Vous êtes sur la page 1sur 32

a pieces of nursing knowledge :)

Sabtu, 19 Oktober 2013

LP + ASKEP PPOK/COPD

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang
progresif, artinya penyakit ini berlangsung seumur hidup dan semakin memburuk
secara lambat dari tahun ke tahun. Dalam perjalanan penyakit ini terdapat fase-fase
eksaserbasi akut. Berbagai faktor berperan pada perjalanan penyakit ini, antara lain
faktor resiko yaitu faktor yang menimbulkan atau memperburuk penyakit seperti
kebiasaan merokok, polusi udara, polusi lingkungan, infeksi, genetik dan perubahan
cuaca.
Derajat obtruksi saluran nafas yang terjadi, dan identifikasi komponen yang
memugkinkan adanya reversibilitas. Tahap perjalanan penyakit dan penyakit lain
diluar paru seperti sinusitis dan faringitis kronik. Yang pada akhirnya faktor-faktor
tersebut membuat perburukan makin lebih cepat terjadi. Untuk melakukan
penatalaksanaan PPOK perlu diperhatikan faktor-faktor tersebut, sehingga pengobatan
PPOK menjadi lebih baik. Penyakit paru obstruksi kronik adalah klasifikasi luas dari
gangguan yang mencakup bronkitis kronik, bronkiektasis, emfisema dan asma, yang
merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan
penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru.
Akhir-akhir ini penyakit ini semakin menarik untuk dibicarakan oleh karena
prevalensi dan angka mortalitasnya yang terus meningkat.Meningkatnya usia hidup
manusia dan dapat diatasinya penyakit degeneratif lainnya COPD sangat mengganggu
kualitas hidup diusia lanjut. Bidang industri yang tidak dapat dipisahkan dengan
polusi udara dan lingkungan serta kebiasaan merokok merupakan penyebab utama.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksuddengan COPD?
1.2.2 Apa yang menyebabkanterjadinya COPD?
1.2.3 Bagamana tandadangejala COPD?
1.2.4 Bagaimanapemeriksaan yang dilakukanuntuk COPD?
1.2.5 Apakomplikasi yang terjadipada COPD?
1.2.6 Bagaimanapengobatan yang dilakukanpada COPD?
1.2.7 Bagaimanatindakanasuhankeperawatan yang dilakukanpadakliendengan
COPD?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untukmengetahuipengertian COPD
1.3.2Untukmengetahuipenyebabterjadinya COPD
1.3.3 Untukmengetahuitandadangejala COPD
1.3.4 Untukmengetahuipemeriksaan yang dilakukanuntuk COPD
1.3.5 Untukmengetahuikomplikasi yang terjadipada COPD
1.3.6 Untukmengetahuipengobatan yang dilakukanpada COPD
1.3.7 Untukmengetahuiasuhankeperawatan yang dilakukanpadakliendengan
COPD
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN
a. PPOK Merujuk pada sejumlah gangguan yang mempengaruhi pergerakan udara
dari dan keluar Paru. Gangguan yang penting adalah Bronkhitis Obstruktif,
Emphysema dan Asthma Bronkiale. (Black. J. M. & Matassarin,.E. J. 1993).
b. Suatu kondisi dimana aliran udara pada paru tersumbat secara terus menerus.
Proses penyakit ini adalah seringkali kombinasi dari 2 atau 3 kondisi berikut ini
(Bronkhitis Obstruktif Kronis, Emphysema dan Asthma Bronkiale) dengan
suatu penyebab primer dan yang lain adalah komplikasi dari penyakit
primer.(Enggram, B. 1996).
Menurut Alsagaff & Mukty (2006), COPD dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Bronkhitis Kronis
Gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan mucus yang berlebihan dalam
bronkus dan termanifestasikan dalam bentuk batuk kronis dan pembentuk sputum
selama 3 bulan dalam setahun, paling sedikit 2 tahun berturut – turut.
b. Emphysema
Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus, duktus
alveolaris dan destruksi dinding alveolar.
c. Asthma Bronkiale
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari trachea dan
bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran
bernafas yang disebabkan oleh peyempitan yang menyeluruh dari saluran nafas.
Asthma dibedakan menjadi 2 :
1. Asthma Bronkiale Alergenik
2. Asthma Bronkiale Non Alergenik
2.2 PATOFISIOLOGI
Faktor-faktor resiko seperti merokok, polusi, umur, akan mendatangkan proses
inflamasi bronkus dan juga menimbulkan kerusakan pada dinding bronkus terminal.
Akibat dari kerusakan akan terjadi obstruksi bronkus kecil (bronkiolus terminalis),
yang mengalami penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang mudah
masuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada saat ekspirasi banyak terjebak dalam
alveolus dan terjadilah penumpukan udara (air trapping). Hal inilah yang
menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan segala akibatnya. Adanya obstruksi
pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi dan menimbulkan
pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-fungsi paru: ventilasi, distribusi gas, difusi gas,
maupun perfusi darah akan mengalami gangguan (Brannon, et al, 1993).

