Vous êtes sur la page 1sur 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kajian tasawuf Nusantara adalah merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari kajian Islam di Indonesia. Sejak masuknya Islam di
Indonesia telah tampak unsur tasawuf yang mengisi kehidupan beragama
masyarakat Indonesia, bahkan saat inipun kajian mengenai tasawuf masih
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Indonesia, dapat dibuktikan
dengan semakin maraknya kajian Islam.
Menurut Dr. Alwi Shihab, tasawuf adalah faktor terpenting bagi
tersebarnya Islam secara luas di Asia Tenggara. Meski setelah itu terjadi
perbedaan pendapat mengenai kedatangan tarekat, apakah bersamaan
dengan masuknya Islam atau datang kemudian. Perbedaan yang sama
terjadi pula mengenai tasawuf falsafi yang diasumsikan sebagai sumber
inspirasi bagi penentuan metode dakwah yang dianut dalam penyebaran
Islam tersebut.
Maka dari itu dalam makalah ini kami akan menjabarkan mengenai
bagaiamana tasawuf yang bekembang di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan tasawuf dan islamisasi di Indonesia.?
2. Bagaimana reformasi tasawuf di Indonesia.?
3. Siapa saja tokoh Tasawuf di Indonesia.?
C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana perkembangan tasawuf dan islamisasi di
Indonesia.?
2. Mengetahui bagaimana reformasi tasawuf di Indonesia.?
3. Mengetahui Siapa saja tokoh Tasawuf di Indonesia.?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tasawuf
Secara bahasa tasawuf diartikan sebagai Sufisme (bahasa arab:
‫ ) تصوف‬adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa,
menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin, untuk memporoleh
kebahagian yang abadi. Tasawuf pada awalnya merupakan gerakan zuhud
(menjauhi hal duniawi) dalam Islam, dan dalam perkembangannya
melahirkan tradisi mistisme Islam. Tarekat (pelbagai aliran dalam Sufi)
sering dihubungkan dengan Syiah, Sunni, cabang Islam yang lain, atau
kombinasi dari beberapa tradisi[rujukan?]. Pemikiran Sufi muncul di
Timur Tengah pada abad ke-8, sekarang tradisi ini sudah tersebar ke
seluruh belahan dunia.
Ada beberapa sumber perihal etimologi dari kata "Sufi".
Pandangan yang umum adalah kata itu berasal dari Suf (‫)صوف‬, bahasa
Arab untuk wol, merujuk kepada jubah sederhana yang dikenakan oleh
para asetik Muslim. Namun tidak semua Sufi mengenakan jubah atau
pakaian dari wol. Teori etimologis yang lain menyatakan bahwa akar kata
dari Sufi adalah Safa (‫)صفا‬, yang berarti kemurnian. Hal ini menaruh
penekanan pada Sufisme pada kemurnian hati dan jiwa. Teori lain
mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata Yunani theosofie artinya ilmu
ketuhanan.
Asal-usul ajaran sufi didasari pada sunnah Nabi Muhammad.
Keharusan untuk bersungguh-sungguh terhadap Allah merupakan aturan di
antara para muslim awal, yang bagi mereka adalah sebuah keadaan yang
tak bernama, kemudian menjadi disiplin tersendiri ketika mayoritas
masyarakat mulai menyimpang dan berubah dari keadaan ini.1
Seorang penulis dari mazhab Maliki, Abd al-Wahhab al-Sha'rani
mendefinisikan Sufisme sebagai berikut: "Jalan para sufi dibangun dari
Qur'an dan Sunnah, dan didasarkan pada cara hidup berdasarkan moral

1
(Nuh Ha Mim Keller, 1995)

