Vous êtes sur la page 1sur 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Bp.

R
DENGAN MASALAH KESEHATAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN
ATAS (ISPA) PADA An. I DI DUSUN V DESA BUKIT PENINJAUAN I
KECAMATAN SUKARAJA KABUPATEN SELUMA BENGKULU

A. Pengkajian

Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 02 Mei 2017 pukul 15.30 WIB di
rumah keluarga Bp. R dengan Di Desa Bukit Peninjauan I Kecamatan Sukaraja
Kabupaten Seluma. Dari hasil wawancara diperoleh data identitas klien adalah
sebagai berikut :
1. Data Umum
a. Identitas Kepala Keluarga
Nama Kepala Keluarga : Bp. R
Umur : 43 Tahun
Pekerjaan : Pembuat tempe dan pedagang
Pendidikan : SD
Alamat : Dusun 5 Desa Bukit Peninjauan I Kecamatan
Sukaraja Kabupaten Seluma
b. Komposisi Anggota Keluarga
Jenis Hub dg TTL /
No Nama Pendidikan Pekerjaan Keterangan
Kelamin KK Umur
1. Bp. R Laki-laki Suami/KK 43 SD Wiraswasta Sehat
tahun

2. Ibu. S Perempuan Isteri 37 SD IRT Sehat


tahun
3. Anak Laki-laki Anak 13 SD Pelajar Sehat
A tahun
4. Anak Perempuan Anak 2,5 Belum - Sakit
I tahun sekolah

1
c. Genogram

Keterangan :

: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal Dunia
------ : Tinggal Serumah
: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan
: Klien

d. Tipe Keluarga
Keluarga Bp.R adalah tipe keluarga inti (nuclear family), yaitu ayah, ibu dan
anak.
e. Suku
Keluarga Bp.R adalah suku Jawa, bahasa yang digunakan bahasa
Indonesia, kadang-kadang bahasa Jawa, karena memang berasal dari Jawa
Timur. Isterinya (Ibu S) juga dari suku yang sama (Jawa Tengah). Bp R dan
Ibu S mempunyai pola makan yang biasa ada di daerah Jawa, yaitu lauk
pauk dan sayur. Bp R dan ibu S jarang mengikuti kerja bakti dan pengajian,
karena capek setelah seharian bekerja membuat tempe dan berjualan di
pasar. Kebiasaan dalam keluarga apabila ada yang sakit, maka berusaha

2
mengobatinya sendiri dengan obat tradisional dan sangat jarang dibawa ke
pusat pelayanan kesehatan, misalnya kalau anaknya batuk pilek
f. Agama
Keluarga menganut agama Islam dan menjalankan kewajiban sholat
lima waktu, kadang-kadang mereka sholat berjamaah Semua aktifitas yang
dilakukan tidak boleh bertentangan dengan ajaran agama Islam.
g. Status Sosial Ekonomi Kluarga
Ibu R mengatakan penghasilan suaminya ± Rp.1.5s00.000,- dan cukup
untuk keperluan sehari-hari, meskipun kadang-kadang dirasa kurang cukup.
Keluarga tidak mempunyai tabungan, khususnya untuk kesehatan. Bila
kekurangan keluarga biasanya meminjam kepada keluarga. Barang yang
dimiliki keluarga di rumah seperti setrika, televisi 21 inchi, dan sepeda
motor lama.
h. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Keluarga tidak mempunyai kebiasaan rutin untuk berekreasi keluarga,
biasanya hanya menonton televisi sambil bercerita. Untuk saling kunjungan
ke keluargapun jarang dilakukan, kecuali bila ada acara penting.
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga dengan anak usia sekolah dengan tugas perkembangan keluarga :
1) Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi di
sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya. Ibu S
mengatakan bahwa anaknya yang pertama telah beranjak remaja dan
lebih sering bermain dan bergaul bersama teman-teman sebayanya.
2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
Mempertahankan hubungan perkawinan yang bahagia merupakan tugas
keluarga yang signifikan. Bp. R mengatakan bahwa dahulu di awal
menjalani biduk rumah tangga memiliki kebiasaan yang kurang baik,
yaitu minum-minum dan berjudi, tidak memperdulikan istri dan anak-

