Vous êtes sur la page 1sur 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang didapat yaitu :
1.2.1 Bagaimanakah anatomi hidung?
1.2.2 Bagaimanakah fisiologi hidung?
1.2.3 Bagaimanakah proses dari penciuman?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang didapat dari rumusan masalah diatas, yaitu :
1.3.1 Untuk mengetahui anatomi hidung.
1.3.2 Untuk mengetahui fisiologi hidung.
1.3.3 Untuk mengetahui proses dari penciuman.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Hidung

https://www.google.nl/search?q=anatomi+hidung&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0
ahUKEwj2496KvbfQAhWIPo8KHWeGA50Q_AUICCgB&biw=1366&bih=608#imgrc=wWE6
p9AwMr8YSM%3A

Hidung merupakan organ penting yang seharusnya mendapat perhatian lebih dari biasanya
dan hidung merupakan salah satu organ pelindung tubuh terhadap lingkungan yang tidak
menguntungkan. Hidung terdiri atas hidung luar dan hidung dalam. Hidung luar menonjol pada
garis tengah diantara pipi dengan bibir atas, struktur hidung luar dapat dibedakan atas tiga bagian
yaitu: paling atas kubah tulang yang tak dapat digerakkan, dibawahnya terdapat kubah kartilago
yang sedikit dapat digerakkan dan yang paling bawah adalah lobolus hidung yang mudah
digerakkan
Bagian puncak hidung biasanya disebut apeks. Agak keatas dan belakang dari apeks
disebut batang hidung (dorsum nasi), yang berlanjut sampai kepangkal hidung dan menyatu
dengan dahi. Yang disebut kolumela membranosa mulai dari apeks, yaitu diposterior bagian
tengah pinggir dan terletak sebelah distal dari kartilago septum. Titik pertemuan kolumela
dengan bibir atas dikenal sebagai dasar hidung. Disini bagian bibir atas membentuk cekungan
dangkal memanjang dari atas kebawah yang disebut filtrum. Sebelah menyebelah kolumela
adalah nares anterior atau nostril (Lubang hidung)kanan dan kiri, sebelah latero-superior dibatasi
oleh ala nasi dan sebelah inferior oleh dasar hidung
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit,
jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan
lubang hidung. Bahagian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari os internum
disebelah anterior hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari nasofaring.
Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan kebelakang, dipisahkan oleh
septum nasi dibagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Pintu atau lubang masuk
kavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan lubang belakang disebut nares posterior
(koana)yang menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring
Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai ala nasi, tepat dibelakang nares anterior,
disebut dengan vestibulum.Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang banyak kelenjar sebasea dan
rambut-rambut panjang yang disebut dengan vibrise
Tiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding yaitu dinding medial, lateral, inferior dan
superior. Dinding medial hidung ialah septum nasi. Septum nasi ini dibentuk oleh tulang dan
tulang rawan, dinding lateral terdapat konkha superior, konkha media dan konkha inferior. Yang
terbesar dan letaknya paling bawah ialah konkha inferior, kemudian yang lebih kecil adalah
konka media, yang lebih kecil lagi konka superior, sedangkan yang terkecil ialah konka suprema
dan konka suprema biasanya rudimenter. Konka inferior merupakan tulang tersendiri yang
melekat pada os maksila dan labirin etmoid, sedangkan konka media, superior dan suprema
merupakan bagian dari labirin etmoid. Celah antara konka inferior dengan dasar hidung
dinamakan meatus inferior, berikutnya celah antara konkha media dan inferior disebut meatus
media dan sebelah atas konkha media disebut meatus superior.
Meatus medius merupakan salah satu celah yang penting dan merupakan celah yang lebih
luas dibandingkan dengan meatus superior. Disini terdapat muara dari sinus maksilla, sinus
frontal dan bahagian anterior sinus etmoid. Dibalik bagian anterior konka media yang letaknya
menggantung, pada dinding lateral terdapat celah yang berbentuk bulat sabit yang dikenal
sebagai infundibulum. Ada suatu muara atau fisura yang berbentuk bulan sabit menghubungkan
meatus medius dengan infundibulum yang dinamakan hiatus semilunaris. Dinding inferior dan
medial infundibulum membentuk tonjolan yang berbentuk seperti laci dan dikenal sebagai
prosesus unsinatus
Di bahagian atap dan lateral dari rongga hidung terdapat sinus yang terdiri atas sinus
maksilla, etmoid, frontalis dan sphenoid. Dan sinus maksilla merupakan sinus paranasal terbesar
diantara lainnya, yang berbentuk pyramid iregular dengan dasarnya menghadap ke fossa nasalis
dan puncaknya kearah apek prosesus zigomatikus os maksilla.