2
para nabi dan yang tersucikan. Tidak bisa disalahkan, kecuali apabila
melanggar pernyataan eksplisit dari Qur'an, sunnah, atau ijma."2
B. Tasawuf Dan Islamisasi di Indonesia
Diskusi tentang keberadaan tasawuf di Nusantara tidak lepas dari
pengkajian proses islamisasi. Tidaklah berlebihan kalau di katakan bahwa
tersebarnya islam di indonesia sebagian besar adalah karena jasa kaum
sufi.3
Hawash Abdullah menyebutkan beberapa bukti tentang besarnya
peranan para sufi dalam penyebaran Islam pertama kalinya di Nusantara.
Ia menyebutkan tokoh sufi Syekh Abdullah Arif yang menyebarkan Islam
untuk pertama kalinya di Aceh sekitar abad ke -12 M. Ia adalah seorang
pendatang ke Nusantara bersama banyak muballigh lainnya yang
diantaranya bernama Syekh Ismail Zaffi. Lebih jauh lagi, Hawash
Abdullah menegaskan bahwa kalau mau meneliti secara jujur, kita akan
berkesimpulan bahwa pada tahun-tahun pertama masuknya Islam ke
Nusantara, para sufilah bukan lainnya yang paling banyak jasanya. Hampir
semua daerah yang pertama memeluk islam bersedia menukar
kepercayaan dari animisme, dinanisme, budhaisme, dan hinduisme karena
tertarik kepada ajaran tasawuf.4
Tasawuf merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kajian Islam
di Indonesia. Sejak masuknya Islam di Indonesia unsur tasawuf telah
mewarnai kehidupan keagamaan masyarakat, bahkan hingga saat inipun
nuansa tasawuf masih kelihatan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
pengalaman keagamaan sebagian kaum muslimin Indonesia. Hal ini
terbukti dengan semakin maraknya kajian Islam di bidang ini dan juga
melalui gerakan terekat Muktabarah yang masih berpengaruh di
masyarakat.
Sebagaimana pendapat Hawash diatas, A.H.Johns, sebagaimana
dikutip Azyumardi Azra, berpendapat bahwa para sufi pengembara yang

2
11. Sha'rani, al-Tabaqat al-Kubra (Kairo, 1374), I, 4
3
Samsul Munir amin, Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2012), hlm. 324.
4
Rosihon Anwar, Solihin, Ilmu Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 241.

3
melakukan penyiaran Islam di nusantara. Para sufi ini berhasil
mengislamkan penduduk nusantara setidaknya sejak abad ke 13. Faktor
utama keberhasilan konversi adalah kemajuan para sufi menyajikan Islam
dalam kemasan aktraktif, khususnya dengan menekankan kesesuaian
dengan Islam.
Menurut Azyumardi Azra, tasawuf yang pertama kali menyebar di
nusantara adalah yang bercorak falsafi yakni tasawuf yang sangat filosofi
dan cenderung spekulatif seperti konsep al-ittihad (Abi yazid al-bustami)
hulul (al-hallaj), dan wahdah al-wujud (ibn arabi) dominasi tasawuf falsafi
terlihat jelas pada khasus syekh siti jenar yang dihukum mati oleh wali
songo karena dipandang menganut paham tasawuf yang sesat.5
Proses islamisasi di Indonesia strurktural telah di bentuk oleh tiga
komponen yang saling melengkapi yaitu sebagai berikut.
1. Kesultanan dengan maritimnya yang berada di sepanjang pantai
utara jawa berusaha menaklukan negeri-negeri pedalaman.
2. Kelompok ulama Islam asing mengisi pos birokrasi dan memimpin
upacara keagamaan.
3. Para sufi tertarik untuk pindah dari daerah pantai menuju
pedalaman jawa untuk menyampaikan dakwahnya.
Dengan beberapa pertimbangan para juru dakwah cenderung
melakukan sinkretisme. Menurut prof. Dr. azyumardi azra, Islam dapat
dengan cepat di terima oleh masyarakat Indonesia salah satu nya karena
adanya kesamaan bentuk antara Islam tasawuf dan sinkretisme penduduk
setempat. Menurut teori ini Islam tasawuf nyaris secara alami di terima.
Terlebih lagi ada teori yang menyatakan bahwa Islam mampu hidup
berdampingan secara damai dengan kepercayaan leluhur. Teori ini dalam
batas tertentu mungkin dapat di terima. Kesamaan itu menyebabkan
perpindahan agama Islam secara besar-besaran. Akan tetapi, dalam tahap
perkembangan lebih lanjut terjadi proses penghilangan kesamaan itu untuk
menuju islam yang lebih murni.

