Vous êtes sur la page 1sur 28

MAKALAH FT

KARDIOVASKULER
& RESPIRASI

Penyakit Obstruktif Paru


(Asma)

DISUSUN OLEH :

Elchy Agustina.L
Fadlun Nurafifah
Fadmawati Mursain

Kelompok III
TK.II A FISIOTERAPI

POLITEKNIK
KESEHATAN
KEMENKES MAKASSAR
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala karena atas Rahmat
dan Hidayah-Nya yang diberikan selama ini sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Penyakit Asma” sebagai salah satu tugas mata kuliah FT Kardiovaskuler & Respirasi
pada jurusan Fisioterapi Poltekkes Kemenkes Makassar. Shalawat dan salam kami haturkan kepada
Nabiullah Muhammad Shalallahu ‘alaihiwasallam yang telah memberikan petunjuk yang luar biasa
atas segala bentuk tingkah selama menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami telah mendapat bantuan, dorongan semangat, dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak atas sumbangsih ide, waktu, tenaga dan pikiran dalam proses penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya
kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga dapat
menjadi tolak ukur dalam penyusunan makalah-makalah selanjutnya, dengan demikian tujuan
penyusunan makalah ini pun yakni bermanfaat untuk segala pihak dapat terealisasikan. Semoga
Allah senantiasa meridhai segala bentuk usaha kita. Amin

Makassar, 04 April 2014

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................... 5
C. Tujuan.............................................................................................................................. 5
D. Metode Penulisan............................................................................................................ 5
E. Sistematika Penulisan..................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN
A. Anatomi Fisiologi Saluran Pernapasan...…………………………………………………………………………7
B. Biomekanik Saluran Pernapasan......................................................................................10
C. Pengertian Asma .............................................................................................................11
D. Gejala Asma ....................................................................................................................12
E. Jenis-Jenis Asma..............................................................................................................13
F. Etiologi Asma...................................................................................................................13
G. Patofisiologi Asma ...........................................................................................................15
H. Pencegahan Asma............................................................................................................16
I. Pemeriksaan dan intervensi fisioterapi pada Asma ........................................................16

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.....................................................................................................................25
B. Saran..............................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah asma berasal dari kata yunani yang artinya terengah – engah dan berarti
serangan napas pendek. Meskipun dahulu istilah ini digunakan untuk menyatakan gambaran
klinis napas pendek tanpa memandang sebabnya, sekarang istilah ini hanya ditunjukan
untuk keadaan - keadaan yang menunjukan respon abnormal saluran napas terhadap
berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan napas yang meluas. Perubahan
patofisiologi yang menyebabkan obstruksi jalan napas terjadi pada bronkus ukuran sedang
dan bronkiolus yang berdiameter 1 mm. Penyempitan jalan napas disebabkan oleh
bronkospasme,edema mukosa dan hipersekresi mucus yang kental.
Asma adalah penyakit yang akrab dengan anak. Pada penderita asma, selain
meresepkan obat, dokter biasanya juga menyarankan fisioterapi. Terapi pada paru-paru ini
akan membantunya mengeluarkan lendir, sehingga penderita bisa bernapas lega kembali.
Pada umumnya untuk kasus batuk pilek atau asma yang ringan hanya dibutuhkan 1-2 kali
fisioterapi tapi untuk kasus yang berat bisa dibutuhkan sampai 7 kali, bahkan lebih. Jika
penderita sering mengalami asma, katakanlah hampir 3 bulan sekali atau sering kambuh
tiba-tiba, terbayang kan harus berapa kali fisioterapi dilakukan. Begitu pula pengeluaran
tenaga, waktu, dan uang karena anak dan pendampingnya harus bolak-balik ke rumah sakit.
Penghematan terhadap pengeluaran-pengeluaran tersebut sangat bisa dilakukan
jika orang tua mengerti teknik fisioterapi untuk kemudian mempraktikkannya di rumah.
Memang ada alat yang dibutuhkan dalam fisioterapi ini, yaitu nebulizer yang harganya relatif
(berkisar 800 ribu rupiah ke atas). Namun kalau dihitung-hitung, boleh jadi harga tersebut
jatuhnya lebih murah dibanding total biaya yang dikeluarkan jika harus mondar-mandir ke
rumah sakit.
Manfaat fisioterapi bukan hanya meringankan batuk pilek karena infeksi saja, tapi
juga gangguan pernapasan akibat asma atau pilek karena alergi. Namun fisioterapi di rumah
harus dijadikan satu paket dengan kunjungan ke dokter. Maksudnya, tetap harus diingat
bahwa tujuan fisioterapi adalah memperingan gejalasementara pengobatan tetap harus
dilakukan berdasarkan pemeriksaan dokter.
Fisioterapi di rumah dapat dilakukan pada semua orang, tanpa pandang umur, dari
bayi hingga dewasa. Hanya saja untuk melakukan fisioterapi pada bayi, orang tua umumnya

4
tidak memiliki rasa percaya diri. Wajar saja, karena tubuhnya masih begitu mungil. Apalagi
memang ada beberapa teknik fisioterapi untuk bayi yang hanya bisa dilakukan fisioterapis
profesional, misalnya untuk mengeluarkan lendir setelah proses inhalasi dengan nebulizer

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Jelaskan pengertian penyakit asma
2. Jelaskan penyebab penyakit asma
3. Jelaskan gejala penyakit asma
4. Jelaskan patofisiologi penyakit asma
5. Jelaskan jenis-jenis penyakit asma
6. Jelaskan cara pencegahan penyakit asma
7. Jelaskan pemeriksaan dan intervensi fisioterapi pada penyakit asma

C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas kelompok pada mata FT Kardiovaskuler & Respirasi yang
diberikan oleh dosen bersangkutan, serta mengetahui bagaimana konsep pemeriksaan
pada kasus Asma.
b. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui pengertian penyakit asma, gejala, penyebab, patofisiologi, jenis-
jenis penyakit asma, cara pencegahan asma dan pemeriksaan serta intervensi fisioterapi
pada asma.

