Vous êtes sur la page 1sur 26

Askep Gastritis

Sabtu, 04 Mei 2013

BAB I

LANDASAN TEORITIS

I. Konsep Dasar Medis

1.1 Defenisi

Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. Secara

hidropaotologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut.

Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai di klinik penyakit dalam

pada umumnya. Secara garis besar, gastritis dapat dibagi berdasarkan beberapa macam

berdasarkan pada :

1) Manifestasi klinis

2) Gambaran kistologi yang khas

3) Distribusi anatomi, dan

4) Kemungkinan fatogenesis pada manifestasi klinis.


Gastritis dapat juga dibagi menjadi akut dan kronik, harus diingat bahwa walaupun dilakukan

pembagian menjadi akut dan kronik, tetapi keduanya tidak sering berhubungan. Gastritis kronik

bukan merupakan kelanjutan gastritis akut.

1.2 Etiologi

1. Indisekresi diet → makan terlalu banyak cepat, terlalu berbumbu, makanan yang terinfeksi

2. Infeksi → bakteri helicobactery pylory

3. Aspirin dan obat AINS → merusak mukosa lambung

4. Alkohol → dapat mengikis mukosa pada dinding lambung

5. Terapi radiasi → luka pada lambung.

1.3 Pathofisiologi

Zat kimia / makan yang merangsang

Produksi mucus sel epitel kolumner

Vasodilatasi sel mukosa gaster

Produksi HCL

/ \

Anoreksia Nyeri

Kontak HCL dengan


mukosa gaster

楲敢 Erosi pada mukosa lambung

Perdarahan

1.4 Manifestasi Klinis

Sindrom dyspepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung, muntah, merupakan salah satu

keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematonesis dan

melena. Kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya jika

dilakukan anamnese lebih dalam terdapat riwayat penggunaan obat-obatan atau bahan kimia

tertentu.

1.5 Penatalaksanaan medis

- Menghindari alcohol dan makanan yang merangsang sampai gejala berkurang

- Diet mengandung gizi bila pasien mampu makan melalui mulut

- Berikan cairan intra vena

- Bila akibat asam → menetralisir dengan antasida (aluminium hodroksida)

- Bila akibat alkali → menetralisis alkali dengan jus lemon encer dan cuka encer

- Bila korosi luas atau berat → hindari emetic dan lavage →bahaya perforasi

- Modifikasi diet, istirahat, reduksi stress, dan farmakologi.

1.6 Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan Analisa Gaster

b. Pemeriksaan Angiogarfi

c. Pemeriksaan Amilase Serum


d. EGD (Esofagogastriduodenoskopy)

e. Minum Barium dengan Foto Rontgen

II. Konsep Dasar Keperawatan

2.1 Pengkajian

2.1.1 Aktifitas/istirahat

Gejala : Kelemahan, kelelahan

Tanda : Takikardia, takipnea, hiperventilasi (respon terhadap aktifitas)

2.1.2 Sirkulasi

Gejala :Hipotensi (termasuk postural).Takikardia, distripnea

(hipovolemia/hipoksemia)Kelemahan atau nadi perifer Pengisian kapiler lemah atau berlahan

(vasokonstriksi) Warna kulit : pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan

darah)Kelemahan kulit atau membran mukosa

2.1.3 Integritas Ego

Gejala : Faktor stress akut atau kronis (keungan atau hubungan kerja) perasaan tak berdaya

Tanda : Ansietas, misalnya : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar.

2.1.4 Eliminasi

Gejala :Riwayat perawatan dirumah sakit sebelumnya karena perdarahan gastroenteritis (GI) atau

masalah yang berhubungan dengan Gi.

Tanda :Nyeri tekan abdomen, istensi bunyi usus sering hiperaktif selam perdarahan, Karakteristik feses,

diare darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang warna cerah berbusa, bau busuk
(steatorea). Konstifasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida). Haluaran urine :

menurun, pekat.

2.1.5 Makanan dan cairan

Gejala :Anoreksia, mual, muntah, (muntah yang memanjang diduga obstruksi pilorik, bagian luar yang

berhubungan dengan luka duodenal). Cegukan nyeri ulu hati, sendawa, bau asam/muntah

Tanda :Muntah, warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan darah. Membran mukosa

kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis).

