Vous êtes sur la page 1sur 43

Pencemaran Air

Air merupakan komponen penting dalam kehidupan. Air sebagai sumber daya alam sangat penting dan
mutlak diperlukan semua makhluk hidup, termasuk manusia. Air memiliki jumlah yang besar, yakni dua
pertiga dari seluruh luas permukaan bumi. Air juga merupakan unsur pembentuk utama dalam
tumbuhan, hewan dan manusia.

Air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan tersedia melimpah dalam jumlah yang
konstan dan memiliki siklus tetap. Jenis air yang paling banyak digunakan adalah air tawar.

Siklus Air

(Cumnings, 2003)

Pencemaran atau polusi air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan dari
kemurniannya. Air yang tersebar di alam tidak pernah terdapat dalam bentuk murni, tetapi bukan
berarti semua air sudah terpolusi. Sebagai contoh, meskipun di daerah pegunungan atau hutan yang
terpencil dengan udara yang bersih dan bebas dari polusi, air hujan selalu mengandung bahan-bahan
terlarut seperti CO2, O2 dan N2, serta bahan-bahan tersuspensi seperti debu dan partikel-partikel
lainnya yang terbawa dari atmosfer.

Pencemaran air menurut Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia,
sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi
sesuai dengan peruntukannya.

1. Sumber Pencemar Air

Sumber pencemar air dibagi menurut karakteristik masing-masing sumber pencemar. Sumber pencemar
berdasarkan asalnya dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Sumber Pencemar Domestik

Limbah domestik adalah semua buangan yang berasal dari kamar mandi, kakus, dapur, tempat cuci
pakaian, apotek, rumah sakit, rumah makan dan sebagainya. Limbah tersebut secara kualitatif dapat
mengandung bahan organik, garam terlarut, lemak, bakteri (terutama golongan fekal coli), jasad
patogen, parasit, hingga bahan berbahaya dan beracun.
b. Sumber Pencemar Non-domestik

Limbah non-domestik sangat bervariasi, terutama limbah yang berasal dari kegiatan industri. Kegiatan
bidang perindustrian pada umumnya menimbulkan pencemaran air. Beberapa jenis industri
menggunakan air dengan volume sangat besar, yang diperoleh baik dari sumber air tanah maupun air
permukaan.Penggunaan air ini berpengaruh terhadap sistem hidrologi sekitar, sedangkan limbah
pertanian biasanya terdiri atas bahan padat bekas tanaman yang bersifat organis, bahan pemberantas
hama dan penyakit (pestisida), serta bahan pupuk yang mengandung diantaranya nitrogen, fosfor,
sulfur, dan mineral.

Berdasarkan bentuk sebarannya, sumber pencemaran air dibagi menjadi dua, yaitu :

a) Sumber pencemaran tersebar (non point source pollution)

Sumber pencemaran tersebar merupakan sumber pencemar yang tidak terlokalisasi secara definitif.
Sumber pencemaran ini biasanya berasal dari daerah pinggiran kota (sub-urban), kota-kota besar,
rumah-rumah pedesaan (rular homes), pertanian dan peternakan. Sumber pencemaran ini tersebar dari
beberapa daerah dan tidak langsung mencemari badan air. Biasanya, pencemar ini terlebih dahulu
mencemari air tanah atau saluran air (saluran air terbuka maupun tertutup), yang kemudian bermuara
di badan air, seperti sungai dan laut.

b) Sumber pencemaran titik (point source pollution)

Sumber pencemaran titik merupakan sumber pencemaran yang berasal dari titik-titik tertentu di
sepanjang badan air penerima (sungai). Sumber pencemaran ini dapat diketahui dengan jelas lokasi
sumbernya. Sumber pencemaran ini terutama berasal dari pipa-pipa pembuangan limbah cair dari
industri yang tidak mengolah limbahnya. Selain itu pencmaran ini juga berasal dari buangan hasil
pengolahan limbah di IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) yang tidak memenuhi syarat baku mutu air
limbah yang ditetapkan.

2. Polutan Air

Polutan air merupakan zat yang mencemari air. Polutan memiliki bentuk dan jenis yang beragam.
Menurut bentuknya, polutan air dibagi menjadi tiga, yaitu :

a. Padat, misalnya sampah, hasil erosi tanah dan sebagainya.

b. Cair, misalnya limbah cair dari industri dan rumah tangga, hujan asam.

c. Gas, misalnya gas karbon dioksida hasil pembakaran dari kendaraan atau asap pabrik, yang masuk ke
dalam air melalui pertukaran udara.
Ciri-ciri air yang mengalami polusi sangat bervariasi tergantung dari jenis air dan polutannya atau
komponen yang mengakibatkan polusi. Contohnya air minum yang terpolusi mungkin rasanya akan
berubah meskipun perubahan baunya sukar dideteksi, kehidupan hewan air akan berkurang pada sungai
yang terpolusi berat, atau minyak yang terlihat terapung pada permukaan air laut menunjukkan adanya
polusi. Menurut Fardiaz (1992) polutan air dikelompokkan menjadi sembilan kelompok berdasarkan
perbedaan-perbedaan sifatnya :

a. Padatan

b. Bahan buangan yang membutuhkan oksigen (oxygen-demanding waste)