D. Ruang Lingkup Penyusunan


Dalam penyusunan makalah ini, tim penyusun menggunakan metode deskriptif yaitu
dengan menggambarkan konsep dasar dari penyakit asma, serta pemeriksaan dan
penatalaksanaan terhadap penderita dengan literatur yang diperoleh dari buku-buku
perpustakaan, internet, dan diskusi dari tim kelompok.

E. Sistematika Penulisan
Penyusunan makalah ini terdiri atas tiga (III) bab yang disusun secara sistematis
meliputi :

5
Bab I Pendahuluan : A. Latar Belakang, B.Rumusan Masalah, C.Tujuan,
D.Metode Penulisan, E.Sistematika Penulisan.
Bab II Pembahasan : A. Pengertian Asma, B. Penyebab Asma, C. Gejala Asma, D.
Patofisiologi Asma, E. Jenis-Jenis Asma, F. Pencegahan Asma,
G. Pemeriksaan dan intervensi fisioterapi pada Asma

Bab III Penutup : A. Kesimpulan, B. Saran. Daftar Pustaka

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi

1. Anatomi Saluran Pernafasan


Fungsi utama pernafasan adalah pertukaran gas, dimana O2 akan diambil
dari alveolus dan dibawa oleh hemoglobin menuju ke jaringan yang akan diperlukan
dalam proses metabolisme, CO2 sebagai hasil dari sisa metabolisme akan dibuang saat
ekspirasi.
Secara anatomi pernafasan dimulai dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus,
bronkeolus, paru-paru.

1.1 Hidung
Merupakan saluran nafas pertama yang dilapisi oleh membran mukosa yang bersilia
dan juga selaput lendir. Saluran ini dilapisi dengan epithelium silinder dan sel epitel
berambut, yang mana udara akan disaring, dihangatkan dan dilembabkan.Ketiga proses
tersebut merupakan fungsi utama rongga hidung sebagai bagian dari respirasi.
1.2. Faring
Sebuah pipa musculo membranosa, panjangnya 12-14 cm membentang dari basis
cranial sampai setinggi verterbra servikalis. Lebar faring dibagian superior ± 3,5 cm. Faring
terdiri dari : Nasofaring (bagian yang berbatasan dengan rongga hidung), Orofaring
(bagian yang berbatasan dengan rongga mulut), Hipofaring (bagian yang berbatasan
dengan laring, yakni pemisahan antara udara dan makanan).
1.3. Larynx (tekak)
Larynx merupakan saluran udara yang bersifat sphingter dan juga organ pembentuk
suara, yang membentang antara lidah sampai trakea. Letak larynx
didepan bagian terendah faring yang memisahkan dari kolumna vertebra, berjalan dari
farynx sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk kedalam trakea di bawahnya.
Fungsi larynx sebagai jalan udara dan celah suara diantara pita suara sebagai pelindung
dari jalan udara. Diantara pita suara terdapat glotis yaitu pemisah antara saluran
pernafasan dan pencernaan.

7
1.4. Trakea
Trakea merupakan pipa udara yang terbentuk dari tulang rawan dan selaput fibro
muscular, panjang trakea ± 10-11 cm, tebal 4-5 mm, diameter 2,5 cm dan luas permukaan
5 cm2. Bagian belakang trakea terdapat 16 -20 cincin tulang rawan yang membentuk
huruf ” U”. Adanya cincin tersebut menyebabkan trakea selalu terbuka, sehingga dapat
bernafas dengan leluasa. Trakea bercabang menjadi 2 yaitu bronkus kiri dan bronkus
kanan.
1.5. Bronkus
Bronkus merupakan percabangan dari trakea yang membentuk bronkus
kanan dan bronkus kiri, antara bronkus kanan dan bronkus kiri tidak sama, karena
bronkus kanan lebih pendek dan lebar dari pada bronkus kiri, kemudian bronkus kanan
bercabang menjadi tiga bronkus sedangkan bronkus kiri bercabang menjadi dua
bronkus.
1.6. Bronkeolus
Cabang-cabang yang lebih kecil dan keluar dari bronkus,bronkeolus
tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan tetapi otot polos sehingga dapat berubah
ukurannya.
1.7. Paru-paru
Paru-paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan puncak (apex) diatas dan
muncul sedikit lebih tinggi dari klavikula didalam dasar leher. Paru-paru dibungkus oleh
pleura, paru-paru di bagi menjadi 2: paru kanan dan paru kiri, paru kanan lebih besar dari
paru kiri, karena paru kanan terdapat 3 lobus dan 10 segment,sedangkan paru kiri
terdapat 2 lobus dan 8 segment yaitu :

1). Paru kanan


a). Lobus Superior
(1). Segment Apikal
(2). Segment Posterior
(3). Segment Anterior
b). Lobus Medius
(1). Segment Lateralis
(2). Segment Medialis
c). Lobus Inferior
(1). Segment Superior
(2). Segment Mediobasal

8
(3). Segment Anterobasal
(4). Segment Laterobasal
(5). Segment Posterobasal

2). Paru kiri


a). Lobus Superior
(1). Segment Apicoposterior
(2). Segment Anterior
(3). Segment Lingula Superior
(4). Segment Lingula Inferior
b). Lobus Inferior
(1). Segment Superior
(2). Segment Anteromediobasal
(3). Segment Laterobasal
(4). Segment Posteriorbasal

9
2. Rongga Dada dan Fisiologi Pernafasan

2.1. Rongga dada


Thorax atau dada merupakan bagian tubuh yang terletak antara leher dan
abdomen. Rongga dada bagian posterior terdiri dari 12 vertebra thorakalis, 12
pasang costa. Sedangkan bagian depan anterior terdiri dari sternum dan cartilago
costa. Rongga dada memiliki akses masuk ke dalam lewat pintu atas dan pintu
bawah thorax.
Pintu atas thorax yang sempit, terbuka dan berkesinambungan dengan leher
sedangkan pintu bawah yang relatif luas tertutup oleh diafragma. Fungsi thorax
melindungi organ internal dan memberi ruang untuk proses respirasi.
2.2. Fisiologi Pernafasan
Proses pernafasan dapat di bagi dalam tiga proses utama :
 Ventilasi pulmonal, keluar masuknya udara antara dari luar ke alviole paru-
paru.
 Difusi O2 dan CO2 antara alviole dan darah.
 Transportasi O2 dan CO2 dalam dan cairan tubuh ke dan dari sel-sel.