Pathway Bronkitis Kronik & Emfisema


Pathway Asma Bronkhial

2.3 ETIOLOGI
Faktor-faktor dapat meningkatkan resiko munculnya COPD (Mansjoer, 1999) :
· Faktor lingkungan (Polusi)
· Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab tetapi bila
ditambah merokok resiko akan lebih tinggi.
· Predisposisi bawaan, defisiensi alfa-1 antritipsin yang merupakan suatu
protein. Kerja enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan
merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
· Faktor infeksi, eksaserbasi bronkhitis klonik disangka paling sering diawali
dengan infeksi virus, yang kemudian menyebabkan infeksi sekuler oleh bakteri.
Bakteri yang paling banyak adalah Haemophilus influenza dan Streptococcus
Pneumonia.
· Rokok, terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan volume
ekspirasi paksa. Rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus
dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan.
· Faktor sosial ekonomi, kematian pada penderita lebih banyak pada golongan
sosial ekonomi rendah.
· Penyakit-penyakit seperti : TBC, Bronkolektasis, Bronkhitis kronik, Empisema
2.4 TANDA & GEJALA
Berdasarkan Brunner & Suddarth (2005) ; sebagai berikut :

Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin.

Batuk kronik & pembentukan sputum purulen dalam jumlah sangat banyak.

Dispnea.

Nafas pendek & cepat (Takipnea).

Anoreksia.

Penurunan berat badan & kelemahan.

Takikardia, berkeringat.

Hipoksia, sesak dalam dada.

2.5 Pemeriksaan Diagnostik

Anamnesis :
Riwayat penyakit ditandai 3 gejala klinis diatas & faktor-faktor penyebab.

Pemeriksaan fisik :

Pasien biasanya tampak kurus dgn barrel-shapped chest (diameter


anteroposterior dada meningkat).

Fremitus taktil dada berkurang atau tidak ada.

Perkusi pada dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati
lebih rendah, pekak jantung berkurang.

Suara nafas berkurang.

Pemeriksaan radiologi
Foto thoraks pada bronkitis kronik memperlihatkan tubular shadow berupa
bayangan garis-garis pararel keluar dari hilus menuju ke apeks paru &
corakan paru bertambah.

Pada emfisema paru, foto thoraks menunjukkan adanya overinflasi dgn


gambaran diafragma rendah rendah & datar, penciutan pembuluh darah
pulmonal, & penambahan corakan kedistal.

Tes fungsi paru :


Dilakukan buat menentukan penyebab dispnea buat menentukan penyebab
dispnea, buat menentukan apakah fungsi abnormal ; obstimulasi atau restriksi,
buat memperkirakan derajat disfungsi & buat mengevaluasi efek terapi,
misalnya bronkodilator.

Pemeriksaan gas darah.

Pemeriksaan EKG

Pemeriksaan Laboratorium darah : hitung sel darah putih.

2.6 KOMPLIKASI
1. Hipoxemia
Hipoxemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang dari 55 mmHg,
dengan nilai saturasi Oksigen <85%. Pada awalnya klien akan mengalami
perubahan mood, penurunan konsentrasi dan pelupa. Pada tahap lanjut timbul
cyanosis.
2. Asidosis Respiratory
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnia). Tanda yang muncul
antara lain : nyeri kepala, fatique, lethargi, dizzines, tachipnea.
3. Infeksi Respiratory
Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus,
peningkatan rangsangan otot polos bronchial dan edema mukosa. Terbatasnya
aliran udara akan meningkatkan kerja nafas dan timbulnya dyspnea.
4. Gagal jantung
Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus
diobservasi terutama pada klien dengan dyspnea berat. Komplikasi ini sering kali
berhubungan dengan bronchitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat juga
dapat mengalami masalah ini.
5. Cardiac Disritmia
Timbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis
respiratory.
6. Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asthma bronchial.
Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan dan seringkali tidak
berespon terhadap therapi yang biasa diberikan. Penggunaan otot bantu pernafasan
dan distensi vena leher seringkali terlihat.

2.7 PENATALAKSANAAN

Pencegahan : Mencegah kebiasaan merokok, infeksi & polusi udara.

Terapi ekserbasi akut dilakukan dgn :

Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi :

Infeksi seperti ini umumnya disebabkan oleh H. Influenza & S.


Pneumonia, maka digunakan ampisilin 4 x 0,25 – 0,5 g/hari atau
aritromisin 4 x 0,5 g/hari.

Augmentin (amoxilin & asam klavuralat) dapat diberikan bila


kuman penyebab infeksinya ; H. Influenza & B. Catarhalis
memproduksi B. Laktamase. Pemberian antibiotic seperti
kotrimoksosal, amoksisilin atau doksisilin pada pasien
mengalami eksaserbasi akut terbukti mempercepat
penyembuhan & membantu mempererat kenaikan peak flowrate.
Namun hanya dalam 7 – 10 hari selama periode eksaserbasi. Bila
terdapat infeksi sekunder atau tanda-tkita pneumonia, maka
dianjurkan antiobiotik lebih kuat.
Terapi oksigen diberikan bila terdapat kegagalan pernafasan karena
hiperkapnia & berkurangnya sensitivitas CO2.

Fisioterapi membantu pasien buat mengeluarkan sputum dgn baik.

Bronkodilator, buat mengatasi obstruksi jalan nafas, termsuk didalamnya


golongan adrenergic B & antikolinergik. Pada pasien dapat diberikan
sulbutamol 5 mg & g diberikan tiap 6atau protropium bromide
250 jam dgn rebulizer atau aminofilin 0,25 – 05 g IV secara perlahan.

Terapi jangka panjang dilakukan dgn :

Antibiotik buat kemoterapi preventif jangka panjang, ampisilin 4 x 0,25 –


0,5/hari dapat menurunkan ekserbasi akut.

Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran nafas tiap


pasien, maka sebelum pemberian obat seperti ini dibutuhkan
pemeriksaan obyektif fungsi foal paru.

Fisioterapi.

