlah darah dan durasinya lebih dari normal merupakan
menoragia. Interval yang tidak teratur dengan jumlah perdarahan dan durasi yang
15
lebih dari normal merupakan metroragia. Banyak gangguan yang bersifat patologis
2. Perdarahan pascakoitus
pada wanita berusia 20 - 40 tahun serta pada mereka yang multipara. Lesi yang
dijumpai pada perdarahan pascakoitus biasanya jinak. Penyebab lain yang dapat
3. Nyeri pelvis
komplikasi kehamilan.
G. Diagnosis
a. Anamnesis
dalam bentuk perdarahan berlebih atau perdarahan terjadi diantara siklus haid atau
saat pasien sudah menopause. Perlu ditanyakan siklus haid sebelumnya serta waktu
16
darah. Pada perempuan pengguna pil kontrasepsi perlu ditanyakan tingkat
Riwayat penyakit keluarga dan riwayat penyakit sistemik dari pasien juga perlu
ditelusuri untuk mencari penyakit yang dapat berperan dalam terjadinya perdarahan
gangguan tiroid, dan lain-lain. Keganasan pada genitalia juga dapat memicu
yang drastis, serta riwayat kelainan hemostasis pada pasien dan keluarganya.3
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Umum
diperiksa.
17
Pemeriksaan Ginekologi
i. Penilaian Ovulasi
memiliki risiko kanker endometrium sebesar 60% dengan rerata umur saat
18
iii. Penilaian Kavum Uteri
USG transvaginal merupakan alat penapis yang tepat dan harus dilakukan
adenomiosis.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
complete blood count dapat mengidentifikasi anemia dan derajat kehilangan darah.
Diperlukan juga skrining untuk gangguan koagulasi jika sebab yang jelas tidak
dapat ditemukan. Yang termasuk adalah complete blood count dengan platelet
count, partial thromboplastin time, dan prothrombin time dan mungkin juga
memeriksa tes spesial untuk penyakit von Willebrand . Tirotropin diukur hanya jika
ada gejala atau temuan yang sugestif ke penyakit tiroid. Tidak ada bukti bahwa
19
b. Pemeriksaan “Wet Prep” dan Kultur Serviks
dicurigai karena servisitis yang akan memperlihatkan gambaran sel darah merah
dan neutrofil. Servisitis sekunder karena herpes simplex virus (HSV) juga dapat
rapuh.
c. Pemeriksaan Sitologi
yang abnormal dan dapat sering ditemukan dengan skrining Pap smear.
d. Biopsi Endometrium
2. Histeroskopi
untuk mendeteksi lesi intrakavitas seperti leiomioma dan polip yang mungkin
3. Pencitraan
a. Ultrasound
20
uterus dan endometrium. Selain itu, patologi dari miometrium, serviks, tuba, dan
ovarium juga dapat dievaluasi. Modalitas investigasi ini dapat membantu dalam
saline yang dimasukkan ke dalam rongga rahim selama sonografi transvaginal dan
G. Penatalaksanaan
a. Jika perdarahan aktif dan banyak disertai dengan gangguan hemodinamik dan
c. Pasien rawat inap, berikan infus cairan kristaloid, oksigen 2 liter/menit dan
d. Stop perdarahan dengan estrogen ekuin konjugasi (EEK) 2-5 mg (rek b) per oral
setiap 4-6 jam, ditambah prometasin 25 mg per oral atau injeksi IM setiap 4-6 jam
(untuk mengatasi mual). Asam traneksamat 3x1 gram atau anti inflamasi non
steroid 3x500 mg diberikan bersama dengan EEK. Untuk pasien dirawat, dapat
dipasang balon kateter foley no 10 ke dalam uterus dan diisi cairan kurang lebih 15
21
e. Jika perdarahan tidak berhenti dalam 12-24 jam alkukan dilatasi dan kuretase.
kombinasi (KOK) 4x1 tablet perhari (4 hari), 3x1 tablet perhari (3 hari), 2x1 tablet
KOK siklik 3 minggu dengan jeda 1 minggi selama 3 siklus atau LNG-IUS.