c. Mikroorganisme

d. Komponen organik sintetik

e. Nutrien tanaman

f. Minyak

g. Senyawa anorganik dan mineral

h. Bahan radioaktif

i. Panas

Pengelompokkan tersebut di atas bukan merupakan pengelompokan yang baku, karena suatu jenis
polutan mungkin dapat dimasukkan ke dalam lebih dari satu kelompok. Sebagai contoh, bakteri dapat
dimasukkan ke dalam kelompok mikroorganisme maupun kelompok padatan tersuspensi. Suatu limbah
atau bahan buangan mungkin mengandung lebih dari satu macam polutan. Sebagai contoh, sampah
organik adalah suatu bahan buangan yang membutuhkan oksigen, tetapi juga mengandung
mikroorganisme dan mungkin nutrien tanaman. Jadi pengelompokan di atas lebih bersifat untuk
memudahkan dalam pembahasan mengenai berbagai jenis polutan.

3. Indikator Pencemaran Air

Pencemaran air dapat diketahui dari aspek fisik-kimia dan/atau aspek biologi. Beberapa indikator
pencemar air aspek fisika-kimia adalah sebagai berikut :

A. pH (derajat keasaman)

pH sautu badan air merupakan indikasi keseimbangan antara asam (ditandai dengan ion H+) dan basa
(OH-). Keduanya merupakan ion pembentuk air (H-2O). Air murni memiliki asam dan basa dalam jumlah
yang seimbang pada pH 7. Air bersifat asam bila pH-nya kurang dari 7, dan bila lebih dari 7 air akan
bersifat basa. Apabila pH air kurang dari 5 dan lebih dari 9, maka badan air tersebut telah dikatakan
tercemar.

B. Suhu

Suhu air berkisar pada 25oC Suhu air pada tiap badan air berbeda-beda tergantung pada ketinggian dan
kondisi geografis. Suhu air di daerah tropis berbeda dengan suhu air di daerah subtropis. Air dikatakan
tercemar apabila suhu air pada wilayah tersebut berubah secara drastis.

C. Warna

Air yang memenuhi syarat kesehatan secara umum adalah tidak berasa, tidak berbau dan tidak
berwarna (jernih). Ketiga syarat tersebut bukan sekedar merupakan syarat estetika, tapi juga merupakan
indikasi apakah air tersebut tercemar atau tidak. Perubahan warna air bisa diakibatkan karena partikel
terlarut seperti lumpur, fitoplankton dan mikroorganisme yang bersifat mikroskopis. Sumber
pencemaran warna terutama berasal dari limbah cair industri cat, industri tekstil dan pencelupan kain,
serta industi pewarna pakaian dan makanan.

D. Disolved Oxygen (DO)

DO atau oksigen terlarut, adalah banyaknya oksigen yang terlarut dalam satu liter air (mg/l). Oksigen
merupakan gas yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk proses metabolisme. Kehidupan
tumbuhan dan organisme perairan tergantung dari kemampuan badan air mempertahankan jumlah
oksigen terlarut dalam air. Semakin rendah jumlah oksigen terlarut dalam air menunjukkan makin
tingginya tingkat pencemaran suatu perairan.

E. Biological Oxygen Demand (BOD)

BOD atau permintaan oksigen biologis, adalahh jumlah oksigen (dalam mg) yang diperlukan oleh
mikroorganisme (terutama bakteri) untuk proses penguraian/oksidasi dan stabilisasi bahan organik
secara biologis pada kondisi aerobik (kondisi dimana mikroba tidak dapat hidup tanpa oksigen) dalam
satu liter air limbah. BOD yang tinggi mengindikasikan adanya bahan organik yang tinggi pula, dan itu
berarti tingkat pencemaran di suatu badan air juga tinggi. hal ini dikarenakan mikroorganisme
memerlukan oksigen dalam jumlah besar untuk menguraikan bahan organik dalam jumlah besar pula.

F. Chemical Oxygen Demand (COD)


COD atau permintaan oksigen kimiawi merupakan pengukuran jumlah bahan organik dengan
menggunakan persamaan dari jumlah oksigen (dalam mg) yang diperlukan untuk mengoksidasikan
bahan organik secara kimiawi dalam satu liter air limbah. Nilai COD selalu lebih besar dari BOD. Hal ini
dikarenakan tidak semua bahan organik yang dihitung melalui persamaan kimia mampu diuraikan oleh
mikroorganisme.

G. Logam Berat

Logam tertentu sejatinya dibutuhkan oleh tubuh, namun dalam jumlah yang cukup dan tidak berlebih,
seperti zat besi untuk pembentukan sel darah merah. Air dikatakan tercemar apabila kandungan logam
di dalam air tersebut melebih batas dan jumlah yang ditentukan sehingga bersifat racun dan berdampak
negatif terhadap sistem tubuh, jenis logam berat paling berbahaya adalah raksa, perak, tembaga, seng,
nikel, timah hitam, kadmium, arsen dan kromium.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pendidikan lingkungan hidup merupakan salah satu faktor penting untuk meminimalisasi kerusakan
lingkungan hidup dan merupakan sarana yang penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang
dapat melaksanakan prinsip pembangunan berkelanjutan. Pendidikan lingkungan dilakukan sebagai
upaya untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian masyarakat dalam mencari pemecahan dan
pencegahan timbulnya masalah lingkungan.

