Vous êtes sur la page 1sur 49

PELAKSANAAN PEKERJAAN

PERKERASAN JALAN BETON

Disampaikan dalam Pelatihan :


Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton
4.1. PENGERTIAN UMUM
4.1.1. Pendahuluan

Tiga elemen kompetensi dalam SKKNI Pelaksana Lapangan


Perkerasan Jalan Beton :

1. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk membuat


perkerasan jalan beton.
2. Melaksanakan pemasangan sambungan memanjang, sambungan
ekspansi melintang atau sambungan kontraksi melintang untuk
pekerjaan perkerasan jalan beton.
3. Melaksanakan pengecoran, penghamparan, pemadatan dan
penyelesaian akhir beton.
4.1.2. Pengertian Umum

4.1.2.1 Definisi Perkerasan Kaku


Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) didefinisikan sebagai struktur
perkerasan yang terdiri dari plat beton semen yang bersambungan
(tidak menerus) dengan atau tanpa tulangan, atau plat beton menerus
dengan tulangan, yang terletak di atas lapis pondasi bawah, tanpa atau
dengan aspal sebagai lapis permukaan.
1). Lapis Pondasi

Lapis pondasi (base course) terdiri atas satu lapis plat (slab) beton
semen mutu tinggi yang kira-kira setara dengan beton K-350 sampai K-
400.

Dalam perkembangan terakhir, plat beton ini dapat juga terdiri atas beton
pratekan.

Lapis pondasi yang terdiri atas plat beton semen ini merupakan
konstruksi utama dari perkerasan kaku, yang apabila kontak langsung
dengan roda lalu lintas (berfungsi sebagai lapis permukaan / surface
course), maka permukaannya harus rata, tidak mudah aus dan tidak
licin.

Lapis pondasi tidak boleh lekat (unbonded) dengan lapis pondasi bawah
(sub base course).
2). Lapis Pondasi Bawah

Fungsi utama lapis pondasi bawah (sub base course) :


- sebagai lantai kerja (working platform),
- mencegah pumping (pemompaan), dan
- menambah kekuatan tanah dasar, meskipun pada umumnya lapis
pondasi bawah ini tidak diperhitungkan dalam memikul beban lalu
lintas (bersifat non-struktural).

Pumping adalah peristiwa masuknya air hujan dari permukaan plat beton
melalui retakan/celah sambungan pada plat beton tersebut dan terus ke
tanah dasar, yang kemudian dengan terjadinya lendutan plat beton akibat
dari beban lalu lintas berat mengakibatkan air dapat terpompa ke luar lagi
dengan membawa butir-butir halus material tanah dasar; akibatnya lambat
laun terjadi rongga di bawah plat beton sehingga plat beton kehilangan
dukungan sehingga akhirnya retak karena plat beton tidak didesain untuk
menahan momen lentur.

Tahap awal terjadinya pumping dapat dilihat dari munculnya lumpur tanah
merah di permukaan perkerasan di daerah sambungan / retakan plat
beton.
Untuk mengatasi pumping ini dapat digunakan material berbutir (granular
material / agregat) untuk memberikan fasilitas drainase bagi air yang
masuk ke bawah perkerasan untuk kemudian disalurkan melalui saluran
pembuang di bawah perkerasan (subdrain).

Agar berfungsi baik sebagai drainase maupun sebagai saringan agar


material halus tanah dasar tidak bisa lewat, maka material berbutir yang
dipergunakan harus memenuhi persyaratan agregat porous (filter
material).
Alternatif lainnya, dapat dipergunakan lean concrete (yaitu beton kurus
dengan kekuatan kubus 1,0 MPa, atau dikenal juga sebagai beton B-0)
sebagai lapis pondasi bawah. Dalam hal ini lean concrete dimaksudkan
sebagai material penghambat (blocking) masuknya air ke bawah
perkerasan (tanah dasar).