hormone (GnRH) agonis dapat diberikan bersamaan dengan pemberian KOK untuk
stop perdarahan (langkah D). GnRH diberikan 2-3 siklus dengan interval 4 minggu.
darah perifer lengkap (DPL), hitung trombosit, prothrombin time (PT), activated
partial thromboplastin time (aPTT) dan thyroid stimulating hormone (TSH). Saline
j. Jika terapi medikamentosa tidak berhasil atau ada kelainan organik, maka
polipektomi, histerektomi.
a. Jika dari anamnesa yang terstruktur ditemukan bahwa pasien mengalami satu
atau lebih kondisi perdarahan yang lama dan tidak dapat diramalkan dalam 3 bulan
terakhir.
22
b. Pemeriksaan fisik berikut dengan evaluasi rahim, pemeriksaan darah perifer
d. Tanyakan pada pasien adakah penggunaan obat tertentu yang dapat memicu PUA
23
Gambar 4. Panduan Investigasi Perdarahan Uterus Abnormal Akut dan Banyak
24
Gambar 5. Panduan Investigasi Perdarahan Uterus Abnormal Kronik
25
2. Penatalaksanaan PUA berdasarkan penyebab
A. Polip
o Kuret hisap
B. Adenomiosis
o Bila pasien tidak ingin hamil, reseksi atau ablasi endometrium dapat dilakukan.
C. Leiomioma uteri
menginginkan kehamilan
cocok
26
o Bila pasien tidak menginginkan kehamilan dapat dilakukan pengobatan untuk
histopatologi
pilihan
27
o Biopsi endometrium diperlukan untuk pemeriksaan histopatologi pada akhir
bulan ke 6 pengobatan
E. Coagulopathy
progestin dan LNG-IUS pada kasus ini meberikan hasil yang sama bila
o Jika terdapat kontraindikasi terhadap asam trneksamat atau PKK dapat diberikan
willebrand
F. Ovulatory dysfunction
klinik perdarahan yang sulit diramalkan dan jumlah darah yang bervariasi
o Pemeriksaan hormon tiroid dan prolaktin perlu dilakukan terutama pada keadaan
o Pada perempuan umur > 45 tahun atau dengan risiko tinggi keganasan
sampel endometrium
28
o Bila tidak dijumpai faktor resiko untuk keganasan endometrium lakukan penilaian
infertilitas
(rekomendasi A)
selama 14 hari, kemudian stop 14 hari. Hal ini diulang sampai 3x siklus
o Bila keluhan tidak berkurang lakukan pemberian PKK atau progestin dosis tinggi
(naikkan dosis setiap 2 hari sampai perdarahan berhenti atau dosis maksimal).
Perhatian terhadap kemungkinan munculnya efek samping sepert sindrom pra haid.