2.1.1 Struktur Hidung


Struktur indera penciuman / pembau terdiri dari
1) Sel-sel penyokong yang berupa sel-sel epitel.
2) Sel-sel pembau (sel olfaktori) yang berupa sel saraf sebagai reseptor
Sel-sel olfaktori sangat peka terhadap rangsangan gas kimia (kemoreseptor).
Sel-sel olfaktori memiliki tonjolan ujung dendrit berupa rambut yang terletak pada
selaput lendir hidung, sedangkan ujung yang lain berupa tonjolan akson membentuk
berkas yang disebut saraf otak I (nervus olfaktori). Saraf ini akan menembus tulang tapis
dan masuk ke dalam otak manusia.
Reseptor pembau terletak pada langit-langit rongga hidung, pada bagian yang disebut
epitelium olfaktori. Epitelium olfaktori terdiri dari sel-sel reseptor dan sel-sel penyokong. Sel
resptor olfaktoriberbentuk silindris dan mempunyai filament - filamen seperti rambut pada
permukaan bebasnya. Akson sel olfaktorius berjalan menuju bulbus olfaktorius pada sistem saraf
pusat. Sel – sel olfaktorius di dampingi oleh sel-sel penunjang yang berupa sebaris sel-sel epitel
silindris berlapis banyak semu.
Rangsang yang diterima indera penciuman tersebut berupa bau. Bau merupakan molekul
bahan kimia yang menguap dan melayang di udara.

2.1.2 Bagian–Bagian Hidung :


Hidung terdiri atas dua bagian, yaitu lubang hidung dan rongga hidung. Rongga hidung
terbentuk oleh tulang hidung dan tengkorak. Pada rongga hidung terdapat selaput lendir atau
membran mukus dan rambut halus yang disebut bulu hidung atau silia.
1) Bulu hidung dan selaput lendir berguna untuk menyaring kotoran yang masuk hidung
bersama dengan udara pernapasan. Kotoran tersebut dapat berupa debu, kuman, dan
cairan.
2) Rongga hidung (nasal cavity), berfungsi untuk mengalirkan udara dari luar ke
tenggorokan menuju paru paru. Rongga hidung ini di hubungkan dengan bagian belakang
tenggorokan. Rongga hidung di pisahkan oleh langit-langit mulut kita yang di sebut
dengan palate.
3) Mucous membrane , berfungsi mengahangatkan udara dan melembabkannya.Bagian ini
membuat mucus (lendir atau ingus) yang berguna untuk menangkap debu, bagkteri, dan
partikel-partikel kecil lainnya yang dapat merusak paru-paru.
Hidung luar berbentuk pyramid dengan bagian – bagiannya dari atas ke bawah :

 pangkal hidung (bridge)

 dorsum nasi

 puncak hidung

 ala nasi

 kolumela

 lubang hidung (nares anterior)

Hidung luar dibentuk oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk
melebarkan atau menyempitkan lubang hidung.

