Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang didapat dari rumusan masalah diatas, yaitu :
1.3.1 Untuk mengetahui anatomi hidung.
1.3.2 Untuk mengetahui fisiologi hidung.
1.3.3 Untuk mengetahui proses dari penciuman.
BAB II
PEMBAHASAN
https://www.google.nl/search?q=anatomi+hidung&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0
ahUKEwj2496KvbfQAhWIPo8KHWeGA50Q_AUICCgB&biw=1366&bih=608#imgrc=wWE6
p9AwMr8YSM%3A
Hidung merupakan organ penting yang seharusnya mendapat perhatian lebih dari biasanya
dan hidung merupakan salah satu organ pelindung tubuh terhadap lingkungan yang tidak
menguntungkan. Hidung terdiri atas hidung luar dan hidung dalam. Hidung luar menonjol pada
garis tengah diantara pipi dengan bibir atas, struktur hidung luar dapat dibedakan atas tiga bagian
yaitu: paling atas kubah tulang yang tak dapat digerakkan, dibawahnya terdapat kubah kartilago
yang sedikit dapat digerakkan dan yang paling bawah adalah lobolus hidung yang mudah
digerakkan
Bagian puncak hidung biasanya disebut apeks. Agak keatas dan belakang dari apeks
disebut batang hidung (dorsum nasi), yang berlanjut sampai kepangkal hidung dan menyatu
dengan dahi. Yang disebut kolumela membranosa mulai dari apeks, yaitu diposterior bagian
tengah pinggir dan terletak sebelah distal dari kartilago septum. Titik pertemuan kolumela
dengan bibir atas dikenal sebagai dasar hidung. Disini bagian bibir atas membentuk cekungan
dangkal memanjang dari atas kebawah yang disebut filtrum. Sebelah menyebelah kolumela
adalah nares anterior atau nostril (Lubang hidung)kanan dan kiri, sebelah latero-superior dibatasi
oleh ala nasi dan sebelah inferior oleh dasar hidung
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit,
jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan
lubang hidung. Bahagian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari os internum
disebelah anterior hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari nasofaring.
Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan kebelakang, dipisahkan oleh
septum nasi dibagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Pintu atau lubang masuk
kavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan lubang belakang disebut nares posterior
(koana)yang menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring
Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai ala nasi, tepat dibelakang nares anterior,
disebut dengan vestibulum.Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang banyak kelenjar sebasea dan
rambut-rambut panjang yang disebut dengan vibrise
Tiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding yaitu dinding medial, lateral, inferior dan
superior. Dinding medial hidung ialah septum nasi. Septum nasi ini dibentuk oleh tulang dan
tulang rawan, dinding lateral terdapat konkha superior, konkha media dan konkha inferior. Yang
terbesar dan letaknya paling bawah ialah konkha inferior, kemudian yang lebih kecil adalah
konka media, yang lebih kecil lagi konka superior, sedangkan yang terkecil ialah konka suprema
dan konka suprema biasanya rudimenter. Konka inferior merupakan tulang tersendiri yang
melekat pada os maksila dan labirin etmoid, sedangkan konka media, superior dan suprema
merupakan bagian dari labirin etmoid. Celah antara konka inferior dengan dasar hidung
dinamakan meatus inferior, berikutnya celah antara konkha media dan inferior disebut meatus
media dan sebelah atas konkha media disebut meatus superior.
Meatus medius merupakan salah satu celah yang penting dan merupakan celah yang lebih
luas dibandingkan dengan meatus superior. Disini terdapat muara dari sinus maksilla, sinus
frontal dan bahagian anterior sinus etmoid. Dibalik bagian anterior konka media yang letaknya
menggantung, pada dinding lateral terdapat celah yang berbentuk bulat sabit yang dikenal
sebagai infundibulum. Ada suatu muara atau fisura yang berbentuk bulan sabit menghubungkan
meatus medius dengan infundibulum yang dinamakan hiatus semilunaris. Dinding inferior dan
medial infundibulum membentuk tonjolan yang berbentuk seperti laci dan dikenal sebagai
prosesus unsinatus
Di bahagian atap dan lateral dari rongga hidung terdapat sinus yang terdiri atas sinus
maksilla, etmoid, frontalis dan sphenoid. Dan sinus maksilla merupakan sinus paranasal terbesar
diantara lainnya, yang berbentuk pyramid iregular dengan dasarnya menghadap ke fossa nasalis
dan puncaknya kearah apek prosesus zigomatikus os maksilla.
dorsum nasi
puncak hidung
ala nasi
kolumela
Hidung luar dibentuk oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk
melebarkan atau menyempitkan lubang hidung.
Sedangkan kerangka tulang rawan yang terletak di bagian bawah hidung, yaitu:
Rongga hidung atau cavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke belakang,
dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi cavum nasi kanan dan kiri. Pintu atau
lubang masuk cavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan lubang belakang disebut nares
posterior (koana) yang menghubungkan cavum nasi dengan nasofaring.
Bagian dari cavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat di belakang nares
anterior disebut vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang mempnyai banyak kelenjar
sebasea dan rambut-rambut panjang yang disebut vibrase. Tiap cavum nasi mempunyai empat
buah dinding yaitu dinding medial, lateral, inferior, dan superior.
https://www.google.nl/search?q=anatomi+hidung&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0
ahUKEwj2496KvbfQAhWIPo8KHWeGA50Q_AUICCgB&biw=1366&bih=608#imgrc=aQCl_
Hj49cVAwM%3A
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Hidung adalah organ sederhana yang sebenarnya berfungsi sangat vital dalam
kehidupan kita. Selain sebagai indera penciuman atau pembau, hidung juga ternyata
berguna sebagai saringan (filter) terhadap debu yang masuk bersama udara yang kita
hirup. Adapun fisiologi dari hidung yaitu, lubang hidung, rambut hidung, selaput lender,
serabut saraf, saraf pembau (silia), cavum nasi, septum nasi, otot-otot hidung. Selain itu
fisiologi hidung secara umum yaitu, sebagai jalan nafas, pengatur kondisi udara, sebagai
penyaring dan pelindung, indera pembau, resonansi suara, proses bicara dan reflex nasal.
Proses penciuman di dalam hidung terdapat selaput lendir yang mengandung sel-
sel pembau. Bau yang masuk kedalam rongga dada akan merangsang saraf kranial
(nervus olfactorius ) dari bulbus olfaktorius. Kemudian indra bau bergerak melalui
tractus olfactorius dengan perantaraan stasiun penghubung hingga sampai daerah
penerima akhir dalam pusat olfactory pada lobus temporalis di otak besar dimana
perasaan tersebut ditafsirkan/di intepretasikan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/Kampus-Sakinah/fisiologi-hidung-28268862