uterus yang banyak dapat ditawarkan setelah memberikan informed consent yang
29
Gambar 8. Penanganan ovulatory dysfunction
G. Endometrial
o Perdarahan uterus abnormal yang terjadi pada perempuan dengan siklus haid yang
teratur
o Pemeriksaan fungsi tiroid dilakukan bila didapatkan gejala dan tanda hipotiroid
o Asam traneksamat 3x1 g dan asam mefenamat 3x500mg merupaka pilihan lini
30
o Lakukan observasi selama 3 sillus menstruasi
endometrium. Dapat dimulai pada hari apa saja, selanjutnya pada hari pertama
siklus menstruasi
o Jika pasien memiliki kontraindikasi terhadap PKK maka dapat diberikan preparat
progestin siklik selama 14 hari diikuti dengan 14 hari tanpa obat. Kemudian diulang
o Jika setelah 3 bulan, respon pengobatan tidak adekuat dapat dilakukan penilaian
o Jika dengan USG TV atau SIS didapatkan polip atau mioma submukosum segera
o Jika hasil USG TV atau SIS didapatkan ketebalan endometrium > 10 mm, lakukan
o Jika hasil pemeriksaan USG TV atau SIS menunjukkan hasil normal atau terdapat
kelainan tetapi tidak dapat dilakukan terapi konservatif maka dilakukan evaluasi
o Jika pasien sudah tidak menginginkan fungsi reproduksi dapat dilakukan ablasi
reproduksi anjurkan pasien untuk mencatat siklus haidnya dengan baik dan
memantau kadar HB
31
H. Iatrogenik
o Jika perdarahan sela terjadi dalam 3 bulan pertama makan penggunaan PKK
o Jika pasien tidak ingin melanjutkan PKK atau perdarahan menetap selama > 3
berikan doksisiklin 2 x 100 mg selama 10 hari. Yakinkan pasien minum PKK secara
teratur. Pertimbangkan untuk menaikkan dosis estrogen jika usia pasien lebih dari
o Jika perdarahan abnormal menetap lakukan TVS, SIS atau histeroskopi untuk
o Jika perdarahan sela terjad isetelah 3 bulan pertama penggunaan PKK, lanjutkan
ke point 5
o Singkirkan kehamilan
o Jika tidak hamil, naikkan dosis estrogen atau lanjutkan pil yang sama
32
Gambar 9. Penanganan Iatrogenik (perdarahan efek samping PKK)
o Jika usia pasien > 35 tahun dan memiliki risiko tinggi keganasan endometrium,
o Biopsi endometrium
o Jika dalam 4-6 bulan pertama pemakaian kontrasepsi, lanjutkan ke 7. Jika tidak
lanjutkan ke 9
33
o Berikan estrogen jangka pendek (EEK 4x1.25 mg/hari selama 7 hari) yang dapat
progestin)
penggunaan AKDR dapat disebabkan oleh endometritis. Jika tidak ada perbaikan,
o Jika tidak dijumpai rasa nyeri dan AKDR digunakan dalam 4-6 bulan pertama
o Lanjutkan penggunaan AKDR, jika perlu ditambahkan AINS. Jika setelah 6 bulan
34
o Berikan PKK untuk 1 siklus
3. Terapi medikamentosa
Asam Traneksamat
akan diubah menjadi plasmin yang berfungsi untuk memecah fibrin menjadi fibrin
degradation product (FDPs). Oleh karena itu obat ini berfungsi sebagai agen anti
maka pengurangan dari proses ini dipercaya sebagai mekanisme penurunan jumlah
darah mens. Efek samping : gangguan pencernaan, diare, sakit kepala. Dosisnya
untuk perdarahan mens yang berat adalah 1g (2x500mg) dari awal perdarahan
hingga 4 hari.
mempengaruhi reaktivitas jaringan lokal dan terlibat dalam respon inflamasi, jalur
nyeri, perdarahan uterus, dan kram uterus. AINS dapat mengurangi jumlah darah
haid hingga 20-50 persen Pemberian AINS dapat dimulai sejak perdarahan hari
pertama atau sebelumnya hingga perdarahan yang banyak berhenti. Efek samping :
35
gangguan pencernaan, diare, perburukan asma pada penderita yang sensitif, ulkus
Estrogen
Sediaan ini digunakan pada kejadian perdarahan akut yang banyak. Sediaan
yang digunakan adalah EEK, dengan dosis 2.5 mg per oral 4x1 dalam waktu 48
jam. Pemberian EEK dosis tinggi tersebut dapat disertai dengan pemberian obat
anti emetik seperti promethazine 25 mg per oral atau intra muskular setiap 4-6 jam
sesuai dengan kebutuhan. Mekanisme kerja obat ini belum jelas, kemungkinan
menggunakan progestin akan lebih baik. Efek samping berupa gejala akibat defek
estrogen yang berlebihan seperti perdarahan uterus, mastodinia dan retensi cairan.
PKK
endometrium yang atrofi. Dosis yang dianjurkan pada saat perdarahan akut adalah
4x1 tablet selama 4 hari, dilanjutkan dengan 3x1 tablet selama 3 hari, dilanjutkan
dengan 2x1 tablet selama 2 hari, dan selanjutnya 1x1 tablet selama 3 minggu.
