Vous êtes sur la page 1sur 10

2.

BIANG KERINGAT / MILIARIS

A. DEFINISI
Miliaria adalah gangguan umum dari kelenjar keringat ekrin yang sering
terjadi dalam kondisi dimana ada peningkatan panas atau suhu dan kelembaban.
Miliaria dianggap disebabkan oleh penyumbatan saluran keringat, yang
menyebabkan kebocoran keringat yang keluar dari kelenjar ekrin menuju ke
epidermis atau dermis.
Miliariasis adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, di tandai adanya
vesikel milier, berukuran 1-2 mm pada bagian badan yang banyak berkeringat.
Pada keadaan yang lebih berat, dapat timbul papul merah atau papul putih.
(Sudoyo, 2009).
Miliaria adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai dengan
adanya vesikel milier. Istilah lain untuk keadaan ini bermacam-macam, seperti
liken tropikus, keringat buntet, biang keringat dan juga prickle heat. Miliaria juga
didefinisikan sebagai kelainan pada kelenjar keringat ekrin yang muncul pada
keadaan meningkatnya panas dan kelembaban. Dapat berkaitan dengan demam
yang menetap ataupun penggunaan suatu obat. Miliaria menyerang segala usia,
namun seringkali terjadi pada neonatus dan merupakan salah satu dari penyakit
kulit transien pada neonatus, dan pernah dilaporkan kasus kongenital namun sangat
jarang.

Berdasarkan lokasi tersumbatnya, biang keringat dibagi dalam bebera tipe,


yaitu:

1) Miliaria kristalina
Biang keringat yang terjadi pada bayi baru lahir (neonatus) sumbatan
terjadi pada permukaan atau lapisan kulit sehingga terlihat gelembung-
gelembung kecil berukuran 1-2 mm berisi cairan jernih, namun tidak terdapat
kemerahan pada kulit,biang keringat ini yang paling umum yang sering terjadi.
Gejalanya, pada kulit tubuh bayi yang sering keringatan akan tampak
mengelupas, kering, dan kasat, gejala ini biasanya dipicu oleh panasnya udara.
Biang keringat bayi seperti ini ditandai bintik-bintik kecil berisi air dan akan
dan akan mudah pecah sendiri karena lokasinya masih teramat dangkal.

2) Miliaria rubra
Biang keringat ini terjadi pada anak yang biasa tinggal di daerah atau
lingkungan panas dan lembab. Terdapat bintik-bintik kecil (1-2 mm) berwarna
merah, biasanya disertai keluhan gatal dan perih. Bayi yang mengalami biang
keringat jenis ini akan menjadi rewel karena rasa gatal dan perih,orang tua
biasanya akan cemas karena pola tidurnya akan terganggu hingga gelisah atau
tidak nyenyak. Ini bisa dijadikabn indsikator rasa gatal pada bayinya yang
belum bisa bicara. tidak bisa menyebabkan panas karena biang keringat bukan
penyakit infeksi. Orang tua hanya bisa melihat reaksi tubuh bayinya yang
kegatalan. Apabila anda merawat bayi itu sendiri, maka biang keringat akan
segera diketahui karena naluri seorang ibu berparan besar.

3) Miliaria profunda
Pada biang keringat jenis ini terdapat bintik-bintik putih, keras dan
berukuran (1-3 mm). Kulit tidak berwarna merah, namun kasus ini jarang
terjadi,dan biasanya terjadi di daerah-daerah bersuhu sangat panas.walaupun
indonasia termasuk negara tropis, namun biang keringat separti ini jarang
terjadi. Mungkin faktor angin sangat mempengaruhi sehingga suhu di
indonesia tidak terlalu panas. Lain halnya dengan negara lain yang bersuhu 40
derajat celsius. Biang keringat seperti ini ditandai bintil-bintil pada kulit dan
bila diraba akan terasa agak keras. Bintil-bintil ini sekilas mirip jerawat batu.