2.1.6 Neurosensi

Gejala : Rasa berdenyut, pusing atau sakit kepala karna sinar, kelemahan. Tingkat kesadarandapat

terganggu, rentang dari agak cenderung tidur, disorientasi/bingung, samapi pingsandan koma

(tergantung pada volume sirkulasi atau oksigenasi).

2.1.7 Nyeri/kenyamanan

Gejala : Nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri hebat tiba-tiba dpat

disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan atau distress samar-samar setelah makan banyak dan

hilang dengan makan (gastritis akut). Nyeri epigastrum kiri samapai tengah atau menyebar

kepunggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang hilang dengan antasida (ulusgaster). Nyeri

epigastrum kiri sampai menyebar kepunggung terjadi ± 4 jam setelah makan bila lambung

kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal) tak ada nyeri (varisis

esophageal ata gastritis).

Tanda : Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat, perhatian menyempit.

2.1.8 Keamanan

Gejala : Alergi terhadap obat atau sensitive, misalnya : ASA


Tanda : Peningkatan suhu, spisider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis atau hipertensi

portal).

2.1.9 Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : Adanya penggunaan obat resep atau dijual bebas yang mengandung ASA, alcohol, steroid.

NSAID menyebabkan perdarahan GI. Animea, trauma kepala, flu usus, episode muntah berat.

2.2 Diagnosa Keperawatan

DX I : Kekurangan volume cairan b/d perdarahan, mual, muntah dan anoreksia d/d pucat, berkeringat,

gelisah, perubahan mental.

K/H : Menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan dibuktikan oleh haluaran urine adekuat dengan

berat jenis normal, tanda vital stabil, membrane mukosa lembab dan turgor mukosa baik.

Intervensi Rasional

Mandiri :

- Catat karakteristik muntah/diare - Membantu dalam membedakan

penyebab distress gaster. Kandungan

empedu kuning kehijauan menunjukkan

bahwa pilorus terbuka, kandunga pekal

menunjukkan obstuksi usus, darah merah

cerah manandakan adanya atau

perdarahan arterial akut.


- Awasi tanda vital - Perubahan tekanan darah dan nadi dapat

digunakan perkiraan kasar kehilangan

dara, misalnya : TD < > 110 diduga 25%

penurunan volume atau ± 1000 ml.

- Awasi masukan dan haluaran di


- Memberikan pedoman untuk

hubungkan dengan perubahan berat penggantian cairan.

badan. Ukur kehilangan darah/cairan

melaui muntah, penghisapan

gaster/lavase dan difekasi.

- Pertahankan tirah baring, mencegah


- Aktivitas/muntah meningkatkan tekanan

muntah dan tegangan pada defekasi. intra abdominal dan dapat mencetuskan

Jadwlkan aktifitas untuk memberikan perdarahan lanjut.

periode istirahat tanpa gangguan.

- Tinggikan kepala tempat tidur selama


- Mencegah reflex gaster pada aspirasi

pemberian antasida. antasida diman dapat menyebabkan

komplikasi paru serius.

Kolaborasi :

- Berikan cairan/darah sesuai indikasi - Penggantian cairan tergantung pada

derajat hivopolemia dan hanya

perdarahan (akut atau kronis).

- Berikan obat sesuai indikasi,


- Penghambatan histamine H2
ranitidine (zantac), diatidine (acid). menurunkan histamine produksi gaster.

Antasida (misalnya : ampojd, Maalox,

Mylanta, piopan).

- Dapat digunakan untuk mempertahankan

pH gaster pada tingkat 4,5 atau lebih

tinggi untuk menurunkan resiko

perdarahan ulang. Antemetik (misalnya :

metoklopramid/regtan.

Proglorperazine/campacine.

- Menghilangkan mual dan mencegah

muntah.

DX II :Resiko tinggi kekurangan perpusi jaringan b/d hivopolimea d/d sakit kepala, pucat, berkeringat,

TD rendah.

K/H :Mempertahankan perkusi jarngan dengan bukti tanda vital stabil, nadi periver teraba.

Intervensi Rasional

Mandiri :

- Catat haluaran dan jenis berat urine - Penurunan perfusi sistemik dapat

menyebabkan iskemia/gagal ginjal,

dimenifestasikan dengan penurunan

keluaran urine.