3
anaknya. Namun sekarang Bp. R telah menyadari kesalahannya dan
berusaha untuk berubah dan memberikan yang terbaik buat keluarganya.
Komunikasi antara suami-istri tidak ada masalah. Hubungan dalam
keluarga baik.
3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga. Keluarga Bp. R
memiliki kartu BPJS dari pemerintah yang bisa digunakan jika sewaktu-
waktu ada anggota keluarga sakit dan harus dibawa ke pelayanan
kesehatan.
b. Tahap Perkembangan dalam Keluarga yang Belum Terpenuhi
Keluarga telah memenuhi setiap tahap perkembangan dalam keluarganya.
c. Riwayat Keluarga Inti
Bp. R dan ibu S mengatakan telah menikah selama 15 tahun. Mereka
bertemu saat sama-sama berjualan di pasar. Ibu S adalah pilihan sendiri Bp.
R dan tidak dijodohkan serta disetujui oleh orang tua dan akhirnya menikah.
d. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Riwayat orang tua dari pihak suami/isteri tidak mempunyai kebiasaan kawin
cerai, pemabuk, ataupun berjudi. Orang tua dari kedua belah pihak
meninggal dunia karena sakit tua.
3. Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Rumah Bp. R merupakan jenis rumah permanen dan dapurnya belum
permanen. Luas bangunan ± 45 m², status rumah milik pribadi, atap rumah
dari seng, ventilasi rumah ada, cukup cahaya yang masuk ke dalam rumah,
penerangan listrik, lantai semen, jendela jarang sekali dibuka, luas jendela >
10 %, sirkulasi udara diperoleh dari pintu depan, belakang dan ventilasi
udara yang terletak di atas jendela. Kondisi rumah kurang bersih dan rapi,
baju bersih maupun baju kotor berserakan di mana-mana.
Rumah Bp. R terdiri dari ruang tamu, 2 buah kamar tidur dan ruang
keluarga, kamar mandi/WC. Kamar mandi terletak di ruangan dapur yang

4
masih berdinding papan dan berlantai tanah. Jarak dari septic tank > 10
meter. Kondisi WC bersih dengan model WC leher angsa. Sistem
pembuangan air limbah keluarga menggunakan got terbuka yang mengalir
lancar ke rawa belakang rumah. Keluarga mempunyai halaman rumah, yang
dimanfaatkan sebagai kebun (menanam sayur-sayuran). Sampah keluarga
dibuang di belakang rumah kemudian dibakar dengan jarak > 5 meter
dengan kondisi terpelihara. Tempat pembuangan sampah sementara di dalam
rumah menggunakan ember bekas dalam kondisi terbuka.
Sumber air untuk memasak, minum dan keperluan sehari-hari lainya
seperti mandi, mencuci baju dan mencuci perabot keluarga diperoleh dari air
sumur dengan kondisi bersih, tidak berasa dan tidak berbau. Sistem
pengolahan air minum dengan dimasak. Tempat penampungan air sementara
adalah bak dan ember/baskom tanpa tutup, dikuras < 1 minggu.
Denah Rumah

Kamar Tidur Ruang Tengah Dapur

Kamar
Mandi
Teras Ruang Tamu Kamar tidur

b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW


Dusun V desa Bukit Peninjauan I berpenduduk cukup padat, khusus
tetangga Bp. R sebagian besar pembuat tahu-tempe, walaupun ada yang
bekerja sebagai pegawai dan buruh. Mayoritas tetangga Bp. R bersuku Jawa.
Kehidupan antar tetangga terjalin akrab dan saling mengunjungi.