Menirut anonim (2007), Pendidikan lingkungan tidak akan merubah situasi dan kondisi lingkungan yang
rusak menjadi baik dalam waktu yang singkat, melainkan membutuhkan waktu,proses, dan sumber
daya. Atas dasar itulah pendidikan lingkungan sedini mungkin perlu diupayakan agar dapat
meminimalisirkerusakan-kerusakan lingkungan

1.2 RUMUSAN MASALAH

Di dalam menyusun makalah ini penyusun menemukan beberapa permasalahan, yang susuna dalam
rumusan masalah sebagai berikut :

1. Keadaan Geografi dan Lingkungan

2. Perkembanga pendidikan Lingkungan di Indonesia

3. Kendala Pengelolaan Lingkungan Hidup

1.3 TUJUAN

Mengetahui keadaan lingkungan sekarang

2. Mengetahui perkembanga pendidikan Lingkungan di Indonesia

Mengetahui kendala penelolaan lingkungan hidup dan memberikan solusinya

BAB II

PEMBAHASAN

Indonesia menghadapi pembanganan yang berdampak pada masalah lingkungan dan bencana alam.
beberapa masalah yang serius terkait dengan aspek lingkkungan hidup yaitu :

Kerusakan lingkungan hidup


Pengangguran dan kemiskinan

Pengaruh perubahan iklim global

Krisis air, pangan dan energi

Bencana alam dan konflik sosial

Berbagai contoh kerusakan lingkungan hidup, yaitu adanya lebih dari 60 DAS kritis di Indonesia,
meningkatnya lahan kritis, pencemaran, kerusakan lingkungan hunian kota oleh banjir, intrusi, bencana
alam yang menimbulkan kerugian harta, jiwa dan rusaknya infrastruktur kota serta pemukimkan. Gempa
bumi dan tsunami di Aceh, gempa di DIY, Jateng, Maluku, Manokwari, Jakarta menimbulkan masalah
yang tidak mudah diselesaikan dalam waktu yang singkat.

Masalah sosial ekonomi masyarakat yaitu pengangguran di Indonesia 10% dari jumlah penduduk dan
kemiskinan 14%, isu perubahan iklim yang berdampak pada kenaikan suhu dan lingkungan, naiknya
muka air laut yang membahayakan bagi kehidupan kota-kota di tepi pantai.

Geografi dan Lingkungan

Geografi merupakakn ilmu yang mempelajari aspek geosfere dalam hubungannya dengan lingkungan
kehidupan di muka bumi. Pada masa awal geografi ortodok mempelajari aspek geosfere secara
deskriptif dan kemudia berkembang menjadi geografi sitematik yang menekankan pada pendekatan
keuangan, kelingkungan dan kompleks wilayah. Geografi mencakup kajian atmosfer, litosfer, pedosfer,
hidrosfer, biosfer, dan atroposfer. berdasarkan objek material yang dikaji maka geografi dapat
merupakan induk ilmu bagi bidang-bidang kajian terkait seperti klimatologi, meteorologi, survei
sumberdaya alam dan air, mineral, lahan, hutan, dan lainnya. Materi dasar geografi amat terkait dengan
lingkungan hidup.

Geografi saat ini amat berperan pada pendidikan dan pembangunan di Indonesia dengan objek
formalnya lingkungan, ruang dan wilayah. Oleh karena itu geografi mempunyai aplikasi penting dibidang
lingkungan hidup, tataruang dan pembangunan wilayah dengan memanfaatkan teknologi Pengindraan
Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG).

Perkembanga pendidikan Lingkungan di Indonesia

Pendidikan lingkungan di Indonesia menghadapi maslah yang amat serius bila dibandingkan dengan
pendidikan lingkungan dan aplikasinya dalam kehidupan masyarakat di negara maju. Apabila
dibandingkandengan pendidikan di Singapura yang dimulai dari pendidikan dasar dan dilanjutkan hingga
pendidikan tinggi, pendidikan lingkungan di Indonesia belum nyata berdampak positif pada kemandirian
pengelolaan lingkungan hidup.

Dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 3 bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dengan dasar ini maka
tahun 1982 diterbitkan UUPL No. 4 Tahun 1982 yang kemudian disempurnakan lagi menjadi Undang
Undang Nomor 23 tahun 1997.

Pada era tahun 1980 inilah pembangunan lingkungan hidup mulai dikembangkan yang selanjutnya
berdampak pada pendidikan lingkungan hidup di Indonesia, perubhan kurikulum geografi dari SD sampai
dengan SMA ada tambahan muatan tentang lingkungan hidup.

Mengkritisi perjalanan pendidikan lingkungan dan implementasinya dalam pembangunan lingkungan


hidup di Indonesia, maka dapat disimpulkan bahwa geografi melandasi muatan kurikulum pendidikan
lingkungan yang mengintegrasikan aspek abiotik, biotik dan kultural mulai dari pendidikan dasar hingga
pendidikan tinggi.

Lingkungan dan Ekosistem

Lingkungan adalah sesuatu di sekitar manusia baik berupa benda maupun non benda yang dapat
mempengaruhi dan di pengaruhi oleh sikap ataupun tindakan manusia. Dalam Undang Undang No. 23
Tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud lingkungan hidup adalah kesatuan
ruang dan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan serta makhluk hidup lain.

