Vous êtes sur la page 1sur 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan
selesai sampai ala-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa
nifas ini 6-8 minggu (Mochtar, 2012).
Masa post partum merupakan masa kritis dimana masa post partum akan
menimbulkan berbagai komplikasi diantaranya yaitu perdarahan, infeksi
puerperalis, endometritis, mastitis, tromboplebitis, dan trombosis, embol, post
partum depresi. Dimana perdarahan merupakan penyebab terbanyak kematian
wanita selama periode post partum.
Menurut Prawiharjo (2011), penyebab utama kematian ibu adalah
perdarahan, infeksi, hipertensi pada kehamilan, partus macet dan aborsi.
Kematian karena perdarahan pascapersalinan terjadi dalam waktu 4 jam setelah
persalinan. WHO memperkirakan sekitar 10% kelahiran hidup mengalami
komplikasi perdarahan pasca persalinan. Sehingga untuk menangani dan
mencegah komplikasi yang timbul, maka diperlukan pemantauan khusus dalam
pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan masa nifas ?
2. Apa saja tahapan masa nifas ?
3. Bagaimana perubahan fisiologis masa nifas ?
4. Bagaimana pathway dari post partum ?
5. Bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan pada post partum ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui definisi masa nifas
2. Mengetahui tahapan masa nifas
3. Mengetahui perubahan fisiologis masa nifas

1
2

4. Mengetahui pathway dari post partum


5. Mengetahui komplikasi dari bronkopneumonia
6. Mengetahui pelaksanaan asuhan keperawatan pada post partum
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI MASA NIFAS


Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,
serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan
seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih enam minggu (Saleha,
2009).
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan
selesai sampai ala-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa
nifas ini 6-8 minggu (Mochtar, 2012).
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai
alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas
berlangsung selama enam minggu (Ambarwati, 2010).
Masa nifas adalah masa pulih setelah proses persalinan hingga organ
kandungan kembali seperti semula sebelum hamil.
B. TAHAPAN MASA NIFAS
1. Puerperium dini
Kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam
agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk
sehat sempurna bisa berminggu-minggu.
C. PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS
1. Perubahan sistem reproduksi
a. Involusio uterus
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses yakni uterus
kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses

4
5

ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos
uterus.

Involusi uteri dari luar dapat diamati yaitu dengan memeriksa fundus
uteri dengan cara sebagai berikut:
1) Segera setelah perssalinan, tinggi fundus uteri 2 cm di bawah pusat,
12 jam kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan menurun kira-kira
1 cm setiap hari
2) Pada hari kedua setelah persalinan tinggi fundus uteri 1 cm di
bawah pusat. Pada hari ke 3-4 tinggi fundus uteri 2 cm dibawah
pusat
3) Pada hari ke 5-7 tinggi fundus uteri setengah pusat simfisis. Pada
hari kesepuluh tinggi fundus uteri tidak teraba.

Bila uterus tidak mengalami atau terjadi kegagalan dalam proses


involusi disebut dengan subinvolusi. Subinvolusi dapat disebabkan oleh
infeksi dan tertinggalnya sisa plasenta/perdarahan lanjut (postpartum
haemorrhage).

b. Afterpains
Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada
umumnya tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering
dialami multipara dan biasa menimbulkan nyeri yang bertahan
sepanjang masa awal puerperium. Rasa nyeri setelah melahirkan ini
lebih nyata setelah ibu melahirkan, di tempat uterus terlalu teregang
(misalnya, pada bayi kembar dan kembar). Menyusui dan oksitosin
tambahan biasanya meningkatkan nyeri ini karena kesuanya
merangsang kontraksi uterus.
c. Lochea
Lochea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam
uterus. Jenis-jenis loche adalah:
6

1) Lochea rubra: lochea ini muncul pada hari 1-4 masa postpartum,
berwarna merah karena berisi darah segar jaringan sisa-sisa
plasenta.
2) Lochea saguinolenta: cairan berwarna merah kecoklatan dan
berlendir. Berlangsung hari ke 4-7.
3) Lochea serosa: berwarna kuning kecoklatan, muncul hari ke 7-14.
4) Lochea alba: mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, serabut
jaringan yang mati berlangsung selama 2-6 minggu.
d. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus. Warna
serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena pembuluh darah.
Konsistensi lunak kadang-kadang terdapat laserasi/perlukaan kecil. Ole
karena robekan kecil yang terjadi selama dilatasi, serviks tidak pernah
kembali pada keadaan sebelum hamil.
e. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses persalinan dan kembali secara bertahap dalam 6-8
minggu postpartum. Penurunan hormon estrogen pada masa postpartum
berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae
akan terlihat kembali pada sekitar minggu keempat.
f. Payudara (mamae)
Pada semua wanita yang telah melahirkan, proses laktasi terjadi secara
alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu
produksi susu dan sekresi susu atau let down.
2. Perubahan Sistem Pencernaa
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini karena
alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi
kosong pada waktu melahirkan, pengeluaran cairan yang berlebihan pada
waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, hemoroid, laserasi jalan lahir.
Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diet atau makanan
yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup.
7