Secara teoritis, antara lapis pondasi bawah dengan plat beton di atasnya
tidak boleh ada ikatan (bonding) sehingga perlu dipasang bond breaker.
3). Bond Breaker

Bond breaker dipasang di atas subbase agar tidak ada kelekatan


(bonding) atau gesekan (friction) antara lapis pondasi bawah dengan plat
beton. Dalam praktek bond breaker dibuat dari plastik tebal (minimum 125
mikron).

Untuk mencegah gesekan, maka permukaan lapis pondasi bawah tidak


boleh dikasarkan (grooving atau (brushing).

Pada waktu pemasangan plastik harus dihindari terjadinya “air-trapped” di


bawah plastik karena akan menyebabkan “irregular joint” yang akan
menimbulkan gesekan antara lapis pondasi bawah dengan plat beton di
atasnya.

Bila lapis pondasi bawah terdiri atas granular material, tidak diperlukan
adanya bond breaker, kecuali kalau ada kekhawatiran terjadinya
“dewatering” campuran beton.
4.1.2.3 Prinsip Penyebaran Beban

Perkerasan beton semen sebagai perkerasan kaku bersifat sebagai


single layer system, terdiri atas Plat Beton Mutu Tinggi sebagai lapis
pondasi, yang berfungsi memikul seluruh beban lalu lintas di atasnya
untuk diteruskan ke tanah dasar pada daerah yang relatif jauh lebih luas
dibandingkan dengan perkerasan lentur, sehingga tegangan maksimum
yang diterima oleh tanah dasar sangat kecil (0,2 – 0,3 kg/cm2).

Lapis pondasi bawah (lean concrete atau batu pecah) di sini pada
umumnyat idak diperhitungkan memikul beban (berfungsi non-struktural).

Pressure only 3 psi (0.2 kg/cm2)


- sangat kecil !!!

Distribusi tegangan akibat beban lalu lintas pada permukaan Tanah Dasar
(Subgrade) oleh Perkerasan Kaku (Rigid Pavement).
Jenis-jenis Perkerasan Beton Semen
1) Perkerasan beton semen
dengan sambungan
tanpa tulangan (Jointed
Unreinforced/Plain
Concrete Pavement /
JPCP);
2) Perkerasan beton semen
dengan sambungan
dengan tulangan (Jointed
Reinforced Concrete
Pavement / JRCP);
3) Perkerasan beton semen
menerus (tanpa
sambungan) dengan
tulangan (Continuously
Reinforced Concrete
Pavement / CRCP);
4) Perkerasan beton semen
pratekan (Prestressed
Concrete Pavement /
PCP).
Konstruksi Perkerasan jalan beton di Proyek
Pelebaran Jalan

Slab perkerasan beton pratekan


yang telah selesai dengan bahu
jalan dari perkerasan beton
konvensional.
4.2. PENYIAPAN PERALATAN PELAKSANAAN
PERKERASAN JALAN BETON

4.2.1. Identifikasi Peralatan Pelaksanaan


Untuk dapat mengidentifikasi jenis peralatan diperlukan data-data sebagai
berikut:
• Jenis, volume pekerjaan beton, spesifikasi teknik, lokasi pekerjaan
dan kondisi lapangan;
• Jadwal waktu yang disediakan untuk masing-masing tahapan
pelaksanaan pekerjaan beton semen;
• Metode kerja pelaksanaan pekerjaan yang akan digunakan;

Pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton memerlukan peralatan


utama yang meliputi:
• Peralatan pencampur dan pengecoran beton (Batching Plant dan
Truck Mixer / Dump Truck),
• Penghamparan dan pemadatan beton (Concrete Paver / Concrete
Finisher), serta
• Peralatan penyelesaian akhir (finishing) permukaan beton (Texturing
and Curing Machine).
Jenis-jenis peralatan utama yang akan diuraikan berikut ini:

4.2.1.1. Peralatan Pencampur (Batching Plant) dan Pengangkut Beton


4.2.1.2. Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak (Slipform Concrete
Paver)
4.2.1.3. Mesin Penghampar Jenis Acuan Tetap (Fixform Concrete
Finisher)
4.2.1.4. Peralatan Pembuat Tekstur Permukaan Beton dan Perapihan
Tepi
4.2.1.5. Gergaji Beton
4.2.1.1. Peralatan Pencampur (Batching Plant) dan
Pengangkut Beton