Kerangka tulang hidung terdiri dari:

1. tulang hidung (os nasalis)

2. prosesus frontalis os maksila

3. prosesus nasalis os frontal

Sedangkan kerangka tulang rawan yang terletak di bagian bawah hidung, yaitu:

1. Sepasang kartilago nasalis lateralis superior


2. Sepasang kartilago nasalis leteralis inferior yang disebut juga kartilago ala mayor

3. Beberapa pasang kartilago alar minor

4. Tepi anterior kartilago septum

Rongga hidung atau cavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke belakang,
dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi cavum nasi kanan dan kiri. Pintu atau
lubang masuk cavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan lubang belakang disebut nares
posterior (koana) yang menghubungkan cavum nasi dengan nasofaring.

Bagian dari cavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat di belakang nares
anterior disebut vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang mempnyai banyak kelenjar
sebasea dan rambut-rambut panjang yang disebut vibrase. Tiap cavum nasi mempunyai empat
buah dinding yaitu dinding medial, lateral, inferior, dan superior.

https://www.google.nl/search?q=anatomi+hidung&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0
ahUKEwj2496KvbfQAhWIPo8KHWeGA50Q_AUICCgB&biw=1366&bih=608#imgrc=aQCl_
Hj49cVAwM%3A

2.2 Fisiologi Hidung


Fungsi dari bagian-bagian organ hidung, antara lain :
1. Lubang hidung berfungsi untuk keluar masuknya udara.
2. Rambut hidung berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ketika bernapas.
3. Selaput lendir berfungsi tempat menempelnya kotoran dan sebagai indra pembau.
4. Serabut saraf berfungsi mendeteksi zat kimia yang ada dalam udara pernapasan.
5. Saraf pembau (silia) berfungsi mengirimkan bau-bauan yang ke otak.
6. Cavum nasi mempunyai fungsi agar tetap menyediakan saluran aliran udara
walaupun mulut terisi oleh makanan. Di dalam cavum nasi ini, udara akan
dibersihkan.Cavum nasi juga berfungsi sebagai penghangat udara.
7. Septum nasi memiliki banyak fungsi, termasuk memisahkan aliran udara nasal
menjadi dua ruang yang berbeda, menyokong dorsum nasi, dan mempertahankan
bentuk kolumela dan tip.
8. Otot-otot hidung :
a. M. Depressor Septii Nasi
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Fungsi : Menggerakkan cupping hidung dan hidungnya sendiri dan menurunkan
tip hidung dan membuka nostril pada saat inspirasi maksimal.
b. M.Dilator Nares
Persarafan : Saraf fasialis VII
Fungsi : Melebarkan hidung
c. M.Levator Labii Superior
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Fungsi : Menarik bibir atas ke lateral dan atas
d. M. Nasalis
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Fungsi : Menggerakkan cupping hidung dan hidungnya sendiri
 Pars alaris : membuka lebar lebar cuping hidung
 Pars transversa : Mengecilkan lubang hidung
e. M. Procerus
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Fungsi : Menarik turun kulit dahi dan alis mata dan mempunyai efek
memendekkan hidung

Sedangkan fungsi hidung secara umum antara lain :