Lingkungan hidup merupakan suatu ekosistem yang dari waktu kewaktu terus berkembang, saling
berinteraksi, integrasi, dan interdepensi. Perkembangan ini menimbulkan perubahan aspek fisik, biologi
dan sosial. Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara uth menyeluruh antara segenap unsur lingkungan
hidup yang saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas dan produktivitas
lingkungan hidup.

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dan lingkungannya. Ekosistem terbentuk oleh komponen hidup dan komponen tak hidup pada suatu
tempat yang berinteraksi membentuk kesatuan yang teratur.

Pengelolaan Lingkungan Hidup


Menurut Undang Undang No. 23 Tahun 1997, tentang pengetahuan Lingkungan Hidup, yang dimaksud
dengan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup
yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan,
pengawasan dan pengendalian hidup yang serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan
berkesinambungan bagi peningkatan kesejahteraan manusia. Pengelolaan lingkungan merupakan usaha
secara sadar untuk memelihara dan atau untuk memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar
hidup dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya.

Upaya pengelolaan lingkungan hidup harus berpegang pada azas pelestarian dan konservasi
sumberdaya dengan azas pemanfaatan yang serasi dan seimbang dengan tatanan lingkungan.
Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya dan jasa lingkungan harus diawali dengan melakukan
penilaian secara menyeluruh terhadap ekosistem sumberdaya beserta jasa-jasa yang ada didalamnya,
menentukan tujuan dan sasaran pemanfaatannya, kemudian merencanakan dan mengelola segenap
kegiatan pemanfaatannya untuk mencapai pembangunan yang optimal dan berkelanjutan. Pemanfaatan
sumber daya alam harus secara bijaksana dan menjamin ketersediaannya secara berkelanjutan dengan
tetap memelihara dan meningkatkan nilai dan keanekaannya. adaptasi manusia terhadap alam
merupakan cerminan adanya aktivitas dan keterkaitan manusia terhadap alam dalam memanfaatkan
ruang. Dengan berkembangnya keinginan, tuntutan kesejahteraan dan teknologi maka manusia
berusaha untuk menguasai alam. Dengan kemajuan teknologi maka ruang gerak manusia dalam
memanfaatkan sumberdaya pun semakin bertambah luas. Berdasarkan proses tersebut maka timbul
paradigma baru dalam pengelolaan lingkungan yaitu pembangunan berkelanjutan.

Berikut diuraiakan masalah, kendala, strategi, dan kebijakan dalam pengelolaan lingkungan hidup

Permasalahan

1. Pertambahan penduduk yang tinggi yang menyebabkan tingginya tekanan pada lingkungan.

2. Bertambahnya aktivitas pembangunan yang cenderung mempengaruhi lingkungan alamiahnya.

3. Gunung dan bukit yang gundul menyebabkan erosi, longsor dan banjir serta sedimentasi di bagian
bawah.

4. Kondisi daerah resapan hilang atau berkurang fungsinya.

5. banyaknya limbah-limbah dari industri, kendaraan peternakan, domestik, pertanian dan lain.

6. Pencemaran, lahan kritis dan bencana alam.

7. Pengangguran, kemiskinan dan kesehatan masyarakat.

Kendala Pengelolaan Lingkungan Hidup


1. Masalah jumlah penduduk tinggi dan persebarannya.

2. Ketersediaan sumberdaya alam juga terbatas

3. Penguasaan teknologi yang tidak ramah lingkungan

4. Kualitas sumberdaya manusia terbatas, kesadaran masyarakat akan kelestarian lingkungan rendah.

5. Belum siapnya pemerintah daerah dan masyarakat dalam era otonomi daerah

6. Belum sepenuhnya para pelaku pembangunan bervisi pendekatan sistem dalam pemecahan
masalah lingkungan.

Permasalahan Lingkungan Hidup Mendesak Yang perlu ditangani

1. Pencegahan dan rehabilitasi kerusakan sumber daya alam dan tatanan lingkungan hidup.

2. Pelestarian dan pengembangan ppotensi sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

3. Pengendalian pencemaran dan dampak lingkungan.

4. Pengembangan kelembagaan, kemampuan sumberedaya manusia, peran serta masyarakat,


dukungan sisterm data dan informasi serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Peran Pendidik dalam Menciptakan Masyarakat Sadar Lingkungan

Pendidikan mempunyai kompetisi yang terkait dengan pengelolaan lingkungan dan sumberdya sesuai
dengan ciri keilmuan yang bersifat hubungan alam dengan kehidupan, maka guru dapat memberikan
penyadaran dalam melestarikan fungsi lingkungan, yang dilakukan melalui beberapa cara yaitu :

1. Memberikan masukan kebijakan kepada pemerintah dalam penanganan lingkungan hidup.

2. Pendidikan, pelatihan, seminar, saresehan dibidang lingkungan hidup, masalah dan


penanganannya.

3. Pengabdian, penelitian dalam bidang lingkungan hidupuntuk berbagai kasus lingkungan.

4. Pembinaan kelembagaan pengheloolaan lingkungan hidup.

5. aksi sosial bersama masyarakat untuk menangani lingkungan di setiap wilayah.

