Vous êtes sur la page 1sur 23

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Kesehatan

1. Defenisi Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan

didalam bidang kesehatan atau merupakan suatu kegiatan untuk membantu

individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan atau

perilakunya, untuk mencapai kesehatan secara optimal (Marmi, 2013).

Pendidikan kesehatan adalah upaya menerjemahkan apa yang telah

diketahui tentang kesehatan dalam perilaku yang diinginkan dari perorangan

ataupun masyarakat melalui proses pendidikan (Susilo, 2011).

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

a. Tujuan kaitannya dengan batasan sehat

Tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku orang atau

masyarakat dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat.

b. Mengubah perilaku sehat kaitannya dengan budaya

Sikap dan perilaku adalah bagian dari budaya. Kebiasaan, adat istiadat, tata

nilai atau norma adalah kebudayaan. Kebudayaan adalah suatu sikap dan

perilaku serta cara berpikir orang yang terjadinya melalui suatu proses

belajar.
2

Perilaku kesehatan sebagai tujuan pendidikan kesehatan menjadi 3 macam,

yaitu :

1) Perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai

dimasyarakat.

2) Secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat bagi dirinya sendiri

maupun menciptakan perilaku sehat didalam kelompok.

3) Mendorong berkembangnya dan penggunaan sarana pelayanan

kesehatan yang ada secara tepat (Susilo, 2011).

3. Peran Pendidikan Kesehatan

a. Peran pendidikan kesehatan dalam faktor lingkungan

Telah banyak fasilitas kesehatan lingkungan yang dibangun oleh pemerintah,

swasta maupun LSM. Namun karena perilaku masyarakat sarana atau fasilitas

tersebut kurang atau tidak dimanfaatkan dan dipelihara. Oleh karena itu

diperlukan pendidikan kesehatan dalam mengatasi permasalahan tersebut.

b. Peran pendidikan kesehatan dalam perilaku

Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya untuk menciptakan perilaku

masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya pendidikan kesehatan

berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara

memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal

yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain, kemana

masyarakat mencari pengobatan bilamana sakit dan lain-lain.


3

c. Peran pendidikan kesehatan dalam upaya pelayanan kesehatan dalam rangka

perbaikan kesehatan masyarakat, pemerintah Indonesia dalam hal ini

Departemen Kesehatan telah menyediakan fasilitas kesehatan masyarakat

dalam bentuk puskesmas. Namun pemanfaatan puskesmas oleh masyarakat

yang belum optimal. Masih banyak puskesmas yang tidak dimanfaatkan

sebagaimana mestinya, sehingga bangunan itupun akhirnya terbengkalai, rusak

diamakn masa.

d. Peran pendidikan kesehatan dalam faktor hereditas. Orang tua khususnya ibu

adalah faktor yang sangat penting dalam mewariskan status kesehatan bagi

anak-anak mereka. Orang tua yang sehat dan gizinya baik akan mewariskan

kesehatan yang baiknya pula pada anaknya, dan sebaliknya. Oleh karena itu,

pendidikan kesehatan diperlukan agar masyarakat menyadari dan melakukan

hal-hal yang dapat mewariskan kesehatan yang baik pada keturunan mereka

(Marmi, 2013).

4. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

a. Berdasarkan dimensi sasaran pendidikannya, ruang lingkup pendidikan

kesehatan terbagi atas :

1) Pendidikan kesehatan individual, dengan sasaran individu.

2) Penelitian kesehatan kelompok, dengan sasaran kelompok.

3) Pendidikan kesehatan masyarakat, dengan sasaran masyarakat luas.

b. Berdasarkan dimensi tempat pelaksanaannya, ruang lingkup pendidikan

kesehatan terdiri atas :


4

1) Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran

murid.

2) Pendidikan kesehatan di rumah sakit, dengan sasaran pasien dan

keluarga pasien, di puskesmas dan sebagainya.