B. Biomekanik

1. Gerakan pernafasan
Saat bernafas gerak dinding thorax dan diafragma menghasilkan perubahan
diameter dan volume rongga thorax. Saat inspirasi adalah proses aktif kontraksi
otot-otot. Inspirasi terjadi bila diafragma telah dapat rangsangan dari n. Prenikus
lalu mengerut datar. Rongga dada membesar udara di dalamnya berkurang dan
masukan udara di dorong keluar. Jadi proses respirasi terjadi karena adanya
perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.
2. Otot pernafasan
a) Otot inspirasi utama :
 Diafragma
 External intercostalis
 Internal intercostalis
b) Otot bantu inspirasi :
 Sternocleidomastoideus
 Trapezius

10
 Serratus anterior
 Pectoralis mayor dan minor
 Latismus dorsi
 Scaleni
c) Otot expirasi utama :
 Internal obliq
 External obliq
 Rectus abdominis
 Tranversus abdominis
d) Otot bantu expirasi :
 Latismus dorsi
 Iliocostalis lumborum
 Quadratus lumborum

C. Pengertian Asma
Asma adalah keadaan saluran napas yang mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu yang menyebabkan peradangan, penyempitan
saluran napas. Dalam pendapat lain Asma dapat diartikan :
 Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh
periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski :
1996).
 Asma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan
bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996).
 Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea
dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer
Suzanne : 2001).

Dari ketiga pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah suatu penyakit
gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya
periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai
rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.

11
D. Gejala Asma
Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita lebih sering
terbebas dari gejala dan hanya mengalami serangan sesak napas yang singkat dan ringan,
yang terjadi sewaktu-waktu. Penderita lainnya hampir selalu mengalami batuk dan mengi
(bengek) serta mengalami serangan hebat setelah menderita suatu infeksi virus, olah raga
atau setelah terpapar oleh alergen maupun iritan.
Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan napas yang
berbunyi (mengi, bengek), batuk dan sesak napas. Bunyi mengi terutama terdengar ketika
penderita menghembuskan napasnya. Di lain waktu, suatu serangan asma terjadi secara
perlahan dengan gejala yang secara bertahap semakin memburuk. Pada kedua keadaan
tersebut, yang pertama kali dirasakan oleh seorang penderita asma adalah sesak napas,
batuk atau rasa sesak di dada. Serangan bisa berlangsung dalam beberapa menit atau bisa
berlangsung sampai beberapa jam, bahkan selama beberapa hari.
Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau di leher. Batuk
kering di malam hari atau ketika melakukan olah raga juga bisa merupakan satu-satunya
gejala. Selama serangan asma, sesak napas bisa menjadi semakin berat, sehingga timbul rasa
cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan mengeluarkan banyak
keringat.
Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara karena
sesaknya sangat hebat. Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang menurun, dimana
penderita seperti tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur
kembali) dan sianosis (kulit tampak kebiruan) merupakan pertanda bahwa persediaan

12
oksigen penderita sangat terbatas dan perlu segera dilakukan pengobatan. Meskipun telah
mengalami serangan yang berat, biasanya penderita akan sembuh sempurna.
Kadang beberapa alveoli (kantong udara di paru-paru) bisa pecah dan menyebabkan
udara terkumpul di dalam rongga pleura atau menyebabkan udara terkumpul di sekitar
organ dada. Hal ini akan memperburuk sesak yang dirasakan oleh penderita.

E. Jenis-Jenis Asma
Asma sering dicirikan sebagai alergi , idiopatik/non alergi, serta gabungan.
1. Asma alergic
Disebabkan oleh allergen / allergen-alergen yang dikenal (misal: serbuk sari , binatang,
amarah, makanan, jamur). Kebanyak allergen terdapat di udara dan musiman. Pasien
dengan asma allergic biasanya mempunyai riwayat keluarga yang allergic dan riwayat
medis masa lalu eczema / rhinitis allergic. Pemajanan terhadap allergen mencetuskan
serangan asma. Anak-anak dengan asma allergic sering dapat mengatasi kondisi sampai
masa remaja.
2. Asma idiopatik / non allergic
Tidak berhubungan dengan allergen spesifik. Faktor-faktor seperti common cold, infeksi
traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan dapat mencetuskan
serangan. Beberapa agen farmakologi, seperti aspirin dan agen anti inflamasi
nonsteroid lain, antagonis beta – adrenergic, dan agen sulfit (pengawet makanan), juga
mungkin menjadi faktor. Serangan asma idiopatik atau non allergic menjadi lebih berat
dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronchitis
kronis dan emfisema.
3. Asma Gabungan
Adalah bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
allergic maupun bentuk ideopatic atau non allergic.

