Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Dita Islmiah (152121003)
M. Sholihin (152121008)
Nurul Imam (152121014)
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Setiap anggota organisasi dalam mencapai tujuan organisasi timbul adanya
perasaan kepuasan kerja dan ketidakpuasan. Oleh karena itulah setiap pimpinan
atau manajer suatu organisasi perlu menciptakan suatu iklim yang sehat secara etis
bagi anggotanya atau pegawainya, dimana mereka melakukan pekerjaan secara
maksimal dan produktif. Hal ini sudah barang tentu adanya perilaku individu
dalam organisasi yang merupakan interaksi antara karakteristik individu dan
karakteristik organisasi.
Perilaku organisasi merupakan suatu perilaku terapan yang dibangun atas
sumbangan dari sejumlah disiplin perilkau, seperti yang menonjol psokologi,
sosiologi, psikologi sosial, antropologi dan ilmu politik, sedangkan yang
menyangkut kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan yang disumbangkan
dalam psikologi. Selain itu diperluas juga yang mencangkup pembelajaran,
persepsi, kepribadian, pelatihan, keefektifan kepemimpinan, kebutuhan dan
kekuatan motivasi, proses pengambilan keputusan, penilaian kinerja, pengukuran
sikap, teknik seleksi pegawai, desain pekerjaan dan stres kerja.
Manusia sebagai sumberdaya organisasi memiliki berbagai macam
kebutuhan, yang apabila terpenuhi memberikan motivasi dan produktivitas kerja
karyawan. Salah satu tantangan dalam mengelola sumberdaya manusia yang
berkaitan dengan kebutuhan para karyawan adalah bagaimana menciptakan
kondisi dan lingkungan kerja yang dapat memuaskan berbagai kebutuhan
karyawan.
Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk
mendapatkan hasil kerja yang optimal. Ketika seorang merasakan kepuasan dalam
bekerja tentunya ia akan berupa ya semaksimal mungkin dengan segenap
kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan tugas pekerjaannya. Dengan
demikian produktivitas dan hasil kerja pegawai akan meningkat secara optimal.
Untuk mencapai tingkat kepuasan kerja yang maksimal dalam setiap pelaksanaan
tugas audit, auditor kantor akuntan publik akan selalu menghadapi faktor-faktor
yang diperkirakan dapat mempengaruhi kepuasan kerja. Faktor-faktor tersebut
dapat berupa konflik pekerjaan-keluarga. Dalam makalah ini akan dibahas
mengenai kepuasan kerja,stress, program konseling, dan juga berbagai bentuk
tindakan pendisiplinan.
1.2. Tujuan
1.1.1. Tujuan Umum
1. Mahasiswa dapat memahami Tentang Kinerja dan Kepuasan Kerja.
2. Mahasiswa dapat mengetahui hubungan Kinerja dengan Kepuasan
kerja.
3. Untuk memnuhi tugas mata kuliah menejemen Keperawatan.
1.1.2. Tujuan Khusus
1. Memahami pengertian Kinerja dan Kepuasan kerja ?
2. Mahasiswa dapat memahmi Faktor-faktor yang mempengarui kinerja ?
3. Memahami Kriteria, Penilaian, Pelayanan kinerja ?
4. Mahasiswa mengetahui pengertian Kepuasan Kerja?
5. Mahasiswa mengatahui factor-faktor yang mempengarui Kepuasan Kerja?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengeritan Kinerja
Kinerja atau Performance adalah istilah yang populer di dalam
manajemen, yang mana istilah kinerja didefinisikan dengan istilah hasil kerja,
prestasi kerja danperformance.
Bernardin dan Russel (dalam Ruky, 2002:15) memberikan pengertian
atau kinerja sebagai berikut : “performance is defined as the record of
outcomes produced on a specified job function or activity during time period.
Prestasi atau kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari
fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama kurun waktu
tertentu.
Menurut Gibson, dkk (2003: 355), job performance adalah hasil dari
pekerjaan yang terkait dengan tujuan organisasi, efisiensi dan kinerja
kefektifan kinerja lainnya.
Ilyas (1999: 99), kinerja adalah penampilan hasil kerja personil maupun
dalam suatu organisasi. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personil
yang memangku jabatan fungsional maupun struktural tetapi juga kepada
keseluruhan jajaran personil di dalam organisasi.