5
c. Mobilitas Geografi Keluarga
Keluarga Bp. R pada awal menikah pernah tinggal di rumah kontrakan,
dan karena menekuni usaha pembuat tempe dan berdagang tahu-tempe di
pasar juga berdagang keliling, akhirnya membeli tanah dan membangun
rumah tersebut sampai mempunyai anak kedua. Rumah Bp. R sekitar 3-4 km
dari jalan raya lintas selatan, jenis kendaraan yang dipakai biasanya motor.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
Bp. R tidak aktif untuk kegiatan di wilayahnya karena membuat tempe,
bekerja berdagang di pasar juga keliling yang kadang-kadang sampai larut
malam baru pulang, dan Ibu S selain mengurus rumah tangga juga
membantu pekerjaan suami membuat tempe serta berjualan mainan di depan
rumahnya.
e. Sistem Pendukung Keluarga
Keluarga Bp. R tinggal jauh dari rumah orang tuanya dan saudara-
saudaranya, namun walaupun jauh tapi keluarganya saling membantu
apabila ada kebutuhan yang mendesak.
4. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga
Dalam keluarga saling terbuka satu sama lain. Dalam keluarga Bp. R,
apabila ada masalah didiskusikan bersama Ibu S, dan terkadang minta
nasihat dari orang tua dan saudara-saudaranya. Dalam keluarga bebas
menyatakan keputusan, dan pernyataan keputusan adalah Bp. R sebagai
kepala keluarga dengan cara diskusi.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Keluarga Bp. R saling menghargai satu sama lain dan saling
mendukung. Bp. R dan Ibu S mampu untuk merawat diri sendiri, karena
kondisi tubuh mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Apabila ada
masalah ibu S diskusi dengan suami dan juga minta nasihat kepada orang
tua.

6
c. Struktur Peran
Bp. R adalah kepala keluarga dan bekerja membuat tempe sore hari
dan menjualnya keesokan harinya. Sejak pagi sampai malam hari untuk
mencari nafkah, dan apabila ada di rumah turut membantu mengasuh kedua
anaknya.
Ibu S adalah seorang ibu rumah tangga yang merawat kedua anaknya
dan kadang-kadang membantu suami dengan berjualan mainan di depan
rumahnya. Dalam melakukan peran masing-masing tidak ada masalah.
d. Nilai dan norma Budaya
Keluarga Bp. R menerapkan aturan-aturan sesuai dengan ajaran islam
dan mengharapkan kedua anaknya nanti menjadi anak yang taat dalam
menjalankan agama. Dalam keluarga diterapkan hidup bersih seperti
mencuci tangan sebelum makan.
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Semua keluarga Bp. R saling menyayangi satu sama lain, tempat
tinggal saudara walau berjauhan tetapi saling mendukung dan saling
membantu bila ada kesusahan.. Apabila ada yang menderita sakit mereka
saling membantu. Apabila terjadi kesusahan, keluarga pun memberi bantuan
berupa pinjaman dana.
b. Fungsi Sosialisasi
Keluarga Bp. R menekankan perlunya berhubungan dengan orang lain,
mereka membiasakan anak-anak mereka bermain dengan temannya.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
Ibu S mengatakan anak I sering batuk pilek. Untuk keadaan saat ini
batuk pilek terjadi selama satu minggu, ibu S mengatakan anak I tidak panas
sehingga ibu I merasa tenang dan tidak perlu berobat. Karena sudah sering
batuk pilek ibu mengaku sudah terbiasa dengan kondisi tersebut.
Menurutnya, anak I batuk pilek karena lagi musimnya, karena cuaca.

7
Apabila demam biasanya dikompres dan bila kondisi panas baru ibu S
membeli obat panas di warung. Ibu mengatakan pernah disarankan oleh
tetangganya untuk diberikan perasan wortel yang diparut dan kemudian
diminumkan kepada anaknya dan hal ini dilakukan pada anaknya, mengenai
ukuran pemberian ibu lupa. Tetapi biasanya didiamkan saja dan biasanya
dapat sembuh dengan sendirinya. Ibu mengatakan anak I juga sering suka
minum es, minum minuman kemasan seribuan, jajan chiki-chiki. Bapak R
mempunyai kebiasaan merokok.
6. Stress Dan Koping Keluarga
a. Stressor Jangka Pendek
Ibu S mengatakan ingin berusaha sendiri tanpa merepotkan orang tua
dan saudara yang lain.
b. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Masalah
Jika ada masalah dalam keluarga biasanya didiskusikan bersama
suami. Apabila perlu nasihat biasanya keluarga Bp. R minta nasihat orang
tua dan saudara-saudaranya.
c. Strategi Koping Yang Digunakan
Keluarga mengatakan jika ada masalah selalu mendiskusikan dalam
keluarga sehingga masukan dari keluarga (terutama orang tua) dapat
membantu menyelesaikan masalahnya.
d. Strategi Adaptasi Disfungsional
Dari hasil pengkajian tidak didapatkan adanya cara-cara keluarga
mengatasi masalah secara maladaptive.
7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Anak I Anak A Ibu S Bapak R

