Vous êtes sur la page 1sur 2

-Akses untuk mendapatkan materi edukasi melalui unit PKRS (Promosi Kesehatan

Rumah Sakit). Pemberian edukasi dan informasi diberikan oleh semua petugas
yang ada di Rumah Sakit baik petugas medis maupun non medis. Edukasi dapat
diberikan kepada siapa saja yang berada di lingkungan Rumah Sakit maupun di
luar Rumah Sakit, misalnya pelanggan intern (Yayasan Badan Wakaf Rumah
Sakir, petugas Rumah Sakit dan keluarga) dan pelanggan ekstern (pasien,
pengunjung, keluarga, pedagang, masyarakat).
- Dalam pemberian materi atau pesan yang akan diberikan kepada sasaran harus
disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan pasien keluarga dan masyarakat,
sehingga dapat dirasakan langsung manfaatnya. Sebelum melakukan edukasi,
langkah awal petugas harus menilai kebutuhan edukasi pasien dan keluarga
(asesmen) berdasarkan: (data ini didapatkan dari RM): 1. Identitas dasar pasien;
2. Kemampuan berbicara; 3. Perlu penerjemah atau tidak; 4. Keyakinan dan
nilai-nilai pasien dan keluarga; 5. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan
bahasa yang digunakan; 6. Hambatan emosional dan motivasi (emosional:
depresi, senang dan marah); 7. Keterbatasan fisik dan kognitif; 8. Ketersediaan
pasien untuk menerima informasi
- Secara ringkas ada 6 (enam) hal yang penting diperhatikan agar efektif dalam
berkomunikasi dengan pasien, yaitu:
- 1. Materi informasi apa yang disampaikan
- a. Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kemungkinan rasa tidak
nyaman/sakit saat pemeriksaan)
- b. Kondisi saat ini dan berbagai kemungkinan diagnosis
- c. Berbagai tindakan medis yang akan dilakukan untuk menentukan diagnosis,
termasuk manfaat, risiko, serta kemungkinan efek samping/komplikasi
- d. Hasil dan interpretasi dari tindakan medis yang telah dilakukan untuk
menegakkan diagnosis
- e. Prognosis
- f. Dukungan (support) yang tersedia
- 2. Siapa yang diberi informasi
- a. Pasien, apabila dia menghendaki dan kondisinya memungkinkan
- b. Keluarganya atau orang lain yang ditunjuk oleh pasien
- c. Keluarganya atau pihak lain yang menjadi wali/pengampu dan bertanggung
jawab atas pasien jika kondisi pasien tidak memungkinkan untuk berkomunikasi
sendiri secara langsung
- 3. Kapan menyampaikan informasi
- Segera, jika kondisi dan situasinya memungkinkan
- 4. Di mana menyampaikannya
- a. Ruang praktik dokter
- b. Bangsal/ruangan tempat pasien dirawat
- c. Ruang diskusi
-
-
- 5. Bagaimana menyampaikannya
- a. Informasi penting sebaiknya dikomunikasikan secara langsung, tidak melalui
telepon, juga tidak diberikan dalam bentuk tulisan yang dikirim melalui pos,
faksimile, sms, internet.
- b. Persiapan meliputi:
- 1) Materi yang akan disampaikan (bila diagnosis, tindakan medis, prognosis
sudah disepakati oleh tim).
- 2) Ruangan yang nyaman, memperhatikan privasi, tidak terganggu orang lalu
lalang, suara gaduh dari tv/radio, telepon.
- 3) Waktu yang cukup.
- 4) Media yang digunakan, seperti leaflet, lembar balik, dll.
- c. Tanyakan kepada pasien/keluarga, sejauh mana pengertian pasien/keluarga
tentang hal yang akan dibicarakan, informasi yang diinginkan dan amati kesiapan
pasien/keluarga menerima informasi yang akan diberikan.
-
- Ada empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan
komunikasi, yaitu SAJI (Poernomo, Ieda SS, Program Family Health Nutrition,
Depkes RI, 1999).
- S = Salam
- A = Ajak Bicara
- J = Jelaskan
- I = Ingatkan
- Secara rinci penjelasan mengenai SAJI adalah sebagai berikut :

Vous aimerez peut-être aussi