Payaman Simanjuntak (2005:1) yang mengemukakan kinerja adalah
tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu. Kinerja perusahaan
adalah tingkat pencapaian hasil dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan.
Manajemen kinerja adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk
meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja masing-
masing individu dan kelompok kerja di perusahaan tersebut
2. Penilaian Kerja
Penilaian kinerja adalah suatu sistem yang digunakan untuk menilai dan
mengetahui apakah seseorang karyawan telah melaksanakan pekerjaannya
dalam suatu organisasi melalui instrumen penilaian kinerja. Pada hakikatnya,
penilaian kinerja merupakan suatu evaluasi terhadap penampilan kerja individu
(personel) dengan membandingkan dengan standard baku penampilan.
Menurut Hall, penilaian kinerja merupakan proses yang berkelanjutan untuk
menilai kualitas kerja personel dan usaha untuk memperbaiki kerja personel
dalam organisasi. Menurut Certo, penilaian kinerja adalah proses penelusuran
kegiatan pribadi personel pada masa tertentu dan menilai hasil karya yang
ditampilkan terhadap pencapaian sasaran sistem manajemen (Ilyas, 2001).
3. Syarat Penilaian
Terdapat kurang lebih dua syarat utama yang diperlukan guna melakukan
penilaian kinerja yang efektif, yaitu (1) adanya kriteria kinerja yang dapat
diukur secara objektif; dan (2) adanya objektivitas dalam proses evaluasi
(Gomes, 2003:136).
Sedangkan dari sudut pandang kegunaan kinerja itu sendiri, Sondang
Siagian (2008-223-224) menjelaskan bahwa bagi individu penilaian kinerja
berperan sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan,
keletihan, kekurangan dan potensinya yang pada gilirannya bermanfaat
untuk menentukan tujuan, jalur, rencana dan pengembangan karirnya.
Sedangkan bagi organisasi, hasil penilaian kinerja sangat penting dalam
kaitannya dengan pengambilan keputusan tentang berbagai hal seperti
identifikasi kebutuhan program pendidikan dan pelatihan, rekrutmen, seleksi,
program pengenalan, penempatan, promosi, sistem balas jasa, serta berbagai
aspek lain dalam proses manajemen sumber daya manusia. Berdasarkan
kegunaan tersebut, maka penilaian yang baik harus dilakukan secara formal
berdasarkan serangkaian kriteria yang ditetapkan secara rasional serta
diterapkan secara objektif serta didokumentasikan secara sistematik.
Dengan demikian, dalam melalukan penilaian atas prestasi kerja para
pegawai harus terdapat interaksi positif dan kontinu antara para pejabat
pimpinan dan bagian kepegawaian.
6. Kriteria Penilaian
Relevansi
Item Penilaian Harus Relevan dengan deskripsi dan spesifikasi jabatan
yang diemban
Penilaian tertuju pada tuntutan visi, misi dan nilai – nilai yang berlaku
Sensitivitas
Sistem penilaian harus dapat membedakan dengan jelas SDM yang
berprestasi dan mana yang tidak
Scores penilaian harus didefinisikan dengan jelas untuk setiap tingkatan
atau katagori
Reliabilitas
Hasil pengukuran harus valid dan dapat dipercaya
Hasil penilaian harus dapat diandalkan sebagai dasar pengambilan
keputusan baik bagi pemberi konpensasi maupun pengembangan
Akseptabilitas
Sistem penilaian harus dimenrti dan diterima baik oleh penilai maupun
yang dinilai
Practicality
Dapat diterapkan dengan mudah dengan resiko rendah dari kesalahan
7. Kinerja Pelayanan
Menelusuri arti pelayanan, Kotler (dalam Supranto, 1997:45)
menyebutkan bahwa:”Pelayanan adalah setiap tindakan/kegiatan atau
penampilan/manfaat yang ditawarkan oleh setiap pihak ke pihak lain yang
pada dasarnya tidak berwujud, serta tidak menghasilkan kepemilikan terhadap
sarana yang menghasilkan pelayanan tersebut.”