Pembuatan campuran beton yang bermutu tinggi memerlukan perhatian


yang sangat teliti pada setiap tahapan kegiatannya, mulai dari penetapan
dan penakaran komposisi bahan pembentuk beton, pencampuran, sampai
kepada pengangkutannya ke lokasi pengecoran. Pada umumnya, proses
produksi campuran beton meliputi kegiatan–kegiatan sebagai berikut:
•Penakaran bahan-bahan beton;
•Pencampuran;
•Pengangkutan ke lokasi pengecoran;
•Penempatan / pengecoran;
•Pemadatan (konsolidasi);
•Perawatan (Curing);
•Penyelesaian akhir / Perapihan (Finishing).
Kegiatan penakaran bahan-bahan pembentuk beton dalam bahasa
asing disebut batching. Penakaran dapat dilakukan berdasarkan berat
maupun berdasarkan volume bahan tersebut. Tetapi, penakaran
berdasarkan berat lebih umum dilakukan karena dipandang lebih praktis.

Batcher equipment adalah kontainer yang berfungsi sebagai penampung


dan untuk mengukur material beton sebelum dituangkan ke dalam
Concrete Mixer. Untuk menentukan batcher yang harus digunakan,
kapasitas batcher tersebut minimal 3 (tiga) kali kapasitas alat
pencampur (concrete mixer).

Peralatan pembuatan campuran beton


yang ditempatkan secara terpusat dan
biasanya mempunyai kapasitas tinggi,
sehingga cocok untuk pekerjaan-
pekerjaan beton dengan volume besar,
disebut Batching Plant.

Peralatan Batching Plant dengan alat


pengangkut Dump Truck.
Peralatan Batching Plant dan alat pengangkut (Truck Mixer atau Agitator
Truck Mixer) harus sesuai dengan ketentuan mengenai peralatan dalam
Spesifikasi Beton dari Spesifikasi Umum.

Kapasitas Batching Plant harus cukup besar untuk dapat memasok


kebutuhan alat Slipform Concrete Paver sehingga alat penghampar
tersebut dapat terus bergerak tanpa berhenti akibat kekurangan atau
keterlambatan pemasokan campuran beton.

Apabila di lapanganterjadi satu proyek menggunakan beberapa Batching


Plant, bahkan dari beberapa perusahaan pemasok, maka diperlukan
kecermatan yang lebih tinggi dari Pelaksana Lapangan yang
bersangkutan untuk dapat mengendalikan
mutu maupun jumlah campuran beton yang
harus diterimanya agar tetap konsisten
dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan.

Batching Plant jenis pan mixer dengan Truk


Ready Mix.
4.2.1.2. Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak
(Slipform Concrete Paver)
Mesin penghampar beton jenis ini merupakan satu unit mesin yang
mempunyai fungsi menghampar, meratakan, memadatkan dan
membentuk perkerasan sekaligus memberi arah dan mengatur elevasi
sesuai kebutuhan dalam sekali gerak maju.

Mesin jenis acuan bergerak (Slipform Concrete Paver) mempunyai lebar


minimum 4.0 m yang bertumpu pada 4 (empat ) roda kelabang (crawler
track), dilengkapi sensor arah gerak (steering sensors), sensor elevasi
(level control sensors) masing-masing di depan dan di belakang pada
kedua sisi, dan sensor kelandaian – kemiringan (slope sensor). Semua
sensor ini dikendalikan secara otomatis dengan komputer (computerized
control).
Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak (Slipform Concrete Paver) yang banyak
dipergunakan di Indonesia.
Prinsip kerja
CONCRETE PAVER

Paving direction

Side form

Prinsip kerja Concrete Paver (jenis acuan bergerak) dan komponen-komponen mesin
penghampar tipikal
4.2.1.3. Mesin Penghampar Jenis Acuan Tetap (Fixform
Concrete Finisher)