3. Perubahan sistem perkemihan


Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-
kadang puerperium mengalami sulit buang air kecil, karena sfingter uretra
ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sfingter ani
selama persalinan, juga oleh karena adanya edema kandung kemih yang
terjadi selama persalinan.
4. Perubahan sistem muskuloskeletal
Ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meragang sewaktu
kehamilandan persalinan berangsur-angsur kembali seperti sediakala. Tidak
jarang ligamen rotundum mengendur, sehingga uterus jatuh ke belakang.
Mobilisasi sendi berkurang dan posisi lordosis kembali secara perlahan.
5. Perubahan sistem endokrin
a. Oksitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh glandula pituitari posterior dan bekerja
terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Oksitosin di dalam sirkulasi
darah menyebabkan kontraksi otot uterus dan waktu yang sama
membantu proses involusi uterus.
b. Prolaktin
Penurunan estrogen menjadikan prolaktin yang dikeluarkan oleh
glanula pituitari anterior bereaksi terhadap alveoli dari payudara
sehingga menstimulasi produksi ASI. Pada ibu menyusui, kadar
prolaktin tetap tinggi dan merupakan permulaan stimulasi folikel di
dalam ovarium ditekan.
c. HCG, HPL, estrogen, dan progesteron
Ketika plasenta lepas dari dinding uterus dan lahir, tingkat hormon
HCG, HPL, estrogen, dan progesteron di dalam darah ibu menurun
dengan cepat, normalnya setelah tujuh hari.
d. Pemulihan ovulasi dan menstruasi
Pada ibu menyusui bayinya, ovulasi jarang sekali terjadi sebelum 20
minggu, dan tidak terjadi diatas 28 minggu pada ibu yang melanjutkan
8

menyusui untuk enam bulan. Pada ibu yang tidak menyusui ovulasi dan
menstruasi biasanya mulai antara 7-10 minggu.
6. Perubahan sistem kardiovaskular
Cardiac output meningkat selama persalinan dan peningkatan lebih lanjut
setelah kala III ketika besarnya volume darah dari uterus terjepit di dalam
sirkulasi. Penurunan terjadi setelah hari pertama puerperium dan kembali
normal pada akhir minggu ke tiga.
Meskipun terjadi penurunan dalam aliran darah ke organ setelah hari
pertama, aliran darah ke payudara meningkat untuk persiapan laktasi. Pada
beberapa hari pertama setelah kelahiran, fibrinogen, plasminogen, dan
faktor pembekuan menurun cukup cepat. Akan tetapi darah lebih mampu
untuk melakukan koagulasi dengan peningkatan viskositas, dan ini
berakibat meningkatkan risiko trombosis.
7. Perubahan sistem hematologi
Leukositosis meningkat, sel darah putih sampai berjumlah 15.000 selama
persalinan, tetap meningkat selama beberapa hari pertama postpartum.
Jumlah sel darah putih dapat meningkat lebih lanjut sampai 25.000-30.000
diluar keadaan patologi jika ibu mengalami partus lama. Hb, Ht, dan
eritrosit jumlahnya berubah di dalam awal puerperium.
8. Perubahan tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital yang harus dikaji pada masa nifas adalah sebagai berikut.
a. Suhu
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2°C. Sesudah partus
dapat naik kurang lebih 0,5°C dari keadaan normal, namun tidak
melebihi 38°C. Sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya suhu
badan akna kembali normal. Bila suhu lebih dari 38°C, mungkin erjadi
infeksi pada klien.
b. Nadi dan pernafasan
Nadi berkisar antara 80-60 x/menit setelah partus dan dapat terjadi
bradikardia. Bila terdapat takikardia dan suhu tubuh tidak panas
mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada vitium kordis pada
9

penderita. Pada masa nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan


dengan suhu tubuh, sedangkan pernafasan akan sedikit meningkat
setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula.
c. Tekanan darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum akan
menghilang denngan sendirinnya apabila tidak terdapat penyakit-
penyakit lain yang menyertainya dalam setegah blan tanpa pengobatan
9. Perubahan berat badan
Disaat melahirkan ibu mengalami kehilangan 506 kg bertat badan 3-5 kg
selama minggu pertama masa nifas. Faktor-faktor yang mepercepat
penurunan berat badanpada masa nifas diantaranya adalah peningkatan
berat badan selama kehamilan, primiparitas, segera kembali bekerja di luar
rumah, dan merokok. Usia atau status pernikahan tidak mempengarugi
penurunan berat badan,kehilanngan cairan melaluikeringat dan peningkatan
jumlah urin menyebabkan penurunan nerat badan sekitar 2,5 kg selama
masa pascapartum.
10. Perubahan kulit (sistem integumen)
Pada waktu hamil terjadi pigmentasi kulit pada beberapa tempat karena
proses hormonal. Pigmentasi ini berupa kloasma gravidarum pada pipi,
hiperpigmentasi kulit sekitar payudara, hiperpigmentasi kulit dinding perut
(striae gravidarum). Setelah persalinan, hormonal berkurang dan
hiperpigmentasi pun menghilang. Pada dinding perut akan menjadi putih
mengkilap yaitu striae albican (Kumalasari, 2015).
10

D. PATHWAY

E. ASUHAN KEPERAWATAN PADA POSTPARTUM


1. PENGKAJIAN
a. Pengkajian Fisik
1) Riwayat kesehatan sebelumnya
2) Tanda-tanda Vital
3) Mamae: gumpalan, kemerahan, nyeri, perawatan payudara,
management engorgement, kondisi putting, pengeluaran ASI.
4) Abdomen: palpasi RDA, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, striae.
11

5) Perineum: lochea, tanda-tanda REEDA.