5
Ibid. Hlm. 242.

4
Ajaran islam yang di ajarkan kepada penduduk setempat di warnai
dengan amalan sufi. Para sejarawan mengemukakan bahwa ini yang
membuat mereka tertarik. Dengan kata lain perkembangan tasawuf
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan proses Islamisasi di
Indonesia dapat berlangsung dengan mudah.
Islam di Indonesia sampai sekarang masih di liputi dengan perilaku
sufistik dan kegemaran terhadap hal-hal yang keramat. Tarekat yang
munculpun beragam, tidak hanya bercorak Islam tetapi juga bercorak
sintretisme. Sementara itu melalui sejarah, kita tahu bahwa ada sejumlah
kaum reformis yang berusaha membersikan Islam dari unsur sufistik dan
magis. Beberapa dari mereka ada yang berhasil. Sehubungan dengan itu
kita melihat bahwa pada awal perkembangan Islam kecenderungan mistik
lebih kuat. Namun, setelah itu muncul pendekatan fiqh yang menggatikan
ke cendrungan mistik.6
C. Reformasi Tasawuf di Indonesia
Pada permulaan tahun 1950-an, Hamka menulis buku tasawuf:
perkembangan dan pemurniannya dan tasawuf modern. Ia berusaha
memperlihatkan bahwa tasawuf yang benar adalah tasawuf yang berakar
pada prinsip tauhid.
Sejalan dengan Hamka, Nahdatul Ulama (NU) adalah pendukung
dan penghayat tasawuf. Untuk menghindari penyimpangan dari para
syaikh terdahulu. NU meletakan dasar-dasar tasawuf bagi jamaahnya
dengan sesuai dengan khitab Ahl As-Sunnah wa Al-Jama’ah.
NU bertasawuf sejalan dengan prinsipnya bahwa kehidupan
beragama tidak saja di tandai oleh legalisai-rasional. Bagi NU, tasawuf
merupakan hal yang penting karena sebagai doktri kesalehan yang
menyejukkan jiwa dari kekeringan iman dan kemiskinan batin, sehingga
terpelihara keseimbangan antara pandangan fiqh dan penghayatan iman.
Tasawuf bukan berarti meninggalkan kehidupan duniawi, karena manusia
memiliki posisi yang sangat tinggi dalam kehidupan alam semesta.

6
Samsul Munir amin, Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2012), hlm. 327.

5
Manusia diperkenankan menghendaki apa yang dimauinya,
walaupun kehendak itu harus tunduk pada kekuasaan Allah. Kebebasan
untuk berkehendak membawa kesadaran kepada manusia untuk
menjunjung tinggi arti dan nilai kehidupan, karena dengan itulah manusia
mendapatkan kedudukan yang mulia. Kewajiban menjunjung tinggi
kehidupan, mengharuskan manusia memiliki arah kehidupan yang benar,
yang dapat memberikan manfaat. Arah kehidupan itu harus seimbang
antara kebutuhan individu dan masyarat. Allah menentukan bahwa
manusia harus mampu hidup dengan kemampuannya untuk mengelola
sumber daya yang telah di sediakan. Oleh karena itu menurut NU, tasawuf
bukan berarti mengabaikan duniawi, melainkan harus terlibat langsung
dalam aspek kehidupan.
Tasawuf yang berkembang di Indonesia di dominasi oleh tasawuf
aliran Sunni. Kalaupun ada penganut aliran falsafi pengaruhnya tidak
begitu luas, bahkan aliran ini mendapat perlawanan dari penikut Sunni.
Oleh karena itu Hamka menulis bahwa tasawuf di indonesia sejalan
dengan mazhab Ahl As-Sunnah wa Al-Jama’ah.
D. Tokoh-Tokoh Tasawuf di Indonesia
1. Buya Hamka
a. Riwayat hidup Buya Hamka
Buya Hamka [Haji Abdul Malik Karim Amrullah] ia dilahirkan di
tanah Sirah, Sungai Batang di tepi Danau Maninjau, tepatnya pada
tanggal 13 Muharam 1362 H. Betepatan dengan 16 Februari 1908 M.
Ayah nya bernama Abdul Karim Amrullah. Ayah Buya Hamka
termasuk keturunan Abdul Arief.7
Semasa kecil, Buya Hamka lebih dekat dengan kakek an neneknya,
Hal itu dikarenakan ayahnya lebih dibutuhkan oleh masyarakat. Ketika
berumur 4-12 tahun, ia termasuk anak yang nakal. Walaupun demikian
ia memiliki keberanian dan kemauan yang tinggi dalam menuntut
ilmu.