F. Etiologi Asma

Ada dua faktor pencetus asma, antara lain :


1. Pemicu (trigger) yang menyebabkan menyempitnya saluran pernafasan
(bronkokonstriksi) dan tidak menyebabkan peradangan.
2. Penyebab (inducer) yang menyebabkan peradangan atau inflamasi pada saluran
pernafasan.
Ada beberapa pemicu terjadinya asma yang termasuk dalam faktor predisposisi dan
presipitasi timbulnya serangan asma :

13
a) Faktor Predisposisi
 Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita
dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga
menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita
sangat mudah terkena penyakit asma jika terpapar dengan faktor
pencetus. Selain itu hipersensitivitas saluran pernafasannya juga
bisa diturunkan.
b) Faktor Presipitasi
 Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
o Inhalan, yang masuk melalui saluran pernafasan.
Ex : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri
dan polusi.
o Ingestan, yang masuk melalui mulut.
Ex : makanan dan obat-obatan.
o Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit.
Ex : perhiasan, logam dan jam tangan.
 Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti : musim hujan, musim
kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin
serbuk bunga dan debu.
 Stress (gangguan emosi)
Stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,
selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.
Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita
asma yang mengalami stress atau gangguan emosi perlu diberi
nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika
stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
 Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang
yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes,
polisi lalu lintas. Gejala ini mambaik pada waktu libur atau cuti.
 Olahraga / aktivitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktivitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat
paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena
aktivitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktivitas tersebut.
Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversibel yang
disebabkan oleh :

14
o Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi
penyempitan jalan nafas.
o Pembengkakan membran bronkus.
o Terisinya bronkus oleh mukus yang kental.

G. Patofisiologi Asma
Suatu serangan asma timbul karena seorang yang atopi terpapar dengan alergen
yang ada dalam lingkungan sehari-hari dan membentuk imunoglobulin E ( IgE ). Faktor atopi
itu diturunkan. Alergen yang masuk kedalam tubuh melalui saluran nafas, kulit, dan lain-lain
akan ditangkap makrofag yang bekerja sebagai antigen presenting cell (APC). Setelah alergen
diproses dalan sel APC, alergen tersebut dipresentasikan ke sel Th. Sel Th memberikan signal
kepada sel B dengan dilepaskanya interleukin 2 ( IL-2 ) untuk berpoliferasi menjadi sel
plasma dan membentuk imunoglobulin E (IgE).
IgE yang terbentuk akan diikat oleh mastosit yang ada dalam jaringan dan basofil
yang ada dalan sirkulasi. Bila proses ini terjadai pada seseorang, maka orang itu sudah
disensitisasi atau baru menjadi rentan. Bila orang yang sudah rentan itu terpapar kedua kali
atau lebih dengan alergen yang sama, alergen tersebut akan diikat oleh Ig E yang sudah ada
dalam permukaan mastoit dan basofil. Ikatan ini akan menimbulkan influk Ca++ kedalam sel
dan perubahan didalam sel yang menurunkan kadar cAMP.
Penurunan pada kadar cAMP menimbulkan degranulasi sel. Degranulasi sel ini akan
menyebabkan dilepaskanya mediator-mediator kimia yang meliputi : histamin, slow
releasing suptance of anaphylaksis ( SRS-A), eosinophilic chomotetik faktor of anaphylacsis
(ECF-A) dan lain-lain. Hal ini akanmenyebabakan timbulnya tiga reaksi utama yaitu :
kontraksi otot-otot polos baik saluran nafas yang besar ataupun yang kecil yang akan
menimbulkan bronkospasme, peningkatan permeabilitas kapiler yang berperan dalam
terjadinya edema mukosa yang menambah semakin menyempitnya saluran nafas ,
peningkatan sekresi kelenjar mukosa dan peningkatan produksi mukus. Tiga reaksi tersebut
menimbulkan gangguan ventilasi, distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi
darah paru dan gangguan difusi gas ditingkat alveoli, akibatnya akan terjadi hipoksemia,
hiperkapnea dan asidosis pada tahap yangsangat lanjut, (Barbara C.L,1996, Karnen B. 1994,
William R.S. 1995 )
Serangan asma mendadak secara klinis dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium
pertama ditandai dengan batuk-batuk berkala dan kering. Batuk ini terjadi karena iritasi
mukosa yang kental dan mengumpul. Pada stadium ini terjadi edema dan pembengkakan

15
bronkus. Stadium kedua ditandai dengan batuk disertai mukus yang jernih dan berbusa.
Klien merasa sesak nafas, berusaha untuk bernafas dalam, ekspirasi memanjang diikuti bunyi
mengi (wheezing). Klien lebih suka duduk dengan tangan diletakkan pada pinggir tempat
tidur, penberita tampak pucat, gelisah, dan warna kulit sekitar mulai membiru. Sedangkan
stadium ketiga ditandai hampir tidak terdengarnya suara nafas karena aliran udara kecil,
tidak ada batuk, pernafasan menjadi dangkal dan tidak teratur, irama pernafasan tinggi
karena asfiksia.

H. Pencegahan Asma
Serangan asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari.
Serangan yang dipicu oleh olah raga bisa dihindari dengan meminum obat sebelum
melakukan olah raga. Selain itu langkah tepat yang dapat dilakukan untuk menghindari
serangan asma adalah menjauhi faktor-faktor penyebab yang memicu timbulnya serangan
asma itu sendiri.
Adapun faktor-faktor pencetusnya yaitu bisa berupa alergan makanan, inhalan,
bahan iritan, infeksi virus/bakterial, jamur, serbuk sari, hewan peliharaan, latihan fisik yang
berat, perubahan cuaca dan emosi. Upaya harus dibuat untuk menghindari agen penyebab
kapan saja memungkinkan. Setiap penderita umumnya memiliki ciri khas tersendiri terhadap
hal-hal yang menjadi pemicu serangan asmanya. Setelah terjadinya serangan asma, apabila
penderita sudah merasa dapat bernafas lega akan tetapi disarankan untuk meneruskan
pengobatannya sesuai obat dan dosis yang diberikan oleh dokter.