6) Ekstremitas: varices, tanda-tanda Homan.
7) Rektum: hemoroid, dll.
8) Aktivitas sehari-hari.
b. Pengkajian Psikologis
1) Umum: status emosi,gambaran diri dan tingkat kepercayaan.
2) Spesifik: depresi postpartum.
3) Seksualitas: siklus menstruasi,pengeluaran ASI dan penurunan
libido.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri b.d. Agen injuri fisik (trauma jalan lahir, episiotomi).
b. Menyusui tidak efektif b.d. Kurang pengetahuan ibu, terhentinya proses
menyusui.
c. Risiko infeksi b.d. Faktor risiko: Episiotomi, laserasi jalan lahir,
bantuan pertolongan persalinan.
d. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik
e. Gangguan eliminasi BAB : Konstipasi berhubungan dengan penurunan
peristaltik, nyeri episiotomi, penurunan aktivitas.
f. Kurang pengetahuan: Perawatan post partum b.d. Kurangnya informasi
tentang penanganan postpartum.
3. INTERVENSI
a. Nyeri b.d. Agen injuri fisik (trauma jalan lahir, episiotomi)
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri ibu
berkurang denga kriteria hasil : skala nyeri 0-1, ibu mengatakan
nyerinya berkurang sampai hilang, tidak merasa nyeri saat mobilisasi ,
tanda vital dalam batas normal . S = 37 C . N = 80 x/menit , TD =
120/80 mmHG , R = 18 – 20 x / menit
Intervensi :
1) Kaji ulang skala nyeri
Rasional: mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang tepat
12

2) Anjurkan ibu agar menggunakan teknik relaksasi dan distraksi rasa


nyeri
Rasional: untuk mengalihkan perhatian ibu dan rasa nyeri yang
dirasakan
3) Motivasi : untuk mobilisasi sesuai indikasi
Rasional: memperlancar pengeluaran lochea, mempercepat involusi
dan mengurangi nyeri secara bertahap.
4) Berikan kompres hangat
Rasional: meningkatkan sirkulasi pada perinium
5) Delegasi pemberian analgetik
Rasional: melonggarkan system saraf perifer sehingga rasa nyeri
berkurang.
b. Menyusui tidak efektif b.d. Kurang pengetahuan ibu, terhentinya proses
menyusui.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat
mencapai kepuasan menyusui dengan kriteria hasil : ibu
mengungkapkan proses situasi menyusui, bayi mendapat ASI yang
cukup.
Intervesi :
1) Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu tentang
menyusui sebelumnya.
Rasional: membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini
agar memberikan intervensi yang tepat.
2) Demonstransikan dan tinjau ulang teknik menyusui
Rasional: posisi yang tepat biasanya mencegah luka/pecah putting
yang dapat merusak dan mengganggu
3) Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui
Rasional: agar kelembapan pada payudara tetap dalam batas
normal.
13

c. Risiko infeksi b.d. Faktor risiko: Episiotomi, laserasi jalan lahir,


bantuan pertolongan persalinan.
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan infeksi pada ibu tidak
terjadi dengan kriteria hasil : dapat mendemonstrasikan teknik untuk
menurunkan resiko infeksi, tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
1) Kaji lochea (warna, bau, jumlah) kontraksi uterus dan kondisi
jahitan episiotomi.
Rasional: untuk dapat mendeteksi tanda infeksi lebih dini dan
mengintervensi dengan tepat.
2) Sarankan pada ibu agar mengganti pembalut tiap 4 jam.
Rasional: pembalut yang lembab dan banyak darah merupakan
media yang menjadi tempat berkembangbiaknya kuman.
3) Pantau tanda-tanda vital.
Rasional:peningkatan suhu > 38°C menandakan infeksi.
4) Lakukan rendam bokong.
Rasional: untuk memperlancar sirkulasi ke perinium dan
mengurangi udema.
5) Sarankan ibu membersihkan perineal dari depan ke belakang.
Rasional: membantu mencegah kontaminasi rektal melalui vaginal.
d. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan: Kebutuhan ADL-nya dapat terpenuhi dengan kriteria hasil
Klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa bantuan orang lain,
keadaan umum baik, kekuatan otot baik.
Intervensi:
1) Kaji kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Rasional: mengetahui kemampuan klien dan dapat memenuhi
kebutuhannya.
2) Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Rasional: bantu dan latihan yang teratur membiasakan klien
melakukan aktivitas sehari-hari.
14

3) Anjurkan keluarga untuk kooperatif dalam perawatan


Rasional: keluarga dapat membantu dan bekerja sama memenuhi
kebutuhan klien dan mempercepat proses penyembuhan.
e. Gangguan eliminasi BAB : Konstipasi berhubungan dengan penurunan
peristaltik, nyeri episiotomi, penurunan aktivitas.
Tujuan : Gangguan eliminasi teratasi dengan kritenia hasil klien secara
verbal mengatakan mampu BAB normal tanpa keluhan sesuai pola.
Intervensi :
1) Kaji bising usus, diastasis recti.
Rasional: mengevaluasi fungsi usus. Diastasis recti berat
menurunkan tonus otot abdomen yang diperlukan untuk mengejan
selama pengosongan.
2) Kaji adanya Hemoroid.
Rasional: hemoroid akan menyebabkan gangguan eliminasi.
3) Anjurkan diet makanan tinggi serat, peningkatan cairan.
Rasional: makanan tinggi serta dan peningkatan cairan merangsang
eliminasi.
4) Anjurkan peningkatan aktivitas dan ambulasi sesuai toleransi.
Rasional: membantu peningkatan peristaltik gastrointestinal.
5) Kolaborasi pemberian laksantif, supositona atau enema.
Rasional: meningkatkan untuk kembali ke kebiasaan defekasi
normal dan mencegah mengejan atau stress perianal selama
pengosongan.
f. Kurang pengetahuan: Perawatan post partum b.d. Kurangnya informasi
tentang penanganan postpartum.
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan pengetahuan ibu tentang
perawatan dini dan bayi bertambah dengan kriteria hasil :
mengungkapkan kebutuhan ibu pada masa post partum dan dapat
melakukan aktivitas yang perlu dilakukan dan alasannya seperti
perawatan bayi, menyusui, perawatan perinium.
Intervensi :
15