- Catat laporan nyeri abdomen,


- Nyeri disebabkan oleh ulkus gaster
khususnya tiba-tiba, nyeri hebat atau sering hilang setelah perdarahan akut

nyeri menyebar ke bahu. karena efek buffer darah, nyeri berat

berlanjut atau tiba-tiba dapat

menunjukkan iskemia sehubungan

dengan terapi vasokinstriksi.

- Observasi kulit untuk pucat,


- Gangguan pada sirkulasi perifer

kemerahan, pijat dengan minyak, ubah meningkatkan resiko kerusakan kulit.

posisi dengan sering.

Kolaborasi :

- Berikan oksigen tambah sesuai


- Mengobati hifoksemia dan asidosis

indikasi. laktat selam perdarahan akut.

- Berikan cairan IV sesuai indikasi. - Mempertahankan volume sirkulasi dan


perfusi.

DX III :Ansietas/ketakutan b/d perubahan status kesehatan, ancaman kematian d/d pasien gelisah.

K/H :Menunjukan rilek dan laporan terhadap ansietas menurun sampai tinggkat yang dapat di

tanggani.

Intervensi Rasional

Mandiri :

- Awasi respons fisologis misal -: Dapat menjadi indikatif drajad takut


Takipnea, palpitasi, pusing, sakit kpala, yang di alami pasien tetapi dapat juga

ensasi kesehatan. berhubungandengan kondisi pisik/ status

sok.

- Dorongan pernyataan takut dan


- Membuat hubungan trapeutik

ansietas, berikan ompan balik

- Berikan informasi akurat - Melibatkan pasien dalam rencana

asuhan dan menurunkan dan ansietas

yang tidak perlu tentang ketidaktahuan.

- Memeindahkan pasien dari steresor luar

- Berikan lingkungan tenang untuk meningkatkan relaksi, dapat

istirahat meningkatkan keterampilan koping.

- Membantu menurunkan takut melalui

- Dorong orang terdekat tinggal dengan pengalaman menakutkan menjadi sorang

pasien diri

- Belajar cara untuk rilek dapat

- Tunjukkan tehnik relaksasi membantu menurunkan takut dan

ansietas
DX IV : Nyeri ( Akut / kronis ) b/d luka bakar kimia pada mukosa lambung, rongga oral d/d pasien

meringis.

k/h :Menyatakan nyeri hilang menunjukan postur tubuh rilek dan mampu tidur atau istirahat dengan

tepat.

Intervensi Rasional

Mandiri :

- Catat keluhan nyeri ternasuk lokasi,


- Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada

lamanya, intensitas (0-10) harus dibandingkan dengan gelisah nyeri

pasien sebelumnya diman dapat

membantu mendiagnosa, etiologi

perdarahan dan terjadinya konflikasi

- Membantu dalam membuat diagnose

- Kaji ulang faktor yang meningkatkan dan kebutuhan terapi

atau menurunkan nyeri

- Berikan makanan sedikit tapi sering


- Makan mempunyai efek penetralisir

sesuai indikasi untuk pasien. asam, juga menghancurkan kandungan

gaster, makan sedikit mencegah distensi

dan haluan gastria

- Menurunkan kekakuan sendi,

- Bantu latihan rentang gerak aktif/pasif meminimalkan nyeri/ketidaknyamanan


- Nafas bau karena tertahannya secret

- Berikan perawatan oral sering dan mulut menimbulkan tidak nafsu makan

tindakan kenyamanan, misalnya : dan dapat menimbulkan mual

pijatan punggung, perubahan posisi

- Menurunkan keasaman gaster dengan

Kolaborasi : absorbs atau dengan menetralisir kimia

- Berikan obat sesuai indikasi, misalnya

: antasida - Diberikan pada waktu tidur untuk

menurunkan notilitas gaster, menekan

produksi asam, memperlambat

- Antikolinergic (misalnya : baladonna, kekosongan gaster dan menghilangkan

atropia) nyeri rokturnal.


BAB II

TINJAUAN KASUS

I. Identitas Diri Pasien


Nama Tn . Z, umur 53 thn, laki- laki, sudah menikah, agama Islam, suku Jawa,

pendidikan terakhir SMP, pekerjaan PNS, alamat Jl.Karya Bakti Sidomulyo Medan, sumber

informasi pasien dan keluarga (istri) pendidikan terakhir SMEA pekerjaan sebagai ibu rumah

tangga.