I. Pemeriksaan dan Intervensi FT pada Penderita Asma

a) Pemeriksaan FT
1. Anamnesis
a. Umum
 Nama : Ibnu Fadillah
 Umur : 35 Tahun
 Jenis Kelamin : Laki-Laki
 Pekerjaan :` Buruh Tambang
 Hobbi : Balapan
 Alamat : Jl.Paccerakkang No.23, Daya, Makassar
b. Khusus
 Keluhan utama : sesak napas

16
 Lama Keluhan : 8 bulan yang lalu
 Mulai serangan : malam hari
 Faktor pencetus : debu
 Mukus
o Jumlah : 120 ml
o Warna : putih bening (jernih)
o Kekentalan : cair dan berbusa
 Apakah keluhan masih sering kambuh : sering hilang timbul (reversibel)
 Apakah ada batuk/tidak : ada batuk sebelum sesak napas
 Apakah ada nyeri otot bahu/tidak : ada nyeri pada otot bahu kanan dan
kiri
 Apakah di sertai rasa nyeri dada : di sertai rasa nyeri dada pada saat
melakukan ekspirasi
 Faktor yang memperberat : pada saat beraktifitas , naik turun/tangga
 Faktor yang memperingan : pada saat istirahat (rileksasi)
 Riwayat penyakit keluarga : ada keluarga yang menderita penyakit yang
sama
 Riwayat obat-obatan : pasien mengkonsumsi obat-obatan untuk
penghilang rasa nyeri ketika serangan terjadi
 Psikososial
o Keadaan rumah : rumah pasien bersih dan nyaman
o Lingkungan peerjaan : lingkungan kerja pasien penuh dengan
polusi

2. Pemeriksaan vitall sign


Pemeriksaan vital sign terdiri atas pemeriksaan denyut nadi, frekuensi
napas, suhu, dan tekanan darah. Temuan pemeriksaan adalah frekuensi napas yang
meningkat (tachypnea) dan tachycardia.
Denyut Nadi : 72 x /menit
Pernapasan : 35 x /menit
Suhu : 35,5 0C
Tekanan Darah : 120/80 Mmhg

17
3. Inspeksi
a. Regio kepala dan leher :
o Ekspresi wajah menunjukkan kecemasan dan gelisah, serta tampak
pucat
o Ditemukan hiperarthropi otot-otot accessory muscle tanda adanya
penggunaan otot yang berlebihan
o Adanya ceanosis pada ujung jari dan bibir yang diakibatkan karena
kurangnya suplai oksigen dalam darah
b. Analisis bentuk dada dan postur
o Bahu nampak sedikit elevasi dan protraksi bahu di karenakan pada saat
ekspirasi selalu menggunakan otot aksesori pernapasan (scalene, sterno
cledomastoideus)
o Postur tubuh laen forward,
o Bentuk thoraks barrel chest antero posterior 2:1
c. Pola napas
o Penderita berusaha untuk bernafas dalam, ekspirasi memanjang diikuti
bunyi mengi (wheezing).

4. Palpasi
Pada palpasi dikaji tentang kesimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.

a. Kesimetrisan Chest
Palpasi dilakukan dengan menempatkan kedua telapak tantang pada dinding
dada untuk memeriksa setiap sisi pengembangan (ekspansi) thorax selama
inspirasi dan ekspirasi. Pada pemeriksaan ini akan di evaluasi tentang
pengembangan (ekspansi) thorax selama inspirasi dan ekspirasi. Pada
pemeriksaan ini akan di evaluasi tentang pengembangan ketiga area lobus
dengan cara :
o Cek ekspansi upper lobus : pasien tidur terlentang therapist
dihadapannya lalu tempatkan kedua ujung thumb pada mid sterna line
di sternal notch, jari-jari diluruskan di atas clavicula lalu anjurkan pasien
ekspirasi maksimal lalu diikuti inspirasi maksimal dan dalam.
o Cek ekspansi midle lobus : posisi pasien tetap seperti poin di atas.
Letakkan kedua ujung thumb di processus xyphoideus dan jari-jari ke

18
arah lateral costa lalu anjurkan pasien ekspirasi maksimal kemudian
inspirasi dalam
o Cek ekspansi lower lobus : posisi pasien tetap seperti kedua poin diatas,
kemudian letakkan kedua ujung thumb di belakang pada proccesus
spinosus vertebra setinggi lower costa, lalu anjurkan pasien ekspirasi
maksimal kemudian inspirasi dalam

Interpretasinya : tidak ditemukan asimetris pada chest (pengembangan


thorax)

b. Taktil Fremitus
Palpasi dilakukan dengan melakukan uji fremitus pada dinding dada pasien.
Palpasi dilakukan dengan meletakkan kedua telapak tangan kita menempel
pada dinding thoraks. Misalnya melakukan palpasi pada dada posterior atau
punggung, pasien di suruh berucap kata-kata seperti "tujuh puluh tujuh"
dengan nada yang sedang, kemudian secara simetris dibandingkan getaran yang
timbulpada dinding thoraks yang dirasakan pada kedua telapak tangan kita
sebagai pemeriksa. Kata yang diucapkan menimbulkan getaran yang dapat
dirasakan pada kedua telapak tangan.
Fremitus taktil memberikan informasi yang berguna mengenai kepadatan
jaringan paru-paru dan rongga dada dibawahnya. Fremitus meningkat pada
keadaan dengan infiltrat paru, compressive atelektasis, cavitas paru. Keadaan
seperti ini kepadatan paru-paru meningkat seperti konsolidasi, sehingga
meningkatkan penghantaran fremitus taktil. Fremitus menurun atau melemah
pada keadaan penebalan pleura, efusi pleura, pneumotoraks, emfisema paru
dan obstruksi dari bronkus.
Keadaan klinis yang mengurangi penghantaran gelombang suara ini akan
mengurangi fremitus taktil. Jika ada jaringan lemak yang berlebihan di dada,
udara atau cairan di dalam rongga dada, atau paru-paru yang mengembang
secara berlebihan, fremitus taktil akan melemah.