1) Berikan informasi tentang perawatan dini (perawatan perineal)


perubahan fisiologi, lochea, perubahan peran, istirahat, KB.
Rasional: membantu mencegah infeksi, mempercepat penyembuhan
dan berperan pada adaptasi yang positif dari perubahan fisik dan
emosional.
2) Berikan informasi tentang perawatan bayi (perawatan tali pusat, ari,
memandikan dan imunisasi).
Rasional: menambah pengetahuan ibu tentang perawatan bayi
sehingga bayi tumbuh dengan baik.
3) Sarankan agar mendemonstrasikan apa yang sudah dipelajari.
Rasional: memperjelas pemahaman ibu tentang apa yang sudah
dipelajari.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. A P5A1 DENGAN UMUR


KEHAMILAN 36 MINGGU, JENIS PERSALINAN SPONTAN DENGAN
DIAGNOSA PEB (PRE EKLAMPSI BERAT)
DI RUANG VK RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH BANDUNG

A. PENGKAJIAN
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identitas Klien

Nama : Ny. A
Umur : 41 tahun
No. Medrec : 744931
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Jembatan Opat RT 03/RW 06
Kelurahan Maleer Kecamatan Batununggal
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Status Maritas : Menikah
Golongan Darah :O
Tanggal Masuk RS : 31 Oktober 2017
Tanggal Operasi :-
Tanggal Pengkajian : 1 November 2017
Diagnosa Medis : P5A1 dengan PEB (Pre Eklampsi Berat)

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ayi
Umur : 42 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Jembatan Opat RT 03/RW 06
Kelurahan Maleer Kecamatan Batununggal

16
17

Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Status Marital : Menikah
Golongan Darah :O
Hubungan dng Klien : Suami

c. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Klien mengeluh belum BAB sejak masuk rumah sakit.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang (PQRST)
Pada hari Selasa (31 Oktober 2017) pagi hari klien datang ke poli
kebidanan Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung untuk memeriksakan
kehamilannya. Dokter spesialis obgyn dan ginekologi menyarankan
klien untuk melakukan cek darah di laboratorium karena persalinan yang
semakin dekat. Setelah memeriksakan kehamilannya, klien langsung
melakukan pemeriksaan darah di laboratorium Rumah Sakit
Muhammadiyah Bandung (hasil laboratorium terlampir).
Pada hari Selasa (31 Oktober 2017) pukul 19.40 WIB klien datang ke
IGD Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung dengan keluhan nyeri perut
skala 9 dari 10, mulas sudah 5 menit sekali, pembukaan 2 cm, DJJ:
136x/menit. Tanda-tanda vital klien : TD: 180/140 mmHg, N:
100x/menit, R: 20x/menit, S: 36,5°C. Klien diberikan oksigen 3L/menit,
klien juga mendapatkan terapi three ways infus RL + Sintosinon 2 amp
40 tetes/menit dan RL + MgSO4 1 amp 20 tetes/menit dan Dopamet 2
tablet pada jam 20.10 WIB. Klien dipasang dower caterer.
Pada jam 20.15 WIB, pembukaan klien sudah lengkap dan klien
melahirkan spontan di IGD dengan bantuan bidan dengan jenis kelamin
laki-laki BB: 3270 gram PB: 49 cm, APGAR skor 1 menit: 8, 5 menit:
10. Selanjutnya klien dibservasi di ruang rawat inap nifas Rumah Sakit
Muhammadiyah Bandung.
18

Pada saat dilakukan pengkajian hari Rabu (1 November 2017), tanda-


tanda vital klien : TD: 110/70 mmHg, N: 86x/menit, R: 19x/menit, S:
37,1°C.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit hipertensi atau yang
menyebabkan klien dirawat sebelumnya.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
degeneratif (hipertensi, diabetes) sebelumnya.
5) Riwayat Ginekologi dan Obstetri
a) Riwayat Ginekologi
(1) Riwayat Menstruasi
Klien pertama kali haid pada usia 15 tahun. Lamanya haid 8 hari,
dan tidak pernah ada keluhan haid hingga sekarang.
(2) Riwayat Pernikahan
Klien menikah pada tahun 1997. Usia klien saat menikah adalah 20
tahun. Pernikahan ini merupakan pernikahan pertama bagi klien
dan suaminya.
(3) Riwayat Keluarga Berencana
Klien mengatakan menggunakan KB suntik selama 3 tahun.
b) Riwayat Obstetri
(1) Riwayat kehamilan, persalinan & nifas yang lalu
Thn. Umur Jenis Tempat/ Masalah Keadaan
No JK BB
Partus Hamil Parus Penolong Hamil Lahir Nifas Bayi Anak
I 1997 3 Bln Kuret RS/Dokter Meninggal
II 1998 9 Bln Spt Rumah/Pa P 2800 Hidup
raji
III 2003 9 Bln Spt Rumah/Pa P 2700 Hidup
raji
IV 2008 9 Bln Spt Rumah/Pa L 2700 Hidup
19