B. ETIOLOGI
Penyebab biang keringat atau miliaris yaitu :
a) Ventilasi ruangan kurang baik sehingga udara di dalam ruangan panas
atau lembab.
b) Pakaian bayi terlalu tebal dan ketat, pakaian yang tebal dan ketat
menyebabkan suhu tubuh bayi meningkat.
c) Bayi mengalami panas atau demam.
d) Bayi terlalu banyak beraktivitas sehingga banyak mengeluarkan
keringat.
e) Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan
radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan di
absorbsi oleh stratum korneum

Sering terjadi pada cuaca yang panas dan kelembaban yang tinggi. Akibat
tertutupnya saluran kelenjar keringat terjadilah tekanan yang menyebabkan
pembengkakan saluran atau kelenjar itu sendiri, keringat yang menembus ke jaringan
sekitarnya menimbulkan perubahan-perubahan anatomis pada kulit berupa papula atau
vesikel

C. PATOFISOLOGI

Stimulus primer dari terjadinya miliaria adalah segala kondisi dengan suhu dan
kelembaban tinggi yang mengakibatkan produksi keringat yang berlebihan. Sumbatan
pada kelenjar keringat juga menjadi sebab, antara lain sumbatan akibat pakaian
ataupun perban. Pada neonatus, penyebabnya diduga adalah kelenjar ekrin yang imatur
sehingga mudah pecah Beberapa sebab eksternal lain seperti pengobatan dengan
betanecol, isotretinoin sistemik dan defisiensi mangan juga dapat meningkatkan resiko
terjadinya miliaria.

Keadaan panas dan kelembaban tinggi dapat menyebabkan produksi keringat


berlebih dan terjadinya sumbatan pada duktus dapat menyebabkan gangguan
pengeluaran keringat, dalam miliaria kelenjar keringat yang mengalami kelainan
adalah kelenjar ekrin.

Bendungan akan menyebabkan kebocoran untuk mencari jalan keluar lain, baik
melalui epidermis atau dermis dengan anhidrosis relatif. Saat titik obstruksi berada di
stratum korneum atau hanya sedikit di bawah stratum korneum, walaupun dengan
peradangan yang biasanya minimal, akan menyebabkan lesi yang asimtomatik, ini
yang disebut sebagai miliaria kristalina. Pada miliaria rubra, letak sumbatan berada di
lapisan sub korneum yang membentuk vesikel spongiosis dan ditemukannya infiltrasi
sel inflamasi kronik pada bagian papila dermis dan bagian bawah dari epidermis.
Sedangkan pada miliaria profunda, jalan keluar keringat terhambat pada bagian yang
lebih dalam, yaitu di papilla dermis atau bagian antara epidermis dan dermis, selain itu
terjadi infiltrasi limfosit di periduktus dan terjadi spongiosis di duktus epidermal.
Bakteri residen kulit seperti Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus
juga memegang peranan pada terbentuknya miliaria.

Pasien dengan miliaria memiliki jumlah bakteri 3 kali lipat per unit area kulit,
dan pemberian antimikroba secara eksperimental dapat menekan terjadinya miliaria.
Penelitian menunjukkan terdapatnya substansi polisakarida ekstraselular dari
staphylococcus, dan secara eksperimental didapatkan hanya Staphylococcus
epidermidis yang dapat membentuk substansi tersebut dan menginduksi miliaria.

Pada suatu penelitian yang dipublikasikan tahun 2000 di Australia, insidensi


miliaria rubra meningkat pada pemakai sepatu boots karet tinggi yaitu pada area antara
lutut dan pergelangan kaki, namun dugaan pada dasarnya sama, yaitu sirkulasi yang
kurang menyebabkan suhu dan kelembaban lebih tinggi dan keadaan seperti demikian
serta mudahnya air tanah tertahan dalam sepatu sangat memungkinkan sebagai media
berkembangnya Staphylococcus.

D. MANIFESTASI KLINIS
1) Miliaria Crystalline
- Lesi yang jelas, vesikula dangkal yang berdiameter 1-2 mm.
- Lesi yang terjadi sering bertemu (confluent), tanpa eritema sekitarnya.
- Pada bayi, lesi cenderung terjadi pada kepala, leher, dan bagian atas
tubuh.
- Lesi pecah dengan mudah dan sembuh dengan desquamation dangkal.