 Kepala Rambut : hitam, Rambut : hitam, Rambut : hitam, Rambut : hitam,


bersih, tidak ada bersih, tidak ada bersih, tidak ada bersih
benjolan benjolan benjolan
 Tanda2 vital N : 108 x/menit N : 88 x/menit TD : 120/80 mmHg TD : 120/70 mmHg
Rr : 30 x/menit Rr : 24 x/menit N : 84x/menit N : 80 x/menit
Sh : 37,2 0C Sh : 36 0 C RR : 20x/menit RR : 24 x/menit

8
Suhu : 36,5 0C Suhu : 36 0C
 BB, TB BB : 12 kg BB : 34 kg BB : 68 kg BB :60 kg
TB : 97 cm TB : 145 cm TB : 158 cm TB : 160 cm
 Mata Tidak anemis, Tidak anemis, Tidak anemis Tidak anemis
tidak ada sekret tidak ada secret
 Hidung Ada sekret, Tidak bersekret Tidak bersekret Tidak bersekret
warna kuning
kental
 Mulut Mukosa lembab, Mukosa lembab, Mukosa lembab Mukosa lembab
tidak ada tidak ada
stomatitis stomatitis
 Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
benjolan, tidak benjolan, tidak benjolan,tidak ada benjolan, tidak
ada pembesaran ada pembesaran pembesaran ada pembesaran
kelenjar limfe kelenjar limfe. kelenjar limfe kelenjar limfe
 Dada Bentuk simetris, Bentuk simetris, Bentuk simetris, Bentuk simetris,
bunyi jantung bunyi jantung bunyi jantung bunyi jantung
reguler & paru reguler & paru reguler & paru reguler & paru
vesikuler. vesikuler. vesikuler. vesikuler.
 Abdomen Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk
datar/supel, tidak datar/supel, datar/supel, tidak datar/supel, tidak
ada benjolan, tidak ada ada benjolan, ada benjolan,
bising usus (+), benjolan, bising bising usus (+), bising usus (+),
nyeri tekan tidak usus (+), nyeri nyeri tekan tidak nyeri tekan tidak
ada. tekan tidak ada. ada. ada.
 Tangan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembengkakan & pembengkakan pembengkakan & pembengkakan &
kelainan, & kelainan, kelainan, kelainan,
kekakuan otot 5, kekakuan otot 5, kekakuan otot 5, kekakuan otot 5,
ROM aktif, turgor ROM aktif, ROM aktif, turgor ROM aktif, turgor
baik. turgor baik baik baik
 Kaki Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembengkakan & pembengkakan pembengkakan & pembengkakan &
kelainan, & kelainan, kelainan, kelainan,
kekakuan otot 5, kekakuan otot 5, kekakuan otot 5, kekakuan otot 5,
ROM aktif, turgor ROM aktif, ROM aktif, turgor ROM aktif, turgor
baik turgor baik baik baik
 Genetalia Tidak dikaji Tidak dikaji Tidak dikaji Tidak dikaji

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, dapat disimpulkan adanya secret


berwarna kuning dari hidung.
8. Harapan Keluarga
Keluarga menyatakan merasa senang dengan kehadiran perawat dan
berharap dapat membantu keluarga mencegah penyakit pada keluarga.

9
ANALISA DATA

DIAGNOSA
NO DATA
KEPERAWATAN
1. DS :
 Ibu S mengatakan anak I sering batuk pilek Ketidak efektifan bersihan
 Batuk pilek saat ini terjadi selama 1 minggu jalan nafas pada keluarga
 Ibu S mengatakan anak I tidak demam Bapak R, khususnya anak
sehingga merasa tenang dan tidak perlu I berhubungan dengan
berobat ketidakmampuan keluarga
 Ibu S mengatakan apabila anak I batuk pilek merawat anggota keluarga
tanpa demam biasanya didiamkan saja dan dengan ISPA
biasanya dapat sembuh sendiri
 Ibu S menanyakan anaknya mengapa sering
batuk pilek
 Ibu S mengatakan pernah memberikan perasan
wortel kepada anaknya apabila batuk pilek,
diberikan dengan cara diminumkan, ukuran
pemberian ibu S lupa
 Ibu mengatakan anak I suka sekali minum es
dan jajan chiki-chiki