II. Status Kesehatan Saat Ini

Pasien mengatakan nyeri pada ulu hati, pasien tampak gelisah & memegang perutnya.

Hal ini disebabkan karena makan-makanan yang pedas/merangsang, nyeri muncul setiap 5 menit

sekali, untuk mengurangi nyeri yang muncul pasien istirahat/duduk. Karena keluhan bertambah

keluarga membawa pasien ke RSU.Martha Friska Medan .

III. Riwayat Kesehatan Yang Lalu

Pasien tidak apakah pada masa kanak-kanaknya pernah mengalami penyakit, pada waktu

± 20 tahun yang lalu pasien pernah kecelakaan dan dirawat dirumah sakit, selama hidupnya

pasien tidak pernah dioperasi. Pasien juga tidak ingat apakah pernah alergi dan imunisasi.

Kebiasaan pasien ialah minum teh manis, nama obat yang diberikan dokter sudah tidak

ingat dan lama konsumsi obatnya pasien juga tidak ingat. Pasien makan biasa 3x sehari, berat

badan pasien 70 kg dan tinggi badan 163 cm, makanan yang disukai pasien adalah makanan yang

pedas, nafsu makan pasien baik sehingga setiap 6 bulan berat badan pasien bertambah 1 kg.

Setiap BAB dalam 1 hari 1 x pada waktu pagi dengan warna kuning, konsistensi setangah padat.

Sedangkan BAK dalam 1 hari 4 x dengan warna kuning bau amoniak.

Pasien istirahat tidur malam pada jam 22.00 - 04.00 Wib, sore 15.30 - 16.30 Wib, jadi

lama tidur 1 hari adalah 8 jam, pasien kesulitan dalam hal tidur.tidak ada aktivitas dalam
kesehariannya, pekerjaan pasien sebagai PNS lama bekerja 30 tahun jumlah jam kerja 8 jam,

jadwal kerja mulai dari 07.30 - 15.00 Wib.

IV.Riwayat Keluarga

Genogram:

: Pasien
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Satu rumah
V.Riwayat Lingkungan

Lingkungan rumah kurang bersih, bahaya polusi tidak ada karena rumah pasien jauh dari

jalan raya dan pabrik.

VI.Aspek Fsikologi
Pasien tidak menggunakan kaca mata dan alat bantu pendengaran serta tidak ada

kesulitan yang dialami seperti pusing, menurunnya sensitifitas terhadap sakit dan terhadap

dingin/panas, dan membaca/menulis.

VII.Aspek Sosial

Pasien berbicara jelas, relevan, mampu mengekspresikan dan mengerti orang lain, bahasa

utama pasien adalah Indonesia, bahasa daerah yang dipakai adalah Jawa, pasien tinggal dengan

istri dan anak – anaknya, adat yang dianut dalam keluarga pasien adalah Jawa, pembuat

keputusan adalah pasien sendiri, pola komunikasi keluarga juga baik, ekonomi pasien memadai,

kesulitan dalam keluarga tidak ada. Pemahaman pasien terhadap fungsi seksual baik terlihat

karena sudah memiliki 3 orang anak,

VIII.Aspek Spiritual

Sumber kekuatan yaitu Tuhan yang maha esa, dan itu penting kaya pasien, kepercayaan

yang di lakukan shalat frekuensinya tidak menentu, kegiatan agama yang dilakukan dirumah

sakit tadak ada. Pada usia 53 tahun pasien ingin cepat sembuh dan berkumpul dengan keluarga.

IX.Pengkajian Fisik

Kepala : Bentuk bulat, rambut beruban, lurus.

