Vous êtes sur la page 1sur 26

BAB II

MENGEVALUASI TUJUAN HIDUP


Ada serbuah dongeng kuno yang menceritakan bahwa Tuhan Sang Pencipta mempunyai
hadiah yang istimewa bagi manusia, yaitu hadiah kebahagiaan. Tetapi Tuhan tahu bahwa bila
hanya diberi begitu saja, manusia tidak tahu cara menghargainya. Idenya adalah
merahasiakannya. Apabila ditemukan, akan diumumkan sebagai peristiwa hebat di bumi. Jadi
Tuhan pergi meminta nasihat kepada para Malaikat. “ Apa usulan kalian?” Tanya Tuhan. Para
Malaikat berpikir sejenak : ” Saya punya ide” kata malaikat pertama. “ Bagaimana kalau
menempatkan saja hadiah tersebut di puncak gunung tertingg?” Tetapi Tuhan kawatir bahwa
gunung itu terlalu mudah didaki dan rahasianya segera terungkap. Malaikat kedua mengusulkan,
“ Bagaimana kalau rahasia itu diletakkan di dasar laut?” Tuhan mempertimbangkannya, tetapi
menolak ide tersebut. Tuhan tahu bahwa manusia akan mengembangkan ilmu dan menjelajahi
lautan serta nanti menemukannya. Akhirnya malaikat ketiga melompat dengan senang dan
berkata, ”Saya tahu tempatnya.” ” Dimana?” tanya Tuhan.” Kita sembunyikannya dalam diri
setiap manusia.” ujar malaikat ketiga. ”Sempurna” kata Tuhan,”Manusia tidak pernah berpikir
akan menemukannya disana” Dan itulah yang dilakukan Tuhan.

Dalam bukunya the 7th Habits, dalam kebiasaan kedua, Stephen Covey mengajak kita
untuk mendefinisikan apa tujuan hidup kita dengan melakukan imajinasi : “ Mulailah dengan
Tujuan Akhir Dalam Benak Anda.” Oleh Covey kita diminta untuk membayangkan saat kita
meninggal dan berada di pemakaman. Dalam upacara tersebut, apakah yang kita harap
disampaikan oleh anggota keluarga, teman, rekan kerja, masyarakat , saudara seiman, atau siapa
saja – tentang hidup yang telah kita jalani, tentang “ Kontribusi apa, prestasi apa yang kita
inginkan untuk diingat mereka.”

Saya yakin bahwa Anda pastilah sudah memiliki tujuan hidup, entah itu tujuan hidup
jangka pedek atau jangka panjang. Batasan tujuan hidup antara satu dengan yang lain tentu
berbeda. Ada yang menginginkan hidup lebih sehat, lebih ramping dan lebih bugar. Ada yang
sedang berkonsentrasi menyelesaikan pendidikan, ada yang sedang berusaha meraih kedudukan
dan jabatan tertentu, ada yang sedang menyelesaikan persoalan kehidupan rumah tangganya, dan
sebagainya. Banyak orang memiliki mimpi besar, sementara lebih banyak orang tidak mempunyai
mimpi untuk masa depannya.
A. PANDANGAN MENGENAI TUJUAN HIDUP

Aliran hedonisme

Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia
dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-
perasaan yang menyakitkan. Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan
atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia. Kata hedonisme diambil dari
Bahasa Yunani hedonismos , artinya "kesenangan". Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia
hedonism adalah pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan
utama dalam hidup. Hedonisme telah ada sejak zaman Yunani kuno, tokoh pertama yang
mengajarkan hedonis adalah seorang filsuf yang bernama Democritus (400-370), ia memandang
bahwa kesenangan sebagai tujuan pokok didalam kehidupan kehidupan ini. Selain itu salah
seorang pengikut Socrates, yakni Aristippus (395 SM) juga mengajarkan bahwa kesenangan
merupakan satu-satunya yang ingin dicari manusia. Tokoh Yunani lainnya yang mengajarkan
mengenai hedonism adalah Epikuros.

Menurut Epikuros, tujuan hidup adalah hedone, yaitu kenikmatan. Pandangan Epikuros
dan Aristippus mengenai kenikmatan sangat berbeda. Aristippus memandang kenikmatan sebagai
kenikmatan tubuh atau inderawi. Sementara kenikmatan bagi Epikuros adalah kenikmatan etis,
kenikmatan yang sesungguhnya dicapai dengan menjadi ataraxia, yakni ketenangan badan,
pikiran dan jiwa. Epikuros menunjukkan bahwa manusia mesti bersikap bijaksana terhadap
keinginan keinginannya. Oang bijak akan hidup sedemikian rupa hingga ia sehat dan tenang
jiwanya, karena pada dasarnya manusia hanya memerlukan dual hal untuk hidup bahagia, yakni
kebebasan dari perasaan sakit badani dan perasaan takut dan resah. Menurut Epikuros, sebagai
sosok yang memiliki kepribadian halus, luhur dan baik hati, ada tiga hal yang mengganggu
ketenangan, yakni ; ketakutan akan dewa dewa, ketakutan akan kematian, dan ketakutan akan masa
depan atau nasib. Kematian bagi Epikuros adalah nothing atau tidak ada artinya. Oleh karenanya
jangan takut terhadap kematian. Jangan menghabiskan waktu untuk berpikir yang belum pasti.
Epikuros menyatakan juga bahwa manusia jangan takut dengan masa depan atau nasib.
Hedonisme dalam pemahaman umum yang sudah menggejala dalam masyarakat sudah
menyimpang jauh dari ajaran hedonism. Hedonisme di masa kini, yang ditandai oleh sikap hidup
yang cenderung foya foya dan lebih berkonotasi pada mataeri, lebihs esuai dengan ajaran
Aristippus (395 SM) yang mengajarkan bahwa kesenangan fisik dan menghindari penderitaan
fisik merupakan satu-satunya yang ingin dicari manusia.

Stoisme
Stoisme atau Stoa menjadi sebuah gerakan yang hidup selama sekitar 500 tahun. Berkat
gerakan Stoa ini, filsafat Barat yang semula terbatas di Yunani mulai merambah dunia. Stoisme
tampaknya memiliki daya tarik istimewa bagi kaisar. Penganut terkenal Stoisme adalah kaisar
Romawi Marcus Aurelis. Salah satu tokoh Stoisme yang terkenal adalah Seneca. Salah satu ajaran
Stoisme adalah seseorang diminta selalu tabah menghadapi kesusahan. Seneca sendiri
mempraktikkan ajaran Stoisme. Ia yang menjadi guru kaisar Nero harus mati ditangan Nero.
Menjelangkematiannya Seneca memberikan nasehat : Bahwa kebahagiaan hanya dapat dicapai
dengan memiliki pikiran positif yang konstan dalam kepositifannya; kemudian pikiran berani dan
penuh semangat yang juga mampu bertahan dengan bentuk ketahanan terbaiknya; mampu
menghadapi situasi-situasi momen; memperhatikan (tetapi tidak secara obsesif) tubuh dan
kebutuhannya; mengindahkan ketrampilan – ketrampilan lain yang membantu kehidupan kita;
tetapi tidak terlalu terkesan dengan ketrampilan manapun; menggunakan tanpa menjadi budak dari
kekayaan… Kemerdekaan dan ketenangan abadi menyusul begitu kita menyingkirkan semua hal
yang mengganggu dan menakuti kita.

Pandangan Aristoteles

Franz Magnis Suseno menulis buku apik bagaimana menjadi manusia belajar dari Aristoteles
(penerbit Kanisius). Menjadi manusia utuh, disadari atau tidak, menjadi cita cita manusia. Di
lingkungan sekitar kita dijumpai manusia yang bengkok, miring, berat sebelah, aneh, setengah
lumpuh. Tidak utuh. Aristoteles menawarkan sebuah jalan untuk menjadi utuh. Buku Aristoletes
yang sangat terkenal; Etika Nikomacheia salah satunya mengulas tema apa tujuan hidup manusia.
Dalam buku tersebut Aristoteles mengatakan : “ Setiap ketrampilan dan ajaran, begitu pula
tindakan dan keputusan tampaknya mengejar salah satu nilai.” Apabila manusia melakukan
sesuatu, ia selalu melakukannya karena ada tujuannya, sebuah nilai. Pertanyaan kemudian adalah
apakah tujuan hidup manusia ?