Wujud pelayanan, biasanya dapat dilihat dari keramahtamahan,
pengetahuan produk, kesigapan dalam membantu, dan antusiasme para
pegawai dalam menangani suatu persoalan. Masalah pelayanan pun sering
dikaitkan dengan lokasi, jumlah produk jasa yang ditawarkan, serta
keuntungan yang akan didapat oleh pelanggan. Berkaitan dengan pelayanan
yang diberikan oleh instansi pemerintah kepada masyarakat, pelayanan untuk
masyarakat (umum) tidak terlepas dari masalah kepentingan umum, yang
menjadi asal usul timbulnya pelayanan umum tersebut. Dengan kata lain,
terdapat korelasi antara kepentingan umum dengan pelayanan umum. Namun
sebelum berbicara mengenai pelayanan umum, perlu kiranya klarifikasi
tentang pengertian “umum” itu sendiri. Dari berbagai studi telaahan, istilah
umum dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata public yang pengertiannya
cukup luas.
Shepherd dan Wilcox (dalam Saefullah, 1999:5) memberikan pengertian
“The public is of course. The whole community, individuals, sharing
citizenship,responsibilities, and benefit”. Dalam hubungannya dengan
pemerintahan, kata umum merupakan singkatan dari sebutan “masyarakat
umum” yang memiliki pengertian sama dengan yang dikemukakan Shepherd
dan Wilcox tersebut.
Menurut Saefullah (1999:5) “Pelayanan umum (public service) adalah
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat umum yang menjadi warga
negara atau yang secara sah menjadi penduduk negara yang bersangkutan”.
Sementara pengertian pelayanan umum menurut Lukman (2000:6) adalah
“suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung
antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik”.
Pendapat lain tentang pengertian pelayanan dikemukakan oleh Pamudji
(1994:21), yaitu “pelayanan publik adalah kegiatan pemerintahan yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa”.
Selanjutnya Kotler (dalam Supranto, 1997:46) mengatakan bahwa: “A service
is any act or performance that one party can offer to another that is essentially
intangible and does not result in the ownership of anything it’s production
may or may not be tied to physical product”.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa pada dasarnya
pelayanan itu merupakan suatu bentuk interaksi antara satu pihak (yang
memberi pelayanan) dengan pihak lain (yang menerima pelayanan), tidak
berwujud fisik akan tetapi dapat dirasakan, dan tidak menghasilkan
kepemilikan sesuatu.
Dilihat dari prosesnya, terjadi interaksi antara yang memberi pelayanan
dengan yang diberi pelayanan. Dalam hal umum atau pelayanan publik,
pemerintah sebagai lembaga birokrasi mempunyai fungsi untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat, sedangkan masyarakat sebagai pihak yang
memberikan mandat kepada pemerintah mempunyai hak untuk memperoleh
pelayanan dari pemerintah.
Hal yang paling rumit dari pelayanan adalah kualitasnya yang sangat
dipengaruhi oleh harapan pelanggan, karena harapan pelanggan sangat
bervariasi tergantung pada kondisi yang sedang dialaminya, seperti yang
disampaikan oleh Olsen dan Wyckoff (dalam Zulian Yamit, 2001:22) bahwa :
“Harapan pelanggan dapat bervariasi dari pelanggan satu dengan pelanggan
yang lain walaupun pelayanan yang diberikan konsisten. Jadi, kualitas
pelayanan adalah perbandingan antara harapan konsumen dengan kinerja
pelayanan.”
Berdasarkan uraian tentang kinerja dan pelayanan sebagaimana
disampaikan di muka, selanjutnya dapat diberikan kesimpulan bahwa kinerja
pelayanan pegawai merupakan tingkat keberhasilan pegawai dalam
melaksanakan tugas dan kemampuan untuk melayani pelanggan dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sehingga diperoleh kepuasan bagi
pemberi dan penerima pelayanan.
B. Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu
mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda-beda, seperti yang didefinisikan
oleh Kreitner & Kinicki (2005), bahwa kepuasan kerja sebagai efektivitas atau
respons emosional terhadap berbagai aspek pekerjaan. Definisi ini
mengandung pengertian bahwa kepuasan kerja bukanlah suatu konsep tunggal,
sebaliknya seseorang dapat relatif puas dengan suatu aspek dari pekerjaannya
dan tidak puas dengan salah satu atau beberapa aspek lainnya. Blum (As’ad,
2000) mengatakan bahwa kepuasan kerja merupakan suatu sikap umum yang
merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor-faktor pekerjaan,
karakteristik individual, serta hubungan kelompok di luar pekerjaan itu sendiri.
Handoko (2001) mengatakan bahwa kepuasan kerja sebagai respon emosional
menunjukkan perasaan yang menyenangkan berkaitan dengan pandangan
karyawan terhadap pekerjaannya.
Tiffin mengemukakan bahwa kepuasan kerja berhubungan dengan sikap
dari karyawan terhadap pekerjaan itu sendiri, situasi kerja, kerjasama antara
pimpinan dan sesama pimpinan dan sesama karyawan. Locke dan Luthans
berpendapat bahwa kepuasan kerja adalah perasaan pekerja atau karyawan
yang berhubungan dengan pekerjaannya, yaitu merasa senang atau tidak
senang, sebagai hasil penilaian individu yang bersangkutan terhadap
pekerjaannya.
Herzberg di dalam teorinya Two Factors Theory mengatakan bahwa
kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja merupakan dua hal yang berbeda serta
kepuasan dan ketidakpuasan terhadap pekerjaan itu tidak merupakan suatu
variabel yang kontinyu. Berdasarkan penelitian yang ia lakukan, Herzberg
membagi situasi yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap pekerjaannya
menjadi dua kelompok yaitu kelompok satisfiers dan kelompok dissatisfiers.
Kelompok satisfiers atau motivator adalah faktor-faktor atau situasi yang
dibuktikannya sebagai sumber kepuasan kerja yang terdiri dari achievement,
recognition, work it self, responsibility and advancement.
Herzberg mengatakan bahwa hadirnya faktor ini dapat menimbulkan
kepuasan, tetapi tidak hadirnya faktor ini tidaklah selalu mengakibatkan
ketidakpuasan. Sedangkan kelompok dissatisfiers ialah faktor-faktor yang
terbukti menjadi sumber ketidakpuasan yang terdiri dari company policy and
administration, supervision technical, salary, interpersonal relations, working
conditions, job security dan status. Perbaikan terhadap kondisi atau situasi ini
akan mengurangi atau menghilangkan ketidakpuasan, tetapi tidak akan
menimbulkan kepuasan karena ia bukan sumber kepuasan kerja.
Kepuasan kerja (job satisfaction) adalah keadaan emosional yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan
memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan
seseorang terhadap pekerjaannya. Ini nampak dalam sikap positif karyawan
terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya.
Departemen personalia atau manajemen harus senantiasa memonitor kepuasan
kerja, karena hal itu mempengaruhi tingkat absensi, perputaran tenaga kerja,
semangat kerja, keluhan-keluhan, dan masalah-masalah personalia vital
lainnya.
Fungsi personalia mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung
pada kepuasan kerja karyawan. Fungsi personalia bisa membuat kontak
langsung dengan para penyelia dan karyawan dengan berbagai cara untuk
mempengaruhi mereka. Di samping itu, berbagai kebijaksanaan dan kegiatan
personalia mempunyai dampak pada iklim organisasi. Iklim organisasional ini
memberikan suatu lingkungan kerja yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan bagi orang-orang dalam organisasi ; di mana hal itu selanjutnya
akan mempengaruhi kepuasan kerja karyawan.
Langsung :
Latihan dan
pengembangan,
konseling, dll
Fungsi Iklim
Personalia organisasi Karyawan Kepua
Penyelia san
onal
kerja
Tidak langsung :
Kebijaksanaan
dan praktek
personalia
Umpan balik
Kepuasan
Kerja Absensi
Perputaran
Rendah
Rendah Tinggi
Perputaran dan Absensi
Umur
Kepuasan
Kerja
Rendah
Rendah Tinggi
Umur dan Jenjang Pekerjaan
Persepsi Reward
yang adil
Reward
Ekstrinsik
Kinerja Kepuasan
(Penyelesaian) Reward
Intrinsik
Misal :
DAFTAR PUSTAKA