raji
V 2011 9 Bln Spt RS/Bidan P 3200 Hidup
VI Saat ini

(2) Riwayat kehamilan saat ini


Klien mengatakan HPHT 31 Januari 2017. Menurut klien, klien
sudah pernah mendapatkan imunisasi TT. Klien selalu
memeriksakan kehamilannya setiap trimester ke Bidan Praktek
Mandiri di dekat rumahnya. Klien mengatakan semenjak
kehamilannya ini tekanan darahnya selalu tinggi, padahal klien
tidak mempunyai riwayat darah tinggi sebelumnya. Klien pun
disarankan oleh bidan prakteknya untuk berkonsultasi dengan
dokter spesialis obgyn dan ginekologi di rumah sakit.
(3) Riwayat persalinan sekarang
Klien mengatakan datang ke IGD Rumah Sakit Muhammadiyah
Bandung dengan pembukaan 2. Mulas-mulas dirasakan 5 menit
sekali. Dalam 1 jam pembukaan klien sudah lengkap dan klien
melahirkan di IGD dengan penolong Bidan dengan jenis kelamin
laki-laki BB: 3270 gram PB: 49 cm, APGAR skor 1 menit: 8, 5
menit: 10
d. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan Fisik Ibu
a) Keadaan Umum
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Suhu : 37,1 0 C
Respirasi : 19 x/menit
BB : 52 Kg
TB : 155 cm
20

b) Sistem pernafasan
Pada saat dikaji, pernafasan melalui hidung. Tidak ada pernafasan
cuping hidung (pch). Ukuran dan bentuk hidung simetris, hidung
simetris, tidak ada sekret, tidak terdapat polip, pola nafas reguler,
frekuensi nafas 19x/menit. Pergerakan dada simetris antara kanan
dan kiri, tidak ada nyeri tekan, auskultasi bunyi nafas vesikuler pada
seluruh area paru.
c) Sistem kardiovaskular
Pada saat dikaji, nadi 86x/menit, konjungtiva anemis, tidak terdapat
sianosis, tidak ada peningkatan JVP, akral teraba hangat, bunyi
jantung S1 dan S2 murni reguler, tekanan darah 110/70 mmHg, CRT
< 2 detik.
d) Sistem pencernaan
Pada saat dikaji, bentuk bibir simetris, mukosa bibir lembab, tidak
terdapat stomatitis pada bibir klien, tidak ada pembesaran tonsil.
Klien belum BAB sejak masuk rumah sakit. Bising usus klien
10x/menit.
e) Sistem persyarafan
Pada saat dikaji, kesadaran klien compos mentis. Klien dapat
mengikuti setiap instruksi yang diberikan. Klien dapat melihat
dengan jelas, mendengar dengan baik, dan berbicara dengan normal.
Tidak ada gangguan pada sistem persyarafan.
f) Sistem endokrin
Pada saat dikaji, tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening,
limfa dan tiroid. Klien tidak memiliki riwayat penyakit diabetes
melitus.
g) Sistem perkemihan
Pada saat dikaji, balder klien dalam kondisi kosong. Klien sudah
tidak terpasang dower cateter. Tidak ada keluhan nyeri dan kesulitan
pada saat BAK.
21

h) Sistem reproduksi
(1) Mammae
Pada saat dikaji, keadaan payudara bersih. Tidak terdapat
pembengkakan pada mammae. Klien mengatakan ASI keluar
sedikit-sedikit. Puting susu menonjol dan bersih.
(2) Fundus uteri
Pada saat dikaji, fundus uteri terletak 2 jari dibawah pusar.
Kontraksi uterus baik, dibuktikan dengan teraba keras pada
uterus. Letak uterus di tengah abdomen.
(3) Vulva/vagina
Pada saat dikaji, keadaan vulva bersih. Tidak terdapat luka
episiotomi pada vulva klien. Lochea klien rubra (merah) banyak
pada pembalut klien.
i) Sistem muskuloskeletal
Pada saat dikaji, ekstremitas simetris, kekuatan otot 5|5. Tidak ada
keluhan pada ekstremitas. Tidak terdapat varises dan edema pada
ekstremitas. Rectus abdominalis +1. Hofman sign (-).
j) Sistem integumen
Pada saat dikaji, terdapat cloasma gravidarum. Terdapat linia nigra
dan striae gravidarum pada abdomen klien. Terdapat
hiperpigmentasi pada areola klien. Turgor kulit baik, suhu klien
37,1°C.
2) Pemeriksaan Fisik Bayi
a) Keadaan umum
Berat badan lahir : 3270 gr
Berat badan saat dikaji : 3220 gr
Penjang badan lahir : 49 cm
Lingkar kepala : 31 cm
Lingkar dada : 23 cm
Lingkar perut : 23 cm
22