3) Pendidikan kesehatan di tempat kerja, dengan sasaran buruh atau

karyawan di tempat kerja bersangkutan.

c. Berdasarkan dimensi tingkat pelayanannya, ruang lingkup pendidikan

keehatan terdiri atas :

1) Promosi kesehatan

2) Perlindungan khusus

3) Diagnosa dan pengobatan dini

4) Pembatasan kecacatan

5) Rehabilitasi

5. Tahap-tahap Kegiatan Pendidikan Kesehatan

Tahap-tahap kegiatan pendidikan kesehatan, yaitu :

a. Tahap Sensitisasi

Tahap ini dilakukan guna memberikan informasi kesadaran pada masyarakat

terhadap adanya hal-hal penting berkaitan dengan kesehatan. Misal kesadaran

akan kesehatan, pelayanan kesehatan, wabah penyakit, kegiatan imunisasi

anak.

b. Tahap Publisitas
5

Tahap ini adalah kelanjutan dari tahap sensitisasi, yaitu press release

dikeluarkan oleh Dapertemen Kesehatan untuk menjelaskan lebih lanjut jenis

atau macam pelayanan kesehatan.

c. Tahap Edukasi

Tahap ini adalah kelanjutan dari tahap publisitas. Tujuannya untuk

meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap serta mengarahkan kepada

perilaku yang diinginkan oleh kegiatan tersebut.

d. Tahap Motivasi

Tahap ini adalah kelanjutan dari tahap edukasi. Perorangan atau masyarakat

setelah mengikuti pendidikan kesehatan (Azwar, 2011).

B. Perilaku Kesehatan

1. Pengertian Perilaku Kesehatan

Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan

yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan biak

disadari maupun tidak disadari. Perilaku kesehatan adalah suatu respon

seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit. Sistem

pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan (Wawan, 2011).

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan

a. Sikap
6

1) Pengertian

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih

tertutup terhadap stimulus atau objek (Notoadmojo, 2007).

Newcomb menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan

untuk bertindak dan bukan melaksanakan motif-motif tertentu

(Notoadmojo, 2007).

2) Tingkatan Sikap

a) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang di berikan (objek).

b) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap,

karena dengan suatu usaha untuk menjawab dan menyelesaikan tugas

yang diberikan, lepas pekerjaan itu salah atau benar berarti seseorang

itu telah menerima ide tersebut.

c) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah.

d) Bertanggung Jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi

(Notoadmodjo, 2007 ).
7

3) Ciri-ciri Sikap

a) Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari

sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya

b) Sikap dapat berubah-ubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-

keadaan dan syarat-syarat tertetu yang mempermudah sikap pada

orang itu

c) Sikap itu berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan

tertentu terhadap objek

d) Objek sikap dapat merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga

merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut

e) Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan (Wawan,

2010).

4) Pembentukan Sikap

a) Adopsi

Kejadian –kejadian dan peristiwa yang terjadi yang berulang-ulang

dan terus menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap kedalam

diri individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.

b) Deferensial

Dengan berkembangnya inteligensi, bertambahnya pengalaman,

sejalan dengan bertambahnya usia maka ada hal-hal yang tadinya

dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya

c) Integrasi
8

Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan

berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu

d) Trauma

Pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan

yang mendalam pada jiwa yang bersangkutan (Notoadmodjo, 2007 ).

5) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pembentukan Sikap

a) Faktor Internal

Faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan, seperti

selektivitas

b) Faktor Eksternal

Faktor yang berasal dari luar manusia yaitu sifat objek yang dijadikan

sasaran sikap, kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap,

sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung suatu sikap

tersebut, media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan

sikap dan situasi pada saat sikap terbentuk.

b. Pengetahuan

1) Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indra manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).


9

2) Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan atau kongnitif merupakan dominan yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (overbehavior) pengetahuan

yang tercangkup didalam dominan kognitif mempunyai 6 tingkatan

yakni :

a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima. Oleh sebab itu,

tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang terendah.

b) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat di interprestasikan

materi tersebut secara benar orang telah paham terhadap objek atau

materi harus menjelaskan, menyebutkan, mencontohkan,

menyimpulkan, meramalkan dan sebagai objek yang telah dipelajari .

c) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan


10

hukum – hukum, rumus, metode, dan sebagainya dalam konteks dan

situasi yang lain.

d) Analisis (Analisys)

Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen – komponen, tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi dan masih ada kaitannya. Kemampuan analisis ini

dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.

e) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seorang untuk menerangkan

atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang telah ada.

f) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atu objek. Penilaian –

penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,

atau menggunakan kriteria yang ada (Notoatmodjo, 2010).