Aristoteles melakukan pembedaan yang penting. Ada dua macam tujuan : Ada tujuan
sementara dan ada tujuan akhir. Tujuan sementara manusia adalah meraih sukses dan hidup
sejahtera. Sukses berarti berhasil mencapai tujuan, cita cita atau terpenuhinya kebutuhan. Cita cita
setiap orang sangat berbeda, tergantung dari latar belakang, usia, jenis kelamin. Tetapi secara
umum apa yang ingin diraih setiap pribadi adalah keuangan, harta, pangkat, kedudukan atau
jabatan, gelar keilmuan, anak yang sukses dan berbakti, keluarga yang harmonis, penampilan
fisik. Secara lebih jelas pengertian sukses dapat kita pahami berdasarkan teori kebutuhan
Abraham Maslow. Menurut Abraham Maslow kebutuhan manusia terdiri atas lima lapis
berjenjang atau hierarki kebutuhan dimulai dari :

 kebutuhan fisiologis (makan dan minum, seks, tidur, dsb),

 kebutuhan rasa aman (tempat berteduh, privacy, jaminan finansial),

 kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki (persahabatan, teman hidup, berkeluarga),

 kebutuhan akan penghargaan (status, gelar, jabatan)

 kebutuhan aktualisasi diri

Menurut Maslow, kebutuhan merupakan hirarki, artinya sebelum kebutuhan dasar


terpenuhi kebutuhan yang lebih tinggi dengan sendirinya tidak terpenuhi. Setelah kebutuhan
makan dan minum terpenuhi, seseorang baru akan memikirkan kebutuhan yang lebuh tinggi, rasa
aman, atau terbebas akan ancaman. Setelah rasa aman terpenuhi, tuntutan berikutnya adalah
terpuaskannya kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki (berteman, berumah tangga, persahabatan,
dsb). Kebutuhan manusia tidak hanya sampai disitu saja, mereka membutuhkan dirinya untuk
dihormati dan dijunjung tinggi. Gelar dan jabatan serta kekuasaan merupakan bentuk bentuk
eksistensi diri atau harga diri. Pemuasan diri tertinggi dicapai setelah seseorang mencapai
kebutuhan aktualisasi diri. Inilah tahap tertinggi dari semua tingkat kebutuhan. Beberapa pakar
menyebutkan dengan tercapainya kebutuhan aktualisasi diri, pada hakekatnya mereka telah
menemukan makna hidup. Berdasarkan teori kebutuhan, dapat disimpulkan bahwa pengertian
sukses adalah terpenuhinya kebutuhan demi kebutuhan. Sayangnya, sifat dasar manusia adalah
tidak pernah mengenal puas, seperti dikatakan oleh Maslow : “ Manusia adalah makhluk
kebutuhan yang jarang mencapai kepuasan penuh kecuali dalam waktu yang singkat. Ketika satu
keinginan terpuaskan, keinginan yang lain muncul dan menggantikannya. Dan ketika kembali
dipuaskan, masih juga yang lain muncul di permukaan, dan seterusnya.”

Aristoteles serta merta tidak menolak hedonisme - pandangan hidup yang mengutamakan
kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Nikmat bagi Aristoteles merupakan unsur penting dalam
segi kehidupan, asal saja kita tidak berhenti pada perasaan nikmat dan bukan menjadi tujuan
akhir. Lebih lanjut Aristoteles menyebutkan tujuan akhir yang salah, yaitu uang dan nama
tersohor. Seseorang yang mengarahkan kehidupannya demi uang dan nama tersohor ia tidak akan
sampai pada tujuan akhir sejati. Seseorang boleh kaya, dengan catatan kekayaan tersebut dapat
dimanfaatkan untuk membantu orang lain. Orang boleh berkuasa, asalkan kekuasaan tersebut
dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain. Jalan pikiran Aristoteles seiring
dengan pikiran Dalai Lama. Menurut Dalai Lama memperjuang sukses duniawi bukanlah suatu
yang tabu. Karena sejatinya semua komponen sukses tersebut diatas bersifat netral. Persoalannya
ketika uang, harta dan jabatan menjadi tujuan semata bukan sebagai sarana, maka kita telah
melekatkan diri dengan sukses duniawi. Hal yang sifatnya netral menjadi merusak.

Bila tujuan sementara hanyalah sarana untuk tujuan lebih lanjut, maka tujuan akhir
semestinya sesuatu yang kalau tercapai, tidak ada lagi yang masih diminati selebihnya, tetapi
selama belum tercapai, manusia belum akan puas dan tetap masih mencarai. Apa tujuan terakhir
itu ? Aristoteles menjawab : Kebahagiaan! Kalau seseorang sudah bahagia, tidak ada yang masih
diinginkan selebihnya. Aristoteles adalah filsuf pertama yang merumuskan dengan jelas bahwa
kebahagiaan adalah apa yang dicari semua orang. Karena itu etikanya disebut sebagai ‘
eudemonisme”, dari kata eudaimonia yang berarti “bahagia “. Pertanyaannya adalah : Hidup
macam apa yang menghasilkan kebahagiaan. Lebih lanjut Aristoteles menjelaskan hal hal apa
menuntun menuju kebahagiaan adalah (Franz Magnis – Suseno, 2009) :

 Hanya menjalani hidup sesuai dengan kaidah moral lah yang akan mengantar seseorang meraih
hidup bahagia.
 Kita hanya bahagia melalui kegiatan kita sendiri, tepatnya apabila kita mengembangkan diri
dalam dimensi hakiki kemanusiaan kita, apabila kita membuat potensi kita menjadi nyata, dan
berani menjalani hidup dengan penuh tantangan
 Kalau kita ingin hidup bermakna, kita jangan hanya hidup demi diri sendiri, tetapi juga turut
bertanggungjawab dalam urusan masyarakat kita
 Kunci dasar meraih kebahagiaan adaah bagaimana kita berupaya membangun keutamaan
seperti ; kejujuran, kemurahan hati, keberanian, keluhuran budi, kebaikan hati.
B. KEBAHAGIAAN MENURUT PSIKOLOGI POSITIF

Saat ini kita hidup berhadapan dengan situasi dunia yang sangat ekstrim dan menantang
menantang dalam berbagai bentuk nya seperti ; pemanasan global, perusakan lingkungan dan
bencana alam, terorisme, kemiskinan dan perang serta ancaman berbagai jenis penyakit. Tidak
mengherankan apabila tempat kita hidup yang sedemikian meresahkan ini mempengaruhi diri kita,
sehingga hidup kita serinng diwarnai oleh kecemasan, penderitaan, ketakutan dan kesedihan.
Berkat peran ilmu psikologi kita dapat belajar untuk mengenali dan menyesuaikan diri terhadap
lingkungan sehingga kita mampu untuk mengendalikan dan melepaskan diri dari berbagai stressor
kehidupan. Pada saat kita tidak mampu mengatasi persolaan hidup dan kita mengalami distress,
para psikolog dapat membantu kita keluar dari cengkraman stressor.

Selama 60 tahun terakhir ini ilmu psikologi tradisional (sebelum psikologi positif),
berkonsentrasi pada hal hal negatif (depresi, fobia, trauma psikologis, kecemasan). Menurut
Martin Seligman, prestasi psikologi negatif adalah mampu mengobati (mengurangi) 14 gangguan
psikologis dan menyembuhkan 2 problem psikologis secara total. Prestasi psikologi tradisional
adalah membawa orang sakit menjadi berkurang rasa sakitnya atau mengembalikan orang tersebut
pada titik netral. Katakanlah seseorang yang mengalami perasaan depresi (emosi negatif) diberi
bobot – 8 ; maka psikolog tradisional akan membawa pasien tersebut ke level -3 atau setidaknya
hanya mencapai titik nol.

Pendekatan psikologi tradisional tidak lepas dari gagasan Sigmund Freud sebagai
pengikut filsuf Arthur Schopenhauer, yang mempercayai bahwa kebahagiaan adalah sebuah ilusi
dan hal terbaik yang dapat dilakukan adalah mengatasi kesengsaraan dan penderitaan sebaik
mungkin.

Apa yang terjadi dalam psikologi tradisional sangat mirip dengan kedokteran modern yang lebih
banyak berorientasi pada upaya kuratif atau pengobatan dibandingkan upaya promotif dan
preventif. Praktik kedokteran modern yang didukung oleh kemajuan teknologi super canggih dan
penemuan demi penemuan obat obatan yang tidak lepas dari unsur bisnis telah menciptakan
budaya instan sehingga menina-bobokkan masyarakat. Pasien datang ke dokter minta obat dan
berharap sembuh tanpa berkeinginan mengubah pola hidupnya. Pasien obesitas minta obat
penurun berat badan tanpa berkeinginan untuk mengubah pola diet dan berolahraga. Para pasien
menempatkan problem penyakit ke pundak dokter daripada bertanggung jawab terhadap dirinya
sendiri. Ungkapan berikut sangat familiar di masyarakat : “ Dokter lakukan apapun untuk diri
saya, yang penting saya sembuh.” Untuk menjadi sehat dan bahagia setiap orang bertanggung
jawab terhadap dirinya sendiri. Para dokter dan psikolog hanya membantu mengungkap hambatan
dan membuka jalan.
Inilah sebuah terobosan yang telah dilakukan di ranah disiplin ilmu psikologi. Sebuah
aliran baru muncu – psikologi positif, dengan Martin Seligman, seorang profesor psikologi dari
Universitas Pennsylvania sebagai pelopornya. Melalui Seligman inilah lahir aliran psikologi
positif. Misi yang dibawa oleh psikologi positif adalah bagaimana client diajak untuk
mengidentifikasi dan membangun kekuatan (strengths) dan keutamaan (virtues) diri sendiri untuk
meraih kebahagiaan autentik (subjective well being) dengan berlatih diri melakukan berbagai
aktivitas yang disadari (voluntary activities) ; seperti emosi positif, keterlibatan (engagement),
hubungan positif, makna hidup dan prestasi. Melalui pendekatan psikologi positif baik orang
sehat maupun yang mengalami problem psikologis dibawa pindah ke level yang lebih tinggi dan
lebih tinggi mendekati dan semakin mendekati titik tertinggi (+10).

Sakit Sehat

Penderitaan Kebahagiaan

-10 0 +10

Bagan. Tujuan psikologi positif adalah membawa orang sakit ke titik yang lebih tinggi

Dianne mengatakan bahwa ada banyak jalan berbeda menuju kebahagiaanm jalan ini sering
kali singkat dan sederhana.