Latihan fisik buat meningkatkan toleransi akivitas fisik.

Mukolitik & ekspekteron.

Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien mengalami gagal nafas Tip II
dgn PaO2 < 7,3 kPa (55 mmHg).

Rehabilitasi, pasien cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa sendiri


& terisolasi, buat seperti itu perlu kegiatna sosialisasi agar terhindar dari
depresi. Rehabilitasi buat pasien PPOK/COPD: a) Fisioterapi b)
Rehabilitasi psikis c) Rehabilitasi pekerjaan.

2.8 Konsep DasarAsuhanKeperawatan


1. Pengkajian
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
1) Riwayat penyakit dahulu, Riwayat batuk produktif lebih dari 2
minggu
2) Perokok, Kaji tempat tinggi, ventilasi, cahaya matahari, sumber
polusi sekitar rumah, kontak dengan perokok.
3) Kesulitan mobilisasi dan pengeluaran sputum, adanya haemoptu
4) Pengobatan tak adekuat
b. Pola nutrisi metabolik
1) Anorexia
2) Nausea
3) Penurunan berat badan
4) Kesulitan dalam makan atau pencernaan
c. Pola aktivitas dan latihan
1) Kelemahan
2) Kram otot
3) Nafas pendek, Batuk dan sesak napas
d. Pola tidur dan istirahat
1) Gangguan pola tidur
2) Napas pendek pada malam hari
e. Pola persepsi sensori dan kognitif
1) Sakit kepala
f. Pola hubungan sesama
2) Perubahan peran
3) Depresi
4) Isolasi
5) Peningkatan ketergantungan
g. Pola reproduksi seksualitas
1) Penurunan aktivitas sex karena napas pendek
h. Pola koping dan toleransi terhadap stress
1) Kadang timbul emosi yang negatif karena napas pendek
2) Tindakan manipulasi

2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dgn gangguan peningkatan
produksi secret, sekresi tertahan, tebal & kental.
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dgn gangguan suplai oksigen
berkurang. (obstruksi jalan napas oleh secret, spasme bronkus).
c. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dgn proses peradangan pada
selaput paru-paru.
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafas
pendek selama atau sesudah makan, efek samping obat.
e. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan nafas pendek kelemahan,
hipoxemia.
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pengobatan, nafas pendek
pada malam hari, depresi dan cemas.

4. Rencana Keperawatan

Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dgn gangguan peningkatan produksi
secret, sekresi tertahan, tebal & kental.
Tujuan :Oksigenisasi adekuat buat kebutuhan individu.
Kriteria hasil : Mempertahankan jalan napas paten & bunyi napas bersih/jelas.
Intervensi

Kaji/pantau frekuensi pernapasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi.


Rasional :
Takipnea biasanya ada beberapa derajat & dapat ditemukan pada
penerimaan atau selama stress/adanya proses infeksi akut. Pernapasan
dapat melambat & frekuensi ekspirasi memanjang disbanding inspirasi.

Kaji pasien buat posisi nyaman, misalnya peninggian kepala tempat tidur,
duduk & sandaran tempat tidur.
Rasional :
Peninggian kepala tempat tidur mempermudah pernapasan &
menggunakan gravitasi. Namun pasien dgn distress berat akan mencari
posisi lebih mudah buat bernapas. Sokongan tangan/kaki dgn meja,
bantal & lain-lain membantu menurunkan kelemahan otot & dapat
sebagai alat ekspansi dada.
Auskultasi bunyi napas, catat adanya bunyi napas misalnya : mengi, krokels
& ronki.
Rasional :
Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dgn obstruksi jalan napas &
dapat/tidak dimanifestasikan dgn adanya bunyi napas adventisius,
misalnya : penyebaran, krekels basah (bronchitis), bunyi napas redup
dgn ekspirasi mengi (emfisema), atau tidak adanya bunyi napas (asma
berat).

Catat adanya /derajat disepnea, misalnya : keluhan “lapar udara”, gelisah,


ansietas, distress pernapasan, & penggunaan obat bantu.
Rasional :
Disfungsi pernapasan ; variable tergantung pada tahap proses kronis
selain proses akut menimbulkan perawatan di rumah sakit, misalnya
infeksi & reaksi alergi.

Dorong/bantu latihan napas abdomen atau bibir.


Rasional :
Memberikan pasien beberapa cara buat mengatasi & mengontrol
dispnea & menurunkan jebakan udara.

Observasi karakteristik batuk, misalnya : menetap, batuk pendek, basah,


bantu tindakan buat memperbaiki keefektifan jalan napas.
Rasional :
Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya bila pasien lansia,
sakit akut, atau kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi duduk
paling tinggi atau kepala dibawah setelah perkusi dada.

Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung.


Rasional :
Hidrasi membantu menurunkan kekentalan secret, mempermudah
pengeluaran. Penggunaan air hangat dapat menurunkan spasme
bronkus. Cairan selama makan dapat meningkatkan distensi gaster &
tekanan pada diafragma.
Bronkodilator, misalnya, β-agonis, efinefrin (adrenalin, vavonefrin),
albuterol (proventil, ventolin), terbutalin (brethine, brethaire), isoeetrain
(brokosol, bronkometer).
Rasional :
Merilekskan otot halus & menurunkan kongesti local, menurunkan
spasme jalan napas, mengi & produksi mukosa. Obat-obatan mungkin
per oral, injeksi atau inhalasi. dapat meningkatkan distensi gaster &
tekanan pada diafragma.
(Doenges, 1999. hal 156).

Kerusakan pertukaran gas berhubungan dgn gangguan suplai oksigen berkurang.