7
Rosihon Anwar, Solihin, Ilmu Tasawuf. (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014), hlm. 269.

6
Buya Hamka mengawali pendidikanya dengan belajar membaca
Al-Qur’an di rumah orang tuanya. Pada usia tujuh tahun, Buya Hamka
di masukan ayah nya ke sekolah desa. Pada tahun 1916, ketika
Jainudin Labai El-Yunusi mendirikan sekolah diniyah, di pasar usang
Padang Panjang, Buya Hamka lalu dimasukan ayahnya ke sekolah ini.
Pagi hari Buya Hamka pergi kesekolah desa, sore hari pergi kesekolah
diniyah, dan malam hari, Buya Hamka berada di surau bersama teman-
temannya. Buya Hamka tidak sempat memperoleh pendidikan tinggi,
ia hanya berkesempatan masuk sekolah desa selama tiga tahun dan tida
tahun pula pada sekolah agama dipadang dan parabek , di bukit tinggi.
Pada tahun 1930, Buya Hamka bukan hanya pergi ke Jawa tatapi ia
juga ke Mekkah, Sulawesi selatan, dan Sumatera Utara. Di Sulawesi
Selatan ia tinggal disana kurang lebih empat tahun dan pada akhirnya
Buya Hamka menetap di Medan tahun 1936 sebagai pemimpin redaksi
mingguan pedoman masyarakat.8
Ketika tinggal di Jawa, Buya Hamka aktif dalam berbagai
organisasi. Setelah menikah ia juga aktif sebagai pengurus cabang
Muhammadiyah Padang Panjang sibuk menghadapi kongres
Muhammadiyah ke-19 di Minangkabau. Setahun kemudian (1930) ia
mendirikan cabang Muhammadiyah di Bengkalis dan langsung
menghadiri Kongres Muhammadiyah yang ke-20 di Yogyakarta pada
tahun itu juga. Stahun berikutnya ia diutus ke Makasar oleh pimpinan
pusat Muhammadiyah Yogyakarta untuk menjadi Mubaligh. Pada
tahun 1933, ia menghadiri kongres Muhammadiyah di Semarang dan
pada tahun 1934 ia menjadi anggota tetap majelis Konsul
Muhammandiyah Sumatera Tengah.
Adapun karya-karya yang pernah di tulis oleh Buya Hamka
diantaranya adalah:
1) Tasawuf Modern.
2) Falsafah Hidup.

8
Ibid, hlm. 270-271.

7
3) Lembaga Hidup.
4) Lembaga Budi.
5) Di bawah Lindungan Ka’bah.
6) Renungan Tasawuf.
7) Pelajaran Agama Islam.
8) Pandangan Hidup Muslim.
9) Tenggelamnya Kapal Van der Wijk.
10) Kedudukan Perempuan Dalam Islam.
11) Tafsur Al-Azhar.
Prof. Dr. Buya Hamka meninggal pada tahun 1984 di Jakarta,
dengan meninggalkan lembaga pendidikan yang di kelolanya, yaitu
perguruan Al-Azhar.9
b. Buya Hamka dan Masyarakat Modern Indonesia
Setelah meninggalkan panggung politik, Buya Hamka kembali ke
kehidupan nya semula, menjadi Mubaligh, pengarang, dan pemimpin
umum majalah Panji Masyarakat. Dalam hidupnya ia banyak
menorehkan prestasi. Ia telah menulis buku sebanyak 118 judul. Hal
itu merupakan prestasi yang luar biasa . buku-buku karya Buya Hamka
terdiri novel,agama, filsafat, tasawuf, kebudayaan, sejarah, politik, dan
tafsir qur’an.
Karena kiprah dan jasa Buya Hamka yang besar, kaum intelektual
universitas Al-Azhar Mesir tertarik untuk memberikan gelat Doctor
Honoris Causa pada bidang keislaman pada tahun 1958. Pidato
pengukuhanya berjudul pengaruh pikiran Muhammad Abduh di
Indonesia. Gelar yang sama diberikan oleh Universitas kebagsaan
Malaysia dalam bidang kesusastraan, Buya Hamka di beri gelar
profesor karena aktivitasnya dalam bidang akademik.
c. Pemikiran Tasawuf Buya Hamka
Pemikiran-pemikiran Buya Hamka lebih banyak tercurah pada
soal-soal iman, akhlak, dan aspek-aspek sosial. Ada dua buku yang

