Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Melitus adalah kelainan metabolik yang ditandai dengan intoleren glukosa.
Penyakit ini dapat dikelola dengan menyesuaikan perencanaan makanan , kegiatan jasmani dan
pengobatan yang sesuai dengan konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia dan perlunya
diadakan pendekatan individual bagi edukasi diabetes, yang dikenal dengan Pentalogi Terapi
DM meliputi :
1. Terapi Primer, yang terdiri dari : Penyuluhan Kesehatan, Diet Diabetes, Latihan Fisik.
2. Terapi Sekunder, yang terdiri dari : Obat Hipoglikemi
Ketidakpatuhan ini sebagai masalah medis yang sangat berat, Taylor [ 1991]. La
Greca & Stone [ 1985] menyatakan bahwa mentaati rekomendasi pengobatan yang dianjurkan
dokter merupakan masalah yang sangat penting . Tingkat ketidakpatuhan terbukti cukup tinggi
dalam populasi medis yang kronis.
Materi penyuluhan ini meliputi pengaturan diet yang ditekankan pada 3 J : jenis, jadwal
dan jumlah diet yang diberikan kepada pasien DM. Disamping itu materi penyuluhan difocuskan
pada aktifitas fisik secara teratur dan penggunaan obat anti diabetik secara realistis. Ketiga hal
ini merupakan kunci pokok keberhasilan program terapi DM.
Dari uraian diatas , maka perlu diadapak penelitian guna mengetahui faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalankan program terapi, sehingga hasil penelitian
ini dapat memberikan masukan bagi perawat khususnya dalam menberikan asuhan keperawatan
pada pasien DM.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui asuhan keperawatan komunitas pada penderita DM
2. Mengetahui masalah-masalah dan diagnosa keperawatan komunitas pada pasien DM
3. Merencanakan asuhan keperawatan komunitas pada penderita DM
4. Mengidentifikasi pengaruh tingkat pendidikan terhadap kepatuhan pasien DM dalam
menjalankan program terapi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Diabetes militus adalam penyakit metabolik yang kebabanyakan herediter dengan tanda
hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik acut maupun
cronik, sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif maupun insulin absolut dalam tubuh,
dimana gangguan primer terletakpada metabolisme karbohidrat, yang biasanya disertai juga
gangguan metabolisme protein dan lemak.
2.2 Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes mielitus dan ganggguan toleransi glukosa menurut WHO 1985 :
A. Clinical Classes
a. DM
1. IDDM ( DM Type 1 ).
2. NIDDM ( DM Type 2 ).
3. Questionable DM , bila meragukan type 1 atau type 2.
4. MRDM
a) Fibrocalcolous Pancreatic DM ( FDPD ).
b) Proten Deficient Pancreatic DM ( PDPD ).
c) DM type lain dengan keadaan dan gejala yang tertentu.
5. Impaired Glucosa Tolerance ( GTG ).
6. Gestasional Diabetes Mielitus.
B. Statistical Risk Classes.
1. Kedua orang tuanya pernah menderita DM.
2. Pernah menderita GTG kemudian normal kembali.
3. Pernah melahirkan bayi dengan berat lahir lebih dari 4 kilogram.
2.3 Etiologi
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat menyebabkan insufisiensi
insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang peranan penting pada mayoritas DM.
Faktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
a. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel beta
melepas insulin.
b. Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang dapat
menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses secara
berlebihan, obesitas dan kehamilan.
c. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang disertai
pembentukan sel – sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel – sel
penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
d. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap insulin
akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran sel yang responsir terhadap
insulin.
2.4 Patofisiologi
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama
akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang mengakibatkan naiknya
konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dl.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya
metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding
pembuluh darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pasien – pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa
plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yng parah yang
melebihi ambang ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml ), akan
timbul glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa.
Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai
kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan
timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami
keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat
yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan
mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga
berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.
Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan
perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.
2.7 Pengobatan
a. Diet rendah kalori
b. Exercise untuk meningkatkan jumlah dan fungsi reseptor site
c. Insulin diberikan bila dengan oral tidak efektif
d. Khusus untuk ganggren :
e. Ringan atau lokasi bukan daerah ekstremitas dilakukan nekrotomi luas di OK
f. Berat dan lokasinya pada ektremitas pertimbangan amputasi
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Skenario kasus
3.2 Pengkajian
Pengkajian menggunakan pendekatan community as partner meliputi : data inti dan data sub
sistem.