(obstruksi jalan napas oleh sekret, spasme bronkus).
Tujuan : Mempertahankan tingkat oksigen adekuat untuk keperluan tubuh.
Kriteria hasil :
o Tanpa terapi oksigen, SaO2 95 % dank lien ti& mengalami sesak napas.
o Tanda-tkita vital dalam batas normal
o Tidak ada tanda-tkita sianosis.
Intervensi :

Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan, catat pengguanaan otot aksesorius,


napas bibir, ketidakmampuan bicara/berbincang.
Rasional :
Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan & kronisnya proses
penyakit.

Kaji/awasi secara rutin kulit & warna membrane mukosa.


Rasional :
Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat
sekitar bibir atau danun telinga). Keabu-abuan & dianosis sentral
mengindikasikan beratnya hipoksemia.

Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien buat memilih posisi mudah
buat bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai dgn
kebutuhan/toleransi individu.
Rasional :
Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dgn posisi duduk tinggi & laithan
napas buat menurunkan kolaps jalan napas, dispnea & kerja napas.

Dorong mengeluarkan sputum, pengisapan bila diindikasikan.


Rasional :
Kental tebal & banyak sekresi ; sumber utama gangguan pertukaran gas
pada jalan napas kecil, & pengisapan dibuthkan bila batuk tak efektif.

Auskultasi bunyi napas, catat area penurunan aliran udara dan/atau bunyi
tambahan.
Rasional :
Bunyi napas mingkin redup karena penurrunan aliran udara atau area
konsolidasi. Adanya mengi mengindikasikan spasme
bronkus/ter-tahannya sekret. Krekles basah menyebar menunjukan
cairan pada interstisial/dekompensasi jantung.

Awasi tanda-tkita vital & irama jantung.


Rasional :
Takikardi, disiretmia & perubahan tekanan darah dapat menunjuak efek
hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.

Berikan oksigen tambahan sesuai dgn indikasi hasil GDA& toleransi


pasien.
Rasional :
Dapat memperbaiki/mencegah memburuknya hipoksia. Catatan ;
emfisema koronis, mengatur pernapasan pasien ditentikan oleh kadar
CO2 & mungkin dikkeluarkan dgn peningkatan PaO2 berlebihan.
(Doenges, 1999. hal 158).

Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dgn proses peradangan pada selaput
paru-paru.
Tujuan : Rasa nyeri berkurang sampai hilang.
Kriteria hasil :
o Klien mengatakan rasa nyeri berkurang/hilang.
o Ekspresi wajah rileks.
Intervensi :

Tentukan karakteristik nyeri, miaalnya ; tajam, konsisten, di tusuk, selidiki


perubahan karakter/intensitasnyeri/lokasi.
Rasional :
Nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat pneumonia, juga dapat
timbul komplikasi seperti perikarditis & endokarditis.

Pantau tanda-tkita vital.

Rasional :
Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukan bahwa pasien
mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain buat perubahan tanda-tkita
vital.

Berikan tindakan nyaman, misalnya ; pijatan punggung, perubahan posisi,


musik tenang/perbincangan, relaksasi/latihan napas.
Rasional :
Tindakan non-analgetik diberikan dgn sentuhan lembut dapat
menghilangkan ketidaknyamanan & memperbesar efek terapi analgesic.

Tawarkan pembersihan mulut dengan sering.


Rasional :
Pernapasan mulut & terapi oksigen dapat mengiritasi & mengeringkan
memberan mukosa, potensial ketidaknyamanan umum.

Anjurkan & bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.
Rasional :
Alat buat mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan
keefektifan upaya batuk.

Berikan analgesic & antitusif sesuai indikasi.


Rasional :
Obat seperti ini dapat digunakan buat menekan batuk non
produktif/proksimal atau menurunkan mukosa berlebihan,
meningkatkan kenyamanan/istirahat umum. (Doenges, 1999. hal 171).

d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan napas


pendek selama atau sesudah makan, efek samping obat.
Hasil yang diharapkan :
· Terpenuhinya nutrisi yang adekuat
· Tidak terjadinya pengurangan makan
· Selera makan meningkat
Intervensi:
1. Beri O2 tambahan pada saat makan
Rasional : Tambahan O2 saat makan dapat memperkuat pemasukan
O2
2. Anjurkan untuk memperhatikan kebersihan bronkhial sebelum
makan
Rasional: Adanya sputum dapat mengurangi selera makan selain itu
juga untuk menghindari hipoksemia
3. Anjurkan untuk makan porsi kecil dan sering
Rasional: Mengurangi penggunaan O2 yang berlebihan saat makan

e. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan napas pendek kelemahan,


hipoxemia.
Hasil yang diharapkan: Peningkatan aktivitas optimal secara bertahap
tanpa terjadi nafas pendek
Intervensi:
1. Anjurkan pasien untuk nafas dalam bila melakukan kegiatan
sehari-hari
Rasional: Dapat meningkatkan exhalasi, mengurangi kelelahan
2. Gunakan O2 selama aktivitas sesuai instruksi
Rasional: Aktivitas membutuhkan O2 yang berlebih
3. Ajarkan pasien untuk mengontrol nafas pendek sebelum
melakukan kegiatan
Rasional : Meyakinkan pasien dalam melakukan kegiatan
4. Sebelum, selama dan sesudah kegiatan monitor respon pasien
(TD, Nadi, dan Pernafasan)
Rasional: Desaturasi dan asidosis selama kegiatan dapat terlihat
pada TTV

