Vous êtes sur la page 1sur 3

Definisi

Talasemia merupakan penyakit genetik yang diturunkan secara autosomal resesif


berdasarkan hukum Mendel dari orang tua kepada anaknya. Penyakit ini terjadi akibat kelainan
sintesis hemoglobin dimana terjadi pengurangan produksi satu atau lebih rantai globin yang
menyebabkan ketidakseimbangan produksi rantai globin. Pada Talasemia Alfa terjadi
pengurangan sintesis rantai alfa dan Talasemia Beta terjadi pengurangan sintesis rantai beta.

Penyakit ini meliputi gejala klinis yang paling ringan (heterozigot) disebut Talasemia
Minor atau Trait dan yang paling berat (homozigot) disebut Talasemia Mayor. Bentuk
heterozigot diturunkan salah satu orang tua yang menderita Talasemia sedangkan bentuk
homozigot diturunkan kedua orang tua yang menderita Talasemia.Secara klinis Talasemia dibagi
menjadi tiga kelompok yaitu: Talasemia Mayor, Talasemia Minor dan Talasemia Intermedia.

Patofisiologi
Ada beberapa jenis hemoglobin yang disesuaikan dengan kebutuhan oksigen selama masa
pertumbuhan, mulai embrio, fetus sampai dewasa. Hemoglobin memiliki bentuk tetrametrik
yang sama, terdiri dari dua pasang rantai globin yang terikat dengan heme. Hem terdiri dari zat
besi (Fe) sedangkan globin suatu protein yang terdiri dari rantai polipeptida. Sintesa globin
dimulai pada awal kehidupan masa embrio di dalam kandungan sampai 8 minggu usia kehamilan
dan hingga akhir kehamilan. Organ yang bertanggung jawab pada periode ini adalah hati, limpa,
dan sumsum tulang

Hemoglobin fetus dan dewasa memiliki rantai alfa (α) dan beta (β) yang terdiri atas HbA dan
α2β2; rantai δ yang terdiri atas HbA2 dan α2δ2; dan rantai γ yang terdiri dari HbF dan α2γ2.
Pada embrio rantai mirip α disebut z bersama rantai γ menjadi Hb Portland (ζ2γ2) atau dengan
rantai e menjadi Hb Gower (ζ2ε2), sedangkan rantai a dan ε membentuk Hb Gower 2 (α2ε2)

Pada Talasemia Beta, kelebihan rantai alfa mengendap pada membran sel eritrosit dan
merupakan prekursor yang menyebabkan penghancuran eritrosit yang hebat. Eritrosit yang
mencapai darah tepi memiliki inclusion bodies yang menyebabkan penghancuran di limpa dan
oksidasi membran sel akibat pelepasan heme dari denaturasi hemoglobin dan penumpukan besi
pada eritrosit. Anemia pada Talasemia Beta terjadi akibat hancurnya eritrosit dan umur eritrosit
yang pendek. Penimbunan eritrosit yang hancur di limpa mengakibatkan terjadinya pembesaran
limpa yang diikuti dengan terperangkapnya leukosit dan trombosit sehingga menimbulkan
gambaran hipersplenisme

Beberapa gejala ini bisa hilang dengan transfusi yang dapat menekan eritropoesis tetapi akan
meningkatkan penimbunan besi. Dalam tubuh besi terikat oleh transferin dan dalam perjalanan
ke jaringan besi segera diikat molekul dengan berat rendah. Bila berjumlah banyak dapat
menyebabkan kerusakan sel. Pada penderita dengan kelebihan zat besi, penimbunan besi dapat
ditemukan pada semua jaringan dan sebagian besar di sel retikuloendotelial yang relatif tidak
merusak, miosit dan hepatosit yang bisa merusak. Kerusakan tersebut disebabkan karena
terbentuknya hidroksil radikal bebas.

Normalnya ikatan besi pada transferin mencegah terbentuknya radikal bebas. Pada penderita
dengan kelebihan besi, transferin menjadi tersaturasi penuh dan fraksi besi yang tidak terikat
transferin bisa terdeteksi di dalam plasma. Hal ini menyebabkan terbentuknya radikal bebas dan
meningkatnya jumlah besi di jantung, hati, dan kelenjar endokrin yang menyebabkan kerusakan
dan gangguan fungsi di organ-organ tersebut.

Pada Talasemia Alfa, tetramer HbH cenderung mengendap seiring dengan penuaan sel dan
menghasilkan inclusion bodies. Proses hemolitik merupakan gambaran utama kelainan ini. Hal
ini semakin berat karena HbH dan Bart’s adalah homotetramer yang tidak mengalami perubahan
allosterik yang diperlukan untuk transport oksigen.

Gejala Klinis dan Diagnosis


Bayi dan anak yang menderita Talasemia menunjukkan gejala klinis pucat, gangguan
pertumbuhan dan perkembangan, penurunan nafsu makan, jaundice, dan pembesaran organ (hati,
limpa, jantung). Pada anak yang lebih besar, dapat juga ditemukan adanya pubertas yang
terlambat.

Gejala klinis berbeda pada kelompok anak yang mendapat transfusi dengan yang tidak mendapat
transfusi. Pada kelompok anak yang mendapat transfusi, pertumbuhan dan perkembangan anak
biasanya normal, pembesaran limpa tidak ditemukan. Bila anak mendapat terapi pengikat besi
secara efektif, anak bisa mencapai pubertas dan terus mencapai usia dewasa secara normal.
Sebaliknya bila terapi pengikat besi tidak adekuat, secara bertahap akan terjadi penumpukan zat
besi pada akhir dekade pertama.

Pada kelompok anak yang tidak mendapat transfusi adekuat, pertumbuhan dan perkembangan
sangat terlambat Pembesaran limpa progresif sering memperburuk anemia dan kadang diikuti
trombositopenia. Biasanya penderita datang dengan kadar hemoglobin berkisar 2 sampai 8 g/dL.
Sering terjadi gangguan perdarahan akibat trombositopenia dan kegagalan hati sebagai akibat
penimbunan zat besi. Bila penderita bisa mencapai pubertas akan terjadi komplikasi akibat
penimbunan zat besi.

Prognosis kelompok anak yang tidak mendapat transfusi yang adekuat sangat buruk. Tanpa
transfusi anak akan meninggal pada usia dua tahun. Bila berhasil mencapai pubertas anak akan
mengalami komplikasi akibat penimbunan zat besi sama halnya dengan anak yang cukup
mendapat transfusi tetapi kurang mendapatkan terapi pengikat besi.

Secara radiologis ditemukan gambaran penipisan dan peningkatan trabekulasi tulang-tulang


panjang termasuk jari-jari, gambaran hair on end pada tulang tengkorak. Perluasan sumsum
tulang mengakibatkan deformitas tulang kepala disertai dengan zigoma yang menonjol sehingga
memberikan gambaran khas mongoloid.

Pada pemeriksaan hapusan darah tepi dapat ditemukan eritrosit yang hipokromik dengan
berbagai bentuk dan ukuran, beberapa makrosit yang hipokromik, mikrosit, fragmentosit,
basophilic stippling dan eritrosit berinti, setelah splenektomi sel-sel ini akan muncul dalam
jumlah yang lebih banyak. Pada hitung retikulosit hanya sedikit meningkat, jumlah leukosit dan
trombosit masih normal kecuali bila didapatkan hipersplenisme.

Vous aimerez peut-être aussi