b) Tanda-tanda vital
Nadi : 136 x/menit
Respirasi : 35 x/menit
Suhu : 37,2°C
c) Kepala
Pada saat dikaji, bentuk kepala bayi lonjong. Fontanel anterior dan
posterior belum menutup. Tidak terdapat caput suksedanium dan
cepalhematoma.
d) Mata
Pada saat dikaji, mata simetris dan dapat membuka kelopak mata
secara mandiri. Bola mata tidak menonjol.
e) Telinga
Pada saat dikaji, daun telinga simetris dan utuh. Tidak terdapat
benjolan atau kelainan pada daun telinga.
f) Hidung
Pada saat dikaji, jalan nafas bayi paten, pola nafas pasien reguler
dengan respirasi rate 35x/menit.
g) Mulut
Pada saat dikaji, mulut intake/utuh, tidak terdapat
labioskisis/labiopalatoskisis. Mukosa lembab.
h) Dada
Pada saat dikaji, payudara bayi menonjol dengan tinggi puncak
puting 1-2 mm. Tidak ada pengeluaran air susu pada payudara.
Xifoid tidak terlihat menonjol saat bayi ekspirasi. Tidak terdapat
pernafasan cuping hidung. Bunyi nafas vesikuler, heart rate
136x/menit. Tidak terdapat suara jantung tambahan.
i) Abdomen
Pada saat dikaji, abdomen datar, tidak membuncit. Pada saat
dipalpasi, abdomen lunak, tidak ada pembesaran hati. Tidak ada
tanda-tanda infeksi pada tali pusat. Tidak terdapat hernia pada bayi.
Tali pusat bersih, tidak terdapat tanda-tanda infeksi (REEDA (-)).
23

j) Genitalia
Pada saat dikaji, tidak terdapat hematoma pada genitalia. Rugae
banyak. Bayi BAK dan BAB. Anus terbentuk.
k) Ekstremitas
Pada saat dikaji, tangan dan kaki utuh. Jumlah jari 5 pada setiap
ekstremitas. Tidak terdapat kelainan pada ekstremitas. ROM cukup
aktif, tahanan pada ektremitas kuat. refleks moro (+), refleks startle
(+), refleks glabelar (+), refleks tonic neck (+), refleks rooting (+)
lemah, refleks sucking (+), refleks palmar graps (+), refleks plantar
graps (+), refleks babinski (-), refleks stepping (+)
e. Pola Aktivitas Sehari- hari

No. Aktivitas Sebelum Hamil Saat Hamil


1 Nutrisi
a. Makan
- Frekuensi 2-3 ×/hari 3 ×/hari
- Jenis Nasi, Sayur Nasi, Sayur
Mayur, Lauk Mayur, Lauk
Pauk Pauk

- Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada


/alergi
- Nafsu Makan Baik Baik
- Porsi Makan 1 porsi 1 porsi

b. Minum
- Jumlah 7-8 gelas/hari 7-8 gelas/hari
- Jenis Air Putih Air Putih
2 Eliminasi
a. BAB
- Frekuensi 1 hari sekali -
24

- Konsistensi Padat -
- Keluhan Tidak ada Belum BAB
keluhan

b. BAK 4-5 ×/hari 4-5 ×/hari


- Frekuensi Kuning jernih Kuning jernih
- Konsistensi
- Keluhan Tidak ada Tidak ada
keluhan keluhan
3 Personal Higiene
a. Mandi 1-2 ×/hari 1 ×/hari
b. Gosok gigi 1-2 ×/hari 1 ×/hari
c. Keramas 2 hari sekali 2 hari sekali
d. Pakaian 1-2 ×/hari 1 ×/hari
e. Kuku Kuku bersih Kuku bersih
pendek pendek
4 Istirahat Tidur
a. Waktu tidur Pagi –Siang Pagi –Siang
b. Lama tidur/hari 7 jam per hari 7 jam per hari
c. Kesulitan dalam hal tidur Tidak ada Tidak ada
keluhan keluhan
5 Gaya Hidup
1. Kegiatan dalam pekerjaan IRT IRT

2. Olahraga Jarang Olahraga Jarang Olahraga


6. Ketergantungan Fisik
a. Merokok Tidak Tidak
b. Minuman keras Tidak Tidak
c. Obat-obatan Tidak ada Tidak ada
d. Lain-lain
25

f. Aspek Psikososial
1) Pola pikir dan persepsi
Pada saat dikaji, klien mengatakan sudah mengetahui perawatan diri
selama hamil dan setelah melahirkan. Klien juga telah mengetahui cara
pemberian ASI pada bayi karena telah memiliki pengalaman dari anak-
anak sebelumnya. Klien mengatakan anak-anak dan suaminya yang
membantu perawatan bayi di rumah.
2) Persepsi diri
Pada saat dikaji, klien mengatakan baru pertama kali mengalami darah
tinggi pada saat hamil, dan hal itu cukup mengganggu pikirannya. Tetapi
setelah melahirkan tekanan darah klien kembali normal dan klien tidak
khawatir kembali.
3) Gaya komunikasi
Pada saat dikaji, jawaban klien sesuai dengan apa yang ditanyakan. Klien
menggunakan bahasa indonesia, tetapi klien mengatakan apabila di
rumah kadang menggunakan bahasa sunda. Klien mengatakan suami
klien sebagai pemegang peranan penting dalam keluarga. Klien juga
mengatakan tidak ada kesulitan dalam keluarganya.
4) Konsep diri
Pada saat dikaji, klien mengatakan berperan sebagai ibu rumah tangga
sehari-hari. Klien bahagia dengan dirinya apa adanya. Anak-anak dan
suaminya pun menyayangi klien apa adanya.
5) Pengetahuan
Pada saat dikaji, klien telah mengetahui tentang pemberian ASI pada
bayi, KB, nutrisi untuk bayi dan perawatan payudara.
6) Kebiasaan seksual
Tidak terkaji.
g. Data Spiritual
Pada saat dikaji, klien mengatakan keluarga merupakan sumber kekuatan
klien. Klien mengatakan percaya kepada Allah SWT dan takdirnya. Klien
26