Interpretasinya : fremitus taktil melemah karena ada cairan (mukus) dlm rongga
dada.

5. Pemeriksaan Fisik
a. Auskultasi
Auskultasi paru dilaksanakan secara indirect yaitu dengan memakai
stetoskop. Posisi pasien sebaiknya duduk seperti melakukan perkusi, jika pasien
tidak bisa duduk, auskultasi dapat dilakukan dalam posisi tidur. Pasien dapat

19
disuruh bernapas dengan mulut, tidak melalui hidung. Yang diperiksa pada saat
auskultasi adalah :
 Suara napas/ bunyi pernapasan
 Ronchi (rales)
 Pleura Friction (bunyi gesekan pleura)
 Voice sounds (bunyi bersuara)

Untuk mendengar suara napas, maka perhatikan intensitas, durasi dan pitch
(nada) dari inspirasi dibandingkan dengan ekspirasi. Pada orang sehat, maka
dapat didengar suara napas yaitu vesikuler, trakeal, bronkial dan
bronkovesikuler.
o Pada pernapasan vesikuler, suara inspirasi jauh lebih panjang
dibandingkan ekspirasi yang jauh lebih lemah dan seringkali tidak
terdengar. Bunyi vesikuler ini merupakan bunyi lemah dengan tinggi
nada rendah yang terdengar di atas kebanyakan lapangan paru.
o Bunyi pernapasan trakeal adalah bunyi yang sangat kasar, keras, dan
dengan nada tinggi yang terdengar pada bagian trakea ekstratoraks.
Kedua komponen baik inspirasi maupun ekspirasi sama panjangnya.
o Bunyi pernapasan bronkial adalah bunyi yang keras dengan nada tinggi,
seperti udara mengalir melalui pipa. Komponen ekspirasinya lebih keras
dan lebih lama dibandingkan dengan komponen inspirasi. Bunyi ini
biasanya ada bila kita mendengarkan di atas manubrium.
o Bunyi pernapasan bronkovesikuler adalah campuran bunyi bronkial dan
vesikuler. Komponen inspirasi dan ekspirasinya sama panjang. Dalam
keadaan normal, bunyi ini hanya terdengar pada sela iga pertama dan
kedua di bagian depan dan diantara skapula di bagian belakang, disekat
karina dan bronkus utama.
Ronki (Rales)
Ronki adalah bunyi tambahan yang dihasilkan oleh aliran udara melalui saluran
napas yang berisi sekret/eksudat atau akibat saluran napas yang menyempit
atau oleh oedema saluran napas. Ronki merupakan bunyi yang singkat, tidak
kontinu, tidak musikal, banyak terdengar selama inspirasi. Bunyi ronki seperti
bunyi yang dibuat dengan menggosokkan rambut di dekat telinga.

Interpretasinya : terdengar Ronchi (rales) selama inspirasi pada lobus kiri


segmen anterior

b. Perkusi
Perkusi adalah jenis pemeriksaan fisik yang berdasarkan interpretasi dari
suara yang dihasilkan oleh ketukan pada dinding thoraks. Tekniknya : Pasien
dalam posisi tidur dan bisa juga dalam posisi duduk. Pemeriksa menggunakan
jari tengah tangan kiri yang menempel pada permukaan dinding thoraks, tegak
lurus dan sejajar dengan iga yang disebut sebagai fleksi meter. Sementara jari
tengah tangan kanan digunakan sebagai pemukul (pengetok) disebut fleksor
pada fleksi meter tadi. Jika pasien duduk, kedua tangan pasien pada paha

20
dengan fleksi pada sendi siku. Jika pasien tidur oleh karena tidak dapat duduk,
maka untuk perkusi daerah punggung, pasien dimiringkan ke kiri dan ke kanan
secara bergantian. Perkusi dimulai dari lapangan atas paru menuju ke lapangan
bawah sambil membandingkan bunyi perkusi anatara hemi thoraks kanan dan
kiri.
Kekuatan perkusi disesuaikan, pada dinding dada yang ototnya tebal, maka
perkusi agak lebih kuat. Sedangkan pada daerah yang ototnya lebih tipis seperti
daerah axilla dan lapangan bawah paru, kekuatan perkusi tidak terlalu kuat.
Suara perkusi normal dari thoraks pada lapangan paru adalah sonor. Hiperinflasi
dari paru dimana udara tertahan lebih banyak dalam alveoli menghasilkan
perkusi yang hipersonor. Perkusi pada infiltrat paru dimana parenkim lebih solid
(padat/mengandung sedikit udara) perkusi akan menghasilkan redup (dullness).
Perkusi pada efusi pleura akan menghasilkan suara pekak (flatness), pada
keadaan ini rongga pleura berisi cairan yang merupakan struktur yang solid.
Adanya udara di dalam rongga pleura (pneumothoraks) akan menimbulkan
suara perkusi yang timpani atau hipersonor.
Bagian anterior thoraks bunyi sonor mulai dari clavikula ke arah arcus
costarum, kecuali pada daerah jantung dan hati yang memberikan perkusi
redup atau pekak. Pada daerah anterior kanan pada RIC 4-6 akan didapatkan
overlap anatar parenkim paru dengan hati (perkusi dilakukan pada linea
midclavikula kanan). Dari RIC 6 sampai arcus costarum kanan, perkusi adalah
pekak (daerah hati) yang tidak ditutupi parenkim paru. Pada bagian anterior kiri
bawah, didapatkan perkusi timpani (daerah lambung). Daerah posterior
thoraks, bunyi perkusi sonor dari apeks paru sampai batas bawah.