Sayangnya kita sering berasumsi bahwa uang lah yang membuat kita bahagia, namun penelitian
membuktikan tidak demikian halnya. Miskin finan sial bukan berarti tidak dapat meraih
kebahagiaan. Berpikir dan merasa miskin inilah sumber ketidakbahagiaan. Memang di dalam
kondisi kemiskinan ekstrim kebahagiaan menjadi sulit diraih.

Kebahagiaan adalah harmoni dari apa yang kamu pikirkan, katakan dan lakukan. Mahatma
Gandhi
Dengan semakin meningkatnya pendapatan ekonomi dan kualitas hidup masyarakat, kebahagiaan
kini bukan lagi menjadi tujuan pribadi, melainkan sudah menjadi tujuan negara. Ide awal bahwa
kebahagiaan menjadi tujuan komunitas luas berasal dari filsuf Jeremy Bentham dan muridnya
John Stuart Mill, yang dikenal sebagai paham utilitarianisme – gagasannya adalah bagaimana
memaksimalkan kebahagiaan dan meminimalisasi penderitaan. Dalam World Happiness Report
2015, John Helliwl dkk., melaporkan profil negara negara dengan tingkatan kebahagiaanya.
Berdasarkan survei tersebut, negara dengan tingkat kebahagiaan tertinggi adalah Swiss, diikuti
Islandia, Denmark, Norwegia dan Kanada. Komponen untuk mengukur tingkat kebahagiaan
tersebut meliputi ; komponen afektif, evalusia hidup dan eudaimonia (makna hidup).

DEFINISI KEBAHAGIAAN

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahagia diartikan sebagai keadaan atau perasaan
senang dan tenteram (bebas dari segala kesusahan). Menurut kamus ini bahagia merupakan
ekspresi dari emosi atau perasaan positif. Pada awalnya Seligman sebagai pendiri aliran psikologi
positif menyebutkan bahwa tujuan psikologi positif adalah meraih kebahagiaan autentik. Namun
setelah mendapat kritik dan masukan dari para psikolog lain, Seligman mengubah tujuan psikologi
positif adalah meraih kesejahteraan (subjective well – being / SWB). Dalam praktiknya istilah
kebahagiaan dan kesejahteraan sering digunakan secara bergantian atau berkonotasi sama.

Meskipun aliran psikologi positif dianggap relatif baru, namun fondasi pemikirannya
banyak digali dari beberapa tradisi filsafat, seperti prinsip kenikmatan – hedonisme dari filsuf
Epicurus dan eudaimonisme dari paham Aristoteles (Lambert l., dkk, 2015). Maka konsep
kebahagiaan autentik dalam psikologi positif tidak lepas dari kedua hal tersebut. Kebahagiaan atau
kesejahteraan tidak cukup didefinisikan sebagai persoalan perasaan semata, melainkan dijabarkan
berdasarkan unsur unsur berikut :

 Hedonic well being (afektif )

Berfokus pada kenikmatan dan kepuasan diri, ditandai dengan dominasi emosi positif (suka
cita, gembira, damai, dan sebagainya ) dan jarang mengalami emosi negatif (sedih, murung,
cemas, gelisah, dan sebagainya)

 Eudaimonic wellbeing
Ditandai dengan hidup penuh makna, keterlibatan diri dan menjalin hubungan positif dengan
orang lain

Apabila kadar kebahagiaan itu diberi skala 1 - 10, maka orang yang memiliki emosi positif paling
tinggi, makna paling tinggi, keterlibatan paling tinggi, memiliki hubungan positif paling tinggi di
dalam hidup adalah orang yang paling bahagia. Profesor Daniel (psikolog klinis terkemuka di
Britania Raya) dan Jason Freeman dalam bukunya You Can Be Happy (Gramedia, 2014)
menyebutkan bahwa berdasarkan konsensus luas sudah dicapai oleh para psikolog bahwa
kebahagiaan memiliki 4 komponen, yaitu ; kenikmatan, makna hidup, keterlibatan diri
(engagement) dan lebih sedikit emosi negatif.

Kenikmatan. Kenikmatan adalah komponen dimana kita semua telah diprogram secara
otomatis untuk mengejarnya. Kenikmatan ini diperoleh saat kita mencetak gol, kesenangan yang
dialami saat bertemu sobat lama, sensasi indah menyantap makanan lezat, rasa puas yang datang
ketika menyelesaikan suatu bagian pekerjaan yang sulit. Tipe kebahagiaan hedonis ini adalah soal
merasa senang dalam masa kini. Pada dasarnya, aspek kenikmatan berkembang dalam diri
manusia, biasanya dalam waktu enam bulan pertama setelah kelahiran.

Makna hidup. Hidup adalah soal menemukan makna dalam karier, keluarga, hobi, agama
atau aktivitas politik. Dalam konteks makna, yang penting kita diminta untuk melihat keluar dan
menghubungkan diri dengan sesuatu yang lebih besar daripada diri kita sendiri. Freeman mengutip
pendapat bekas presiden Amerika Barack Obama :” Memfokuskan hidup Anda semata mata untuk
mencari uang menunjukkan secara pasti kemiskinan ambisi Anda. Hal demikian juga kurang
begitu menantang atau menuntut bagi diri Anda sendiri. Sebab, hanya ketika Anda mengaitkan diri
pada suatu hal yang lebih besar daripada diri Anda sendirilah Anda baru bisa menyadari potensi
sejati Anda.” Saat kita melakukan sesuatu dengan alasan yang jelas maka kita menjalaninya
tanpa terpaksa. Komunitas Okinawa yang mempunyai umur panjang menyebutnya sebagai Ikigai
– alasan untuk apa hidup. Sebagai contoh, kita terbiasa bangun pagi dengan tetap merasa enjoy,
karena kita punya alasan untuk tertentu, misalnya demi doa pagi, belajar atau apapun tujuannya.

Keterlibatan. Perasaan yang begitu berfokus pada tugas yang sedang dikerjakan sehingga
kita kehilangan diri sendiri atau larut dalam situasi secara emosional dinamakan engagement.
Barangkali kita pernah merasakan perasaan yang begitu tenang, damai, sukacita yang tidak dapat
digambarkan dengan kata kata saat kita memainkan musik, mendengarkan lagu, menikmati sebuah
film, hening dalam doa dan meditasi.

Lebih sedikit emosi negatif. Perasaan tidak menyenangkan seperti amarah, kecemasan
dan depresi pada tahap tertentu memberi manfaat kepada kita sebagai titik evaluasi dan refleksi
hidup, untuk mendorong kita berupaya semakin keras melepaskan diri dari persoalan. Namun bila
emosi negatif berlama lama mengekang kehidupan kita, maka emosi negatif sudah tidak
menyehatkan. Dengan mengubah emosi negatif menjadi positif, hidup terasa lebih menggairahkan.

Kembali pada pendapat Seligman mengenai kebahagiaan, yang mengandung komponen


pleasure (kesenangan) atau hedonisme ; engagement dan hidup bermakna (meaning life).
Kecenderungan untuk mengejar kebahagiaan melalui pleasure disebut sebagai mengejar the
pleasant life. Kecenderungan untuk mengejar kebahagiaan melalui engagement disebut sebagai
mengejar the good life. Kecenderungan untuk mengejar kebahagiaan melalui meaning disebut
sebagai mengejar the meaning life. Dan bagi mereka yang mengusahakan untk mengejar semua
elemen kebahagiaan disebut sebagai mengejar the full life. Kebahagiaan yang sesungguhnya,
sebagaimana dipersyaratkan oleh Aristoteles adalah bahwa apabila seseorang sudah bahagia, tidak
ada yang masih diinginkan selebihnya. Kebahagiaan adalah efek samping atau sebagai hadiah dari
melakukan kebaikan (good life) dan tindakan bermakna (meaning life), karena bahagia adalah
persoalan perasaan positif. Di saat seseorang membutuhkan bantuan, dan Anda memberikan
bantuan di saat itu, si penerima bantuan merasa bersyukur dan Anda sendiri mengalami perasaan
bahagia. Ilustrasi sederhana bagaimana meraih kebahagiaan menurut pelopor psikologi positif
dari Universitas Monash, Dr Dianne A Vella-Brodrick, dimetaforakan seperti membuat roti, yaitu
: Bake A Cake (hidup bermakan melalui pekerjaan tertentu) ; Eat A Cake (menikmati kehidupan –
hedonisme) ; and Give A Cake (tindakan memberi atau berbagi).

POKOK POKOK PIKIRAN PSIKOLOGI POSITIF

Beberapa ciri khas psikologi positif adalah sebagai berikut :

 Psikologi positif selalu mendasarkan diri pada sains.


 Tujuan akhir keberadaan manusia adalah kebahagiaan autentik (atau sering disebut dengan
istilah subjective well – being – kesejahteraan)
 Tanda dari kebahagiaan autentik adalah seseorang adanya flourish – yaitu suatu keadaan
dimana seseorang dapat berkembang secara penuh dan hidup bermakna di dalam sebuah
komunitas, sebagai buah dari hidup yang dijalaninya dengan baik (eudaimonia)
 Psikologi positif menyitir Aristoteles, bahwa untuk meraih hidup bahagia yang ditandai adanya
flourish, karena telah menjalani hidup secara baik, membutuhkan suatu karakter yang disebut
sebagai kekuatan (strengths) dan keutamaan (virtues)
 Dalam psikologi positif, pemahaman karakter dijabarkan menjadi 6 keutamaan (virtues),
yang diurai lebih lanjut menjadi 24 kekuatan (strengths)
 Menurut pemahaman psikologi positif, tugas kita adalah mengidentifikasi manakah keutamaan
dan kekuatan yang kita miliki, untuk kemudian dikembangkan agar menjadi ‘aset ‘ untuk
meraih kebahagiaan.
 Meskipun setiap orang sebenarnya telah memiliki kekuatan – kekuatan tertentu, sayangnya
mereka tidak menyadari kekuatan kekuatan apa yang mereka miliki. Berdasarkan penelitian
dilaporkan bahwa hanya 1/3 orang yang mengetahui kekuatan mereka. Alasan lain adanya apa
yang disebut sebagai strengths blindness – yaitu kekuatan kita dikaburkan oleh pendapat guru,
orang tua atau famili yang berfokus pada kelemahan kita daripada mempromosikan kekuatan
kita.