9
Samsul Munir amin, Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2012), hlm. 375.

8
dapat dibaca untuk menelusuri pemikiran-pemikiran Buya Hamka.
Pertama, tasawuf Modern yang ditulis oleh Buya Hamka sendiri.
Kedua Tasawuf Positif dalam Pemikiran Buya Hamka yang ditulis
oleh Muhammad Damami. Berikut ini adalah pemikiran-pemikiran
Buya Hamka tentang tasawuf berdasarkan kedua buku diatas.
Pertama, Tasawuf pada hakikatnya adalah usaha yang bertujuan
untuk memperbaiki budi pekerti dan membersihkan batin. Artinya, alat
untuk membentengi seseorang dari kemungkinan untuk berbuat
keburukan.
Kedua, Fungsi Tasawuf Menurut pendapat Buya Hamka, tasawuf
yang benar itu juga dilaksanakan lewat pendidikan moral keagamaan
yag efektif.
Ketiga, Tasawuf Modern Tasawuf Buya Hamka [disebut “tasawuf
modern”] Berdasarkan pada prinsip “tauhid” bukan pencarian
pengalaman.
Keempat, Qana’ah Menurut Buya Hamka, qana’ah itu menyuruh
benar-benar percaya akan adanya kekuasaan kita, sabar menerima
ketentuan ilahi, dan bersyukur jika di beri nikmat.
Kelima, Tawakal adalah menyerahkan segala keputusan kepada
allah, berikhtiar, dan berusaha kepada tuhan.
2. Nawawi Al-Batani
a. Riwayat hidup Nawawi Al-Batani
Abu Abd Al-Mu’thi Muhammad bin Umar bin An-Nawawi Al-
Jawi, dilahirkan pada tahun 1230 H/ 1813 M. Di desa Tanara, sekarang
masuk wilayah kecamatan Tirtayasa, kabupaten Serang propinsi Jawa
Barat. Sebelum melakukan perjalanan ke Mekkah, ia sempat berguru
kepada ayahnya sendiri, Kyai H.Umar, seorang penghulu dari dari
Tanara. Ia pun sempat belajar kepada Kyai H. Sahal, seorang ulama
terkenal di Banten.10