Interpretasinya : terdapat suara pekak (flatness) pada sela costa 2

6. Problematik FT
a. Sesak napas
b. Ketegangan atau hipertropi otot-otot asesoris pernapasan
c. Kelainan postur (elevasi dan protraksi pada shoulder)
d. Hypersekresi mukus pada lobus atas kiri segmen anterior
e. Batuk yang tidak efisien

7. Diagnosa FT
Setelah dilakukan pemeriksaan yang sistematis maka diperoleh diagnosa
yaitu pasien menderita “asma akibat penyempitan jalan nafas yang disebabkan
hypersekresi mukus pada lobus atas kiri segmen anterior”.

21
8. Program FT
Program Fisioterapi meliputi tujuan pengobatan dan pelaksanaan terapi.
Adapun tujuan pengobatan (tujuan jangka pendek) adalah :
a. Mengurangi spasme otot
b. Meminimalkan serangan sesak nafas dan memperbaiki kontrol pernapasan
c. Mobilisasi dan mengeluarkan sekresi setelah serangan sesak napas
d. Koreksi postur untuk memperbaiki elevasi dan protraksi shoulder.

Sedangkan tujuan pengobatan jangka panjang yaitu untuk mengembalikan kapasitas


fisik dan kemampuan fungsional pasien sehingga ADL (Activity Daily of Living) bisa
kembali normal.

b) Intervensi FT
Modalitas Fisioterapi

a) Postural drainage

Postural drainage merupakan suatu teknik untuk mengalirkan sekresi dari


berbagai segmen menuju saluran nafas yang lebih besar, dengan menggunakan
pengaruh gravitasi dan pengaruh posisi pasien yang sesuai dengan letak sputum
atau mukus. Sebelum dilakukan PD memperbanyak minum dahulu, ± 1 jam sebelum
dilakukan PD. Indikasi dan kontraindikasi pemberian postural drainage : Untuk
tujuan mencegah akumulasi sekret, postural drainage dapat dilakukan pada
penderita-penderita berikut : yang melakukan tirah baring yang lama, khususnya
pada mereka yang tergolong "high risk" yaitu penderita penyakit paru kronik,
penderita pasca bedah yang mengalami imobilisasi dan mereka yang telah dilakukan
sayatan pada toraks dan abdomen yang sputumnya banyak, seperti bronkhiektasis
atau fibrosis.

b) Tapotement

Tapotement adalah teknik cupping yang dilakukan dengan menepuk-nepuk


telapak tangan secara ritmik dan berirama pada dinding thorax, punggung dan
daerah costa samping kanan dan kiri. Tapotement diberikan bersamaan dengan PD
dan dapat juga selama penyinaran IR dengan ± 10-15 mnt. Tujuannya untuk
memindahkan sputum ke cabang bronkus utama yang kemudian pasien disuruh
untuk batuk.

c) Batuk efektif

22
Batuk merupakan suatu gerakan reflek untuk mengeluarkan benda asing atau
sputum dari dalam saluran pernafasan. Dalam latihan batuk harus di
lakukan dengan benar yaitu dengan pengembangan daerah perut dan pinggang
secara perlahan-lahan yang bertujuan untuk pengisian udara pada daerah
bronkiolus tanpa menyebabkan sekresi tersebut terbawa masuk lebih dalam pada
saluran bronkiolus.
Posisi pasien pada batuk efektif yang benar adalah posisi pasien duduk
dengan badan agak condong ke depan agar memudahkan kontraksi
otot dinding perut dan dada sehingga menghasilkan tekanan abdominal yang
benar.
Teknik pelaksanaan batuk efektif yaitu pasien tarik nafas lewat hidung pelan
dan dalam, kemudian menahan nafas beberapa saat (2-3 detik) selanjutnya pasien
disuruh mengontraksikan otot perut sambil mengeluarkan nafas dengan dibatukkan.
Batuk dilakukan sebanyak 2 kali dengan mulut terbuka dan dilakukan setelah
respirasi sebanyak 2-3 kali, batuk yang pertama akan melepaskan sputum dari
tempat perlengketannya dan batuk yang kedua akan membantu mengeluarkan
sputum dari saluran pernafasan.
d) Breathing exercise

Latihan ini meliputi latihan pernafasan dada dan perut. Melakukan latihan yang
benar adalah tarik nafas lewat hidung dan hembuskan lewat mulut. Latihan ini
bertujuan untuk memperbaiki ventilasi udara, melatih pernafasan diafragma,
memelihara elastisitas jaringan paru-paru dan menjaga expansi thorax.
Prosedurnya yaitu sebagai beikut :
 Bernafas dengan perut.
 Dada dan bahu harus rileks.
 Saat inspirasi, kembungkan perut.

23
 Saat ekspirasi, kempiskan perut.
 Terapis mengontrol dengan memegang perut dan dada pasien. Yang harus
bergerak hanya perut, dada harus diam.

e) Mobilisasi sangkar thorax


Latihan ini meliputi gerakan-gerakan pada trunk dan anggota gerak atas,
dapat dilakukan bersamaan dengan breathing exercise. Sehingga otot-otot
pernafasan dan otot bantunya yang mengalami ketegangan akan menjadi rilex.
f) Purse lips breathing.

Purse lips breathng diberikan pada pasien yang sedang tidak mengalami
serangan sesak nafas. Contohnya : penderita asma yang sedang tidak kambuh.
Prosedurnya yaitu sebagai berikut :
 Posisi pasien rileks.
 Pasien tarik nafas melalui hidung dan tahan 2-3 detik.
 Lalu pasien diminta hembuskan nafas lewat mulut (mulut dimonyongkan)
selama 6-8 detik.

g) Relaksasi

Khusus bagi penderita asma, maka perlu pula diajarkan cara-cara relaksasi
untuk meredakan rasa sesaknya. Posisi tersebut antara lain :

 Bila dalam keadaan berdiri, posisi relaksasi yang disarankan yaitu tubuh
bersandar ke dinding belakang atau bertumpu ke depan dan kepala condong ke
depan sehingga napasnya tidak terengah-engah dan otot diafragmanya lebih
banyak berfungsi.