FAKTOR PENENTU KEBAHAGIAAN

Virtues dan Strengths


Kebahagiaan autentik, kesejahteraan, kesuksesan dan kesehatan tidak bisa diraih begitu,
semua ini membutuhkan perjuangan. Apa yang kita raih saat ini adalah hasil usaha usaha kecil
yang dilakukan secara terus menerus. Kadang seseorang berhenti berjuang saat mengalami
kegagalan. Mereka yang berhasil meraih kesejahteraan dan kesehatan adalah mereka yang
memiliki kesabaran dan ketekunan. Kesabaran dan ketekunan adalah kemampuan kita untuk
bertahan di tengah tekanan dan kesulitan. Kesabaran dan ketekunan adalah kekuatan kita.
Kekuatan kita sejatinya adalah karakter kita. Karakter kita pada dasarnya adalah gabungan dari
kebiasaan - kebiasaan kita, demikian menurut Stephen Covey. Kebiasaan – kebiasaan dalam
berpikir, berasa, bersikap dan berperilaku. Dalam bukunya Beyond Authentic Happiness, Prof
Martin Seligman menyebutkan fondasi penting dalam meraih hidup bahagia adalah karakter.
Seligman menyebutnya sebagai keutamaan (virtues) - yang terdiri atas 6 komponen dan
kekuatan (strengths) - yang terdiri dari 24 komponen.

Tabel. Virtues dan strengths (karakter) (Seligman, 2013)

Virtues (6 Keutamaan) Strengths (24 kekuatan)

1 Courage (keberanian) (1) Keberanian, (2) ketekunan, (3) integritas, (4)


vitalitas

2 Humanity (kemanusian) (5) Kasih, (6) kebaikan, (7) kecerdasan sosial

3 Transcendence (transendensi) (8) Apresiasi terhadap keindahan, (9) bersyukur,


(10) harapan, (11) humor, (12) spiritualitas

4 Temparance (pengendalian (13) Pengelolaan diri, (14) saksama / teliti , (15)


diri) Kerendahan hati dan kesederhanaan, (16)
Mengampuni dan berbelas kasih

5 Justice (keadilan) (17) Kepemimpinan, (18) keadilan, (19) menjadi


bagian dari kelompok

6 Wisdom and knowledge (20) Perspektif, (21) suka belajar, (22)


(kebijaksanaan dan keterbukaan pikiran, (23) rasa ingin tahu,
pengetahuan (24) kreativitas

Seseorang yang sehat dan bahagia adalah ia yang mampu menggunakan kekuatan nya
untuk meraih hal tersebut. Sebaliknya mereka yang tidak bahagia dan tidak sehat adalah mereka
yang membiarkan kekuatan – kekuatan miliknya menjadi melemah dan atrofi – sebagaimana otot
yang tidak pernah dilatih. Meskipun setiap orang sebenarnya telah memiliki kekuatan – kekuatan
tertentu, sayangnya mereka tidak menyadari kekuatan kekuatan apa yang mereka miliki.
Berdasarkan penelitian dilaporkan bahwa hanya 1/3 orang yang mengetahui kekuatan mereka.
Alasan lain adanya apa yang disebut sebagai strengths blindness – yaitu kekuatan kita dikaburkan
oleh pendapat guru, orang tua atau famili yang berfokus pada kelemahan kita daripada
mempromosikan kekuatan kita.

Menurut Seligman, apabila kita ingin mengubah diri dan meraih kebahagiaan, tugas kita
adalah mengidentifikasi manakah keutamaan dan kekuatan yang kita miliki, untuk kemudian
dikembangkan agar menjadi ‘aset ‘ untuk meraih kebahagiaan. Pekerjaan rumah kita bukan hanya
mengidentifikasi dan mengembangkan kekuatan, lebih dari itu, yaitu menambah satu atau dua
kekuatan baru. Untuk mengidentifikasi manakah kekuatan kita, ia telah menyediakan survei yang
disebut tes Values in Action (VIA) Signaute Strengts yang tersedia melalui internet
(www.authentichappiness.sas.upenn.edu), bisa diunduh secara cuma cuma atau Anda dapat
melihat di halaman lampiran. Berikut adalah pribadi yang layak diteladani yang menggunakan
kekuatan pribadinya untuk meraih hidup yang baik dan bahagia :

 Ibu Teresa adalah contoh pribadi yang memiliki keutamaan humanitas ( penuh kasih,
kebaikan), transendensi (spiritualitas) dan pengendalian diri (kerendahan hati dan
kesederrhanaan). Ia memilih hidup bersama orang miskin dan begitu besar perhatian nya pada
orang yang menderita hingga ia menyukai kalimat “ Mencintai hingga terluka.” Ia membuka
rahasianya bagaimana ia sanggup mencintai orang lain yang hidup dalam penderitaan hingga
akhir hayatnya adalah berkat kekuatan doa : “ Tanpa doa saya tidak bisa berkarya mesti hanya
setengah jam. Saya mendapatkan kekuatan saya dari Tuhan melali doa.”
 Ciputra adalah sosok yang memiliki keutamaan courage (keberanian, ketekunan dan vitalitas)
dan Wisdom and knowledge (suka belajar, rasa ingin tahu dan kreatif).
 Sebagai tokoh besar, Presiden AS Abraham Lincoln bukan hanya dikagumi karena memiliki
keutamaan keadilan (mengakhiri perbudaan) dan kepemimpinan (mengakhiri perang saudara),
namun juga kemampuannya dalam keutamaan temparance (pengendalian diri). Sejak masa
kecil dan dalam pengembangan kariernya, Lincoln banyak mengalami kegagalan, pelecehan,
penghinaan sehingga ia menjadi pribadi yang diliputi oleh gangguan depresi, bahkan ia
mendapatkan sebutan Lincoln’s Melancholy. Karena kekuatan pengendalian diri inilah Lincoln
mampu bangkit dari kungkungan gangguan depresi hingga berhasil meraih kursi tertinggi di
AS.

Menurut Seligman, seorang tokoh yang dianggap sebagai pendiri psikologi positif,
kebahagiaan autentik (authentic happiness = H ) dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu faktor
bawaan (S - set range), situasi lingkungan (C - circumstances) dan V - voluntary activities, yaitu
hal-hal yang terutama ditentukan oleh pilihan-pilihan pribadi yang bersangkutan, oleh kehendak
bebasnya - atau dengan kata lain berada di bawah kendalinya sendiri. Menurut psikologi positif
kebahagiaan autentik dipengaruhi oleh 50 % oleh set range, 10 % situasi lingkungan dan 40 %
faktor voluntary activities ( Borrego dkk., 2009). Rumus kebahagiaan autentik adalah sebagai
berikut.
H= S+C+V
Set range

Set range adalah batasan batasan kebahagiaan yang ditentukan oleh bawaan genetik dan keadaan
saat kita dilahirkan. Set range ibarat termostat kebahagiaan. Sebagaimana kadar gula darah puasa
tubuh sudah di set antara 80 – 130 mg/dl. Bila kadar gula darah berada diluar area tersebut maka
tubuh segera melakukan serangkaian upaya adaptasi atau homeostasis. Ada seorang yang
dilahirkan dengan genetik pendiam – periang, introvert – ekstrovert, pasif – agresif, yang sudah
terseting dalam sel sel otak. Ada orang yang dilahirkan dalam keadaan kurang beruntung, seperti
dilahirkan dari keluarga kurang mampu dan pendidikan rendah, berpenampilan fisik kurang
menarik atau kecacatan tubuh. Secara logika dapat dipahami bahwa seseorang yang lahir dalam
keadaan yang kurang beruntung memiliki set range yang lebih rendah dibandingkan mereka yang
lahir dalam kondisi yang lebih menguntungkan. Set range setiap orang berbeda beda, bila set
range dinilai berdasarkan angka 1 sampai dengan 10 (paling bahagia), ada orang yang terlahir
dengan set range kebahagiaan berkisar 1 sampai dengan 10 (Gambar dibawah).