f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pengobatan, napas pendek


pada malam hari, depresi dan cemas.
Hasil yang diharapkan: Pola tidur pasien dapat kembali normal
Intervensi:
1. Identifikasi pola tidur normal dan tidak normal bagi pasien
Rasional: Agar tidak terjadi salah konsep tentang pola tidur yang
normal dan tidak normal
2. Diskusikan faktor penyebab
Rasional : Memperjelas faktor penyebab pola tidur pasien
terganggu
3. Instruksikan pada pasien untuk membersihkan jalan nafas dan
diperlukan bila terjadi serangan dyspnea
Rasional: Mempersiapkan pasien dalam mengatasi keadaan serangan
4. Berikan therapi O2 pada malam hari sesuai instruksi dokter
Rasional: PaO2 menurun pada malam hari dan pasien COPD tidak
dapat mentoleransi
5. Observasi tanda –tanda vital (TD, Nadi, Pernafasan) selama di
rumah sakit sebelum tidur
Rasional : Untuk mengetahui tindakan yang harus dilakukan bila
terjadi serangan
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. PENGUMPULAN DATA
A. Biodata
1. Nama : Tn T
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Umur : 54
4. Status Perkawinan : Menikah
5. Pekerjaan : Petani
6. Agama : Islam
7. Pendidikan Terakhir : SD
8. Alamat : Gedangan
9. Tanggal MRS : 5 November 2012
10. Tanggal Pengkajian : 6 November 2012

B. Diagnosa Medis : COPD

C. Keluhan Utama : Sesak Nafas

D. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien mengatakan menderita sesak nafas selama 3 tahun terakhir. Jika
sesak nafas muncul, pasien hanya mengobatinya dengan obat-obatan bebas
yang dijual di pasaran, dan sesak nafas dapat disembuhkan. Namun, sesak
nafas terakhir sebelum pasien MRS ini dikarenakan pasien makan pedas
pada pukul 13.30, lalu pasien mengobatinya dengan obat yang biasa ia
minum tetapi tidak kunjung sembuh, oleh karena itu pasien berobat ke
RSUD Kanjuruhan dan disarankan untuk rawat inap.
E. Riwayat Penyakit/Kesehatan yang Lalu
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat hipertensi, DM, ataupun
penyakit-penyakit berat lainnya. Pasien sudah berhenti merokok 10 tahun
terakhir ini.

F. Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan bahwa anggota keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit seperti yang dialami pasien.

G. Pola Aktivitas Sehari-hari


1. Makan dan Minum
Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan pola makan dan minum
selama di RS. Pola makan pasien di rumah dan di RS teratur, 3 kali
sehari, dan tidak ada makanan atau minuman pantangan.
2. Pola Eliminasi
Pasien mengatakan di rumah ataupun di RS dapat melakukan BAK dan
BAB dengan baik (spontan) dan tidak mengalami gangguan.
3. Pola Istirahat Tidur
Pasien dapat melakukan istirahat tidur dengan teratur selama di rumah
maupun di rumah sakit.
4. Kebersihan Diri
Kebersihan diri pasien di rumah maupun di rumah sakit terpenuhi,
pasien mandi di rumah 2x sehari,dan diseka di rumah sakit 2x sehari.

H. Riwayat Psikososial
Pada saat pengkajian pasien mengatakan tidak ada masalah dalam
bersosialisasi dengan keluarga serta dengan sesama pasien yang lain. Dan
bila ada masalah atau keluhan pasien selalu terbuka dengan keluarganya.

I. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum :Klienlemah, GCS:456,
klienbatukdenganseputumberwarnaputih

2. Tanda-tanda Vital :
Suhu : 36,80 C
TekananDarah : 110/80 mmHg
Nadi : 84 X/menit
RR : 25 X/menit
3. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Kepala : bentukkepalasimetris, tidakadabenjolan di kepala,
kulitkepalabersih, rambutbersih, warnaputih
Mata : matatidakanemis, tidakcowong, kunjungtivamerahmuda,
sclera putih, pupil isokor
Hidung : hidungbersih, tidakadapernafasancupinghidung
Mulut : mulutlembab, tidakadaluka, tidakada stomatitis,
tidakadasianosis, lidahbersih
Leher : lehersimetris, tidakadapembesarankelenjartyroid,
tidakadapembendungan vena jugularis
4. Pemeriksaan Integumen
Turgor kulitbaik, tidakadaoedema, tidakadaluka/jejas, tidakadasianosis,
tidakadaikterus
5. Pemeriksaan Dada dan Thoraks
Bentuk dada simetris, terdapatsesaknafasdengan di
tandaiadanyaretrasiototintercostalis.
V V
V V
V

Suaranafas: Rh : ( — )
Wh: ( + )

6. Payudara
Tidakterkaji
7. Abdomen
Bentuksupel( tidakkembung, tidakadamasa, tidakacites ), bisingusus
(+)
8. Genetalia
Tidakterkaji
9. Ekstremitas
OdemaKekuatanotot
— — 4 5
— — 5 5

ket:
tangankananterpasang infuse
J. Pemeriksaan Neurologis
Tidakterkaji
K. Pemeriksaan Penunjang
1. FotoThoraks
Dilakukanfotothorakspadatanggal 5 November 2012 denganhasil (+)
COPD
2. Darah
a. DarahLenkap
· Hb : 14,8 g/dl
· Ht : 42,6 %
· Eritrosit : 5,33 juta/cmm
· Leukosit : 13.000 sel/cmm
· LED : 26 mm/1 jam
· Trombosit : 391.000 sel/cmm
b. CAA
· Glukosadarahsewaktu : 108 mg/dl
· SGOT : 28 U/L
· SGPT : 9 U/L
· Ureum : 16 mg/dl
· Kreatinin : 0,89 mg/dl
Kesan / Kesimpulan :Leukositasissampaidengan COPD
L. Terapi/Penatalaksanaan
· O2 : 2L/menit