Mata : Ukuran pupil 2 mm, isokor kiri dan kanan, reaksi terhadap cahaya bagus terlihat kalau cahaya

didekat kan mata, menjauh kalau jauh. Akomodasi baik, bantuk simetris kiri dan kanan,

konjuntiva tidak anemis, fungsi pengelihatan baik, tanda-tanda radang tidak ada, operasi tidak

ada kacamata tidak ada, lensa kontak tidak ada.

idung : Reaksi alergi tidak ada, cara mengatasinya tidak ada, pernah mengalami flu pernah, bagaimana

frekensinya dalam setahun tidak ada, sinus tidak ada, perdarahan tidak ada.

tenggorokan : Gigi geligi lengkap, kesulitan/ gangguan bicara tidak ada, kesulitan menelan tidak ada.
ernafasan : Bentuk simetris, pergerakan simetris, pola nafas normal (16-20), nyeri tekan tidak ada,

batuk tidak ada, spatum tidak ada, fremitus normal, nyeri tidak ada, suara paru bronchial I/E 1:2

irkulasi : Capillary refilling time 2 detik, distensi vena jugularis tidak ada pembesaran, suara jantung lub-

dup, suara jantung tambahan tidak ada, nyeri dada tidak ada, edema tidak ada, palpitasi tidak ada,

baal tidak ada, perubahan warna (kulit , kuku, bibir ) tidak ada, clubbing pinger tidak ada, rasa

pusing tidak ada.

bdomen : Bentuk simetris. Hepar tidak ada, masa/ cairan tidak ada, lien tidak ada.

utrisi : Jenis diet MII, nafsu makan berkurang pasien hanya menghabiskan ½ porsi yang di sediakan,

intek cairan 2000 cc output cairan 2500 cc.

liminasi : BAB : pola rutin 1x / hari, penggunaan laxan tidak ada, colostomy tidak ada, illestomy tidak ada,

konstipasi tidak ada, diare tidak ada,.

BAK: pola rutin 3x sehari, incontinensi tidak ada, infeksi tidak ada, hematuri tidak ada, chateter

tidak ada, urin output 1000cc.

roduksi : Pola rutin, perdarahan, payudara, pemeriksaan papsmear terakhir, hasil. Keputihan, prostat,

Tidak di kaji.

eurologis : Tingkat kesadaran CM (composmentis ), orentasi baik pasien dapat mengenal orang, pola

tingkah laku baik, riwayat epilefsy / kejang/ perkinson tidak ada, reflex baik.

Muskuloskletal: Pergerakan ekstremitas kurang karna terpasang infus pada bagian tangan kiri pasien, kekuatan

otot kurang, nyeri tidak ada, kekuatan tidak ada, pola latihan gerak aktif dan pasif, pergerakan

tubuh ada, mandi ada, mengenakan pakaian ada, bersolek ada, berhajat ada, sesak nafas stelah

aktipitas tidak ada, mudah merasa kelelahan ada.

ulit : Warna sawo mateng, integritas baik, turgor baik.


X. Data Laboratorium Rutin

Darah Urin Tinja

Hb = 11,5 gr % Warana = kuning Warna = kuning

Leukosit = 8,1 / mm3 Reduksi = Negatif Konsistensi= setengah padat

LED = 35 mm / jam Protein = negative Eritrosit= 1-2 // pb

Ht = 40 % Bilerubin = negatif Leukosit = 0-1 // pb

XI. Hasil Pemeriksaan Diaknostik

 KGD : 138 mg /dl ( Normal 140 )

 EKG : Normal sinus rhy + hm

Normal EKG

 ELEKTROLIT : Natrium : 139

Kalium : 3,5

Clorida : 104

XII.Pengobatan

 Infuse Rl 20 tts/i

 Lansoprazol 2x3mg

 Grohabion 50001x1

 Diet M2

 M II

 Infus kaen 3A/3B 2Otts/i

 Ranitidin 1 amp/inj

 Ulsidex 3x1
 Metolon 3x1

 Alprazole 1x0,5g

ANALISA DATA

NO DATA INTERPRETASI DATA MASALAH


1 DS. Pasien Gangguan Rasa nyaman
mengatakan nyeri pada Gastritis

uluhati .
DO.pasien tampak Mukosa lambung teriritasi

memegangi perutnya
TD : 120/80
RR : 20X/M
TEMP: 36.5ºC nyeri

POLS : 80X/M
2 DS. Pasien mengatakan Gangguan pola nutrisi
badan lemas dan tidak
selera makan dan mual
DO. Pasien terlihat
pucat ,tidak Gastritis
menghabiskan porsi
yang disajikan
Mual dan anoreksia

DS. Pasien mengatakan


tidak tahu tentang Tidak adekuatnya kebutuhan

3 penyakit yang nutrisi Kurang pengetahuan


dialaminya
DO. Pasien sering
bertanya-tanya

Kurang informasi tantang


penyakit yang dialaminya

Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah

1. Nyeri b/d mukosa lambung teriritasi d/d nyeri

2. Pola nutrisi b/d tidak adekuatnya kebutuhan nutrisi d/d lemas ,anoreksia , mual.

3. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang penyakit d/d bertanya-tanya.