Mengenal masalah lingkunga hidup di kabupaten Kuningan

Kabupaten Kuningan secara geografis terletak pada bentang ekosistem sebagai berikut :

1. Kerucut dan puncak Vulkanik

2. Lereng atas dan puncak vulkanik


3. lereng kaki vulkaniok

4. dataran lereng kaki vulkanik

5. Lembah-lembah vulkanik dan perbukitan.

Beberapa masalah lingkungan yang sangat penting diantisipasi penanganannya adalah :

1. Bencana longsor dan erosi

2. Penggundulan hutan akibat konversi lahan

3. Pendangkalan / sedimentasi waduk

4. Kerusakan lahan lindung

5. Menurunnya fungsi resapan di lereng gunung Ciremai

6. Pencemaran oleh limbah ternak

7. Penambangan pasir yang berdampak pada degradasi lingkungan.

Pengelolaan masalah lingkungan di kabupate perlu di integrasikan dengan tata ruang wilayah dengan
melibatkan peran masyarakat, swasta, pemerintah dan lembaga peduli lingkungan.

Pendidikan lingkungan melalui program model sekolah berwawasan lingkungan, model sekolah peduli
lingkungan di Kabupaten Kuningan dapat diterapkan di SD, SLTP, SMA. Dinas Pendidikan perlu
bekerjasama sengan Badan Lingkungan Hidup untuk program sekolah model lingkungan. Dengan
pendekatan pendidikan lingkungan di semua sekolah negeri dan swasta di kabupaten Kuningan
diharapkan dapat direalisasikan.

BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Indonesia menghadapi pembanganan yang berdampak pada masalah lingkungan dan bencana alam.
beberapa masalah yang serius terkait dengan aspek lingkkungan hidup yaitu :

Kerusakan lingkungan hidup

Pengangguran dan kemiskinan

Pengaruh perubahan iklim global


Krisis air, pangan dan energi

Bencana alam dan konflik sosial

Melihat kondisi diatas maka pemerintah mengeluarkan Undang Undang No. 23 Tahun 1997, tentang
pengetahuan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya
terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan,
pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian hidup yang
serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan berkesinambungan bagi peningkatan
kesejahteraan manusia. Pengelolaan lingkungan merupakan usaha secara sadar untuk memelihara dan
atau untuk memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar hidup dapat terpenuhi dengan sebaik-
baiknya.

Pendidikan mempunyai kompetisi yang terkait dengan pengelolaan lingkungan dan sumberdya sesuai
dengan ciri keilmuan yang bersifat hubungan alam dengan kehidupan, maka guru dapat memberikan
penyadaran dalam melestarikan fungsi lingkungan, yang dilakukan melalui beberapa cara yaitu :

1. Memberikan masukan kebijakan kepada pemerintah dalam penanganan lingkungan hidup.

2. Pendidikan, pelatihan, seminar, saresehan dibidang lingkungan hidup, masalah dan


penanganannya.

3. Pengabdian, penelitian dalam bidang lingkungan hidupuntuk berbagai kasus lingkungan.

4. Pembinaan kelembagaan pengheloolaan lingkungan hidup.

5. Aksi sosial bersama masyarakat untuk menangani lingkungan di setiap wilayah.

1.2 Saran

Dalam melakukan aktivitas Pendidikan Lingkungan Hidup, disarankan untuk melakukan tahapan
perencanaan dan persiapan, yang meliputi : Pendalaman materi, penyusunan modul, dan persiapan
materi.

Hal-hal yang dilakukan dalam perencanaan kegiatan pendidikan lingkungan hidup adalah :

Tujuan Umum/khusus

Tujuan adalah hal-hal yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan. Tujuan merupakan hal besar/umum
yang ingin di wujudkan, sedangkan tujuan khusus adalah pencapaian secara spesifik/khusus.

Tentukan tema

Tema kegiatan merupakan aspek utama dari kegiatan yang akan dilakukan.

Pilih obyek
Obyek merupakan hal yang ingin diamati.

Susunan alur kegitan

Alur kegiatan merupakan rincian tahapan kegiatan secara terstruktur.

Persiapan alat Bantu

Alat dan bahan adalah rincian peralatan dan bahan-bahan yang diperlukann dalam melakukan kegian
PLH.

Pelaksanaan kegiatan

Merupakan pelaksanaan yang sesuai dengan waktu dan metoda yang telah ditentukan.

Evaluasi kegiatan

Evalusai menegaskan cara melakukan menilaian terhadap indicator keberhasilan kegiatan. Disini
dituliskan apa dan bagaimana evaluasi dilakukan.
MODUL PEMBELAJARAN BIOLOGI

PENCEMARAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mandiri

Mata Kuliah : Inovasi Pembelajaran Biologi

Dosen Pengampu : Eka Fitriah, S.Si. M.Pd.

Disusun Oleh :

Ali Nurdin

Elis Jayanti

Indah Fitriani

Reri Anis M.

Siti Kholifah

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SYEKH NURJATI
CIREBON

2014

PENCEMARAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN

A. Pencemaran Lingkungan

Pencemaran adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain
ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam
sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.

Menurunnya kualitas lingkungan terlihat dari melemahnya fungsi atau menjadi kurang dan tidak sesuai
lagi dengan kegunaannya, berkurangnya pertumbuhan serta menurunnya kemampuan reproduksi. Pada
akhirnya ada kemungkinan terjadinya kematian pada organisme hidup dalam lingkungan tersebut.