· Infuse RL + aminophilin : 240 = 18 tetes/menit


· IJ Viccillin SX : 3 X 1 IV
· IJ Medixon : 1 X 125 IV
· IJ Ventolin : 3 X 1 IV
3.2ANALISA DATA
N DATA PENUNJANG MASALAH KEMUNGKINAN
O PENYEBAB
1 S: Gangguanpertukaran gas COPD
Klienmengatakansesak penyempitanbronkus
nafas kadar O2
O: Sesaknafas, menurunkadar CO2
pernafasaninterkostalis, meningkatsesaknafas
RR=25x/menit, (alkalosis respiratory).
terdengarsuara
wheezing.
2 S: Bersihanjalannafastidake Peningkatanproduksi
Klienmengatakanbatuk fektif mucus/secret
O: Batukberdahak, ketidakadekuatanbatuk.
terdapat sputum
berwarnaputih
3 S: Gangguan rasa nyaman : COPD  sesak nafas
Klienmengatakannyeri nyeri menahun  peradangan
pada dada bagian kiri pada selaput paru-paru 
O: Klien terlihat sering nyeri
memegangi dada
sbelah kirinya dengan
tangan, grimace +,
skala nyeri 7

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi secret,
sekresi tertahan, tebal & kental.

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penyempitan bronkus


Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada
selaput paru-paru.

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dgn peningkatan produksi secret,
sekresi tertahan, tebal & kental.
Tujuan: Ventilasi/oksigenisasi adekuat buat kebutuhanindividu
Kriteria hasil : Mempertahankan jalan napas paten & bunyi napas
bersih/jelas.
Intervensi :

Kaji/pantau frekuensi pernapasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi.


Rasional :
Takipnea biasanya ada beberapa derajat & dapat ditemukan pada
penerimaan atau selama stress/adanya proses infeksi akut. Pernapasan
dapat melambat & frekuensi ekspirasi memanjang disbanding inspirasi.

Kaji pasien buat posisi nyaman, misalnya peninggian kepala tempat tidur,
duduk & sandaran tempat tidur.
Rasional :
Peninggian kepala tempat tidur mempermudah pernapasan &
menggunakan gravitasi. Namun pasien dgn distress berat akan mencari
posisi lebih mudah buat bernapas. Sokongan tangan/kaki dgn meja,
bantal & lain-lain membantu menurunkan kelemahan otot & dapat
sebagai alat ekspansi dada.

Auskultasi bunyi napas, catat adanya bunyi napas misalnya : mengi, krokels
& ronki.
Rasional :
Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dgn obstruksi jalan napas &
dapat/tidak dimanifestasikan dgn adanya bunyi napas adventisius,
misalnya : penyebaran, krekels basah (bronchitis), bunyi napas redup
dgn ekspirasi mengi (emfisema), atau tidak adanya bunyi napas (asma
berat).

Catat adanya /derajat disepnea, misalnya : keluhan “lapar udara”, gelisah,


ansietas, distress pernapasan, & penggunaan obat bantu.
Rasional :
Disfungsi pernapasan ; variable tergantung pada tahap proses kronis
selain proses akut menimbulkan perawatan di rumah sakit, misalnya
infeksi & reaksi alergi.

Dorong/bantu latihan napas abdomen atau bibir.


Rasional :
Memberikan pasien beberapa cara buat mengatasi & mengontrol
dispnea & menurunkan jebakan udara.

Observasi karakteristik batuk, misalnya : menetap, batuk pendek, basah,


bantu tindakan buat memperbaiki keefektifan jalan napas.
Rasional :
Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya bila pasien lansia,
sakit akut, atau kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi duduk
paling tinggi atau kepala dibawah setelah perkusi dada.

Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung.


Rasional :
Hidrasi membantu menurunkan kekentalan secret, mempermudah
pengeluaran. Penggunaan air hangat dapat menurunkan spasme bronkus.
Cairan selama makan dapat meningkatkan distensi gaster & tekanan
pada diafragma.

Bronkodilator, misalnya, β-agonis, efinefrin (adrenalin, vavonefrin),


albuterol (proventil, ventolin), terbutalin (brethine, brethaire), isoeetrain
(brokosol, bronkometer).
Rasional :
Merilekskan otot halus & menurunkan kongesti local, menurunkan
spasme jalan napas, mengi & produksi mukosa. Obat-obatan mungkin
per oral, injeksi atau inhalasi. dapat meningkatkan distensi gaster &
tekanan pada diafragma.
(Doenges, 1999. hal 156).

