Vous êtes sur la page 1sur 4

LTM Termodinamika Teknik Kimia

“Pemicu 2: Hukum Pertama Termodinamika”


Andre Fahriz Perdana Harahap (1406605843)

Outline:
1. Hukum Termodinamika Pertama
2. Proses Isobarik dan Isokhorik
3. Kurva Proses Transien sebagai Fungsi Waktu

Hukum Termodinamika Pertama


Dalam mekanika, dikenal hukum kekekalan energi yaitu energi tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan hanya dapat berubah bentuk dari satu kelainnya dan jumlah energi total selalu konstan.
Hukum kekekalan energi pada hakikatnya berlaku lebih luas daripada yang telah dipaparkan dalam
mekanika yang disebut hukum pertama termodinamika. Oleh karena itu, hukum pertama termodinamika
sering pula disebut hukum kekekalan energi.
Jika batasan suatu sistem tidak memberikan izin bagi materi untuk berpindah dari sistem ke
lingkungan maka sistem tersebut dikatakan tertutup. Karena tidak ada aliran pada sistem tertutup, tidak
ada energi dalam yang berpindah melalui batasan sistem. Seluruh pertukaran energi antara sistem tertutup
dengan lingkungan muncul sebagai kalor dan usaha. Perubahan energi total lingkungan setara dengan
energi net yang dipindahkan dari atau ke dalamnya sebagai kalor dan usaha.
∆(energi sistem) = Q + W (1)
Persamaan (1) berarti bahwa total perubahan energi suatu sistem tertutup setara dengan energi net yang
dipindahkan ke dalamnya sebagai kalor dan usaha. Sistem tertutup mengalami proses yang menyebabkan
tidak adanya perubahan dalam sistem kecuali energi dalamnya (∆U). Hukum pertama termodinamika
secara tidak langsung menyatakan bahwa “Perubahan energi dalam (∆U) dari sebuah sistem hanya
tergantung pada transfer panas ke dalam sistem (Q) dan kerja yang dilakukan oleh sistem (W) dan tidak
tergantung pada proses yang terjadi.”.
∆U = Q – W (1)
dengan perjanjian sebagai berikut: panas ditambahkan ke sistem (→Q+); panas dilepaskan dari sistem
(→Q-); kerja dilakukan pada sistem (→W-); dan kerja dilakukan oleh sistem (→W+).
Bentuk persamaan diferensial dari hukum pertama termodinamika adalah sebagai berikut:
dU = dQ – dW (2)
dimana U menunjukkan sifat dari sebuah sistem, sedangkan Q dan W tidak. W dan Q pada hakikatnya
bukan merupakan fungsi variabel keadaan, tetapi termasuk dalam proses termodinamika yang dapat
mengubah suatu keadaan ke keadaan lainnya. U merupakan fungsi variabel keadaan (P, V, T, n).

Proses Isobarik dan Isokhorik


Aplikasi hukum pertama termodinamika dapat diterapkan pada lima proses umum termodinamika
yakni: proses isotermal (∆T = 0); proses isokhorik (∆V = 0); proses isobarik (∆P = 0), proses adiabatik
(∆Q = 0); dan proses siklik.
Pada proses isobarik tidak terjadi perubahan tekanan pada sistem. Proses isobarik umumnya
terjadi pada sistem yang mempunyai kontak langsung dengan tekanan atmosfer bumi yang dianggap
konstan (misal: reaksi biokimia). Persamaan keadaan untuk proses isobarik adalah sebagai berikut:
𝑉2 𝑉2

𝑊 = ∫ 𝑃𝑑𝑉 = 𝑃 ∫ 𝑑𝑉
𝑉1 𝑉1

W = P(V2 – V1) = P ∆V (3)

Gambar 1. Grafik P-V Proses Isobarik

Pada proses isokhorik tidak terjadi perubahan volume pada sistem. Proses isokhorik pada
umumnya terjadi pada sistem yang mempunyai wadah yang kuat, tertutup rapat, dan tidak dapat berubah.
Pada proses isokhorik, berlaku ∆V = 0 sehingga persamaan keadaannya menjadi:

Gambar 2. Grafik P-V Proses Isokhorik


W = P ∆V = P (0) = 0 (sistem tidak melakukan kerja)
∆U = Q – W = Q – 0
∆U = Q (4)