1. Macam-macam Bahan Pencemar

Segala sesuatu yang dapat menimbulkan pencemaran disebut dengan polutan atau bahan pencemar.
Syarat-sarat suatu zat dapat disebut polutan adalah jika keberadaannya dapat merugikan mahluk hidup
karena jumlahnya melebihi batas normal, berada pada waktu yang tidak tepat, atau berada pada tempat
yang tidak tepat.

Bahan pencemar yang umumnya merusak lingkungan berupa limbah. Limbah adalah bahan buangan
yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik industri maupun domestik (rumah tangga), yang
kehadirannya dapat berdampak negatif bagi lingkungan. Berdasarkan sifatnya bahan pencemar dapat
dikategorikan kedalam dua macam, yaitu bahan pencemar yang dapat terdegradasi atau teruraikan
(biodegradable) dan bahan pencemar yang tidak dapat terdegradasi (non biodegradable)

Bahan pencemar yang dapat terdegradasi (biodegradable) adalah limbah yang dapat diuraikan atau\
didekomposisi, baik secara alamiah yang dilakukan oleh dekomposer (bakteri dan jamur) ataupun yang
disengaja oleh manusia, contohnya adalah limbah rumah tangga, kotoran hewan, daun, dan ranting.
Sedangkan bahan pencemar yang dapat tidak dapat terdegradasi (nonbiodegradable) Adalah limbah
yang tidak dapat diuraikan secara alamiah oleh dekomposer. Keberadaan limbah jenis ini di alam sangat
membahayakan, contohnya adalah timbal (Pb), merkuri, dan plastik. Untuk menanggulangi
menumpuknya sampah tersebut maka diperlukan upaya untuk dapat menanggulangi hal tersebut
seperti proses daur ulang menjadi produk tertentu yang bermanfaat.

2. Macam-macam Pencemaran Lingkungan

a. Pencemaran Air
Pencemaran air

Sumber: airkumalaysia.blogspot.com

Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau,
sungai, lautan dan air tanah akibat masuknya organisme atau zat tertentu yang menyebabkan
menurunya kualitas air tersebut. Cottam (1969) mengemukakan bahwa pencemaran air adalah
bertambahnya suatu material atau bahan dan setiap tindakan manusia yang mempengaruhi kondisi
perairan sehingga mengurangi atau merusak daya guna perairan. Danau, sungai, lautan dan air tanah
adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian dari siklus
hidrologi. Selain mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan polutan. Berbagai macam fungsinya
sangat membantu kehidupan manusia. Pemanfaatan terbesar danau, sungai, lautan dan air tanah
adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air
limbah, bahkan sebenarnya berpotensi sebagai objek wisata.

Air merupakan kebutuhan vital bagi seluruh makhluk hidup, termasuk manusia. Untuk dapat dikonsumsi
air harus memenuhi syarat fisik, kimia maupun biologis. Akan tetapi apabila air tersebut tidak baik dan
tidak layak untuk dikonsumsi, maka air tersebut bisa dikatakan tercemar. Adapun pengertian dari
pencemaran air adalah

Berikut adalah penyebab dari pencemaran air, diantaranya:

1) Pembuangan limbah industri ke perairan (sungai, danau, laut).

2) Pembuangan limbah rumah tangga (domestik) kesungai, seperti air cucian, air kamar mandi.

3) Penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan.

4) Terjadinya erosi yang membawa partikel-partikel tanahke perairan.

5) Penggunaan racun dan bahan peledak dalam menangkap ikan.

6) Pembuangan limbah rumah sakit, limbah peternakan ke sungai.

7) Tumpahan minyak karena kebocoran tanker atau ledakan sumur minyak lepas pantai.

b. Pencemaran Udara
Pencemaran udara

Sumber: www.ylki.or.id

Pencemaran udara adalah masuknya atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang
dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara
umum serta menurunkan kualitas lingkungan.

Udara dimana di dalamnya terkandung sejumlah oksigen, merupakan komponen esensial bagi
kehidupan, baik manusia maupun makhluk hidup lainnya. Udara merupakan campuran dari gas, yang
terdiri dari sekitar 78 % Nitrogen, 20 % Oksigen; 0,93 % Argon;0,03 % Karbon Dioksida (CO2) dan sisanya
terdiri dari Neon (Ne), Helium (He), Metan (CH4) dan Hidrogen (H2). Udara dikatakan "Normal" dan
dapat mendukung kehidupan manusia apabila komposisinya seperti tersebut diatas dan seimbang.
Sedangkan apabila terjadi penambahan gas-gas lain yang menimbulkan gangguan serta perubahan
komposisi tersebut, maka dikatakan udara sudah tercemar/terpolusi. Adapun beberapa jenis bahan
yang dapat mencemari udara yakni Karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2), Sulfur Dioksida
(SO2), Karbon dioksida (CO2), Ozon (O3), Benda Partikulat (PM), Timah (Pb) dan HydroCarbon (HC).

Akibat aktifitas perubahan manusia, udara seringkali menurun kualitasnya. Perubahan kualitas ini dapat
berupa perubahan sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimiawi. Perubahan kimiawi, dapat berupa
pengurangan maupun penambahan salah satu komponen kimia yang terkandung dalam udara, yang
lazim dikenal sebagai pencemaran udara. Kualitas udara yang dipergunakan untuk kehidupan
tergantung dari lingkungannya. Kemungkinan disuatu tempat dijumpai debu yang bertebaran dimana-
mana dan berbahaya bagi kesehatan. Demikian juga suatu kota yang terpolusi oleh asap kendaraan
bermotor atau angkutan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.