Kerusakan pertukaran gas berhubungan dgn penyempitan bronkus


Tujuan : Mempertahankan tingkat oksigen adekuat untuk keperluan tubuh.
Kriteria hasil :
o Tanpa terapi oksigen, SaO2 95 % dank lien ti& mengalami sesak napas.
o Tanda-tkita vital dalam batas normal
o Tidak ada tanda-tkita sianosis.
Intervensi :
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan, catat pengguanaan otot
aksesorius, napas bibir, ketidakmampuan bicara/berbincang.
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan & kronisnya
proses penyakit.
2. Kaji/awasi secara rutin kulit & warna membrane mukosa.
Rasional :
Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar
bibir atau danun telinga). Keabu-abuan & dianosis sentral mengindikasikan
beratnya hipoksemia.
3. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien buat memilih posisi mudah
buat bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai dgn
kebutuhan/toleransi individu.
Rasional :
Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dgn posisi duduk tinggi & laithan
napas buat menurunkan kolaps jalan napas, dispnea & kerja napas.
4. Dorong mengeluarkan sputum, pengisapan bila diindikasikan.
Rasional :
Kental tebal & banyak sekresi ; sumber utama gangguan pertukaran gas
pada jalan napas kecil, & pengisapan dibuthkan bila batuk tak efektif.
5. Auskultasi bunyi napas, catat area penurunan aliran udara dan/atau bunyi
tambahan.
Rasional :
Bunyi napas mingkin redup karena penurrunan aliran udara atau area
konsolidasi. Adanya mengi mengindikasikan spasme bronkus/ter-tahannya
sekret. Krekles basah menyebar menunjukan cairan pada interstisial/
dekompensasi jantung.
6. Awasi tanda-tanda vital & irama jantung.
Rasional :
Takikardi, disiretmia & perubahan tekanan darah dapat menunjuak efek
hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
7. Berikan oksigen tambahan sesuai dgn indikasi hasil GDA & toleransi
pasien.
Rasional :
Dapat memperbaiki/mencegah memburuknya hipoksia. Catatan ; emfisema
kronis, mengatur pernapasan pasien ditentikan oleh kadar CO2 & mungkin
dikkeluarkan dgn peningkatan PaO2 berlebihan. (Doenges, 1999. hal 158).

Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengn proses peradangan pada selaput
paru-paru.
Tujuan : Rasa nyeri berkurang sampai hilang.
Kriteria hasil :
o Klien mengatakan rasa nyeri berkurang/hilang.
o Ekspresi wajah rileks.
Intervensi :
1. Tentukan karakteristik nyeri, miaalnya ; tajam, konsisten, di tusuk,
selidiki perubahan karakter/intensitasnyeri/lokasi.
Rasional :
Nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat pneumonia, juga dapat
timbul komplikasi seperti perikarditis & endokarditis.
2. Pantau tanda-tanda vital.
Rasional :
Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukan bahwa pasien
mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain buat perubahan tanda-tkita
vital.
3. Berikan tindakan nyaman, misalnya ; pijatan punggung, perubahan posisi,
musik tenang/perbincangan, relaksasi/latihan napas.
Rasional :
Tindakan non-analgetik diberikan dengan sentuhan lembut dapat
menghilangkan ketidaknyamanan & memperbesar efek terapi analgesic.
4. Tawarkan pembersihan mulut dgn sering.
Rasional :
Pernapasan mulut & terapi oksigen dapat mengiritasi & mengeringkan
memberan mukosa, potensial ketidaknyamanan umum.
5. Anjurkan & bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode
batuk.
Rasional :
Alat buat mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan
keefektifan upaya batuk.
6. Berikan analgesic & antitusif sesuai indikasi.
Rasional :
Obat seperti ini dapat digunakan buat menekan batuk non produktif/
proksimal atau menurunkan mukosa berlebihan, meningkatkan
kenyamanan/istirahat umum. (Doenges, 1999. hal 171).

D. IMPLEMENTASI
Ruang : IRNA Imam Bonjol
Nama Pasien : Tn. T
Umur : 54 tahun
No. Reg : 304392
No. Tanggal No. Tindakan Tanda-tangan
diagnosa
1 07-11-2012 1,2 1. Memberikan terapi O2
(nasal canul) = 2 l/1
1,2 2. Mengatur posisi semi
1,2,3 fowler
1 3. Mengobservasi TTV tiap 8
2 08-11-2012 jam
1,2,3 4. Memberikan terapi
nebulizer sesuai resep
3 5. Memberikan
terapi/pengobatan sesuai resep
3 09-11-2012 6. Melakukan managemen
2,3 nyeri (pengalihan perhatian
1 dengan mengajak bercerita)
7. Melatih pasien nafas dalam
8. Meminta pasien untuk
1 mendemonstrasikan batuk
efektif
9. Minta pasien untuk minum
air hangat

E. EVALUASI
Evaluasi Formatif
Ruang : IRNA Imam Bonjol
Nama Pasien : Tn. T
Umur : 54 tahun
No. Reg : 304392

No. Tanggal : 07 November Tanggal : 08 November Tanggal : 09


Dx 2012 2012 November 2012
1. S : pasien mengatakan S : pasien mengatakan S : pasien
masih sering batuk, batuk berkurang, dapat mengatakan batuk
sekret kental dan sulit mengeluarkan sekret berkurang, sekret juga
dikeluarkan berkurang
O : sekret berwarna putih,
O : batuk berdahak, batuk pasien lebih bersih O : batuk pasien
terdengar suara ronchi terdengar lebih bersih,
A : masalah teratasi pasien jarang batuk.
A : masalah belum sebagian
teratasi A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi no. sebagian
P : lanjutkan intervensi 01-06
no. 01-06 P : lanjutkan
intervensi no 01-06
2. S : pasien mengatakan S : pasien mengatakan S : pasien
sesak berkurang sesak berkurang mengatakan tidak
sesak
O : keadaan umum O : keadaan umum lemah,
lemah, RR = 24x/menit, RR = 24x/menit, terpasang O : keadaan umum
terpasang terapi O2 terapi O2 2l/menit baik, RR = 21x/menit,
3l/menit tidak terpasang terapi
A : masalah teratasi O2
A : masalah teratasi sebagian
sebagian P : lanjutkan intervensi no. A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi 1-7
no. 1-7 P : lanjutkan observasi

