Vous êtes sur la page 1sur 3

2.5 Dampak Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Dalam penempatan lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA), perlu adanya


pertimbangan beberapa aspek yang perlu dilakukan sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan pada Peraturan Pemerintah No 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga Pasal 23 ayat 3 . Namun, apabila tidak
ada ada perencanaan dalam penempatan lokasi TPA maka akan mengakibatkan beberapa
dampak disekitarnya. Adapun Dampak yang ditimbulkan dari TPA antara lain :

2.5.1 Geologi

Fasilitas pembuangan sampah tidak dibenarkan jika berlokasi diatas daerah yang
mempunyai sifat geologi yang dapat merusak sarana disekitarnya. Menurut Alzwar M (1980)
Daerah atau kawasan yang tidak layak adalah daerah dengan formasi batuan pasir, gamping
dan batuan bekekar lainnya. Hal ini diakibatkan oleh batuan berpori akan dengan mudah
meloloskan air, sehingga cairan limbah yang terbentuk akibat penguraian sampah TPA akan
mencemari zona air lainnya. Sehingga menurut teori Alzwar M, bahwa batuan lempung dan
kompak yang bersifat kedap terhadap air dinilai layak untuk lokasi lahan urug atau lokasi
TPA Sampah.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan


Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga Pasal 23 ayat 3 huruf A
yang berbunyi “ Yang dimaksud dengan kondisi geologi adalah kondisi yang tidak berada
didaerah sesar atau patahan yang masih aktif, tidak berada di zona bahaya geologi misalnya
gunung berapi, tidak berada di daerah lahan gambut, dan dianjurkan berada didaerah lapisan
tanah tahan kedap air atau lempung”.

2.5.2 Topografi

Menurut Peraturan Pemerintah No 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah


Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga Pasal 23 ayat 3 Huruf C yang berbunyi “
Yang dimaksud dengan kemiringan zona yaitu kemiringan lokasi TPA berada pada
kemiringan kurang dari 20%” . Dimana Dijelaskan bahwa Tempat pengurungan sampah tidak
boleh terletak disuatu bukit dengan lereng yang tidak stabil.
Menurut Hidartan dan Hadayana (1982) dampak yang terjadi jika TPA dibangun pada
daerah yang tidak seharusnya maka suatu lokasi di tempat berbukit akan lebih sulit untuk
dicapai karena adanya lereng-lereng yang curam dan pada sisi ekonomi adalah mahalnya
pembangunan jalan pada area berbukit.

2.5.3 Kesehatan

2.5.3.1 TPA Sampah dan pembentukan Lindi

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah merupakan sebuah tempat pembuangan


sampah yang melayani penduduk kota. Menurut Samorn (2008), Beberapa bahan organik
yang ada di TPA sampah yang mudah terurai umumnya tidak stabil dan cepat menjadi busuk
karena mengalami proses degradasi yang menghasilkan suatu unsur zat hara , dan zat kimia
beracun. Sehingga, menimbulkan bau yang menyengat dan mengganggu.

Menurut Biehler dan Hagele (1995), Lindi Terbentuk di setiap lokasi pengelolaan
sampah baik skala kecil (TPS) maupun skala besar (TPA). Lindi mengandung bahan organik ,
bahan anorganik dan bakteri pantogen. Sehingga, lindi sendiri dapat menyebabkan suatu
pencemaran.

2.5.3.2 Gangguan Kesehatan

Menurut Mulia (2008), Liindi dapat berfungsi sebagai pembawa penyakit karena
didalamnya sering didapatkan bakteri pantogen yang berasal dari sampah . Menurut
Dinas Kesehatan kota Bekasi 2008, jenis penyakit dengan frekuensi lebih tinggi yang
ditemukan pada frekuensi lebih tinggi yang ditemukan pada masyarakat disekitar
TPA Sampah adalah ISPA, Kulit dan Gastiris. Penyakit tersebut dapat disebarluaskan
melalui lindi yang terkontaminasi oeh bakteri pantogen sebagai akibat lindi yang
masuk ke badan air di sekitar TPA sampah sesudah maupun sebelum
memberlakukan perlakuan yang memadai.

Vous aimerez peut-être aussi