3) Cara Memperoleh Pengetahuan

a) Cara Memperoleh Kebenaran Nonilmiah

 Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan

mungkin sebelun adanya peradaban. Cara ini dilakukan dengan


11

menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan

apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba kemungkinan

yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

 Secara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak

disengajai oleh orang yang bersangkutan.

 Cara kekuasaan atau otoritas

Pengetahuan yang diperoleh berkaitan dengan otoritas atau

kekuasaan, baik tradisi otoritas pemerintah, otoritas pemimpin

agama, otoritas agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.

 Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagi upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi di masa lalu (Notoadmojo, 2010 ).

b) Cara Ilmiah dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa

ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut “metode

penelitian ilmiah” atau lebih populer disebut metodologi penelitian

atau research methodology (Notoadmojo, 2010).

4) Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


12

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang

menurut Notoatmodjo 2007, diantaranya:

a) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung

seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin

tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk

menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan

cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain

maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk

semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana

diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut

akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan

bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak

berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak

diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada

pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu

obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif.

Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang

terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek

yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap

obyek tersebut.
13

b) Informasi / Media Massa

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non

formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate

impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan

pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam

media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat

tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk

media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain

mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan

kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas

pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi

sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi

baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi

terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

c) Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian

seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak

melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan

tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,

sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan

seseorang.

d) Lingkungan
14

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh

terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang

berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya

interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai

pengetahuan oleh setiap individu.

e) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang

dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang

dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan

professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat

mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan

manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang

bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

f) Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya

tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya

semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan

aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak


15

melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri

menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak

menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan

intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan

hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional

mengenai jalannya perkembangan selama hidup :

 Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang

dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga

menambah pengetahuannya.

 Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang

sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun

mental. Dapat diperkirakan bahwa Intelligence Quotient(IQ) akan

menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada

beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan

pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata

Intelligence Quotient(IQ) seseorang akan menurun cukup cepat

sejalan dengan bertambahnya usia.

C. Remaja

1. Pengertian
16

Remaja pada umumnya didefenisikan sebagai orang-orang yang

mengalami masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Menurut

WHO, remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10-19 tahun.

Sementara dalam program BKKBN disebutkan bahwa remaja adalah

mereka yang berusia anatara 10-24 tahun. (Marmi, 2013).

2. Tahapan Remaja

Tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial

dan seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut :

a. Masa remaja awal atau dini (early adolescence) : umur 11-13 tahun.

Dengan cirri khas : ingin bebas, lebih dekat degan teman sebaya, mulai

berfikir abstrak dan lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.

b. Masa remaja pertengahan (Middle adolescence) : umur 14-16 tahun.

Dengan cirri khas : mencari identitas diri, timbul keinginan untuk

berkencan, berkhayal tentang seksual,mempunyai rasa cinta yang

mendalam.

c. Masa remaja lanjut (late adolescence) : umur 17-20 tahun. Dengan cirri

khas : mampu berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya,

mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta,

pengungkapan kebebasan diri (Marmi, 2013).

3. Perubahan Fisik Pada Remaja

a. Munculnya tanda-tanda seks primer : terjadi haid yang pertama (Menarche)

pada remaja perempuan dan mimpi basah pada remaja laki-laki.

b. Munculnya tanda-tanda seks sekunder, yaitu :


17

1) Pada remaja laki-laki : tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar

bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, suara bertambah besar,

dada lebih besar, badan berotot, tumbuh kumis diatas bibir, jambang dan

rambut sekitar kemaluan dan ketiak.

2) Pada remaja perempuan : pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan

vagina, tumbuh rambut sekitar kemaluan dan ketiak, payudara

membesar.