3. S : pasien mengatakan S : pasien mengatakan S : pasien mengatakan


nyeri pada bagian dada nyeri pada dadanya nyeri semakin
sebelah kiri berkurang berkurang

O : grimace +, skala O : grimace berkurang dari O : grimace -, skala


nyeri 7 sebelumnya, skala nyeri 4 nyeri 2

A : masalah belum A : masalah teratasi A : masalah teratasi


teratasi sebagian
P : lanjutkann
P : lanjutkann intervensi P : lanjutkann intervensi observasi
no. 1-6 no. 1-6
BAB IV
PEMBAHASAN

Diagnosa yang kami pilihuntukkasuspasien COPD di atas adalah :


a. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dgn peningkatan produksi
secret, sekresi tertahan, tebal & kental.
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dgn gangguan suplai oksigen
berkurang. (obstruksi jalan napas oleh secret, spasme bronkus).
c. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dgn proses peradangan pada
selaput paru-paru.
Dan tidak memilih diagnosa di bawah ini :

a. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafas


pendek selama atau sesudah makan, efek samping obat.
b. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan nafas pendek kelemahan,
hipoxemia.
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pengobatan, nafas pendek
pada malam hari, depresi dan cemas.
Karena sesuai dengan hasil pengkajian didapatkan bahwa tidak terlalu
bermasalah/hampir tidak ada perubahanpola aktivitas sehari-hari pasien yang
mencangkup nutrisi dan pola tidur, antara pasien saat ini ketika sakit dengan sebelum
sakit, karena pasien menderita penyakit ini sudah sekitar 2 tahun, jadi pasien sudah
terbiasa dan sudah memiliki koping individu yang sudah adekuat.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang
progresif, artinya penyakit ini berlangsung seumur hidup dan semakin memburuk
secara lambat dari tahun ke tahun.PPOK Merujukpadasejumlahgangguan yang
mempengaruhipergerakanudaradaridankeluarParu.Gangguan yang
pentingadalahBronkhitisObstruktif, Emphysema dan Asthma Bronkiale.(Black. J. M.
&Matassarin,.E. J. 1993).
Faktor-faktor dapat meningkatkan resiko / factor penyebabmunculnya
COPD (Mansjoer, 1999) :
1. Kebiasaan merokok
2. Polusi udara
3. Paparan debu, asap, & gas-gas kimiawi akibat kerja.
4. Riwayat infeksi saluran nafas.
5. Bersifat genetik yaseperti itu defisiensi -1 antitripsin.
Berdasarkan Brunner & Suddarth (2005)tandagejala COPD sebagai berikut :

Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin.

Batuk kronik & pembentukan sputum purulen dalam jumlah sangat banyak.

Dispnea.

Nafas pendek & cepat (Takipnea).

Anoreksia.

Penurunan berat ba&& kelemahan.

Takikardia, berkeringat.

Hipoksia, sesak dalam dada.


Beberapapemeriksaan yang adapatdilakukanuntukmengetahuipenyakit COPD
antara lain denganpengkajianmengenairiwayatpenyakit yang ditandaidengan3 gejala
klinis diatas & faktor-faktor penyebab, pengkajianfisikterutama system pernafasan,
pemeriksaanradiologidengenfotothoraks, tesfaalparu, pemeriksaanlaboratoriumdarah,
danjugapemeriksaan EKG
Komplikasi yang dapatterjadipada COPD antara lain yaitu hypoxemia,
asidosisrespiratori, infeksisalurannafas, gagaljantung, cardiac artmia, dan status
asmatikus.
Pengobatan yang
dilakukanpadakliendenganCPODyaituterapijangkapendekdenganpemberian
antibiotic, pemberianterapi O2, fisioterapi dadadanbronkodilator,
sedangkanjangkapanjangnyaditambahdenganrehabilitasi,
pemberianmukolitikdanekspektoran, serta latihan fisik untuk meningkatkan toleransi
akivitas fisik

5.2 Saran
· Diharapkan Pembaca dapat mengerti tentang COPD dan mencegahnya dan
deteksi dini padapenyakitini.
· Perawat dan tenaga kesehatan lainnya diharapkan dapat
memberikanpenanganan yang tepatuntukmengatasipenyakit COPD.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. (1999) Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Pasien, alih bahasa: I Made Kariasa, Ni
Made Sumarwati, edisi 3, Jakarta: EGC
Carpenito, Lynda Juall (1997) Buku Saku Diagnosa Keperawatan, alih bahasa: Yasmin
Asih, edisi 6, Jakarta: EGC
Anderson, Sylvia. Pathofisiologi Clinical Consep of Disease Proses. EGC,
Bagian I Adjie Dharma. Edisi II. Cetakan III, 1988.
Brunner and Suddarth. Medical Surgical Nursing. Six Edition. Philadelphia : JB
Lippincott Company. 1988
G.Simon : Diagnostik Rontgen, cetakan ke-2, Erlangga, 1981, hal :310-312.
Gofton, Douglas : Respiratory Disease, 3rd edition, PG Publishing Pte Ltd, 1984, page
: 346-379.

Grainger, Allison : Diagnostic Raddiology An Anglo American Textbook of Imaging,


second edition, Churchil Livingstone, page :122.
Diposkan oleh Iva Agustin di 02.20
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan
ke Pinterest

Vous aimerez peut-être aussi