DO :
 Tanda-tanda vital :
N : 108 x/menit
Rr : 30 x/menit
Sh : 37,2 0C
 Hidung : ada secret, warna kuning kental

2. DS : Kondisi lingkungan yang


 Ibu S mengatakan memasak masih kurang sehat
menggunakan kayu bakar
 Ibu S mengatakan bahwa membuang sampah
di belakang rumah dengan cara dibakar
 Bapak R mengatakan bahwa dirinya
mempunyai kebiasaan merokok
 Ibu S mengatakan bahwa tidak memiliki
tempat penampungan air sementara
 Ibu mengatakan bahwa tempat sampah
sementara di dalam rumah menggunakan
ember dengan kondisi terbuka

10
DO :
 Bapak R merupakan perokok aktif
 An I sering menderita batuk pilek
 Cara pengolahan sampah dengan dibakar
 Ibu S memasak dengan menggunakan kayu
bakar
 Tempat penampungan air sementara
menggunakan baskom dan ember tanpa tutup
 Tempat pembuangan sampah sementara di
dalam rumah dengan menggunakan ember
bekas dengan kondisi terbuka
 Jendela jarang sekali dibuka, luas jendela > 10
%, sirkulasi udara diperoleh dari pintu depan,
belakang dan ventilasi udara yang terletak di
atas jendela.
 Kondisi rumah kurang bersih dan rapi, baju
bersih maupun baju kotor berserakan di mana-
mana
 Lantai dapur masih terbuat dari tanah
 Pendidikan KK hanya tamat sekolah dasar.

PENAPISAN MASALAH
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada keluarga Bapak R, khususnya anak I
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
ISPA

NO KRITERIA BOBOT SKORE PEMBENARAN


1. Sifat masalah : 1 3/3 x 1 = 1 Masalah batuk pilek pada
aktual anak I sudah sering terjadi
2. Kemungkinan 2 2/2x2 = 2 Masalah ini dapat diubah
diubah: dengan mudah, dilihat dari
mudah sumber daya, dana yang
menunjang, orang tua
bekerja, dan jarak ke
puskesmas dekat, biaya
berobat terjangkau/ada kartu
BPJS.
3. Potensi dicegah: 2/3 2/3x1= 2/3 Masalah ini dapat dicegah
cukup dengan tindakan
keperawatan; penyuluhan

11
cara merawat anggota
keluarga yang sakit, namun
dipengaruhi juga dengan
daya tahan tubuh anak dan
makanan yang bergizi
4. Menonjolnya ½ 2/2x1 = 1 Menurut ibu anaknya sudah
masalah: sering batuk pilek, jadi
ada masalah,tetapi apabila anak I sakit batuk
tidak perlu segera pilek merupakan hal biasa
ditangani dan tidak perlu segera
ditangani.
JUMLAH 5 4 2/3

2. Kondisi lingkungan yang kurang sehat berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga


mengambil keputusan mengenai resiko terjadinya penyakit akibat lingkungan yang
kurang sehat.
NO KRITERIA BOBOT SKORE PEMBENARAN
1. Sifat masalah : 2/3 2/3 x 1= 2/3 Lingkungan yang tidak
Ancaman kesehatan sehat dapat menyebabkan
resiko terjadinya penyakit.
2. Kemungkinan 1 1/2 x 2 = 1 Penyebab kondisi
diubah: lingkungan yang tidak sehat
Hanya sebagian adalah ketidaktahuan
keluarga mengenai resiko
penyakit yang akan terjadi
akibat keadaan tersebut,
yaitu orang tua hanya
berpendidikan SD.
3. Potensi dicegah: 2/3 2/3x1= 2/3 Keluarga tidak mengetahui
Cukup dampak dari lingkungan
yang kurang sehat. Masalah
ini dapat dicegah dengan
tindakan keperawatan;
penyuluhan tentang
kesehatan lingkungan dan
dampak dari lingkungan
yang tidak sehat.
4. Menonjolnya 0 0/2x1 = 0 Keluarga tidak merasakan
masalah: adanya masalah akibat
Masalah tidak kondisi lingkungan yang
dirasakan kurang sehat, menurutnya

