Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
LP + ASKEP PPOK/COPD
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Untukmengetahuipengertian COPD
1.3.2Untukmengetahuipenyebabterjadinya COPD
1.3.3 Untukmengetahuitandadangejala COPD
1.3.4 Untukmengetahuipemeriksaan yang dilakukanuntuk COPD
1.3.5 Untukmengetahuikomplikasi yang terjadipada COPD
1.3.6 Untukmengetahuipengobatan yang dilakukanpada COPD
1.3.7 Untukmengetahuiasuhankeperawatan yang dilakukanpadakliendengan
COPD
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN
a. PPOK Merujuk pada sejumlah gangguan yang mempengaruhi pergerakan udara
dari dan keluar Paru. Gangguan yang penting adalah Bronkhitis Obstruktif,
Emphysema dan Asthma Bronkiale. (Black. J. M. & Matassarin,.E. J. 1993).
b. Suatu kondisi dimana aliran udara pada paru tersumbat secara terus menerus.
Proses penyakit ini adalah seringkali kombinasi dari 2 atau 3 kondisi berikut ini
(Bronkhitis Obstruktif Kronis, Emphysema dan Asthma Bronkiale) dengan
suatu penyebab primer dan yang lain adalah komplikasi dari penyakit
primer.(Enggram, B. 1996).
Menurut Alsagaff & Mukty (2006), COPD dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Bronkhitis Kronis
Gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan mucus yang berlebihan dalam
bronkus dan termanifestasikan dalam bentuk batuk kronis dan pembentuk sputum
selama 3 bulan dalam setahun, paling sedikit 2 tahun berturut – turut.
b. Emphysema
Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus, duktus
alveolaris dan destruksi dinding alveolar.
c. Asthma Bronkiale
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari trachea dan
bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran
bernafas yang disebabkan oleh peyempitan yang menyeluruh dari saluran nafas.
Asthma dibedakan menjadi 2 :
1. Asthma Bronkiale Alergenik
2. Asthma Bronkiale Non Alergenik
2.2 PATOFISIOLOGI
Faktor-faktor resiko seperti merokok, polusi, umur, akan mendatangkan proses
inflamasi bronkus dan juga menimbulkan kerusakan pada dinding bronkus terminal.
Akibat dari kerusakan akan terjadi obstruksi bronkus kecil (bronkiolus terminalis),
yang mengalami penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang mudah
masuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada saat ekspirasi banyak terjebak dalam
alveolus dan terjadilah penumpukan udara (air trapping). Hal inilah yang
menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan segala akibatnya. Adanya obstruksi
pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi dan menimbulkan
pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-fungsi paru: ventilasi, distribusi gas, difusi gas,
maupun perfusi darah akan mengalami gangguan (Brannon, et al, 1993).
2.3 ETIOLOGI
Faktor-faktor dapat meningkatkan resiko munculnya COPD (Mansjoer, 1999) :
· Faktor lingkungan (Polusi)
· Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab tetapi bila
ditambah merokok resiko akan lebih tinggi.
· Predisposisi bawaan, defisiensi alfa-1 antritipsin yang merupakan suatu
protein. Kerja enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan
merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
· Faktor infeksi, eksaserbasi bronkhitis klonik disangka paling sering diawali
dengan infeksi virus, yang kemudian menyebabkan infeksi sekuler oleh bakteri.
Bakteri yang paling banyak adalah Haemophilus influenza dan Streptococcus
Pneumonia.
· Rokok, terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan volume
ekspirasi paksa. Rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus
dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan.
· Faktor sosial ekonomi, kematian pada penderita lebih banyak pada golongan
sosial ekonomi rendah.
· Penyakit-penyakit seperti : TBC, Bronkolektasis, Bronkhitis kronik, Empisema
2.4 TANDA & GEJALA
Berdasarkan Brunner & Suddarth (2005) ; sebagai berikut :
Batuk kronik & pembentukan sputum purulen dalam jumlah sangat banyak.
Dispnea.
Anoreksia.
Takikardia, berkeringat.
Anamnesis :
Riwayat penyakit ditandai 3 gejala klinis diatas & faktor-faktor penyebab.
Pemeriksaan fisik :
Perkusi pada dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati
lebih rendah, pekak jantung berkurang.