Selanjutnya bebas pil selama 7 hari, kemudian dilanjutkan dengan pemberian pil
ditujukan untuk menghentikan haid, maka obat tersebut dapat diberikan secara
kontinyu, namun dianjurkan setiap 3-4 bulan dapat dibuat perdarahan lucut. Efek
samping dapat berupa perubahan mood, sakit kepala, mual, retensi cairan, payudara
36
Progestin
Obat ini akan bekerja menghambat penambahan reseptor estrogen serta akan
sehingga estradiol akan dikonversi menjadi estron yang efek biologisnya lebih
Selanjutnya hitung hari pertama perdarahan tadi sebagai hari pertama, dan
kanker hati). Sediaan progestin yang dapat diberikan antara lain MPA 1x10 mg,
norestiron asetat dengan dosis 2-3 x 5 mg, didrogestron 2x5 mg atau nomegestrol
untuk 14 hari dan kemudian berhenti selama 14 hari, demikian selanjutnya berganti-
ganti pemberian progestin secara kontinyu dapat dilakukan apabila tujuannya untuk
membuat amenorea.
37
Terdapat beberapa pilihan yaitu :
Androgen
Danazol adalah suatu sintetik isoxazol yang berasala dari turunan 17a-etinil
tetosteron. Obat tersebut memiliki efek androgenik yang berfungsi untuk menekan
produksi estradiol dari ovarium, serta memiliki efek langsung terhadap reseptor
atau lebih per hari dapat dipergunakan untuk mengobati perdarahan menstrual
hebat. Danazol dapat menurunkan hilangnya darah dalam menstruasi kurang lebih
50% bergantung dari dosisnya dan hasilnya terbukti lebih efektif dibanding dengan
AINS atau progestin oral. Dengan dosis lebih dari 400 mg per hari dapat
Obat ini bekerja dengan cara mengurangi reseptor GnRH pada hipofisis melalui
mekanisme down regulation terhadap reseptor dan efek pasca reseptor, yang akan
dianjurkan tidak lebih dari 6 bulan karena terjadi percepatan demielinisasi tulang.
38
estrogen dan progestin dosis rendah (add back therapy). Efek samping biasanya
4. Terapi Operatif
membutuhkan evaluasi yang teliti dari patologi yang mendasari serta faktor pasien.
adalah:
kontraindikasi)
endometrium)
pada beberapa faktor termasuk ekspektasi pasien dan patologi uterus. Pilihan
bedahnya adalah :
b. Hysteroscopic Polypectomy
c. Ablasi endometrium
d. Miomektomi
e. Histerektomi
39
BAB III
KESIMPULAN
dengan adanya perubahan pada siklus menstruasi normal baik dari interval atau
panjang siklus, durasi maupun jumlah perdarahan. Manifestasi klinis dapat berupa
perdarahan banyak, sedikit, siklus haid yang memanjang atau tidak beraturan.
Definisi lain PUA adalah perdarahan yang terjadi pada siklus berovulasi ataupun
(intermenstrual bleeding).
(FIGO), terdapat 9 kategori utama disusun sesuai dengan akronim PALM COEIN,
PALM merupakan kelainan struktur yang dapat dinilai dengan berbagai teknik
kelainan non strruktural yang tidak dapat dinilai dengan teknik pencitraan atau
histopatologi.
40
DAFTAR PUSTAKA
Aceh, 2011
90
Medicine. Elsevier;2011
41
FIGO Classification System (PALM-COEIN) for Causes of Abnormal
51
10. Hoffman, B.L., Schorge, J.O., Schaffer, J.I., et all. Pelvic Mass. In: Wiliams
Gynecology, 2nd ed. McGraw-Hill Companies, Inc. New York. 2012; p:246-
74
11. Munro MG, Crihley HO, Broder MS, Fraser IS. FIGO Classification System
13. Sweet MG, Schmidt TA, Weiss PM, Madsen KP. Evaluation and
42