Jika lokasi perkerasan sempit atau bentuknya tidak beraturan yang tidak
memungkinkan beroperasinya mesin Slipform Concrete Paver, maka
dapat digunakan alat berikut ini:

1. Mesin Penghampar dan Penempa (Spreading and Finishing Machines)


Jenis mesin penghampar harus sedemikian rupa sehingga dapat
memperkecil kemungkinan segregasi campuran beton. Alat penempa
(finishing machines) harus dilengkapi dengan tranverse screeds yang
dapat bergerak bolak-balik (oscillating type) atau alat lain yang serupa.

2. Vibrator (Penggetar)
Vibrator, untuk menggetarkan seluruh lebar perkerasan beton, dapat
berupa surface pan type atau internal type dengan tabung celup
(immersed tube) atau multiple spuds.
Vibrator dapat dipasang pada mesin penghampar atau alat penempa.
Vibrator tidak boleh menyentuh sambungan, load transfer devices,
subgrade dan acuan (form) samping.
3. Acuan

Acuan lurus terbuat dari logam dengan ketebalan tidak kurang dari 5 mm
dan disediakan dalam bentuk bagian-bagian dengan panjang tidak kurang
dari 3 m, dan sekurang-kurangnya mempunyai kedalaman sama dengan
ketebalan plat beton perkerasan tanpa sambungan horisontal dan lebar
dasar acuan tidak kurang dari kedalamannya.

Acuan yang mudah disesuaikan atau lengkung dengan radius yang


memadai digunakan untuk tikungan dengan radius 30,0 m atau kurang.

Acuan harus dapat menahan segala benturan dan getaran dari alat
penghampar dan penempa.

Batang flens (flange braces) harus melebihi keluar dari dasar tidak kurang
dari 2/3 tinggi acuan.

Permukaan atas acuan tidak boleh berbeda lebih dari 3 mm sepanjang 3 m


dari suatu bidang datar sebenarnya dan bidang tegak tidak berbeda
melebihi 6 mm. Acuan ini juga harus dilengkapi pengunci pada ujung-ujung
bagian yang bersambungan.
Alat penghampar beton mekanis
(dengan fixed form)

Mesin Penghampar Jenis Acuan Tetap Secara Mekanis (Fixform Concrete Finisher)
Penghamparan dan pemadatan
beton secara manual
4.2.1.4. Peralatan Pembuat Tekstur Permukaan Beton dan
Perapihan Tepi

Setelah sambungan dan tepi perkerasan selesai, sebelum bahan


perawatan (curing) digunakan, permukaan beton harus dikasarkan dengan
membuat tekstur permukaan pada arah melintang atau memanjang garis
sumbu (centre line) jalan, yang dapat dilakukan dengan cara brushing atau
grooving.

Pembuatan tekstur permukaan jalan ini dimaksudkan untuk mencegah


aquaplaning atau hydroplaning, yaitu fenomena tidak adanya kontak
antara ban kendaraan dengan permukaan jalan pada waktu adanya
lapisan air di permukaan jalan. Hal ini sangat berbahaya terutama pada
lalu lintas dengan kecepatan tinggi, karena kendaraan menjadi tidak bisa
dikendalikan. Dengan adanya tekstur permukaan jalan maka akan tersedia
fasilitas drainase di bawah ban kendaraan.

Kedalaman tekstur rata-rata tidak boleh kurang dari 1/16” (1,5 mm).
Cara grooving dilakukan dengan menggunakan alat grooving manual atau
mekanis, yang mempunyai batang-batang penggaruk setebal 3 mm dan
masing-masing berjarak antara 15 sampai 20 mm.
Perapihan tepi perkerasan beton di sepanjang acuan dan pada
sambungan dilakukan secara manual menggunakan alat khusus manual
pada saat beton mulai mengeras, dengan membentuk tepian untuk
membentuk permukaan lengkung yang halus dengan radius tertentu. bila
tak ditentukan lain pada Gambar Rencana, ialah 12 mm.
Perapihan dilakukan supaya ujung-ujung beton yang bersudut tidak mudah
gompal.
Peralatan Pembuat Tekstur Permukaan Beton Secara Mekanis
Pembuatan tekstur permukaan beton
secara manual