12
penyakit ISPA disebabkan
karena cuaca.
JUMLAH 2 1/3 2 1/3

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada keluarga Bapak R, khususnya anak I
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
ISPA.
2. Kondisi lingkungan yang kurang sehat berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga
mengambil keputusan mengenai resiko terjadinya penyakit akibat lingkungan yang
kurang sehat.

13
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Bp. R
DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)
PADA An. I DI DUSUN V DESA BUKIT PENINJAUAN I
KECAMATAN SUKARAJA KABUPATEN SELUMA BENGKULU

DISUSUN OLEH :
SRI WAHYUTI, S. Kep
NPM 1614901043

PROGRAM STUDY PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2016/2017

14
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)

DISUSUN OLEH :
SRI WAHYUTI, S. Kep
NPM 1614901043

PROGRAM STUDY PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2016/2017

15
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Sasaran : Keluarga Bp. R

Tema : Penanganan ISPA

Hari, Tanggal : Selasa, 09 Mei 2017

Waktu : 13.00 WIB - 13.30 WIB

Kunjungan Ke : III

A. Latar Belakang
Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 02 Mei 2017 pada keluarga Bp. R di Dusun V
Desa Bukit Peninjauan I Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma, ternyata diketahui
bahwa An. I menderita ISPA, dan Ibu S tidak mengetahui bagaimana mengatasi
ISPA pada An. I, oleh karena itu pendidikan kesehatan kepada keluarga Bp. R
mengenai bagimana penanganan ISPA pada Anak dan pembuatan obat tradisional
untuk batuk (Jeruk-Kecap).

B. Tujuan Utama
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan keluarga Bp. R dapat melakukan perawatan
ISPA pada An. I cara pembuatan obat tradisional untuk batuk (Jeruk-Kecap).

C. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 30 menit keluarga Bp. R dapat
menjelaskan kembali tentang: pengertian ISPA, tanda dan gejala, serta demonstrasi
cara pembuatan obat tradisional untuk batuk (Jeruk-Kecap).

16
D. Tahap Kegiatan
Tahap dan Waktu Kegiatan Perawat Kegiatan Keluarga
Pendahuluan 1. Mengucapkan salam perkenalan 1. Menjawab salam
(10 menit) kepada keluarga Bp. R
2. Mengingatkan kontrak yang telah 2. Memberikan Respons
disepakati
3. Menanyakan kesiapan keluarga 3. Menjawab tentang
untuk kontrak saat ini kesepian
4. Menginformasikan tujuan yang 4. Memperhatikan
hendak dicapai dalam kunjungan
saat ini
Pelaksanaan 1. Menjelaskan tentang lingkungan 1. Memperhatikan
(20 menit) rumah yang sehat dan memenuhi
syarat kesehatan
2. Memberi penguatan terhadap 2. Memperhatikan
respons yang telah dilakukan
keluarga
3. Menjelaskan tentang pengertian 3. Memperhatikan
ISPA
4. Memberi kesempatan keluarga 4. Bertanya
bertanya terhadap penjelasan yang
telah dilakukan perawat
5. Memberi penguatan terhadap 5. Memperhatikan
respons yang telah dilakukan
keluarga
Penutup 1. Memberi kesimpulan dengan 1. Membuat kesimpulan
(10 menit) keluarga materi pendidikan bersama keluarga
kesehatan yang telah didiskusikan
2. Memberkan informasi cara dan 2. Memperhatikan
tempat memperoleh informasi
lanjutan yang berhubungan dengan
materi pendidikan kesehatan
3. Membuat kontak yang akan datang 3. Mengungkapkan tentang
untuk kunjungan ke- 4 kontrak akan datang dan
menyatakan
kesanggupan

17
E. Materi
1. Pengertian ISPA
2. Penyebab ISPA
3. Tanda dan Gejala
4. Penatalaksanaan ISPA
5. Cara Pembuatan obat tradisional untuk ISPA (Jeruk-Kecap)

F. Media
1. Tanya jawab
2. Diskusi
3. Leaflet

18
A. Latar belakang
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena
menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4
kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap
tahunnya, 40 % -60 % dari kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit ISPA.
Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % -30 %.
Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur
kurang dari 2 bulan .
Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984,
dengan tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
khususnya pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA, namun
kelihatannya angka kesakitan dan kematian tersebut masih tetap tinggi seperti yang
telah dilaporkan berdasarkan penelitian yang telah disebutkan di atas.