4. Perubahan Kejiwaan Pada Masa Remaja

Proses perubahan kejiwaan berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan

fisik, yang meliputi :

a. Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi :

 Sensistive (mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa)

 Agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang

berpengaruh, sehingga misalnya mudah berkelahi.

b. Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi :

 Mampu berfikir abstrak, senang memberikan kritik

 Ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin

mencoba-coba.

Perilaku ingin mencoba hal-hal yang baru ini jika di dorong oleh

rangsangan seksual dapat membawa remaja masuk pada hubungan seks

pranikah dengan segala akhibatnya, antara lain akhibat kematangan organ


18

seks maka dapat terjadi kehamilan remaja puteri diluar nikah, upaya

abortus, dan penularan penyakit kelamin, termasuk HIV/AIDS. Perilaku

ingin mencoba-coba juga dapat mengakhibatkan remaja mengalami

keterantungan NAPZA (Marmi, 2013).

5. Masalah Remaja

a. Ancaman HIV/AIDS menyebabkan perilaku seksual dan kesehatan

reproduksi remaja muncul ke permukaan. Diperkirakan 20-25% dari semua

infeksi HIV di dunia terjadi pada remaja. Demikian pula halnya dengan

kejadian IMS tertinggi di remaja, khususnya remaja perempuan, pada

kelompok usia 15-19 tahun.

b. Walaupun angka kelahiran pada perempuan berusia di bawah 20 tahun

menurun, jumlah kelahiran pada remaja meningkat karena pendidikan

seksual atau kesehatan reproduksi serta pelayanan yang dibutuhkan.

c. Bila pengetahuan mengenai KB dan metode kontrasepsi meningkat pada

pasangan usia subur yang sudah menikah, tidak ada bukti yang menyatakan

hal serupa terjadi pada populasi remaja.

d. Pengetahuan dan praktik pada tahap remaja akan menjadi dasar perilaku

yang sehat pada tahapan selanjutnya dalam kehidupan. Sehingga investasi

pada program kesehatan reproduksi remaja akan bermanfaat selama

hidupnya.

e. Kelompok populasi remaja sangat besar, saat ini lebih dari separuh

populasi dunia berusia dibawah 25 tahun dan 29% berusia 10-25 tahun

(IDAI, 2013).
19

D. LGBT

1. Pengertian

LGBT merupakan singkatan dari Lesbian, Gay, Biseksual,dan Transgender.

Homoseksual merupakan ketertarikan secara seksual pada jenis kelamin yang

sama. Laki-laki yang tertarik sesama laki-laki disebut sebagai Gay, dan

perempuan terhadap perempuan disebut lesbian. Biseksual adalah ketertarikan

secara seksual terhadap perempuan dan laki-laki sekaligus (Mastuti, 2012).

Transgender adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan orang yang

berpikir, merasa, dan berprilaku berbeda dengan jenis kelamin yang

ditetapkan saat lahir.

2. LGBT di Indonesia

E. HIV/AIDS

1. Pengertian

Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu infeksi

virus yang secara progresif mengahncurkan sel-sel darah putih dan

menyebabkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome). Stadium akhir

dari infeksi HIV adalah AIDS.

AIDS adalah suatu keadaan dimana penurunan system kekebalan

tubuh yang didapat menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh terhadap

penyakit sehingga terjadi infeksi, beberapa jenis kanker dan kemunduran


20

system syaraf. Infeksi HIV dan AIDS terutama menyerang dewasa muda,

anak-anak atau remaja hanya sekitar 2% (Marmi, 2013).

2. HIV/AIDS di dunia dan Indonesia

People living with HIV by WHO region (2016)

(Gambar I : HIV menurut data WHO)

Diseluruh dunia tahun 2013 ada 35 juta orang hidup dengan HIV yang

meliputi 16 juta perempuan dan 3,2 juta anak berusia <15 tahun. Jumlah

infeksi baru HIV pada tahun 2013 sebesar 2,1 juta yang terdiri dari 1,9 juta

dewasa dan 240.000 anak berusia <15 tahun. Jumlah kematian akhibat AIDS

sebanyak 1,5 juta yang terdiri dari 1,3 juta dewasa dan 190.000 anak berusia

<15 tahun.