Penemprotan Curing Compound


Secara Manual
4.2.1.5. Gergaji Beton

Bila ditentukan sambungan dibentuk dengan penggergajian (saw joints),


maka harus disediakan peralatan gergaji dalam jumlah dan kapasitas yang
memadai untuk membentuk sambungan,

Gergaji beton terdiri dari gergaji bermata intan dan berpendingin air atau
dengan abrasive wheel sesuai ukuran yang ditentukan, dan paling sedikit
satu gergaji selalu siap dioperasikan (standby) dengan cadangan pisau
gergaji secukupnya, serta fasilitas penerangan untuk pekerjaan malam.

Gergaji Beton
4.2.2 Pemilihan Peralatan
Pemilihan Peralatan dilakukan terutama untuk peralatan utama.

Untuk dapat memilih peralatan yang akan digunakan dalam pekerjaan


perkerasan jalan beton, Pelaksana Lapangan perlu mendapatkan data-
data/informasi tentang :

1. Owning Cost dan Operating Cost alat;


2. Uraian Analisa Alat;
3. Uraian Analisa Harga Satuan untuk seluruh item pekerjaan yang ada
dalam berkas penawaran.

Yang dimaksud dengan owning cost adalah biaya kepemilikan alat yang
harus diperhitungkan selama alat yang bersangkutan dioperasikan,
apabila alat tersebut milik sendiri.
Sedangkan untuk menghitung owning cost, harus diperhitungkan:

• Depresiasi,
• Suku bunga,
• Pajak,
• Asuransi, dan
• Biaya penyimpanan alat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya operating cost alat ialah:
• Biaya bahan bakar,
• Biaya pelumas,
• Biaya perawatan,
• Biaya perbaikan,
• Biaya operator, dan
• Biaya pembantu operator;

Hasil akhir dari uraian analisa alat-alat berat adalah biaya ”sewa” alat per
jam kerja.
4.2.3 Penetapan Peralatan
Pada dasarnya, pilihan-pilihan pengadaan peralatan yang dapat ditetapkan
oleh Kontraktor a.l. adalah:
sewa (rental), investasi dalam bentuk beli langsung, atau investasi dalam
bentuk sewa-beli (leasing).

Keuntungan yang diperoleh oleh Kontraktor dari alternatif sewa :


• Biaya yang dikeluarkan hanya sebatas sewa peralatan yang diperlukan
saja.
• Tidak dibebani biaya mobilisasi.
• Tidak dibebani biaya demobilisasi.

Sedangkan kerugian dari alternatif sewa :


• Belum tentu dapat memastikan bahwa penyewa dapat menguasai
teknologi peralatan yang disewanya.
• Menyebabkan penyewa akan bergantung pada perusahaan sewa selama
pengoperasian alat.
• Jika digunakan untuk jangka panjang akan menjadi mahal.
Keuntungan yang diperoleh oleh Kontraktor dari alternatif beli langsung :
• Teknologi peralatan dapat dikuasai oleh Kontraktor.
• Untuk proyek jangka panjang biaya alat menjadi murah.
• Dapat memilih peralatan yang paling sesuai dengan rencana dan
metode pelaksanaan yang direncanakan.

Penyediaan peralatan dengan cara leasing mempunyai ciri-ciri sebagai


berikut:
• Pengeluaran (modal investasi) tidak dibayarkan sekaligus, namun
secara bertahap tergantung pada ketentuan dalam surat perjanjian.
• Meskipun lokasi pekerjaan/proyek jauh dari lokasi pelaksana pembelian,
dengan cara leasing tidak perlu ada tambahan biaya untuk transportasi.
• Pada akhir masa pembayaran, maka peralatan belum menjadi milik
penyewa karena masih harus diperhitungkan terlebih dahulu biaya-biaya
pemeliharaan yang dikeluarkan oleh pihak yang menyewakan.
4.3. PEMASANGANAN SAMBUNGAN-SAMBUNGAN
(JOINTS)
Tulangan sambungan, yang berfungsi sebagai penyambung plat beton
yang sudah putus (akibat retak). Tulangan sambungan melintang susut
(contraction joint), dan tulangan sambungan melintang pelaksanaan
(construction joint) disebut Dowel (Ruji); sedangkan tulangan sambungan
memanjang disebut Tie Bar (Batang Pengikat).