A B C

Gambar. Set range individu A, B dan C yang masing masing dapat ditingkatkan

Pemahaman set range kebahagiaan ini dilatarbelakangi oleh penelitian Philips Brickman
dan Ronnie Janof yang meneliti 22 pemenang lotere dibandingkan kontrol dan 29 pasien yang
menderita kelumpuhan. Pada awalnya kelompok yang memenangi lotere merasa bahagia karena
keberuntungannya. Namun setelah sekian bulan kadar kebahagiaan tersebut menurun kembali
seperti semula. Demikian halnya kesedihan dan penderitaan yang dialami oleh para pasien yang
mengalami kelumpuhan, setelah sekian bulan secara bertahap mereka mampu kembali pada
keadaan emosi dan perasaan seperti semula. Brickman menyimpulkan bahwa pemenang lotere
tidak lebih bahagia dibandingkan kontrol yang tidak ikut lotere. Brickman menjelaskan fenomena
seting kebahagiaan tersebut sebagai adaptation level theory yang pemahamannya tidak jauh
berbeda dengan set range kebahagiaan. Hal yang terkait dengan set point kebahagiaan adalah
hedonic treadmill (disebut pula sebagai hedonic adaptation), yaitu teori yang menyatakan bahwa
orang akan kembali pada kadar kebahagiaan semula, tanpa memandang apa yang terjadi pada
mereka. Bila kita memperoleh sesuatu barang baru (misalnya mobil, rumah) atau prestasi
(misalnya ; menyelesaikan pendidikan S3 ; menerbitkan sebuah buku) pada awalnya kita merasa
puas dan sukacita. Namun selang beberapa waktu kemudian emosi positif yang kita alami tersebut
berangsur angsur memudar dan kembali pada level emosi positif semula. Kita mesti berjuang
kembali dalam hal lain untuk memperoleh emosi positif yang sama. Menurut para pakar psikolog
set range memberikan kontribusi 50 % dalam menentukan kebahagiaan seseorang. Meskipun set
range kebahagiaan bersifat genetik, bukan berarti bahwa level set range kebahagiaan bersifat fixed
atau tetap. Set range kebahagiaan bukan seuah nasib atau takdir. Melalui latihan secara terus
menerus, dengan mengembangkan dan meningkatkan kekuatan yang dimiliki level set range
kebahagiaan dapat ditingkatkan.

Circumstances

Circumstances - dipahami sebagai berbagai situasi kehidupan. Kebahagiaan dipengaruhi


oleh berbagai situasi dan tekanan dalam kehidupan. Tekanan dalam kehidupan (stressor) yang
berat dan berkepanjangan akan melumpuhkan daya tahan fisik dan mental sehingga seseorang
dapat sakit dan hidup dalam penderitaan. Berdasarkan survei ada banyak faktor lingkungan yang
mempengaruhi kebahagiaan, seperti kesehatan, kasih sayng, pekerjaan, uang, pendidikan dan
sebagainya sebagaimana dapat dilihat pada Tabel,,,,.

Tabel. Faktor yang mempengaruhi kebahagiaan / kesejahteraan berdasarkan survei di 27 negara


Uni Eropa (Bacon, dkk, 2010).

Faktor yang mempengaruhi kebahagiaan Proporsi


Kesehatan 73 %
Cinta / kasih sayang 44 %
Pekerjaan 37 %
Keadaan damai 35 %
Uang / financial 32 %
Persahabatan 27 %
Kebebasan 24 %
Keadilan 22 %
Pendidikan 11 %
Kesenangan 10 %
Kepercayaan / religi 9%
Tradisi 7%
Solidaritas 6%
Kebangsaan 2%
Lain lain 1%

Martin Seligman melakukan kompilasi dari berbagai data penelitian lain yang lebih modern, untuk
meninjau ulang faktor lingkungan sebagai sumber kebahagiaan (Iman Setiadi, 2016) :

 Gaji besar
Bagi yang kekurangan uang, bertambahnya uang meningkatkan kebahagiaan, tetapi setelah
titik tertentu, bertambahnya uang hampir tidak efeknya pada kebahagiaan
 Pernikahan
Menikah memiliki kaitan besar dengan kebahagiaan, bila pernikannya rukun dan bahagia.
Namun bila pernikahan diwarnai konflik dan masalah, tingkat kebahagiaan pasangan itu akan
lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak menikah.
 Usia muda
Temuan temuan terbaru mengatakan bahwa kepuasan hidup cenderung meningkat sejalan
bertambahnya usia. Memang di usia muda, banyak kegembiraan yang ektrem tinggi, misalnya
ketika anak muda bersenang senang atau bercanda ria dengan rekan rekannya. Namun sisi
negatifnya kadang luput dari perhatian, bahwa usia muda juga rawan terkena emosi negatif
yang ektrem - dimana orang-orang tua sudah jarang juga mengalaminya.
 Kesehatan
Ternyata kesehatan tidak terlalu berkaitan dengan kebahagiaan, karena orang dapat
menyesuaikan diri dengan kondisi kesehatan.
 Pendidikan
Memperoleh pendidikan yang baik tidak berhubungan dengan kebahagiaan. Hal lain yang
juga tidak berhubungan dengan kebahagiaan misalnya iklim, ras, dan gender.
 Intelegensia
Tingkat intelegensi tidak berhubungan dengan kebahagiaan.
 Religiositas
Religiositas seseorang menunjukkan kontribusi signifikan pada kebahagiaan, barangkali
karena agama memberi harapan dan makna
 Kehidupan sosial
Kehidupan sosial memiliki korelasi besar terhadap kebahagiaan. Kuantitas dan kualitas
pertemanan erat kaitannya dengan dukungan sosial dan relasi sosial itu sendiri kelihatannya
merupakan salah satu fondasi utama kemanusiaan kita
 Emosi negatif
Orang yang bahagia ternyata tidak harus tidak pernah mengalami emosi negatif. Emosi
negatif (misalnya marah, sedih dan takut) adalah kondisi wajar bagi semua manusia, bahkan
temuan - temuan dari evolusioner psychology menjelaskan bahwa emosi negatif sebenarnya
memiliki fungsi evolusioner yang penting. Hanya saja dalam pribadi yang bahagia, emosi
negatif tidak menguasai dirinya, serta diimbangi dengan mengalami pula emosi positif yang
lebih tinggi kuantitas dan kualitasnya

Salah satu faktor yang sering dianggap sebagai penentu kebahagiaan adalah uang. Bagi
yang kekurangan uang, bertambahnya uang meningkatkan kebahagiaan, tetapi setelah titik
tertentu, bertambahnya uang hampir tidak efeknya pada kebahagiaan. Bila orientasi seseorang
adalah mengejar uang atau kekayaan, maka ia akan kecewa karena sering kali uang dan kekayaan
justru menjerumuskannya ke dalam lubang penderitaan dan emosi negatif. Jelasnya kita dapat
melihat pada Bagan berikut.... Bila seseorang telah memperoleh kekayaan, maka ia cenderung
terus ingin mempertahankan dan meningkatkan kekayaannya. Ketakutan orang kaya adalah
kehilangan kekayaannya. Bila orang tersebut belu memperoleh kekayaan seperti apa yang ia
inginkan, ia akan terus mengejar dan mengejar hingga mengalami ketegangan dan kelelahan fisik
dan psikologis. Demikian seterusnya sehingga ia masuk dalam pusaran emosi negatif. Survei
membuktikan bahwa semakin tinggi pendapat ternyata tidak diikuti oleh kepuasan dan
kebahagiaan. Menurut Richard Easterlin, bahwa pada saat kebutuhan material dasar masyarakat
telah terpenuhi, pertumbuhan ekonomi tidak serta merta meningkatkan kepuasan hidup.
Kepuasan dan kebahagiaan tetap mendatar setelah mencapai titik tertentu - mengikuti fenomena
hedonic treadmil

Terus mengejar
kekayaan
Keinginan
tercapai (kaya)
Emosi negatif
Takut kehilangan
Keinginan (cemas,
kekayaan
& kelekatan ketegangan )
terhadap
obyek
(misal
Berusaha lebih keras
kekayaan)

Keinginan tidak Kelelahan


tercapai

Emosi negatif (sedih


, putus asa, kecewa)

Bagan. Lingkaran setan antara keinginan dan kelekatan terhadap obyek material dan emosi negatif.
Dari apa yang dibahas diatas, banyak situasi kehidupan yang dapat mempengaruhi
kebahagiaan. Inti dasarnya adalah bagaimana kita mampu mengubah stress menjadi eustress,
bagaimana mengolah ancaman menjadi peluang. Faktor situasi kehidupan dapat dilunakkan
melalui sikap terus belajar, berlatih dan membiasakan diri untuk memilih respon positif ketika
mengalami kejadian / peristiwa traumatis atau tidak menyenangkan

Voluntary activity

Dari ketiga faktor penentu kebahagiaan ini, psikologi positif memberikan penekanan
terbesar pada voluntary activities. Hal ini disebabkan karena faktor V adalah berbagai hal yang
tergantung pada karakter dari pribadi yang bersangkutan, yaitu pilihan pilihannya saat menyikapi
berbagai situasi dalam kehidupan dan menyikapi siapa dirinya. Dengan meletakkan tekanan pada
faktor V, psikologi positif meletakkan tanggung jawab akan kebahagiaan kepada tiap tiap pribadi
itu sendiri, dan bukannya menjadikan pribadi sebagai korban dari konstelasi genetiknya (faktor S),
ataupun perubahan-perubahan situasi kehidupan yang tidak menentu (faktor C). Psikologi positif
ingin menekankan bahwa untuk mencapai kebahagiaan diperlukan fondasi karakter yang kuat,
yaitu melalui virtues dan strengths. Maka seseorang perlu mengidentifikasi karakernya masing
masing, kekuatan dan kelemahan akan sifat - sifat yang dimilikinya. Seligman mengajak kita
untuk mengidentifikasi virtues dan strengths terkuat yang kita miliki, dan kemudian menggunakan
kekuatan tersebut dalam kehidupan sehari hari secara konkret. Meraih kebahagiaan autentk berarti
kita perlu berlatih dan membiasakan diri untuk mengembangkan apa yang Seligman disebut
sebagai PERMA – akronim dari :