24
 Bila dalam posisi duduk, taruh bantal di perutnya kemudian minta ia memeluk
bantal itu dengan posisi seperti bersujud. Adanya gaya berat ini dapat
membantu pernapasannya.

 Latihan relaksasi pada penderita asma bertujuan mencapai kondisi relaks baik
sewaktu ada serangan maupun diluar serangan. Yang ingin dicapai, penderita
secara spontan dapat relaksasi, baik pada otot-otot pernapasannya maupun
mentalnya, pada saat serangan terasa akan datang atau sedang dalam
serangan.

h) IR (infra red)
Penyinaran diberikan pada daerah dada dan punggung atas. Lamanya
penyinaran ± 15 menit, dibagi 2 = bagian dada 7,5 menit dan bagian punggung atas
7,5 menit. Tujuan penyinaran untuk mendapatkan relaksasi lokal pada daerah dada
dan punggung juga untuk memperbaiki sirkulasi darah (fasodilatasi pmbuluh darah).

i) Microwafe diathermi
Adalah suatu modalitas fisioterapi dengan menggunakan arus bolak-balik
dengan frekuensi 2450 MHz dan panjang gelombang 12,25 cm. Berdasarkan
frekuensi dan panjang gelombangnya maka microwave diathermi mempunyai
kemampuan penetrasi kedalam jaringan ± 3 cm atau dapat mencapai jaringan otot.
Dengan aplikasi dari pendekatan anterior dan posterior dinding thorak, dengan efek
thermal dari microwave diathermi diharapkan dapat meningkatkan metabolisme
otot khususnya otot-otot pernapasan, meningkatkan sirkulasi darah lokal,
meningkatkan elastisitas jaringan, menurunkan tonus otot-otot pernapasan dan otot
polos dinding bronchus melalui normalisasi nosisensorik, sehingga dapat diperoleh
efek relaksasi pada otot polos bronchus dan otot-otot pernapasan.
Efek relaksasi pada otot polos bronchus tersebut, diharapkan akan terjadi
perubahan pada bronchus yaitu menurunnya stress mekanik pada dinding bronchus
dan terjadinya dilatasi atau pelebaran bronchus. Dengan menurunnya stress
mekanik pada dinding bronchus maka diharapkan dapat menurunkan hiperskresi
mucus dan dapat menurunkan frekuensi batuk . Dengan terjadinya dilatasi bronchus
tersebut, akan memberikan efek kemudahan dalam pengaliran mucus dan
menurunkan sesak napas.

c) Evaluasi

Dari intervensi FT yang telah dilakukan, maka hasil evaluasi yang diperoleh yaitu :
a. Sesak napas mulai berkurang
b. Otot-otot asesoris pernapasan tidak lagi mengalami spasme dan hiperatropi

25
c. Tidak nampak lagi kelainan postur (elevasi dan protraksi pada shoulder)
d. Sekresi mukus pada lobus atas kiri segmen anterior bekurang
e. Batuk menjadi efisien

26
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penyakit Asma (Asthma) adalah suatu penyakit kronik (menahun) yang menyerang
saluran pernafasan (bronchiale) pada paru dimana terdapat peradangan (inflamasi) dinding
rongga bronchiale sehingga mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang akhirnya
seseorang mengalami sesak nafas.
Adapun tanda dan gejala penyakit asma diantaranya : Pernafasan berbunyi
(wheezing/mengi/bengek) terutama saat mengeluarkan nafas (exhalation). Tidak semua
penderita asma memiliki pernafasan yang berbunyi, dan tidak semua orang yang nafasnya
terdegar wheezing adalah penderita asma. Adanya sesak nafas sebagai akibat penyempitan
saluran bronki (bronchiale). Batuk berkepanjangan di waktu malam hari atau cuaca dingin.
Adanya keluhan penderita yang merasakan dada sempit. Serangan asma yang hebat
menyebabkan penderita tidak dapat berbicara karena kesulitannya dalam mengatur
pernafasan.

B. SARAN
1. Fisioterapi
 Memahami dan mengerti tentang fisiologi pernapasan
 Memberikan latihan secara bertahap dan continyu.
 Mengikuti perkembangan fisioterapi.
2. Penderita
 Mau bekerjasama dengan terapis.
 Menghindari factor pencetus yang memperberat asma brochiale.
 Menghindari polusi khususnya asap rokok ataupun cuaca yang tidak
mendukung.
3. Keluarga
 Beri dukungan mental ke penderita.
 Menjaga kebersihan lingkungan setempat.
 Mengawasi semua aktivitas penderita.

27
DAFTAR PUSTAKA

Pulmonologis Association Indonesia. 1984. Majalah Ikatan Dokter Paru Indonesia.Vol 4 no 4.


Jakarta : Rs Persahabatan.
Harahap, Yunus.2003. Pertemuan Ilmiah Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi.
Jakarta : Rs Persahabatan Jakarta Timur.
Rab. Tabrani H.1996. Ilmu Penyakit Paru-paru. Jakarta : Hipocrates
Syaifudin.1992. Anatomi Fisiologi untuk siswa perawat.edisi revisi.Jakarta : EGC.
Soenarno, P.2000.” Peranan Fisioterapi dan Indonesia Sehat 2010 “. Dalam Temu Ilmiah
Tahunan Fisioterapi (TITAFI)XV.Semarang
Putz, R dan R Pabst.1995.Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
http://www.google.com/penataksanaan-fisioterapi-pada -kasus-asma-brochiale.htm
http://jelajahfisio.blogspot.com/2010/07/gangguan-respirasi-dan-breathing.html
http://chyntiayuliza.blogspot.com/2012/04/pemeriksaan-fisik-sistem-respirasi.html

28

Vous aimerez peut-être aussi