Pencemaran udara dapat diklasifikasikan kedalam 2 macam, yaitu pencemaran primer dan pencemaran
sekunder.

1) Pencemar primer

Pencemar yang di timbulkan langsung dari sumber pencemaran udara. Satu penghasilan sulfur
monoksida dan karbon monoksida akibat daripada proses pembakaran yang tidak lengkap. Proses ini
menyebabkan zarah-zarah yang halus akan terampai-ampai di udara dan member kesan negative
kepada kesihatan manusia. Kebiasaan pencemaran ini dibebaskan melalui ekzos kenderaan,kawasan
industry dan penggunaan dapur arang atau kayu.

2) Pencemar sekunder

Pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di atmosfer. Satu tindakbalas sulfur
dioksida yang bergabung dan terus membentuk bersama gas-gas yang tidak diperlukan oleh benda
hidup. Sulfur dioksida memerlukan gas seperti karbon monoksida dan sulfur monoksida untuk
membentuk gas-gas lain. Contohnya gabungan sulfur dioksida,sulfur monoksida dan wap air akan
menghasilkan asid sulfuric. Tindak balas antara pencemar primer dengan gas terampai di atmosfera
akan menghasilkan peroksid asetil nirat (PAN). Contoh: Sulfur dioksida, Sulfur monoksida dan uap air
akan menghasilkan asam sulfurik.(http://www.artikellingkunganhidup.com)

Beberapa kegiatan yang dapat menimbulkan polusi udara diantaranya berikut ini:

a) Asap dari cerobong pabrik, kendaraan bermotor, pembakaran atau kebakaran hutan, asap rokok,
yang membebaskan CO dan CO2 ke udara.

b) Asap vulkanik dari aktivitas gunung berapi dan asap letusan gunung berapi yang menebarkan
partikelpartikel debu ke udara. Bahan dan partikel-partikel radioaktif dari bom atom atau percobaan
nuklir yang membebaskan partikelpartikel debu radioaktif ke udara. Asap dari pembakaran batu bara
pada pembangkit listrik atau pabrik yang membebaskan partikel, nitrogen oksida, dan oksida sulfur.

c) Chloro Fluoro Carbon (CFC) yang berasal dari kebocoran mesin pendingin ruangan, kulkas, AC
mobil. (http://adeputraselayar.wordpress.com)

c. Pencemaran Tanah

, . Pencemaran darat atau tanah adalah semua keadaan dimana polutan masuk kedalam lingkungan
tanah sehingga menurunkan kualitas tanah tersebut. Dimana Polutan bisa berupa zat-zat bahan
pencemar baik berupa zat kimia, debu, panas, suara, radiasi, dan mikroorganisme.

Sebelum adanya kemajuan teknologi dan industri manusia hanya membuang sampah dan limbah
organik. Sampah atau limbah tersebut mudah diurai oleh mikroorganisme sehingga menjadi bahan yang
mudah menyatu kembali dengan alam. Namun, dewasa ini perkembangan teknologi dan industri sangat
pesat berkembang. Dan sampah serta limbah yang dibuang bukan hanya sampah organik, melaikan
sampah organik juga. Sampah organik sangat sulit untuk diurai oleh mikroorganisme, sehingga
memerlukan waktu yang lama untuk hancur dan menyatu kembali dengan alam. Contoh sederhana
sampah anorganik yaitu plastik yang dapat terurai dalam waktu 240 tahun, sedangkan sampah kaleng
yang terbuat dari alumunium memerlukan waktu 500 tahun untuk dapat diuraikan.

Menurut sumbernya, penyebab pencemaran tanah dibagi menjadi 3 golongan yaitu, limbah domestik,
limbah industri dan limbah pertanian.

1) Limbah domestik

Limbah jenis ini berasal dari pemukiman penduduk; perdagang-an/pasar/tempat usaha hotel dan lain-
lain. Kebanyakan limbah domestik merupakan sampah basah atau organik yang mudah diurai.
2) Limbah industri

Yaitu limbah padat hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses
pengolahan. Misalnya sisa pengolahan pabrik gula, pulp, kertas, rayon, plywood, pengawetan buah, ikan
daging dll.

3) Limbah pertanian

Bahan-bahan kimia lain, seperti pestisida atau DDT (Dikloro Difenil Trikloroetana) yang sering digunakan
oleh petani untuk memberantas hama tanaman juga dapat berakibat buruk terhadap tanaman dan
organisme lainnya.

B. Perubahan Lingkungan

1. Perubahan Lingkungan Karena Faktor Manusia

Manusia memiliki berbagai jenis kebutuhan, baik kebutuhan pokok atau kebutuhan lainnya. Dalam
memenuhi kebutuhan tersebut manusia memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia. Semakin
banyak jumlah manusia, semakin banyak pula sumber daraya alam yang digali.

Dalam proses pengambilan, pengolahan, dan pemanfaatan sumberdaya alam terdapat zat sisa yang
tidak digunakan oleh manusia. Sisa-sisa tersebut dibuang karena dianggap tidak ada manfaatnya lagi.
Proses pembuangan yang tidak sesuai dengan mestinya akan mencemari perairan, udara, dan daratan.
Sehingga lama-kelamaan lingkungan menjadi rusak.