 Positive emotions - emosi positif


 Engagement - keterlibatan
 Relationship – hubungan positif
 Meaning of life – hidup yang penuh makna
 Accomplish – prestasi

1. Positive emotions
Kebahagiaan autentik  Masa lalu
Gratitude
Forgiveness
 Masa kini
Set range
Flow
Mindfulness
 Masa datang
Circumstance Optimisme
Harapan
2. Engagement
 Calling
Strengths  Job/ career
(kekuatan : 24 komponen) 3. Relationship
 Attachment
Virtue
 Empati
(keutamaan : 5 komponen)  Cinta
Voluntary activity

Bagan 1. Konsep kebahagiaan autentik menurut Seligman (dimodifikasi dari Iman, 2016)

PANDANGAN SPIRITUAL

Buddha

Buddha merangkum ajarannya dalam apa yang disebut sebagai Empat Kebenaran Agung.
Yakni, satu, bahwa hidup pada dirinya memang tidak memuaskan dan menjadi suatu beban, suatu
pengalaman penderitaan yang tak terhindarkan. Dua, bahwa pada dasarnya penderitaan itu
disebabkan oleh tindakan kita yang tanpa henti hendak meraup segala hal, menginginkan dan
memeganginya erat erat. Ketiga, bahwa penderitaan dapat diakhiri jika kita berhenti
menginginkan. Empat, bahwa berhenti menginginkan hanya dapat dicapai melalui apa yang oleh
Buddha disebut sebagai Delapan Jalan Kebenaran, yaitu : Pandangan benar, Pikiran benar, Ucapan
benar, Perilaku benar, Penghidupan benar, Usaha benar, Perhatian benar, Konsentrasi benar.
Ketika seseorang mampu mempraktikan ajaran 8 jalan kebenaran, ia akan sampai pada keadaan
Nirvana – sebuah pembebasan dari semua kelekatan, - sebuah kebahagiaan sejati.

Dalam bukunya Superpower Mindfulness, Ajahn Brahm melukiskan betapa berbedanya


sasaran Buddhis dengan sasaran duniawi. Ia meminta kita untuk membayangkan sebuah tim
sepakbola yang terdiri dari para penganut umat Buddha dengan pencapaian yang tinggi. Karena
melepas (hawa nafsu, ketenaran, harta benda , dan sebagainya) adalah perhatian utama mereka,
dengan terus menerus dan dengan senang hati mereka mengoper bola kepada lawan lawan
mereka. Karena welas asih adalah praktik mereka, apabila tim lawan mengalami kesulitan untuk
mencetak gol, dengan baik hati para umat Buddha itu akan membantu mereka. Dan karena
kedermawanan adalah sikap sejati mereka, semakin banyak poin yang mereka berikan kepada
lawan, semakin baiklah karma mereka. Kemudian pada akhir musim, apabila tim Buddhis tersebut
terdegradasi dari liga, mereka akan merayakannya sama seperti ketika mereka terusir dari samsara.

Menurut Dalai Lama sebagai penganut Buddha, kebahagiaan tertinggi adalah ketika
seseorang mencapai pembebasan (Nirvana), ketika penderitaan tiada lagi. Itulah kebahagiaan yang
asli dan kekal. Kebahagiaan sejati lebih berhubungan dengan pikiran dan hati. Ketika Buddha
membicarakan Nirwana, ia lebih suka menggunakan citra negatif - ketiadaan hasrat, dahaga yang
terpuaskan, nyala api yang padam.

Kristiani

Injil Matius 06 : 24 ; “ Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika
demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang
seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada
Mamon.” Melalui perikop Matius ini, Yesus memberikan pilihan kepada kita antara
mempercayakan diri kepada Allah atau kepada Mamon. Mamon adalah barang atau harta duniawi
yang kepadanya orang menggantungkan atau mempercayakan hidupnya. Barang duniawi hanya
menjamin kehidupan kita di dunia ini, sementara kehidupan kita sesudah di dunia ini tergantung
pada bagaimana kita menghayati iman kepada Allah, pengabdian kita kepada Allah. Thomas
Aquinas sebagai Pujangga Gereja mengibaratkan hidup seperti halnya sebuah kereta yang
melakukan pemberhentian – pemberhentian perantara, tetapi hanya punya satu pemberhentian
terakhir, yaitu kebahagiaan sejati. Di Surga. Saat di dunia kita hanya mencicipi kebahagiaan.

Apa yang diulas oleh Ajahn Brahm, selaras dengan tulisan Anthony De Mello, seorang
iman Yesuit dalam bukunya The Way to Love. Anthony memulai ulasannya dengan mengambil
pesan dari Alkitab; Markus 10; 25 : “ Lebih mudah seekor unta melewati lubang jarum daripada
seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Anthony mengataan bahwa hanya ada satu hal
yang menyebabkan ketidakbahagiaan, apakah itu ?. Nama hal itu adalah kelekatan. Suatu kondisi
lengket emosioal yang disebabkan keyakinan bahwa tanpa benda atau orang tertentu, kita tidak
bisa bahagia. Kondisi lengket emosional terdiri dari dua unsur, negatif dan positif. Yang positif
merupakan sekelebat rasa nikmat dan gairah, sensasi yang kita rasakan ketika memperoleh obyek
kelekatan. Yang negatif adalah rasa terancam dan tegang yang selalu mengiringi kelekatan itu.
Tragedi kelekatan adalah apabila obyeknya (jabatan, gelar, kekuasaan, harta benda, dan
sebagainya) tidak tercapai, akan timbul ketidakbahagiaan. Namun apabila tercapai, tidak muncul
kebahagiaan - hanya ada sekelebat rasa nikmat yang diikuti oleh rasa lelah. Dan tentu saja, hal itu
akan diiringi oleh kecemasan bahwa kita akan kehilangan obyek kelekatan kita. Hanya ada satu
cara untuk meraih kebahagiaan atau untuk memenangkan pertempuran melawan kelekatan :
Buang semua kelekatan. Lepaskan kelekatan

Pandangan Muslim
Sebuah buku manarik karya al-Ghazali mengulas mengenai kebahagiaan berdimensi
spirital. Menurut Imam Besar al-Ghazali, manusia tidak diciptakan secara main main atau
sembarangan. Ia diciptakan dengan sebaik baiknya dan demi tujuan yang mulia. Meski bukan
bagian dari Yang Kekal, ia hidup selamanya ; meski jasadnya rapuh dan membumi, ruhnya mulai
dan bersifat ilahi. Kimia Kebahagiaan mengajarkan kita untuk berpaling dari dunia untuk
menghadap kepada Allah. Kimia rohani mampu menghasilkan perubahan seperti ini, layaknya
kimia yag mengubah logam biasa mejadi emas. Menurut Ghazali kimia kebahagiaan terdiri atas
empat elemen , yaitu pengetahuan tentang diri sendiri, pengetahuan tentang Allah, pengetahuan
tentang dunia sebagai adanya, dan pengetahuan tentang akhirat.

1. Pengetahuan tentang diri sendiri.


Mengenal diri adalah kunci mengenal Tuhan. Mengenal diri berarti memahami siapa diriku,
dari mana aku datang, kemana aku akan pergi, apa tujuan kedatangan dan persinggahanku ke
dunia ini, dan kemanakah kebahagiaan sejati dapat ditemukan. Kita perlu mengetahui bahwa
ada tiga sifat yang bersemayam dalam diri kita; yaitu hewan (nafsu makan, tidur dan berkelahi),
setan (mengobarkan kejahatan, tipu daya), dan malaikat (sifat kebaikan dan mengasihi).
Manusia memiliki jiwa rasional (akal) dan jiwa rohani (ruh). Adanya jiwa rasional (akal)
memampukan dirinya untuk menguasai semua anggota badan, memurnikan dirinya dari hasrat
badani, merenung dan memusatkan pikirannya kepada Tuhan. Jasad diciptakan untuk jiwa
rohani dan jiwa rohani untuk jasad. Ketika jasad rusak (mati) jiwa rohani kembali ke asalnya.
2. Pengetahuan tentang Allah
Ghazali mengajak pembaca untuk merenungkan eksistensi Tuhan. Kita bisa melihat, Allah
adalah pengatur jagat raya dan Dia – yang berada di luar batasan ruang dan waktu, kuantitas
dan kualitas – mengatur segala sesuatu di alam semesta ini begitu sempurna. Lebih lanjut
Ghazali meminta kita untuk merenungan diri, bahwa kita berasal dari setetes air mani yang
tidak mengandung intelek, pendengaran, kepala, tangan, kaki dan seterusnya. Kemudian
mengada menjadi manusia yang utuh dan sempurna. Inilah keajaiban Tuhan.
3. Pengetahuan tentang dunia sebagai adanya
Dunia ini adalah sebuah panggung atau pasar yang disinggahi para musafir dalam perjalanan
mereka ke tempat lain. Di sinilah mereka membekali diri dengan berbagai perbekalan. Dengan
bantuan perangkat indriawinya, manusia harus memperoleh pengetahuan tentang ciptaan
Allah dan, melalui perenungan terhadap semua Ciptaan-Nya itu, ia akan mengenal Allah.
Pandangan manusia mengenai Tuhannya akan menentukan nasibnya di masa depan. Selama
hidup di dunia ini, manusia harus menjalankan dua hal penting, yaitu melindungi dan
memelihara jiwanya, serta merawat dan mengembangkan jasadnya. Ghazali membagi manusia
menjadi 4 kelompok dalam memandang dunia. Kelompok pertama adalah orang yang beriman
yang sepenuhnya menjauhkan diri dari dunia, dan kelompok terakhir adalah orang kafir yang
hanya mengurusi dunia dan sama sekali tidak memperdulikan akhirat. Dua kelompok lainnya
adalah orang beriman, tetapi masih disibukkan oleh dunia yang sesungguhya tidak berharga.
4. Pengetahuan tentang akhirat
Ghazali mengingatkan ada begitu banyak orang yang tidak punya keyakinan yang teguh
tentang akhirat, menolaknya sama sekali saat nafsu indriawi menguasainya. Menghadapi
kelompok demikian Ghazali mengajukan sebuah tantangan untuk direnungkan sejenak : “
Apakah kau benar benar yakin bahwa 124.000 nabi dan wali yang mempercayai kehidupan
akhirat itu semuaya salah, dan hanya kau yang benar ?” Jika ia menjawab, “ Ya, aku yakin,”
berarti tidak ada lagi yang dapat diharapkan darinya. Ghazali mengingatkan bahwa urusan
utama manusia di dunia ini adalah mempersiapkan diri bagi dunia yang akan datang. Bahkan
seandainya seseorang meragukan keberadaan akhirat, nalar mengajarkan bahwa ia harus
bertindak seakan akan akhirat itu ada dengan mempertimbangkan akibat luar biasa yang
mungkin terjadi. Keselamatan hanya bagi orang orang yang mengikuti ajaran Allah.