1. Sebagai Jalan Nafas
Pada inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi konka
media dan kemudian turun ke bawah ke arah nasofaring, sehingga aliran udara ini
berbentuk lengkungan atau arkus. Pada ekspirasi, udara masuk melalui koana dan
kemudian mengikuti jalan yang sama seperti udara inspirasi. Akan tetapi di bagian
depan aliran udara memecah, sebagian lain kembali ke belakang membentuk
pusaran dan bergabung dengan aliran dari nasofaring.
2. Pengatur Kondisi Udara (air conditioning)
Fungsi hidung sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk mempersiapkan udara yang
akan masuk ke dalam alveolus. Fungsi ini dilakukan dengan cara :
a. Mengatur kelembaban udara. Fungsi ini dilakukan oleh palut lendir. Pada
musim panas, udara hampir jenuh oleh uap air, penguapan dari lapisan ini
sedikit, sedangkan pada musim dingin akan terjadi sebaliknya.
b. Mengatur suhu. Fungsi ini dimungkinkan karena banyaknya pembuluh darah
di bawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang luas, sehingga
radiasi dapat berlangsung secara optimal. Dengan demikian suhu udara setelah
melalui hidung kurang lebih 37o C.
3. Sebagai Penyaring dan Pelindung
Fungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri dan
dilakukan oleh :
a. Rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi
b. Silia
c. Palut lendir (mucous blanket). Debu dan bakteri akan melekat pada palut lendir
dan partikel – partikel yang besar akan dikeluarkan dengan refleks bersin. Palut
lendir ini akan dialirkan ke nasofaring oleh gerakan silia.
d. Enzim yang dapat menghancurkan beberapa jenis bakteri, disebut lysozime.
4. Indra Pembau
Hidung juga bekerja sebagai indra pembau dengan adanya mukosa olfaktorius pada
atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum. Partikel bau
dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir atau bila menarik
nafas dengan kuat.
5. Resonansi Suara
Penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. Sumbatan hidung akan
menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga terdengar suara sengau.
6. Proses Bicara
Membantu proses pembentukan kata dengan konsonan nasal (m,n,ng) dimana rongga
mulut tertutup dan rongga hidung terbuka, palatum molle turun untuk aliran udara.
7. Refleks Nasal
Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran
cerna, kardiovaskuler dan pernafasan. Contoh : iritasi mukosa hidung menyebabkan
refleks bersin dan nafas terhenti. Rangsang bau tertentu menyebabkan sekresi
kelenjar liur, lambung dan pankreas.

2.3 Proses Penciuman


Di dalam hidung terdapat selaput lendir yang mengandung sel-sel pembau. Bau yang
masuk ke dalam rongga dada akan merangsang saraf kranial (nervus olfactorius) dari bulbus
olfaktorius. Kemudian indra bau bergerak melalui tractus olfactorius dengan perantaraan
stasiun penghubung hingga sampai daerah penerima akhir dalam pusat olfactory pada lobus
temporalis di otak besar dimana perasaan tersebut ditafsirkan atau diintepretasikan. Berikut
mekanisme penciuman pada hidung :
Impuls bau – selaput lendir – rambut halus (slia) - saraf pembau (nervus olfaktorius) - otak besar –
membau (mencium aroma).

BAB III

PENUTUP
3.1 Simpulan

Hidung adalah organ sederhana yang sebenarnya berfungsi sangat vital dalam
kehidupan kita. Selain sebagai indera penciuman atau pembau, hidung juga ternyata
berguna sebagai saringan (filter) terhadap debu yang masuk bersama udara yang kita
hirup. Adapun fisiologi dari hidung yaitu, lubang hidung, rambut hidung, selaput lender,
serabut saraf, saraf pembau (silia), cavum nasi, septum nasi, otot-otot hidung. Selain itu
fisiologi hidung secara umum yaitu, sebagai jalan nafas, pengatur kondisi udara, sebagai
penyaring dan pelindung, indera pembau, resonansi suara, proses bicara dan reflex nasal.
Proses penciuman di dalam hidung terdapat selaput lendir yang mengandung sel-
sel pembau. Bau yang masuk kedalam rongga dada akan merangsang saraf kranial
(nervus olfactorius ) dari bulbus olfaktorius. Kemudian indra bau bergerak melalui
tractus olfactorius dengan perantaraan stasiun penghubung hingga sampai daerah
penerima akhir dalam pusat olfactory pada lobus temporalis di otak besar dimana
perasaan tersebut ditafsirkan/di intepretasikan.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.slideshare.net/Kampus-Sakinah/fisiologi-hidung-28268862

Anatomi Fisiologi untuk keperawatan dan kebidanan edisi 4


http://www.infokedokteran.com/arsip/anatomi-dan-fisiologi-hidung.html

Vous aimerez peut-être aussi