2) Miliaria Rubra
- Lesi seragam, kecil, vesikula eritem dan veskular papula pada latar
belakang atau dasar eritema.
- Lesi terjadi dalam distribusi nonfollicular dan tidak menjadi konfluen.
- Pada bayi, lesi terjadi pada leher dan di pangkal paha dan ketiak
.
3) Miliaria Profunda
- Lesi tegas, berwarna daging, papula nonfollicular yang berdiameter 1-3
mm.
- Lesi terjadi terutama pada tubuh, tetapi mereka juga dapat muncul pada
ekstremitas.
- Lesi sementara waktu ada setelah melakukan aktifitas atau rangsangan
lain yang mengakibatkan berkeringat.
- Kulit yang terkena menunjukkan penurunan produksi atau tidak ada
keringat.
- Pada kasus yang parah yang menyebabkan kelelahan panas,
hyperpyrexia dan takikardia dapat diamati.

E. PENATALAKSANAAN

Terbagi menjadi medika mentosa dan non medika mentosa. Untuk pencegahan
ataupun mengurangi gejala (khususnya pada miliaria kristalina yang jarang
membutuhkan pengobatan) yaitu dapat dengan mengusahakan ventilasi yang baik
antara lain dengan pengguanaan bahan pakaian tipis dan menyerap keringat,
menghindari panas berlebih. Bahan residu deterjen juga dapat menjadi faktor
timbulnya miliaria, sehingga dibutuhkan kecermatan lebih dalam mencuci pakaian.
Selain itu juga dengan mengurangi aktivitas berlebih yang memacu keringat, dan
memilih berada di ruang dengan pendingin ataupun kipas angin, dan menghindari
penggunaan krim ataupun salep yang cenderung menyumbat pori-pori lebih jauh.

Pada beberapa kasus dibutuhkan pindahnya tempat tinggal dan pekerjaan,


misalnya berpindah dari pekerjaan dengan lingkungan panas tinggi seperti pabrik, dan
pemadam kebakaran, dimana pakaian pemadam kebakaran saja sudah dapat memicu
timbulnya miliaria

Pengobatan topikal dapat diberikan losion dengan kandungan kalamin,


anhydrous lanolin, dan bila berat dapat diberikan steroid topikal Pengobatan dengan
vitamin A, vitamin C dan antimikroba juga terbukti memberikan hasil baik.

Miliaria memiliki angka rekurensi yang cukup tinggi, sehingga pencegahan


menjadi penatalaksanaan yang terbaik.

F. ASKEP
(1) PENGKAJIAN
1) DATA UMUM
Nama bayi, tanggal lahir, tanggal pengkajian, nomor rekam medic, data
orang tua orang tua (ayah/ibu), BB lahir dan BB sekarang, TB lahir, jenis kelamin,
2) KELUHAN UTAMA :
Biasanya mengeluhkan tentang lesi lesi kecil di sekitar kepala, leher, dan
bagian atas badan lainnya.
3) RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Disebabkan karena klien pindah ke lingkungan yang panas, sirkulasi
rumah kurang baik, pakaian bayi terlalu menutupi area leher, pemakaian pakaian
yang terlalu ketat dan tebal, atau setelah bayi mengalami demam
4) PEMERIKSAAN FISIK
Selain pemeriksaan fisik umum head to toe, pada penyakit ini terdapat focus
perawat dalam melakukan pemeriksaan. Inspeksi kulit pada seluruh tubuh perlu
dilakukan untuk melihat warna, luas lesi, dan tektur kulit akibat lesi pecah.
Umumnya lesi lesi ini terdapat pada bagian kepala, leher, dan dada.
a) Kepala :Bulat,besarnya normal tidak ada tanda mikro/makrosefal,
rambut warna hitam,tidak ada benjolan dan ubun-ubun datar, terdapat lesi lesi
kecil berwarna kemerahan atau tdk berwarna pada sekitar dahi.
b) Wajah : tidak pucat, tidak sindrom down ( mond face )
c) Mata : simetris dan sclera tidak ikterik, monjungtiva tidak
anemis.
d) Hidung : lubang hidung ada dan tidak ada keluaran sekret dari
kedua lobang, tidak ada pernafasan cuping hidung
e) Telinga : posisi simetris kiri dan kanan, bersih, terdapat satu lobang
pada masing- masing telinga, kartilago menggantung.
f) Mulut : tidak ada labioskizis dan labioplatoskizis.
g) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, terdapat lesi-
lesi kecil sekitar leher berwarna kemerahan atau tidak berwarna
h) Dada : simetris, pernafasan normal, bunyi jantung regular, puting
susu menonjol keluar, tidak ada retraksi dinding dada, terdapat lesi lesi kecil
disekitar dada berwarna kemerahan atau tidak berwarna
i) Abdomen : perut sintal / tidak kembung, abdomen simetris, tidak ada
penonjolan sekitar umbilikal, tidak ada omfalokel.
j) Tali pusat : tali pusat tidak merah dan tidak bernanah dan tidak ada
tanda – tanda infeksi.
k) Punggung : simetris, tidak ada penonjolan spina bifida.
l) Ekstremitas:
- Atas : tangan sama panjang keduanya, pergerakan aktif, tidak
ada fraktur kalvikula, fraktur humerus, dan fleksus brakhialis, kuku jari
tangan tidak sianosis, jumlah jari-jari lengkap.
- Bawah : kaki sama panjang keduanya, pergerakan aktif dan jumlah
jari lengkap, kuku jari tidak sianosis.
m) Genetalia : labia mayora sudah menutupi labia minora, terdapat uretra.
n) Anus : berlubang
o) Refeks
- Refleks Moro : Ada/tidak
- Refleks Rooting : Ada/tidak
- Refleks Walking : Ada/tidak
- Refleks Graps : Ada/tidak
- Refleks Sucking : Ada/tidak
- Refleks Tonic Neck : Ada/tidak