Franz Magnis – Suseno mengatakan bahwa kebahagiaan itu bukan semacam sasaran yang
langsung dapat kita bidik. Kebahagiaan adalah sesuatu yang lebih bersifat “ diberikan “ daripada
“ direbut.” Kebahagiaan kita terima apabila kita menjalani hidup yang menunjangnya. Hidup
itulah yang bisa dan perlu kita usahakan, bukan kebahagiaan itu sendiri. Kebahagiaan tidak berada
di luar diri kita. Kebahagiaan sudah berada di dalam diri kita sendiri. Ada sebuah kisah menarik
mengenai cerita kebahagiaan.

Seorang pengemis telah duduk di pinggir suatu jalan selama lebih dari 30 tahun. Suatu hari
seorang asing berjalan melewatinya. “ Berikan sedikit sedekah, tuan. “ Ujar si pengemis sambil
menyodorkan topi bisbol tuanya. “ Aku tidak memiliki apa apa, ” ujar si orang asing tersebut.
Kemudian ia bertanya: “a a a benda yang kamu duduki itu ? “ “ Bukan apa apa,” jawab si
pengemis. “ Hanya sebuah kotak tua. Sudah lama sekali saya mendudukinya.” “ Pernahkah kamu
melihat dalamnya ?” Tanya si orang asing. “ belum, “ Ujar si pengemis. “ Untuk apa ? Tak ada
apa apa di dalamnya.” “ Coba mari kita lihat dalamnya.” Desak si orang asing. Si pengemis
mencoba membuka tutupnya. Dengan penuh keterkejutan, rasa tidak percaya, dan bahagia luar
biasa, dilihatnya bahwa kotak tersebut penuh berisi emas.

Kebahagiaan adalah persoalan bagaimana kita mengolah pikiran dan perasaan.


Kebahagiaan sudah ada di dalam diri setiap manusia dan tidak perlu dikejar, seperti kata Nathaniel
Hawthrone : “ Kebahagiaan adalah seperti kupu kupu, yang ketika dikejar, selalu luput, tapi jika
kamu mau duduk tenang, kupu – kupu itu malah akan hinggap di atas pundakmu .“ Richard
Carlson : buku You can be happy No Matter What ( dikutip dari Charlez C Manz, .....th) : “
Kebahagiaan adalah keadaan pikiran, bukan serangkaian keadaan.... Anda tidak akan pernah
menemukan kebahagiaan dengan ‘ mencari’ , karena pada saat Anda mencarinya, Anda
membayangkan kebahagiaan itu ada diluar diri Anda. Kebahagiaan bukanlah di luar diri Anda.
Kebahagiaan adalah perasaan alami dari fungsi psikologis yang sehat batin Anda. Bila Anda
mengerti bahwa kebahagiaan itu tidak lebih dari sekedar perasaan, Anda dapat menanamkannya,
menumbuhkan, dan mempertahankannya bila Anda sungguh sungguh merasakannya.
Kebahagiaan tidak membutuhkan upaya sama sekali. Pada kenyataannya, kebahagiaan lebih
merupakan membiarkan ketidakbahagiaan berlalu bukan berusaha mengejar kebahagiaan.”
Kata Kata Terakhir Steve Jobs Sebelum Meninggal

Dalam dunia bisnis, aku adalah simbol dari kesuksesan, seakan-akan harta dan diriku tidak
terpisahkan, karena selain kerja, hobiku tak banyak.

Saat ini aku berbaring di rumah sakit, merenungi jalan kehidupanku, kekayaan, nama, dan
kedudukan, semuanya itu tidak ada artinya lagi.

Malam yang hening, cahaya dan suara mesin di sekitar ranjangku, bagaikan nafasnya maut
kematian yang mendekat pada diriku.

Sekarang aku mengerti, seseorang asal memiliki harta secukupnya untuk digunakan dirinya saja
itu sudah cukup. Mengejar kekayaan tanpa batas itu bagaikan monster yang mengerikan.

Tuhan memberi kita organ-organ perasa, agar kita bisa merasakan cinta kasih yang terpendam
dalam hati kita yang paling dalam. Tapi bukan kegembiraan yang datang dari kehidupan yang
mewah — itu hanya ilusi saja.

Harta kekayaan yang aku peroleh saat aku hidup, tak mungkin bisa aku bawa pergi. Yang aku
bisa bawa adalah kasih yang murni yang selama ini terpendam dalam hatiku. Hanya cinta kasih
itulah yang bisa memberiku kekuatan dan terang.

Ranjang apa yang termahal di dunia ini? Ranjang orang sakit. Orang lain bisa bukakan mobil
untukmu, orang lain bisa kerja untukmu, tapi tidak ada orang bisa menggantikan sakitmu.
Barang hilang bisa didapat kembali, tapi nyawa hilang tak bisa kembali lagi.
Saat kamu masuk ke ruang operasi, kamu baru sadar bahwa kesehatan itu betapa berharganya.

Kita berjalan di jalan kehidupan ini. Dengan jalannya waktu, suatu saat akan sampai tujuan.
Bagaikan panggung pentas pun, tirai panggung akan tertutup, pentas telah berakhir.

Yang patut kita hargai dan sayangi adalah hubungan kasih antar keluarga, cinta akan suami-istri
dan juga kasih persahabatan antar-teman. Hargai setiap detik dalam kehidupan kita, isi hidup
kita dengan perkara perkara yang tidak bisa dibeli dengan uang.
SEMUA BERMUARA PADA VISI DAN MISI

Sebuah buku menarik dan sangat inspiratif berjudul Impossible Is Nothing ditulis oleh
Johny The Johny menceritakan kisah sukses 25 tokoh dunia.

 Anousheh Ansari dikenal sebagai wanita kelahiran Iran - pendiri sekaligus CEO Telecom
Technologies Inc dan turis antariska wanita pertama, yang berkewarganegaraan AS. Sejak
kecil ia telah bermimpi untuk menjadi seorang astronot dan tiga puluh tahun kemudian, berkat
perjuangan kerasnya, impiannya menjadi kenyataan. Ansari tertarik untuk melakukan
perjalanan itu bukan sekedar ubtuk meraih publikasi. Hal ini ia lakukan sebagai tindakan
konkret emansipasi wanita, mengingat wanita di di negerinya masih diperlakukan sebagai
warga kelas dua.
 Tidak ada seorang pun yang tidak mengenal Ciputra, yang dikenal sebagai Bapak Properti
Indonesia. Ia sejak kecil sudah terlatih untuk kerja keras dan menjadi tiang penopang keluarga
setelah ayahnya meninggal ketiak ia masih berusia 12 tahun. Salah satu proyek prestisiusnya
adalah Taman Impian Jaya Ancol. Ketika ditanya apa kunci suksesnya, Ciputra menyodorkan
dua resep utama, yaitu memiliki mimpi yang kreatif dan mewujudkannya lewat kerja keras.
Namun saat krisis melanda Indonesia dan nilai tukar dolar terhadap rupiah melonjak tinggi,
karena memiliki utang dalam bentuk dolar, bisnis Ciputra terpukul. Bagi Ciputra keterpurukan
ini meyadarkan dirinya untuk kembali ingat pada Tuhan, seperti yang ia katakan : “ Dalam
hidup ini yang saya syukuri ialah dosa saya sudah diampuni. Saat kaya, saya merasa seperti
anak hilang. Oleh karena itu saya bersyukur, saya dapat kembali kepada Tuhan setelah krisis.”
 Bill Cosby, seorang aktor yang banyak dikenal lewat serial TV The Cosby Show, berasal dari
keluarga yang tidak mampu dan hidup dalam lingkungan yang diskriminatif. Ia mengerti
bagaimana rasanya menderita akibat kesulitan ekonomi. Dari perasaan penderitaan ini ia
berjuang keras hingga berhasil meraih mimpinya. Ia tidak hanya membangun diri sendiri dan
keluarganya. Ia melangkah lebih jauh, misi yang diembannya adalah bagaimana membangun
masyarakatnya (terutama Afro-American), melalui kehidupan keluarga yang harmonis. Ia
juga menginisiasi terwujudnya pembangunan museum Perbudakan Nasional AS – tujuannya
adalah ia ingin mengingatkan agar kaumnya untuk bangkit agar bisa sejajar dengan warga AS
keturunan Eropa.
Kisah-kisah diatas adalah keteladanan dalam sukses duniawi. Apakah para tokoh diatas
yang sukses duniawi juga merasakan sukses batiniah atau kebahagiaan ?. Saya tidak tahu. Bukan
itu yang ingin dibahas. Yang ingin ditekankan adalah bagaimana seseorang mengalami sukses
duniawi dan batiniah. Sukses duniawi bukan suatu yang buruk. Tidak. Sukses duniawi wajib
diperjuangkan. Persoalannya adalah, bagaimana kita meraih sukses duniawi dan batiniah. Ini
pointnya. Paling tidak ada empat agar kita dapat meraih sukses duniawi dan batianiah.