Semua sambungan didesain untuk dapat berfungsi menyalurkan beban


(load transfer), yang dapat diperoleh dari batang dowel, tie bar, sambungan
lidah-alur, interlocking (saling mengunci) antar batuan, atau kombinasi dari
pada itu semua. Khusus pada sambungan melintang tanpa dowel,
penyaluran beban juga dilakukan melalui tanah dasar yang diperkuat
(improved subgrade).

Pada umumnya, di Indonesia sambungan dibuat dengan saw cut, crack


inducer, atau akhir pentahapan pelaksanaan. Di luar negeri banyak juga
yang menggunakan plat logam yang dibentuk terlebih dahulu kemudian
disisipkan ke dalam beton pada waktu beton masih bersifat cair, namun
cara ini tidak praktis karena dapat mengganggu operasi pelaksanaan.
4.3.1. Pembuatan Sambungan Memanjang (Longitudinal
Joint).

Sambungan memanjang dapat berupa sambungan susut (contraction joint)


atau bidang perlemahan pada jalan dengan lebih dari satu lajur.

Detail konstruksi sambungan memanjang dibuat tergantung pada cara


bagaimana cara plat beton yang bersangkutan dicor / dihampar ;

- Untuk plat yang dicor per lajur dibuat dengan cara memasang bekisting
memanjang dan tie bar.
- Untuk plat yang dicor 2 lajur sekaligus dibuat dengan cara saw cutting
untuk bagian atas, dan memasang crack inducer (batang kayu
berpenampang ) di bagian bawah plat beton.
a) Dicor per lajur

b) Dicor 2 lajur sekaligus


4.3.2. Pembuatan Sambungan Ekspansi Melintang
(Expansion Joint).

Sambungan Ekspansi Melintang dibuat untuk mengakomodasi muai-susut


plat beton pada arah memanjang.

Salah satu ujung dowel harus dimasukkan ke dalam selongsong baja yang
sedikit lebih panjang dari pada dowelnya agar dowel dapat bergerak bebas
maju-mundur akibat muai-susut slab beton.

Detail Sambungan Ekspansi Melintang


4.3.3. Pembuatan Sambungan Kontraksi Melintang
(Transversal Contraction Joint)
4.3.3.1 Sambungan Kontraksi Melintang
Sambungan Kontraksi Melintang atau sering disebut Sambungan
Susut (Contraction Joint), dibuat dengan melakukan perlemahan
pada penampang plat beton dengan membuat takikan sedalam ¼
tebal plat.

Sambungan Kontraksi Melintang


Pembuatan Sambungan dengan cara Sawcut

Pembuatan sambungan di Indonesia lebih disukai cara saw cut mengingat


beberapa keuntungan sebagai berikut:
• Pengecoran beton dapat dilakukan secara monolit;
• Kualitas beton di sekitar sambungan sama dengan daerah-daerah
lainnya di seluruh plat beton perkerasan;
• Operasi saw cutting tidak mempengaruhi pelaksanaan pengecoran /
penghamparan beton;
• Peggergajian / saw cut selalu tegaklurus terhadap permukaan plat beton
sehingga tidak akan ada perlemahan sudut atau tepi.

Penggergajian dilakukan sedalam tidak kurang dari 1/4 tebal plat beton
dan tegak lurus pada permukaan plat beton, di tempat-tempat yang telah
ditentukan. Untuk beton dengan perkuatan serat baja (steel-fiber
reinforcement) kedalaman penggergajian adalah 1/3 tebal plat beton.