HIV AIDS pertama kali menyebar di Indonesia dari kota Bali tahun

1987. HIV menyebar di 386 kabupaten/kota di seluruh provinsi Indonesia

(Infodatin, 2016).

3. Penularan
21

Penularan HIV terjadi secara seksual, melalui pejanan terhadap darah

atau cairan tubuh lain dan secara perinatal. Serta pemakaian jarum bersama

dianggap sebagai rute utama.

Cairan tubuh yang mengandung HIV : Air mani, darah, cairan vagina,

asi, airketuban dan cairan serebrospinal. Yang potensial sebagai media

penularan adalah air mani, darah dan cairan vagina (Maria, 2013).

4. Cara Penularan

 Berhubungan seksual

Resiko penularan tertinggi sampai dengan yang terendah :

a. Hubungan seksual lewat dubur menjadi resiko tertinggi no I.

b. Hubungan seksual lewat vagina menjadi resiko no II.

c. Kontak dengan menggunakan mulut menjadi resiko no III.

d. Ciuman mulut dengan mulut dengan alat kelamin yaitu resiko no IV.

e. Hubungan seksual menggunakan kondom yaitu risiko no V.

 Penularan melalui darah

Yaitu melalui transfusi darah, alat suntik, alat medis.

 Penularan melalui cairan tubuh lain

Penerimaan organ tubuh (transplantasi), jaringan atau air mani.

 Penularan secara perinatal

Penularan terjadi terutama pada saat proses persalinan, dapat pula tertular

selama dalam kandungan atau melalui asi (Maria, 2013).

5. Gejala Infeksi HIV


22

 Tahap infeksi akut

30-60% gejala tidak khas, timbul dalam 6 minggu pertama : demam, rasa

letih, sakit otot dan sendi, sakit menelan, pembesaran kelenjar getah bening

(gejala mirip influenza) ada juga yang disertai meningitis aseptic (demam,

sakit kepala, kejang-kejang).

 Tahap asimptomatik (tanpa gejala)

6 minggu s/d beberapa bulan atau bahkan tahun.

 Tahap simptomatik ringan

BB menurun walau tidak drastic <10%, infeksi jamur pada kuku, sariawan

yang berulang, pada tahap lebih lanjut penderita makin kurus, diare >1

bulan, demam>1 bulan tanpa diktehui penyebab, TB paru, Pneumonia

berat, berbaring ditempat tidur > 12 jam/hari selama sebulan terakhir

(Maria, 2013).

6. Gejala AIDS

Tahap AIDS tahap lanjut. Penderita diserang oleh 1 atau bermacam-macam

infeksi oportunisik : pneumonia, herpes, kandidasis esophagus, trachea,

bronkus (Endang, 2015).

7. Faktor Risiko

 Perilaku berisiko (sekarang atau masa lalu)

a. Pecandu narkotika suntikan


23

b. Hubungan seksual yang tidak aman : pasangan seksual yang banyak,

mitra seksual penderita HIV/AIDS, mitra seksual dari daerah dengan

prevalensi HIV/AIDS yang tinggi.

c. Homoseksual

 Pekerja tempat hiburan : panti pijat, diskotik, prostitusi.

 Mempunyai riwayat PMS

 Riwayat menerima transfuse darah berulang

 Riwayat perlukaan kulit, tato, tindik atau sirkumsisi dengan alat yang tidak

steril (Maria, 2013).

8. Pemantauan Medis

Individu yang terinfeksi HIV dan mengetahui diagnosisnya

memerlukan pemantauan medis secara teratur untuk memantau tanda

imunosupresi. Pemantauan ini harus dilakukan karena terdapat waktu

optimum untuk memulai terapi Obat HIV. Seperti pengkajian klinik,

pemantauan fungsi imun dilakukan juga melalui berbagai pemeriksaan darah

vena. Dua pemeriksaan yangpaling umum dilakukan adalah hitung sel CD4

dan pemeriksaan beban virus (Viral load) (Kathy, 2013).

Vous aimerez peut-être aussi