mengatakan selalu mengerjakan shalat wajib 5 waktu sehari dan tak lupa
berdo’a.
h. Data Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium
Tanggal 31 Oktober 2017, pukul 10:17 WIB
Hasil :
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11,2 gr/dL 12-16
Hematokrit 34 % 36-48
Leukosit 10.300 sel/mm3 4.000-10.000
Trombosit 259.000 sel/mm3 150.000-400.000
DIABETES
Gula Darah Sewaktu 77 mg/dL Sampai 160
IMUNO-SEROLOGI
Rapid MW7 Non Reaktif Non Reaktif
KLINIK RUTIN
URINE RUTIN
Warna Kuning agak keruh
B.J 1.010
PH 6,5
Protein (+) Positif 1
Reduksi Negatif
Urobilin Normal
Bilirubin Urin Negatif
Sedimen:
Leukosit 1-2/lpb
Eritrosit 0-1/lpb
Kristal -
Silinder -
27

Sel Epitel +

i. Therapi
Cara Waktu Pemberian
No Nama Terapi/Obat Dosis
Pemberian P S M
10
1 Dopamet (IGD) Oral 3x500 mg 20
2 Amoxilin Oral 3x500 mg 08 13 18
3 As. Mefenamat Oral 3x500 mg 08 13 18
4 Dopamet Oral 3x250 mg 0630 14 22

B. ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah


DS: Penekanan pada alat Konstipasi
- Klien mengatakan pencernaan saat hamil
belum BAB sejak ↓
masuk rumah sakit Kolon kosong pada saat
DO: melahirkan
- Tanda-tanda vital ↓
TD: 110/70 mmHg Pengeluaran cairan
N: 86x/menit berlebih saat melahirkan
S: 37,1 oC ↓
RR: 19 x/menit Konstipasi
- Bising usus: 10x/menit

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Konstipasi b.d kosongya saluran cerna pasca melahirkan.
28

1. Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


1. Konstipasi b.d kosongya Setelah dilakukan asuhan Manajemen konstipasi: Manajemen konstipasi:
saluran cerna pasca keperawatan selama 1 x 24 jam, 1. Monitor bising usus 1. Bising usus normal adalah 5-
melahirkan diharapkan klien dapat 2. Jelaskan kepada klien 12x/menit. Dengan
DS: mengeluarkan feses dengan penyebab masalah konstipasi memonitor bising usus klien
- Klien mengatakan kriteria hasil sebagai berikut : klien perawat dapat mengetahui
belum BAB sejak - Pola eliminasi 1 kali/1 hari 3. Dukung peningkatan asupan apakah bising usus klien
masuk rumah sakit - Kemudahan BAB cairan klien masih fisiologis atau bukan.
DO: - Suara bising usus 6-10x/menit 4. Instruksikan klien/keluarga 2. Dengan menjelaskan
- Tanda-tanda vital untuk mengkonsumsi diet penyebab konstipasi kepada
TD: 110/70 mmHg tinggi serat seperti sayuran klien, klien dapat mengerti
N: 86x/menit hijau, agar-agar, buah-buahan dan memutuskan sendiri apa
S: 37,1 oC seperti pisang dan pepaya yang harus dilakukan
RR: 19 x/menit 5. Kolaborasi dengan dokter terhadap tubuhnya
- Bising usus: untuk pemberian laksatif bila 3. Dengan asupan cairan yang
10x/menit perlu cukup, sel-sel dalam tubuh
terutama sel-sel sistem
29

pencernaan dapat melakukan


fungsi fisiologisnya dengan
baik sehingga feses dapat
terbentuk dan dikeluarkan
4. Mengkonsumsi makanan
yang tinggi serat dapat
membantu memperingan
kerja usus untuk membentuk
dan melunakan feses
sehingga feses lebih mudah
untuk disekresikan
5. Laksatif berfungsi untuk
melembutkan feses. Apabila
feses telah lembut maka feses
lebih mudah keluar
30

2. IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN


Dx.
No Hari/Tanggal Kep. Jam Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Tanda Tangan dan
Nama Jelas
No
1. Rabu/1 I 12.00 - Mengobservasi tanda-tanda vital Ny. A, S : - Klien mengatakan belum
BAB
November 2017 dengan hasil:
O : - TTV: TD: 110/70 mmHg, N:
TD: 110/70 mmHg, N: 86x/menit, 86x/menit, R=19x/menit,
S: 37,1°C
R=19x/menit, S: 37,1°C
A: Konstipasi
13.00 - Memberikan obat Amoxilin (500mg) dan P : Intervensi dilanjutkan
- Monitor bising usus
Asam Mefenamat (500mg) melalui oral
- Jelaskan kepada klien
kepada Ny. A penyebab masalah
konstipasi klien
- Memberikan pendkes terhadap Ny.A
- Dukung peningkatan
mengenai nutrisi/makanan berserat yang asupan cairan klien
- Instruksikan klien/keluarga
dapat memperlancar pengeluaran feses
untuk mengkonsumsi diet
14.00 - Memberikan obat Dopamet (250mg) melalui tinggi serat seperti sayuran
hijau, agar-agar, buah-
oral
buahan seperti pisang dan
pepaya
- Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian laksatif
bila perlu
31