Anak-anak :-
Remaja :-
Dewasa : 150 orang (50 %)
Lansia : 90 orang (30 %)
Ibu hamil : 60 orang (20%)
o Berdasarkan agama
o Status perkawinan
Kawin : 195 orang (65%)
Tidak kawin : 60 orang (20%)
Duda : 30 orang (10%)
Janda : 15 orang (5%)
3.2.2 Data Sub Sistem
A. Data Lingkungan Fisik
c. Jamban
o Kepemilikan jamban
Memiliki jamban : 80%
Tidak memiliki jamban : 20%
o Macam jamban yang dimiliki
Septitank : 75%
Disungai : 25%
o Keadaan jamban
Bersih : 45%
Kotor : 55%
d. Keadaan rumah
o Tipe rumah
Tipe A/permanen : 210 orang (70%)
Tipe B/semipermanen : 75 orang (25%)
Tipe C/tidak permanen : 15 orang (5%)
o Status rumah
Milik rumah sendiri : 180 orang (60%)
Kontrak : 120 orang (40%)
o Lantai rumah
Tanah : 30 orang (10%)
Papan : 90 orang (30%)
Tegel/keramik : 180 orang (60%)
o Ventilasi
Ada : 240 orang (80%)
Tidak ada : 60 orang (20%)
o Luas kamar tidur
Memenuhi syarat : 180 orang (60%)
Tidak memenuhi syarat : 120 orang (40%)
o Penerangan rumah oleh matahari
Baik : 120 orang (40%)
Cukup : 30 orang (10%)
e. Halaman rumah
o Kepemilikan pekarangan
Memiliki : 240 orang (80%)
Tidak memiliki : 60 orang (20%)
o Pemanfaatan pekarangan
Ya : 270 orang (90%)
Tidak : 30 orang (10%)
B. Fasilitas Umum dan Kesehatan
a. Fasilitas umum
1. Sarana Kegiatan Kelompok
b. Fasilitas Kesehatan
1. Pemanfaatan fasilitas kesehatan
a. Karekteristik Pekerjaan
d. Kepemilikan usaha
a. Keamanan
1. Diet makan
4. Kebiasaan sehari-hari
b. Transportasi
1. Fasilitas transportasi : Jalan Raya, Angkutan Umum, Ambulans
2. Alat transportasi yang dimiliki
F. Sistem Komunikasi
o Penyuluhan oleh kader dari masyarakat dan oleh petugas kesehatan dari
Puskesmas : ada tapi jarang
G. Pendidikan
H. Rekreasi
o Tempat wisata yang biasanya dikunjungi taman kota dan alun – alun.
o Ada program setahun sekali diadakan program wisata bersama kader
kesehatan RT 05 RW 03 Kelurahan Margo Rukun.
3.3 ANALISA DATA
No PENGELOMPOKKAN DATA ETIOLOGI MASALAH
1. Ds : Pengetahuan yang Ketidakpatuhan terhadap
Do :
Do:
- penghasilan UMR-1.000.000
sebanyak 90 orang
- penghasilan > UMR 60 orang Resiko peningkatan
penderita ganggren Di
3. Ds: Kurangnya RT 3 RW 5 kelurahan
Do: tenytang
pencegahan
-jumlah penderita DM dengan
ganggren sebanyak 30% (90 orang) terjadinya luka
ganggren
- distribusi penderita DM
berdasarkan tingkat pendidikan
formal
Do:
- Jumlah penderita DM dengan ganggren sebanyak 30% (90 orang)
- Distribusi penderita DM berdasarkan tingkat pendidikan formal
SD : 45% (135 orang)
SLTP : 30% (90 orang)
SLTA : 20% (60 orang)
Perguruan Tinggi :5%(15 orang)
- Sebanyak 210 orang (70%) penderita DM tidak check up secara rutin
- Kebiasaan sehari hari penderita DM yang setiap saat memakai alas kaki sebanyak 45
orang (15%),saat dilauar rumah 75 orang (25%) dan jarang memakai 180 orang (60%)
Carpenito, Lynda Juall. (1997). Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa
YasminAsih. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin
asih. Jakarta : EGC.
Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi
ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.
Sumber:http://www.ilmukeperawatan.com
http://lizanurviana.blog.com/2010/11/28/askep-komunitas-pada-diabetes-melitus/