Penggergajian harus dilakukan antara jam ke-4 sampai jam ke-18 setelah
pengecoran plat beton, maksimum sampai jam ke-24.
Pada waktu penggergajian, perlu diperhatikan:

•Harus tepat lokasi (diberi tanda sebelumnya pada bekisting);


•Harus tepat kedalaman (1/4 tebal plat);
•Harus tepat waktu (antara jam ke-4 sampai jam ke-24).

Penggergajian (saw cut) yang terlambat dilakukan akan mengakibatkan


retak melintang di sekitar letak dowel.

Sambungan Saw Cut Tepat Waktu. Retak


terjadi di tempat yang
diinginkan/direncanakan

Saw Cut Terlambat. Retak terjadi di


tempat sembarang / tidak dikehendaki
Konstruksi Dudukan/Kursi Dowel yang
banyak dipakai di Indonesia

Dowel bar insertion equipment (ACPA)


(Pemasangan dowel cara mekanis)
4.3.3.2 Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint)

Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint) adalah


sambungan yang harus dibuat pada akhir pelaksanaan pada
suatu hari untuk dilanjutkan dengan pengecoran pada hari
berikutnya, atau bila pengecoran beton berhenti lebih dari 30
menit.

Sambungan konstruksi melintang tidak boleh dibuat pada jarak


kurang dari 3 m dari sambungan ekspansi, sambungan
kontraksi, atau bidang yang diperlemah lainnya.

Detail Sambungan Pelaksanaan


4.4. PENGECORAN, PENGHAMPARAN, PEMADATAN DAN
PENYELESAIAN AKHIR PERMUKAAN BETON
4.4.1 Pengangkutan dan Pengecoran Campuran Beton

Apabila campuran beton diangkut dengan alat angkut yang tidak


bergerak (non-agitating), jangka waktu terhitung mulai semen
dimasukkan ke dalam mesin pengaduk hingga selesai
pengangkutan ke lokasi pengecoran tidak boleh melebihi 45 menit
untuk beton normal dan tidak boleh melebihi 30 menit untuk beton
yang memiliki sifat mengeras lebih cepat atau temperatur beton ≥ 30
oC.

Apabila menggunakan truck mixer atau truck agitator maka jangka


waktu tersebut dapat diijinkan hingga 60 menit untuk beton normal
tetapi harus lebih pendek lagi untuk beton yang mengeras lebih
cepat atau temperatur beton ≥ 30 oC.

Penuangan campuran beton harus dilakukan secara hati-hati agar


tidak terjadi segregasi. Tinggi jatuh campuran beton harus dijaga
antara 0,90 – 1,50 m tergantung dari konsistensi (nilai slump)
campuran beton.
4.4.2 Penghamparan dan Pemadatan Beton
Campuran beton harus ditumpahkan ke dalam alat penghampar
untuk dihamparkan secara mekanis sedemikian rupa untuk
mencegah segregasi.

Untuk menghindari terjadinya retak-retak akibat dari penguapan


yang berlebihan, yaitu yang dipengaruhi oleh temperatur udara,
temperatur beton, kelembaban udara dan kecepatan angin, maka
pengecoran dan penghamparan beton tidak oleh dilakukan bila
tingkat penguapan melampaui 1,0 kg/m2/jam, dan perlu dilakukan
usaha-usaha untuk mencegah penguapan yang berlebihan dan
akan berakibat terjadinya susut (plastic shrinkage).
Grafik untuk memperkirakan besarnya penguapan rata-rata.
4.4.3 Penyelesaian Akhir (Finishing) Permukaan Beton
4.4.3.1 Pengkasaran permukaan beton

Setelah sambungan dan tepian selesai dirapihkan, dan sebelum bahan


perawatan (curing) digunakan, permukaan beton harus dibuat
bertekstur dengan cara dikasarkan. Pengkasaran permukaan beton ini
dapat dilakukan dengan salah satu dari dua cara berikut:

Cara brushing dilakukan dengan menggunakan sikat kawat selebar


tidak kurang dari 450 mm, dan panjang kawat sikat dalam keadaan
baru adalah 100 mm dengan masing-masing untaian terdiri dari 32
kawat. Sikat harus terdiri dari 2 baris untaian kawat, yang diatur
berselang-seling sehingga jarak masing-masing kawat untaian
maksimum 10 mm. Sikat harus diganti bila bulu terpendek panjangnya
sampai 90 mm. Kedalaman tekstur rata-rata tidak boleh kurang dari
1/16 inch (1,5 mm).