B. Definisi ISPA
ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang
benar ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA
meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari.
Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai
gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga
tengah dan selaput paru.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti
batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian
anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik
dapat mengakibat kematian.

19
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan
yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran pernapasannya.
Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak
kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan
lingkungan yang tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena
meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar
karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau
berlebihannya pemakaian antibiotik.

C. Tanda-tanda bahaya
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-
keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-
gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan
kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan
pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian
mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi
lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh
dalam kegagalan pernapasan. Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-
tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris.
Tanda-tanda klinis :
 Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi
dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang,
grunting expiratoir dan wheezing.
 Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardia, hypertensi, hypotensi dan
cardiac arrest.
 Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,
papil bendung, kejang dan coma.
 Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.

20
D. Penatalaksanaan ISPA
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar
pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan
antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat
batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula
petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan
penunjang yang penting bagi pederita ISPA. Penatalaksanaan ISPA meliputi
langkah atau tindakan sebagai berikut :
1. Klasifikasi ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
 Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam (chest indrawing).
 Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
 Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada ke dalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
2. Pengobatan
 Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,
oksigendan sebagainya.
 Pneumonia : diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak
mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontImoksasol
keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu
ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
 Bukan pneumonia : tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di
rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk
lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti
kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat
penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila
pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai

21
pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang
tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin)
selama 10 hari.
3. Perawatan dirumah
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang
menderita ISPA.
 Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi dengan
memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan
demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk
waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya,
kemudian digerus dan diminumkan.
Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada
air (tidak perlu air es).
 Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional
yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok
teh , diberikan tiga kali sehari.
 Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang
yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada
bayi yang menyusu tetap diteruskan.
 Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih
banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan
cairan akan menambah parah sakit yang diderita.
 Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal
dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung

22
yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi
yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang
berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah
keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau
petugas kesehatan. Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain
tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan
benar selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik,
usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk
pemeriksaan ulang.
4. Pencegahan dan Pemberantasan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
 Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
 Immunisasi.
 Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.
 Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
Pemberantasan yang dilakukan adalah :
 Penyuluhan kesehatan yang terutama di tujukan pada para ibu.
 Pengelolaan kasus yang disempurnakan.
 Immunisasi.
5. Kesimpulan
Penyakit ISPA adalah salah satu penyakit yang banyak diderita bayi dan
anak-anak, penyebab kematian dari ISPA yang terbanyak karena pneumonia.
Klasifikasi penyakit ISPA tergantung kepada pemeriksaan dan tanda-tanda
bahaya yang diperlihatkan penderita. Penatalaksanaan dan pemberantasan kasus
ISPA diperlukan kerjasama semua pihak, yaitu peran serta masyarakat terutama
ibu-ibu, dokter, perawat dan kader kesehatan untuk menunjang keberhasilan
menurunkan angka, kematian dan angka kesakitan sesuai harapan pembangunan
nasional.

23
PROSEDUR PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL
UNTUK BATUK (JERUK-KECAP)

1. Fase Persiapan
Mencuci Tangan

2. Fase Kerja/Persiapan Alat


o Siapkan baki dan pengalas
o Potong jeruk nipis, kemudian jeruk diperas dan ainya disaring.
o Ambil kecap sebanyak 1 sendok makan, kemudian dituang kedalam gelas.
o Ambil 1 sendok makan air jeruk nipis, kemudian tuangkan kedalam gelas berisi
kecap.
o Aduk hingga merata
o Berikan pada anak untuk diminum
3. Fase Terminasi
o Merapikan alat yang sudah digunakan
o Mencuci tangan

24

Vous aimerez peut-être aussi