10
Rosihon Anwar, Solihin, Ilmu Tasawuf. (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014),

9
Al-Batani merupakan putra ke dua dari KH. Umar, ulama yang
memimpin masjid dan pendidikan islam di Tanara. KH, Umar adalah
keturunan dari Maulana Hasanuddin ( Sultan Hasanuddin ), sultan
Banten yang pertama. Al-Batani merupakan keturunan ke-12 dari
Maulana Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).11
Sejak tahun 1830-1860, An-Nawawi belajar di bawah bimbingan
para ulama terkenalseperti, Syekh Khatib Sambas, Syekh Abd Al
Ghani Bima, Syekh Yusuf Sumbulaweni, Syekh Ahmad Nahrawi,
Syekh Abd Al Hamid Baghistani, dan Syekh Ahmad Dimyati.
Al-Batani wafat pada usia 84 tahun pada tanggal 25 Syawal 1314
Hijriah (1879 M) di tempat kediamanya yang terakhir di kampung
Syi’ib Ali, Mekah Al-Mukarramah.
b. Karya-karya Syaikh Nawawi Al-Batani
Karya-karya Syaikh Nawawi Al-Batani meliputi ilmu tafsir, hadis,
sejarah, fiqh, tauhid, akhlak, tasawuf, dan bahasa. Mengenai jumlah
kitab yang dihasilkan Al-Batani, para pengamat berpendapat ada yang
mengatakan 115 kitab dan ada yang mengatakan 99 kitab. Karya-
karyanya telah tercetak dan menyebar ke berbagai daerah. Adapun
sampai sekarang yang telah terdata dan tercetak sebanyak 41 kkitab,
sebagai berikut:
1) Ats-Tsimar Al-Yani’at, Syarh Riyadh Al-Badiat.
2) Tanqih Al-Qaul Al-Hatsis, Syarh ‘ala Lubab Al-Hadits.
3) At-Tausyih (Qut Al-Habib), ‘ala Fath Al-Qarib.
4) Nur Azh-Zhalam, ‘ala Manzhumah bi ‘Aqidah Al-‘Awwan
5) Tafsir Al-Munir li Mu’allim At-Tanzil.
6) Madarij Ash-Shu’ud, ‘ala Maulid An-Nabawi.
7) Fath Al-Majid, Durar Al-Farid fi At-Tauhid.
8) Fath Ash-Shamad, ‘ala Maulid An-Nabawi.
9) Nihayah Az-Zain, ‘ala Qurrah Al-‘Ain.
10) Sulam Al-Fhudala’, ‘ala Manzhumah Al-Adzkiya’.

11
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Nawawi_al-batani

10
11) Muraqi Al-‘Ubudiyyah, Al-Hidayah Al-Bidayah.
12) Sulam Al-Munajat, ‘ala Safinah Ash-Shalah.
13) Nasha’ih Al-‘Ibad, ‘ala Al-Munbihah ‘ala Al-Isti’dadli
Yaum Al-Ma’ad.
14) Al-‘Aqd As-Samin, ‘ala Manzhumah As-Sittin.
15) Bahjah Al-Wasa’il, ‘ala Ar-Risalah Al-Jami’ah baina Al-
Ushul Ad-Din wa Al-Fiqh wa At-Tashawuf.
16) Targhib Al-Mustaqin, fi Maulid Sayyid Al-Awwalin.
17) Tijam Ad-Durar.
18) Fath Al-Mujib, fi Ilm Al-Manasik.
19) Mirqah Shu’ud At-Tashdiq, ‘ala Sulam Ar-Taufiq.
20) Kasyifah Asy-Syaja’, fi Safinah An-Naja’.
21) Qami’ At-Tughyan, ala’ Manzhumah Syu’ab Al-Iman.
22) Al-Futuhat Al-Madaniyyah, ‘ala Syu’ab Al-Imaniyyah.
23) ‘Uqud Al-Lujain fi Bayan Huquq Az-Zaujain.
24) Al-Fath Al-Ghafir Al-Khatiyah ‘ala Nadzm Al-Jurumiyah.
25) Qathr Al-Ghais, ‘ala Mas’alah Abu Lais.
26) Al-Fushus Al-Yaqutiyyah, ‘ala Raudhah Al-Makiyyah fi
Ashbab Tashrifiyah.
27) Riyadh Al-Fauliyyah.
28) Suluk Al-Jaddah, ‘ala Risalah Al-Muhimmah bi Lam’ah
Mafadah fi Bayan Al-Jum’ah wa Al-Mu’addah.
29) An-Nahjah Al-Jayyidah li Hal Naqawat Al-Aqidah.
30) Hilyah Ash-Syibhan, ‘ala Fath Ar-Rahman.
31) Mishbah Adh-Dhulam, ;ala Al-Hikmah.
32) Dzari’at Al-Yaqin, ‘ala Umm Al-Barahain.
33) Al-Ibriz Ad-Dani, fi Maulid Sayyidina Muhmmad Al-
Adnan.
34) Bughyah Al-Anam,’ala Maulid Sayyid Al-Anam.
35) Ad-Durar Al-Bahiyyah fi Syarh Al-Khasha’is An-
Nabawiyyah.