Cara grooving dilakukan dengan alat grooving manual atau mekanis


yang mempunyai batang-batang penggaruk setebal 3 mm dan masing-
masing berjarak 15 sampai 20 mm.
4.4.3.2 Pengujian permukaan beton

Setelah beton mengeras, permukaan beton harus diuji dengan


menggunakan mal datar panjang 3,0 m.

Bila penyimpangan dari penampang melintang yang seharusnya lebih dari


12,5 mm, maka lapisan beton tersebut harus dibongkar dan diganti baru.
Bagian yang dibongkar tidak boleh kurang dari 3,0 m ataupun kurang dari
lebar lajur yang terkena bongkaran.

Bagian yang tersisa dari pembongkaran pada perkerasan beton dekat


sambungan yang panjangnya kurang dari 3,0 m harus ikut dibongkar dan
diganti.
4.4.3.3 Perawatan beton (curing)

Perawatan beton adalah usaha-usaha yang dimaksudkan untuk


memastikan kadar air dalam beton cukup agar proses pengerasan beton
tetap berjalan terus.

Pelaksanaan perawatan beton dilakukan setelah finishing dengan


grooving / brushing, permukaan beton dilapis / disemprot bahan
pengawet (curing compound) sebanyak 0,22 – 0,27 liter/m2 (cara
mekanis) atau 0,27 – 0,36 liter/m2 (cara manual).Dianjurkan
menggunakan curing compound yang berwarna putih.
Curing compound harus disemprotkan segera selama permukaan beton
belum mengering.

Cara lain, ialah dengan menutup seluruh permukaan yang terbuka


dengan burlap atau karung goni yang selalu dibasahi sekurang-
kurangnya selama 7 hari.
4.4.4 Percobaan Penghamparan

Percobaan penghamparan harus dilakukan oleh Kontraktor dengan


menyediakan peralatan dan menunjukkan metode pelaksanaan pekerjaan
yang akan digunakannya, dengan cara menghamparkan lapisan
percobaan sepanjang tidak kurang dari 30 m di lokasi yang disediakannya
di luar daerah kerja permanen.

Setelah percobaan pertama berjalan memuaskan dan disetujui Pemberi


Tugas, maka percobaan sepanjang 150 m tetapi tidak lebih dari 300 m
harus dilakukan di daerah kerja permanen, yang meliputi seluruh aspek
pelaksanaan, dan mencakup semua jenis sambungan yang akan
digunakan dalam pekerjaan.

Apabila hasil percobaan lanjutan tersebut tidak memuaskan, maka


Kontraktor harus menyiapkan lokasi lain untuk percobaan lanjutan
berikutnya.
4.4.5 Pembuatan Catatan Pelaksanaan Pekerjaan

Pembuatan catatan pelaksanaan pekerjaan harus dilakukan mengikuti


formulir-formulir standar yang disetujui dan ditetapkan Pemberi Tugas,
yang biasanya berisi informasi mengenai:

•Jenis Pekerjaan
•Nomor Mata Pembayaran
•Nama Mata Pembayaran
•Tanggal pelaksanaan pekerjaan
•Lokasi pekerjaan
•Jenis Bagian / Komponen Pekerjaan
•Tanggal dan jam kedatangan material
•Tanggal dan jam penggunaan
•Rincian hasil pengukuran (panjang, lebar, tinggi dan volume)
•Keterangan lainnya (besi tulangan, dsb.).
•Masalah yang timbul dan pemecahannya.

Vous aimerez peut-être aussi