2 Kamis/2 I 07.00 - Melakukan operan dinas pagi S : - Klien mengatakan belum


BAB
November 2017 08.00 - Memberikan obat Amoxilin (500mg) dan
O : - TTV: TD: 110/80 mmHg, N:
Asam Mefenamat (500mg) melalui oral 84x/menit, R=20x/menit,
S: 36,7°C
kepada Ny. A
A: Masalah belum teratasi
- Memonitor bising usus klien P : Intervensi dihentikan
Bising usus: 8x/menit, klien mengatakan
sudah BAB pada pukul 05.30 WIB
11.00 - Mengobservasi tanda-tanda vital Ny. A,
dengan hasil:
TD: 110/80 mmHg, N: 84x/menit,
R=20x/menit, S: 36,7°C
13.00 - Memberikan obat Amoxilin (500mg) dan
Asam Mefenamat (500mg) melalui oral
kepada Ny. A
14.00 - Memberikan obat Dopamet (250mg) melalui
oral
32

BAB IV
ANALISIS JURNAL

PICO
Author & Year Purpose Sample
Problem Intervensi Comparison Outcome
Gunawan, Indra Tinggi Fundus Sampel yang Pada ibu post partum Sebelum Hasil analisa data Hasil dari
Astuti, Titi Uteri Pada Ibu peneliti ambil involusi uterus melakukan senam dengan penelitian ini
(2015) Post Partum yang untuk penelitian ini merupakan proses nifas, 20 ibu post menggunakan uji menunjukan ada
Melaksanakan yaitu ibu – ibu post yang sangat penting partum kelompok statistik T Test, pengaruh
Senam Nifas partum yang karena ibu intervensi diukur dengan tingkat pelaksanaan senam
melakukan proses memerlukan tinggi fundus uteri kemaknaan 95% nifas terhadap
persalinan di perawatan yang terlebih dahulu. (alpha 0,05) penurunan tinggi
Puskesmas Ulu khusus, bantuan dan Setelah melakukan fundus uteri pada
Belu Kabupaten pengawasan demi senam nifas, ibu ibu post partum
Tanggamus sebagai pulihnya kesehatan nifas diukur dengan P value
kelompok seperti sebelum kembali tinggi 0,000
intervensi hamil. Salah satu fundus uteri.
berjumlah 20 ibu indikator dalam Sementara 20 ibu
post partum dan proses involusi post partum
sebagai kelompok adalah tinggi fundus kelompok kontrol
kontrol berjumlah uteri. Pada ibu post hanya diukur tinggi
20 ibu post partum partum terjadi fundus uteri.
.kriteria sampel perubahan pada alat
adalah ibu-ibu post kandungan dan juga
partum normal banyak otot-otot
yang melahirkan di pada uterus
puskesmas Ulubelu mengalami
33

peregangan akibat
kehamilan.
Pengembalian otot
ini sangat penting
segera dilakukan,
salah satu caranya
dengan melakukan
senam nifas.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Masa nifas adalah masa pulih setelah proses persalinan hingga organ
kandungan kembali seperti semula sebelum hamil. Pengkajian fisik yang khas
pada ibu post partum adalah pembengkakan mamae, DRA, lochea, tinggi
fundus uteri.
Asuhan keperawatan pada klien dengan post partum adalah suatu tindakan
keperawatan mulai dari pengkajian data, menentukan diagnosa yang muncul,
membuat rencana tindakan, lalu mengimplementasikan dan terakhir
mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan. Pada Ny. R dapat ditegakkan satu
masalah yaitu konstipasi b.d kosongya saluran cerna pasca melahirkan. Setelah
dilakukan tindakan maka hasil evaluasi yang diperoleh semua masalah teratasi
sebagian sehingga intervensi dihentikan.

B. SARAN
Memberikan asuhan keperawatan yang lebih maksimal agar hasil yang
dicapai dapat terwujud sesuai target yang telah ditentukan dalam intervensi
keperawatan.
Memberikan tindakan keperawatan tambahan yaitu senam nifas kepada
ibu post partum agar kondisi ibu lebih bugar dan penurunan fundus uteri lebih
cepat.

34
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M et al. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi


6. Alih Bahasa: Intansari Nurjanah & Roxana Devi Tumanggor. Jakarta:
Mocomedia.

Gunawan, Indra & Astuti, Titi. Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu Post Partum yang
Melaksanakan Senam Nifas. Jurnal Keperawatan. 2015. 2 (11) 183-188.

Herdman, T. H. 2015. NANDA International Inc. Diagnosis Keperawatan:


Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Alih Bahasa: Budi Anna Keliat,
et al. Jakarta: EGC.

Kumalasari, Intan. 2015. Panduan Praktik Laboratorium dan Klinik Perawatan


Antenatal, Intranatal, Postnatal, Bayi Baru Lahir, dan Kontrasepsi. Jakarta:
Salemba Medika.

Llewellyn, Derek. 2009. Dasar-dasar Obsteri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.

Mochtar, R. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.

Moorhead, Sue et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi 5. Alih
Bahasa: Intansari Nurjanah & Roxana Devi Tumanggor. Jakarta:
Mocomedia.

Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Saleha, Siti. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika.

35

Vous aimerez peut-être aussi