Pemeriksaan radiologi
Foto thoraks pada bronkitis kronik memperlihatkan tubular shadow berupa
bayangan garis-garis pararel keluar dari hilus menuju ke apeks paru &
corakan paru bertambah.
Pemeriksaan EKG
2.6 KOMPLIKASI
1. Hipoxemia
Hipoxemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang dari 55 mmHg,
dengan nilai saturasi Oksigen <85%. Pada awalnya klien akan mengalami
perubahan mood, penurunan konsentrasi dan pelupa. Pada tahap lanjut timbul
cyanosis.
2. Asidosis Respiratory
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnia). Tanda yang muncul
antara lain : nyeri kepala, fatique, lethargi, dizzines, tachipnea.
3. Infeksi Respiratory
Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus,
peningkatan rangsangan otot polos bronchial dan edema mukosa. Terbatasnya
aliran udara akan meningkatkan kerja nafas dan timbulnya dyspnea.
4. Gagal jantung
Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus
diobservasi terutama pada klien dengan dyspnea berat. Komplikasi ini sering kali
berhubungan dengan bronchitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat juga
dapat mengalami masalah ini.
5. Cardiac Disritmia
Timbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis
respiratory.
6. Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asthma bronchial.
Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan dan seringkali tidak
berespon terhadap therapi yang biasa diberikan. Penggunaan otot bantu pernafasan
dan distensi vena leher seringkali terlihat.
2.7 PENATALAKSANAAN
Fisioterapi.
Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien mengalami gagal nafas Tip II
dgn PaO2 < 7,3 kPa (55 mmHg).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dgn gangguan peningkatan
produksi secret, sekresi tertahan, tebal & kental.
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dgn gangguan suplai oksigen
berkurang. (obstruksi jalan napas oleh secret, spasme bronkus).
c. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dgn proses peradangan pada
selaput paru-paru.
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafas
pendek selama atau sesudah makan, efek samping obat.
e. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan nafas pendek kelemahan,
hipoxemia.
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pengobatan, nafas pendek
pada malam hari, depresi dan cemas.
4. Rencana Keperawatan
Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dgn gangguan peningkatan produksi
secret, sekresi tertahan, tebal & kental.
Tujuan :Oksigenisasi adekuat buat kebutuhan individu.
Kriteria hasil : Mempertahankan jalan napas paten & bunyi napas bersih/jelas.
Intervensi
Kaji pasien buat posisi nyaman, misalnya peninggian kepala tempat tidur,
duduk & sandaran tempat tidur.
Rasional :
Peninggian kepala tempat tidur mempermudah pernapasan &
menggunakan gravitasi. Namun pasien dgn distress berat akan mencari
posisi lebih mudah buat bernapas. Sokongan tangan/kaki dgn meja,
bantal & lain-lain membantu menurunkan kelemahan otot & dapat
sebagai alat ekspansi dada.
Auskultasi bunyi napas, catat adanya bunyi napas misalnya : mengi, krokels
& ronki.
Rasional :
Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dgn obstruksi jalan napas &
dapat/tidak dimanifestasikan dgn adanya bunyi napas adventisius,
misalnya : penyebaran, krekels basah (bronchitis), bunyi napas redup
dgn ekspirasi mengi (emfisema), atau tidak adanya bunyi napas (asma
berat).
Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien buat memilih posisi mudah
buat bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai dgn
kebutuhan/toleransi individu.
Rasional :
Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dgn posisi duduk tinggi & laithan
napas buat menurunkan kolaps jalan napas, dispnea & kerja napas.
Auskultasi bunyi napas, catat area penurunan aliran udara dan/atau bunyi
tambahan.
Rasional :
Bunyi napas mingkin redup karena penurrunan aliran udara atau area
konsolidasi. Adanya mengi mengindikasikan spasme
bronkus/ter-tahannya sekret. Krekles basah menyebar menunjukan
cairan pada interstisial/dekompensasi jantung.
Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dgn proses peradangan pada selaput
paru-paru.
Tujuan : Rasa nyeri berkurang sampai hilang.
Kriteria hasil :
o Klien mengatakan rasa nyeri berkurang/hilang.
o Ekspresi wajah rileks.
Intervensi :
Rasional :
Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukan bahwa pasien
mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain buat perubahan tanda-tkita
vital.
Anjurkan & bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.
Rasional :
Alat buat mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan
keefektifan upaya batuk.