p) Antropometri
- Lingkaran kepala : N 34-35 cm
- Lingkaran dada : N 30-33 cm
- Berat badan : N 2500gr-4500gr
- Panjang badan : N 48-52 cm

(2) DIAGNOSIS KEPERAWATAN


Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul adalah :
- Gangguan rasa nyaman b.d pruritus
- Gangguan integritas kulit b.d kekeringan pada kulit

(3) INTERVENSI KEPERAWATAN

Gangguan rasa nyaman b.d miliaris

Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam pasien dapat nyaman dan tidak gatal lagi
Kriteria evaluasi :
 Bayi tidak rewel dan tidur dengan nyaman
 Lesi-lesi hilang setelah perawatan
 Keluarga memahami tentang perawatan miliaris
Intervensi Rasional
Kaji keadaan umum dan TTV Sebagai data dasar untuk menentukan
bayi tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
Kaji dan catat area tanda-tanda Untuk mendapatkan data dasar untuk
khas lesi kecil di area kepala, mengetahui seberapa banyak dan luas lesi-
leher dan dada dan kaji ada lesi yang ada pada bayi. Dan untuk
lecet/tidak mengetahui tindakan selanjutnya.
Mandikan bayi dengan air Untuk meningkatkan hidrasi kulit bayi
hangat supaya tidak kering
Berikan losion yang diresepkan Kalamin adalah obat untuk mengurangi rasa
gatal
dokter (losion yang mengandung
kalamin)

Berikan penkes tentang Pemberian informasi dapat memberikan


penyebab, penanganan, dan pemahaman kepada keluarga bagaimana cara
pencegahan penyakit untuk menangani, mengetahui penyebab dan
miliaris/biang keringat. pencegahan nya sehingga keluarga mampu
untuk menghidari dikedepannya.

(4) IMPLEMENTASI
- Mengkaji keadaan umum dan TTV bayi .
- Mengkaji dan catat area lesi-lesi di bagian kepala, leher dan dada
- Memandikan bayi dengan air hangat
- Memberikan losion kalamin yang telah diresepkan
- Memberikan penkes kepada keluarga tentang penyebab, penanganan dan
pencegahan tentang miliaris

(5) EVALUASI
- Bayi dapat tidur dengan nyaman
- lesi-lesi disekitar kepala, leher dan dada hilang
- keluarga paham tentang penyebab, penanganan dan pencegahan penyakit
miliaris atau biang keringat.

DP
http://fuadmuzakinurse86.blogspot.com/2017/01/askep-miliarisis.html
https://himasiksukses.wordpress.com/2013/09/20/miliaria-biang-keringat/amp/
http://elearning.medistra.ac.id/pluginfile.php/358/mod_resource/content/1/6.1%2520MILIARIS.pdf&ve
d
https://mayasarimajang.wordpress.com/2011/04/14/milliariasis-pada-bayi/amp/&ved=0

Vous aimerez peut-être aussi