Pertama, mimpi. Hidup mesti memiliki tujuan. Mimpi adalah sebuah cita cita tertinggi
yang ingin diraih oleh seseorang, yang mengarahkan seseorang kemana ia akan bergerak di masa
depan. Menurut Maxwell mimpi adalah gambaran inspiratif tentang masa depan yang memberi
kekuatan pada pikiran, keinginan, dan emosi kita. Atau seperti kata Sharon Hull, “ Impian adalah
bibit peluang yang ditanam dalam jiwa manusia.” Mimpi adalah sebuah visi hidup bagi masing
masing pribadi. Mimpi adalah sebuah magnet yang menarik kita menuju ke arahnya.

Kedua, mimpi diraih berdasarkan prinsip, yaitu melalui perjuangan dan kerja keras,
disiplin, ketekunan, integritas, kejujuran, moralitas dan spiritualitas. Bukan dengan cara instan
dan KKN. Mimpi diraih berdasarkan prinsip. Tugas dan kewajiban kita adalah menemukan nilai
dan prinsip. Seperti dikatakan oleh Max Scheler : “ Manusia tidak menciptakan nilai-nilai atau
prinsip, melainkan ia menemukan nilai-nilai.” Plato – sang filsuf dari Yunani, guru dari
Aristoteles menegaskan bahwa sukses sejati dibangun atas dasar keutamaan – Arete ( Setyo
Wibowo, 2010). Nilai-nilai dan Prinsip tidak lain adalah karakter. Sukses dibangun atas fondasi
prinsip atau karakter, sebagaimana dikatakan oleh Stephen Covey dalam bukunya The 7 Habit.
Atau seperti aliran psikologi positif yang mendasari sukses melalui strengths dan virtues.

Ketiga, sukses mesti selaras dengan misi. Misi sejati kita adalah memberikan kontribusi
positif - menebar kasih bagi orang lain, sebagaimana menjadi pesan Steve Jobs menjelang ajalnya.
Sukses dan keberhasilan hanya akan bermakna apabila sukses tersebut juga dapat dinikmati oleh
orang lain, sebagaimana dikatakan oleh Norman Vincent Peale, “ Orang yang hidup untuk dirinya
sendiri adalah orang yang gagal. Bahkan sekalipun ia berhasil memiliki banyak kekayaan,
kekuasaan dan kedudukan, ia tetap saja orang yang gagal.” Pepatah lain mengatakan : “ Apakah
tujuan hidup kita, jika bukan untuk membuat kehidupan menjadi lebih nyaman dan lebih bisa
dinikmati oleh orang lain ? Victor Frankl mengatakan : “ Jangan mempunyai tujuan mengejar
sukses, makin kita mengejarnya dan membuatnya sebagai tujuan utama, kita makin jauh darinya.
Sukses adalah seperti kebahagiaan, merupakan akibat, dan hanya dapat muncul sebagai efek
samping yang tidak ditargetkan dari dedikasi pribadi terhadap hal-hal yang melebihi kepentingan
pribadi atau sebagai hasil dari penyerahan diri terhadap orang lain yang bukan diri sendiri.”

Keempat, bermuara pada kebahagiaan. Ketika kita sukses maka pertanyaannya adalah :
“ Apakah sukses yang telah aku raih membuat aku lebih bahagia ? Ketika kita sukses maka sukses
tersebut harus dinilai berdasarkan visi sejati – yaitu kebahagiaan. Bahwa sukses itu membuat kita
lebih bahagia. Seperti dikatakan oleh Aristoteles, bahwa pengertian sukses yang telah kita patok
sejatinya adalah tujuan sementara. Sukses duniawi - material. Sukses sejati adalah sukses batiniah
bukan material. Sukses demi sukses yang kita raih mesti bermuara atau berakhir pada kebahagiaan
dan bukan demi tujuan sukses itu sendiri. Seperti dikatakan oleh Anthony de Mello bahwa kita
semakin bahagia bila kita tidak lekat pada kepemilikan duniawi (uang, harta, kekuasaan). Kisah
Ayub dalam Alkitab adalah contoh terbaik. Bahwa semua yang kita miliki berasal dari Tuhan. Kita
ikhlas bila Tuhan mengambil kepemilikan kita kapan pun.

KESIMPULAN

Dari apa yang sudah diulas di depan kita telah memahami begitu pentingnya menetapkan
visi dan misi hidup. Visi dan misi mengarahkan dan menarik hidup kita pada arah yang benar.
Dengan memahami visi dan misi, kita dapat memahami sukses duniawi seperti apa yang kita
perjuangkan. Jadi tugas kita masing-masing adalah bagaimana meruuskan visi dan misi hidup
kita.

Visi Hidup

 Visi hidup kita adalah meraih kebahagiaan sejati.


 Sebagaimana dikatakan oleh Pierre Teilhard de Chardin kita adalah mahluk spiritual yang
mempunyai pengalaman manusia, atau kata Ghazali – bahwa kita adalah pengelana asing yang
terdampar di dunia, atau pepatah jawa yang mengatakan – hidup hanya mampir ngombe
(minum). Jadi tujuan akhir kita adalah menurut sudut pandang spiritualitas adalah meraih
kebahagiaan sejati – surgawi, atau nirwana menurut ajaran Budhha atau kedekatan dengan
Tuhan. Yang kita upayakan saat kita masih hidup adalah mencicipi kebahagiaan demi
kebahagiaan, demikian menurut filsuf besar Thomas Aquinas.
 Ghazali mengingatkan bahwa urusan utama manusia di dunia ini adalah mempersiapkan diri
bagi dunia yang akan datang.

Misi Hidup

 Hidup adalah sebuah misi. Misi adalah alasan keberadaan kita. Misi yang kita bawa adalah
memberikan kontribsi positif bagi orang lain – menebar kasih, sebagaimana prinsip hukum
tertingi.
 Hukum tertinggi menegaskan agar kita mencintai Tuhan dan mencintai orang lain seperti kita
mencintai diri sendiri.
 Seseorang baru bisa mencintai Tuhan dan sesama ketika ia telah menjadi dirinya sendiri. Filsuf
Denmark – Soren Kierkegaard, meyakini bahwa tujuan hidup manusia adalah menjadi diri
sendiri yang sebenar-benarnya atau diri autentik
 Ketika kita telah mejadi diri sendiri, saat itulah kita mampu menjalani hidup secara baik (good
life). Hidup baik berarti hidup secara bermoral. Ajaran Budhha menawarkan jalan menuju
kebahagiaan melalui Delapan Jalan Kebenaran, yaitu : Pandangan benar, Pikiran benar,
Ucapan benar, Perilaku benar, Penghidupan benar, Usaha benar, Perhatian benar, Konsentrasi
benar.
 Psikologi positif menawarkan jalan kebahagiaan dengan cara yang lebih jelas, lebih terinci
dan ilmiah, dengan mengembangkan dan meningkatkan keutamaan dan kekuatan yang tipikal
(karakter) dan melakukan aktivitas positif (volutary activities) melalui PERMA.

PUSTAKA

1. Richard Schoch. The Secret of Happiness. Penerbit Hikmah. Jakarta Selatan. 2008
2. Sri Sudarsih. Konsep Hedonisme Epikuros dan Situasi Indonesia Masa Kini. 20011.
ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika/article/view/4008/3684
3. Brickman P., Bulman J. Lottery winners and accident victims : is happiness relative ?. J of
Personality and Social Psychology 1978; Vol 36; No 8. 917 – 927
4. Lambert L., Passmore HA., Holder MD. Foundational Framework of positive psychology
: mapping well – being orientations. Canadian Psychological Associaion 2015; vol 56;
No 3 : 311 – 321.
5. Borrego JL., Jimenez EF., calderon C. Ten major reviews about positive psychology. Ann
Clin and Health Psychology 2009; 5 : 47 – 53.

6. Daniel Freeman., Jason Freeman. You Can Be Happy . PT Gramedia, Jakarta. 2014
7. Bacon N., Brophy M., Mguni N., Mulgan G., Shandro A. The State of Happiness: Can
public policy shape people’s wellbeing and resilience ? 2010
http://youngfoundation.org/wp-content/uploads/2012/10/The-State-of-Happiness.pdf
8. John Helliwe;;., Richard layard., Feffrey Sachs. World Survey Happiness Report 2015.
http://www/worldhappiness.report/wp-content/uploads/sites/2/2015/04/WHR.15.pdf
9. Setyo Wibowo. Arete : Hidup Sukses Menurut Platon. Kanisius. Yogyakarta. 2010

Vous aimerez peut-être aussi