Kurva Proses Transien sebagai Fungsi Waktu


Banyak alat-alat yang sesungguhnya mengalami periode operasi transien dimana keadaannya
berubah terhadap waktu. Beberapa contohnya adalah pada startup atau shutdown turbin, kompresor, dan
motor. Karena sifat-sifat, kerja dan laju perpindahan panas, serta laju alir massa dapat bervariasi terhadap
waktu dalam proses transien, maka asumsi tunak tidak lagi tepat untuk diaplikasikan pada kasus-kasus
tersebut.
Persamaan neraca massa untuk suatu volume kontrol dengan beberapa input dan output dapat
dituliskan sebagai berikut:
𝑑𝑚𝑐𝑣
= ∑𝑖 𝑚̇ 𝑖 − ∑𝑒 𝑚̇ 𝑒 (5)
𝑑t
dengan mengintegrasikan persamaan di atas akan diperoleh persamaan neraca massa berikut:
̇ 𝑒 𝑚̇ 𝑒
𝑚𝑐𝑣 (𝑡) − 𝑚𝑐𝑣 (0) = ∑𝑖 𝑚𝑖 − ∑ (6)
Persamaan neraca energi untuk suatu volume kontrol dengan beberapa input dan output dapat
dituliskan sebagai berikut:
2 2
𝑑𝐸𝑐𝑣
= 𝑄𝑐𝑣 ̇ + ∑𝑖 𝑚̇ 𝑖 (ℎ𝑖 + 𝑉𝑖 + 𝑔𝑧𝑖 ) − ∑𝑒 𝑚̇ 𝑒 (ℎ𝑒 + 𝑉𝑒 + 𝑔𝑧𝑒 )
̇ − 𝑊𝑐𝑣 (7)
𝑑t 2 2

dengan mengintegrasikan persamaan di atas akan diperoleh persamaan neraca energi berikut:
𝑈𝑐𝑣 (𝑡) − 𝑈𝑐𝑣 (0) = 𝑄𝑐𝑣 − 𝑊𝑐𝑣 + ∑𝑖 𝑚𝑖 ℎ𝑖 − ∑̇ 𝑒 𝑚̇ 𝑒 ℎ𝑒 (8)

Contoh (Example 4.14 Fundamentals of Engineering Thermodynamics by Moran):

Plot variasi suhu air terhadap waktu!


Penyelesaian:
Neraca energi sistem tereduksi (energi kinetik dan potensial diabaikan):
𝑑𝑈𝑐𝑣
̇ − 𝑊𝑐𝑣 + 𝑚̇(ℎ1 − ℎ2 )
= 𝑄𝑐𝑣
𝑑𝑡
Karena massa dalam volume kontrol konstan maka sisi kiri persamaan di atas dapat ditulis:
𝑑𝑈𝑐𝑣 𝑑(𝑚𝑐𝑣 𝑢) 𝑑𝑢
= = 𝑚𝑐𝑣
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
karena air diasumsikan fluida inkompresibel maka energi internal spesifiknya hanya tergantung pada suhu
sehingga berlaku:
𝑑𝑢 𝑑𝑢 𝑑𝑇 𝑑𝑇
= =𝑐
𝑑𝑡 𝑑𝑇 𝑑𝑡 𝑑𝑡
sehingga persamaan sebelumnya menjadi:
𝑑𝑈𝑐𝑣 𝑑𝑇
= 𝑚𝑐𝑣 𝑐
𝑑𝑡 𝑑𝑡
Karena termin entalpi pada neraca energi dapat dituliskan sebagai berikut:
ℎ1 − ℎ2 = 𝑐(𝑇1 − 𝑇2 ) + 𝑣(𝑝1 − 𝑝2 )
Karena tidak ada perubahan tekanan antara input dan output maka persamaan di atas menjadi:
ℎ1 − ℎ2 = 𝑐(𝑇1 − 𝑇)
sehingga persamaan neraca energi keseluruhan menjadi:
𝑑𝑇
𝑚𝑐𝑣 𝑐 = 𝑄𝑐𝑣̇ − 𝑊𝑐𝑣 + 𝑚̇𝑐(𝑇1 − 𝑇)
𝑑𝑡
Penyelesaian persamaan di atas dengan integrasi memperoleh:
𝑚̇ ̇ − 𝑊𝑐𝑣
𝑄𝑐𝑣
𝑇 = 𝐶1 𝑒𝑥𝑝 (− 𝑡) + ( ) + 𝑇1
𝑚𝑐𝑣 𝑚̇𝑐
Konstanta C1 dievaluasi dengan kondisi awal pada t = 0 dengan T = T1 sehingga diperoleh:
̇ − 𝑊𝑐𝑣
𝑄𝑐𝑣 𝑚̇
𝑇 = 𝑇1 + ( ) [1 − 𝑒𝑥𝑝 (− 𝑡)]
𝑚̇𝑐 𝑚𝑐𝑣
dimana dengan substitusi nilai-nilai yang telah diketahui dari soal diperoleh:
𝑇 = 318 − 22[1 − exp(−6𝑡)]

Atkins, PW., & De Paula, J. 2006. Atkins’ Physical Chemistry. Oxford: Oxford University Press.
Moran, MJ., Shapiro, HN., Noettner, DD., & Bailey, MB. 2011. Fundamentals of Engineering Thermodynamycs.
Danvers: John Wiley & Sons, Inc.
Smith, JM., Van Ness, HC., & Abbot, MM. 2001. Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics Sixth
Edition in SI Units. New York: McGraw-Hill

Vous aimerez peut-être aussi