11
36) Kasyf Al-Maruthiyyah ‘an Sattari Al-Jurumiyyah.
37) Lubab Al-Bayan, fi ‘Ilm Al-Balaghah.
38) Syarh ‘ala Manzumat Sya ‘an Sattari Al-Jurumiyyah.
39) Fath Al-‘Arifin.
40) Syarh Al-Burdah.
41) Ar-Risalah Al-Jami’ah baina Ushul Ad-Din wa Al-Fiqh wa
At-Tsawuf.
c. Pemikiran tasawuf Syaikh Nawawi Al-Batani
Menurut Hurgronje, Al-Batani tidak mengajarkan atau melarang
murid- muridnya untuk mengikuti tarekat. Meskipun bersikap netral,
nawawi selalu mengaku sebagai pengikut Syaikh Ahmad Khatib
Sambas, pendiri tarekat Qadariyah wa Naqsyabandiyyah. Dalam
karyanya yang bertema tasawuf, tampak jelas bahwa ia menjadikan
Syaikh Ahmad Khatib Sambas sebagai guru.
Nawawi adalah penganut tasawuf Al-Ghazali, ia menyarankan
kepada masyarakat untuk mengikuti salah satu imam tasawuf, seperti
Imam Sa’id bin Muhammad Abu Qasim Al-Junaidi. Baginya ia adalah
pangeran tasawuf dalam arti teoritis dan praktis. Gaya hidup sufi yang
sederhana tanpa menentang kehidupan dunia merupakan ciri khas
ajaran ini.
Syaikh Nawawi memperkenalkan kepada murid-muridnya
sejumlah karya yang memiliki etika yang lebih besar dari pada unsur-
unsur mistisnya.
Pengaruh Al-Batani mengajarkan ilmu tasawuf di kalangan
masyarakat Indonesia sangatlah besar. Buktinya adalah ketika ia
menjadi murid pendiri tarekat Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah, dan
juga ketika menjadi guru Hijaz melalui ajaran-ajaran aktualnya dalam
masyarakat, dan melalui karya-karyanya yang dipublikasikan, telah
memberikan kontribusi bagi pertumbuhan tasawuf dikalangan
masyarakat jawa.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

13
Islam di Indonesia sampai sekarang masih di liputi dengan perilaku
sufistik dan kegemaran terhadap hal-hal yang keramat. Tarekat yang
munculpun beragam, tidak hanya bercorak Islam tetapi juga bercorak
sintretisme. Sementara itu melalui sejarah, kita tahu bahwa ada sejumlah
kaum reformis yang berusaha membersikan Islam dari unsur sufistik dan
magis. Beberapa dari mereka ada yang berhasil. Sehubungan dengan itu
kita melihat bahwa pada awal perkembangan Islam kecenderungan mistik
lebih kuat. Namun, setelah itu muncul pendekatan fiqh yang menggatikan
ke cendrungan mistik.
Tasawuf yang berkembang di Indonesia di dominasi oleh tasawuf
aliran Sunni. Kalaupun ada penganut aliran falsafi pengaruhnya tidak
begitu luas, bahkan aliran ini mendapat perlawanan dari penikut Sunni.
Oleh karena itu Hamka menulis bahwa tasawuf di indonesia sejalan
dengan mazhab Ahl As-Sunnah wa Al-Jama’ah.
Tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia diantaranya adalah: Hamzah
Fansuri, Nuruddin Ar-Raniri, Abd Shamad Al-Palimbani, Yusuf Al-
Makasari, Nawawi Al-Bantani, dan Hamka.

DAFTAR PUSTAKA

http://fatkhurrohman.weebly.com/pengertian-tentang-tasawuf.html

14
Amin, Samsul Munir, Ilmu Tasawuf, Jakarta: Amzah, 2012
Anwar, Rosihon, Solihin, Ilmu Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, 2008
Anwar, Rosihon, Ahlak Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia, 2009
Hamid, Abu, Syaikh Yusuf Ulama, sufi, dan pejuang, Jakarta: Yayasan
Obor, 1994
Mulyani, Sri, Tasawuf Nusantara,Jakarta: Kencana, 2006
Shihab, Alwi, Akar Tasawuf di Indonesia, TTp, 2009
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Nawawi_al-batani.

15

Vous aimerez peut-être aussi