A. PENGKAJIAN
1. PENGUMPULAN DATA
A. Biodata
1. Nama : Tn T
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Umur : 54
4. Status Perkawinan : Menikah
5. Pekerjaan : Petani
6. Agama : Islam
7. Pendidikan Terakhir : SD
8. Alamat : Gedangan
9. Tanggal MRS : 5 November 2012
10. Tanggal Pengkajian : 6 November 2012
H. Riwayat Psikososial
Pada saat pengkajian pasien mengatakan tidak ada masalah dalam
bersosialisasi dengan keluarga serta dengan sesama pasien yang lain. Dan
bila ada masalah atau keluhan pasien selalu terbuka dengan keluarganya.
I. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum :Klienlemah, GCS:456,
klienbatukdenganseputumberwarnaputih
2. Tanda-tanda Vital :
Suhu : 36,80 C
TekananDarah : 110/80 mmHg
Nadi : 84 X/menit
RR : 25 X/menit
3. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Kepala : bentukkepalasimetris, tidakadabenjolan di kepala,
kulitkepalabersih, rambutbersih, warnaputih
Mata : matatidakanemis, tidakcowong, kunjungtivamerahmuda,
sclera putih, pupil isokor
Hidung : hidungbersih, tidakadapernafasancupinghidung
Mulut : mulutlembab, tidakadaluka, tidakada stomatitis,
tidakadasianosis, lidahbersih
Leher : lehersimetris, tidakadapembesarankelenjartyroid,
tidakadapembendungan vena jugularis
4. Pemeriksaan Integumen
Turgor kulitbaik, tidakadaoedema, tidakadaluka/jejas, tidakadasianosis,
tidakadaikterus
5. Pemeriksaan Dada dan Thoraks
Bentuk dada simetris, terdapatsesaknafasdengan di
tandaiadanyaretrasiototintercostalis.
V V
V V
V
Suaranafas: Rh : ( — )
Wh: ( + )
6. Payudara
Tidakterkaji
7. Abdomen
Bentuksupel( tidakkembung, tidakadamasa, tidakacites ), bisingusus
(+)
8. Genetalia
Tidakterkaji
9. Ekstremitas
OdemaKekuatanotot
— — 4 5
— — 5 5
ket:
tangankananterpasang infuse
J. Pemeriksaan Neurologis
Tidakterkaji
K. Pemeriksaan Penunjang
1. FotoThoraks
Dilakukanfotothorakspadatanggal 5 November 2012 denganhasil (+)
COPD
2. Darah
a. DarahLenkap
· Hb : 14,8 g/dl
· Ht : 42,6 %
· Eritrosit : 5,33 juta/cmm
· Leukosit : 13.000 sel/cmm
· LED : 26 mm/1 jam
· Trombosit : 391.000 sel/cmm
b. CAA
· Glukosadarahsewaktu : 108 mg/dl
· SGOT : 28 U/L
· SGPT : 9 U/L
· Ureum : 16 mg/dl
· Kreatinin : 0,89 mg/dl
Kesan / Kesimpulan :Leukositasissampaidengan COPD
L. Terapi/Penatalaksanaan
· O2 : 2L/menit
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi secret,
sekresi tertahan, tebal & kental.
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dgn peningkatan produksi secret,
sekresi tertahan, tebal & kental.
Tujuan: Ventilasi/oksigenisasi adekuat buat kebutuhanindividu
Kriteria hasil : Mempertahankan jalan napas paten & bunyi napas
bersih/jelas.
Intervensi :
Kaji pasien buat posisi nyaman, misalnya peninggian kepala tempat tidur,
duduk & sandaran tempat tidur.
Rasional :
Peninggian kepala tempat tidur mempermudah pernapasan &
menggunakan gravitasi. Namun pasien dgn distress berat akan mencari
posisi lebih mudah buat bernapas. Sokongan tangan/kaki dgn meja,
bantal & lain-lain membantu menurunkan kelemahan otot & dapat
sebagai alat ekspansi dada.
Auskultasi bunyi napas, catat adanya bunyi napas misalnya : mengi, krokels
& ronki.
Rasional :
Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dgn obstruksi jalan napas &
dapat/tidak dimanifestasikan dgn adanya bunyi napas adventisius,
misalnya : penyebaran, krekels basah (bronchitis), bunyi napas redup
dgn ekspirasi mengi (emfisema), atau tidak adanya bunyi napas (asma
berat).
Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengn proses peradangan pada selaput
paru-paru.
Tujuan : Rasa nyeri berkurang sampai hilang.
Kriteria hasil :
o Klien mengatakan rasa nyeri berkurang/hilang.
o Ekspresi wajah rileks.
Intervensi :
1. Tentukan karakteristik nyeri, miaalnya ; tajam, konsisten, di tusuk,
selidiki perubahan karakter/intensitasnyeri/lokasi.
Rasional :
Nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat pneumonia, juga dapat
timbul komplikasi seperti perikarditis & endokarditis.
2. Pantau tanda-tanda vital.
Rasional :
Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukan bahwa pasien
mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain buat perubahan tanda-tkita
vital.
3. Berikan tindakan nyaman, misalnya ; pijatan punggung, perubahan posisi,
musik tenang/perbincangan, relaksasi/latihan napas.
Rasional :
Tindakan non-analgetik diberikan dengan sentuhan lembut dapat
menghilangkan ketidaknyamanan & memperbesar efek terapi analgesic.
4. Tawarkan pembersihan mulut dgn sering.
Rasional :
Pernapasan mulut & terapi oksigen dapat mengiritasi & mengeringkan
memberan mukosa, potensial ketidaknyamanan umum.
5. Anjurkan & bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode
batuk.
Rasional :
Alat buat mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan
keefektifan upaya batuk.
6. Berikan analgesic & antitusif sesuai indikasi.
Rasional :
Obat seperti ini dapat digunakan buat menekan batuk non produktif/
proksimal atau menurunkan mukosa berlebihan, meningkatkan
kenyamanan/istirahat umum. (Doenges, 1999. hal 171).
D. IMPLEMENTASI
Ruang : IRNA Imam Bonjol
Nama Pasien : Tn. T
Umur : 54 tahun
No. Reg : 304392
No. Tanggal No. Tindakan Tanda-tangan
diagnosa
1 07-11-2012 1,2 1. Memberikan terapi O2
(nasal canul) = 2 l/1
1,2 2. Mengatur posisi semi
1,2,3 fowler
1 3. Mengobservasi TTV tiap 8
2 08-11-2012 jam
1,2,3 4. Memberikan terapi
nebulizer sesuai resep
3 5. Memberikan
terapi/pengobatan sesuai resep
3 09-11-2012 6. Melakukan managemen
2,3 nyeri (pengalihan perhatian
1 dengan mengajak bercerita)
7. Melatih pasien nafas dalam
8. Meminta pasien untuk
1 mendemonstrasikan batuk
efektif
9. Minta pasien untuk minum
air hangat
E. EVALUASI
Evaluasi Formatif
Ruang : IRNA Imam Bonjol
Nama Pasien : Tn. T
Umur : 54 tahun
No. Reg : 304392
5.1 Kesimpulan
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang
progresif, artinya penyakit ini berlangsung seumur hidup dan semakin memburuk
secara lambat dari tahun ke tahun.PPOK Merujukpadasejumlahgangguan yang
mempengaruhipergerakanudaradaridankeluarParu.Gangguan yang
pentingadalahBronkhitisObstruktif, Emphysema dan Asthma Bronkiale.(Black. J. M.
&Matassarin,.E. J. 1993).
Faktor-faktor dapat meningkatkan resiko / factor penyebabmunculnya
COPD (Mansjoer, 1999) :
1. Kebiasaan merokok
2. Polusi udara
3. Paparan debu, asap, & gas-gas kimiawi akibat kerja.
4. Riwayat infeksi saluran nafas.
5. Bersifat genetik yaseperti itu defisiensi -1 antitripsin.
Berdasarkan Brunner & Suddarth (2005)tandagejala COPD sebagai berikut :
Batuk kronik & pembentukan sputum purulen dalam jumlah sangat banyak.
Dispnea.
Anoreksia.
Takikardia, berkeringat.
5.2 Saran
· Diharapkan Pembaca dapat mengerti tentang COPD dan mencegahnya dan
deteksi dini padapenyakitini.
· Perawat dan tenaga kesehatan lainnya diharapkan dapat
memberikanpenanganan yang tepatuntukmengatasipenyakit COPD.
DAFTAR PUSTAKA