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : Tn. Z

Diagnosa Medis : Gatritis

Ruang : IV B

No.Register : ………

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan


Intervensi Rasio

I Nyari b/d mukosa Menghilangkan dan- Kaji skala nyeri (0-10). Lokasi
- Untuk menget
lambung, teriritasi d/d menurunkan nyeri atau tempat nyeri dan lamanya lokasi dan laman
memegang perut dan nyeri.
meringis - Berikan posisi yang nyaman - Agar rasa nyeri
- Kaji ulang factor yang
- Untuk mengeta
meningkatkan dan cara menurunka
menghilangkan nyeri
- Kolanborasi dalam pemberian
- Agar nyeri berk
obat. - Untuk mem
II Pola nutrisi b/d tak ada Meningkatkan masukan- Beri diet TKTP kalori dan prote
kuatnya kebutuhan nutrisi adekuat - Agar perut tida
nutrisi d/d lemas, - Beritahu makan sedikit tapi
anoreksia, mual. sering - Agar pasien
- Beri dukungan fisik dan makannya
emosional
- Kolaborasi dalam pemberian
obat

- Agar pasien
III Kurang pengetahuan b/d Pasien mengetahui- Beri penjelasan dan proses mengatasi agar
kurang informasi tentang penyakit yang perjalanan penyakit sembuh dan tida
penyakit d/d bertanya dideritanya - Agar pasien
tanya. makan yang tid
- Beri penkes diet sehat pola makan yan
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : Tn. Z

Ruang :-

Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi (SOAP)

Keperawatan

17 Februari DX : I - Mengkaji skala nyeri tempat nyeri S : Pasien mengatakn

2010 dan lamanya nyeri masih ada

- Memberikan posisi yang nyaman, O : Skala nyeri

posisi semifowler sedang (4-7)

- Mengkaji ulang factor yang A : Masalah sebagian

meningkatkan atau menghilangkan teratasi

nyeri P : lanjutkan

- Memberikan injeksi Ranitidine IV intervensi

1 ampul

- Memberikan obat oral Ulsidex 3 x

- Memberikan obat oral

Lantoprazole 2 x 3

DX II - Memberikan diet TKTP S :Pasien mengatakan

- Memberikan pasien makan sedikit tidak bisa makan dan

tapi sering mual, lemas

- Memberikan dukungan fisik O : Porsi yang di

- Memberikan infuse KA EN 3A/3B sajikan tidak habis


20 tts/I, 1 pus. setelah habis A : Masalah sebagian

diganti dengan infuse RL 20 tts/I. teratasi

- Memberikan obat oral Gronagion P : Lanjutkan

500 gram 1 x 1 intervensi

- Memberikan penjelasan tentang

DX III penyakitnya S : pasien mengatakn

- Memberikan penkes diet sehat tidak tahu tentang

penyakit yang di

alaminya

O : sering bertanya-

tanya

A : Masalah teratasi

P : Lanjutkan

intervensi
DAFTAR PUSTAKA
1. Arjatmo, Tjokro Negoro, Ph. D, Sp, dkk, (2001), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi III,
FKUI, Jakarta.
2. Arif Mansjoer, (2001), Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi III, Aesculapius, FKUI,
Jakarta.
3. Brunner & Suddarth, (1997), Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8.
4. http:///dez’s-block.com
5. http://Media-Perawat.com
Diposkan oleh sanri bontot di 03.45 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Posting Lama Beranda
Langganan: Entri (Atom)

Arsip Blog
 ▼ 2013 (2)
o ▼ Mei (2)
 BABILANDASANTEORITIS<!--[if !supportLists]-->I. ...
 BABILANDASANTEORITIS<!--[if !supportLists]-->I....

Mengenai Saya

sanri bontot
Lihat profil lengkapku
Template Awesome Inc.. Diberdayakan oleh Blogger.

Vous aimerez peut-être aussi