Kerusakan lingkungan yang diakibatkan pencemaran terjadi dimana-mana berdampak pada menurunya
kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Bahkan pengcemaran lingkungan
menimbulkan dampak buruk bagi manusia seperti penyakit dan bencana alam. Beberapa kegiatan
manusia yang dapat meneybabkan terjadinya kerusakan lingkungan yaitu

a. Penebangan hutan

b. Penambangan liar

c. Pembangunan perumahan

d. Penerapan intensifikasi pertanian

2. Perubahan Lingkungan Karena Faktor Alam

Sadar atau tidak lingkungan yang kita tempati sebenarnya selalu berubah. Pada awal pembentukannya
bumi sangat panas seehingga tidak ada satupun bentuk kehidupan yang berada didalamnya.namun
dalam jangka waktu yang sangat lamadan berangsur-angsur lingkungan bumi berbah menjadi
lingkungan yang memungkinkan adanya bentuk kehidupan. Perubahan lingkungan itu terjadi karena
adanya faktor-faktor alam. Beberapa faktor alam yang dapat mempengaruhi berubahnya kondisi
lingkungan antara lain yaitu bencana alam, seperti gunung meletus, tsunami, tanah longsor, banjir,
kebakaran hutan, dll.

C. Upaya Manusia dalam Mengatasi Masalah Lingkungan

Selama ini aktivitas manusia telah menimbulkan banyak kerusakan dan pencemaran lingkungan. Bahkan
para ahli ekologi memperkirakan bahwa kita akan makin banyak membuat kerusakan dan pencemaran
lingkungan yang tidak dapat diperbaiki. Pada dasarnya terdapat tiga cara yang dapat dilakukan manusia
untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran serta untuk melestarikan lingkungan, yaitu secara
administratif, secara teknologis, dan secara edukatif/ pendidikan.

1. Penanggulangan secara administratif

Penanggulangan secara administratif terhadap pencemaran lingkungan merupakan tugas pemerintah,


yaitu dengan membuat peraturan-peraturan atau undang-undang. Beberapa peraturan yang telah
dikeluarkan, antara lain sebagai berikut :

a) Pabrik tidak boleh menghasilkan produk (barang) yang dapat mencemari lingkungan. Misalnya,
pabrik pembat lemari es, AC dan sprayer tidak boleh menghasilkan produk yang menggunakan gas CFC
sehingga dapat menyebabkan penipisan dan berlubangnya lapisan ozon di stratofer.

b) Industri harus memiliki unit-unit pengolahan limbah (padat, cair, dan gas) sehingga limbah yang
dibuang ke lingkungansudah terbebas dari zat-zat yang membahayakan lingkungan.

c) Pembuangan sampah dari pabrik harus dilakukan ke tempat-tempat tertentu yang jauh dari
pemukiman.

d) Sebelum dilakukan pembangunan pabrik atau proyek-proyek industri

e) Pemerintah mengeluarkan buku mutu lingkungan, artinya standar untuk menentukan mutu suatu
lingkungan. Untuk lingkungan air ditentukan baku mutu air , sedangkan untuk lingkungan udara
ditentukan baku mutu udara. Dalam buku mutua air, antara lain tercantum batasan kadar bahan
pencemar logam berat, misalnya fosfor dan merkuri. Didalam buku mutu udara, antara lain tercantum
batasan kadar bahan pencemar, misalnya gas CO2 dan CO. Pemerintah akan memberikan sanksi kepada
pabrik yang menghasilkan limbah dengan bahan pencemar yang melebihi standar baku mutu.

2. Penanggulangan secara teknologis

Penanggulangan pencemaran lingkungan secara teknologis, misalnya menggunakan peralatan untuk


mengolah sampah atau limbah. Di surabaya terdapat suatu tempat pembakaran akhir sampah dengan
suhu yang sangat tinggi sehingga tidak membuang asap. Tempat tersebut dinamakan insenerator.

3. Penanggulangan secara Edukatif


Penangkalan pencemaran secara edukatif dilakukan melalui jalur pendidikan baik formal maupun
nonformal. Melalui pendidikan formal, disekolah dimasukkan pengetahuan tentang lingkungan hidup
tentang lingkungan hidup kedalam mata pelajaran yang terkait, misalnya IPA dan Pendidikan agama.
Melalui jalur pelestarian lingkungan dan pencegahan serta penanggulangan pencemaran lingkungan.

D. Pemanfaatan Limbah

Berdasarkan jenis bahan penyusunnya limbah dibedakan menjadi limbah organik dan limbah anorganik.

1. Limbah organik

Limbah organik merupakan sisa bahan hidup seperti sampah daun, kertas, kulit, kotoran hewan, dll.
Karena tersusun atas bahan-bahan organik limbah jenis ini dapat mudah diuraikan oleh oraganisme
pengurai. Meskipun begitu, sebenarnya limbah-limbah organik masih dpat dimanfaatkan kembali
(reuse) baik dengan cara di daur ulang (recycle) maupun tanpa didaur ulang.

a. Dengan daur Ulang

Limbah-limbah organik tertentu, seperti sampah sayuran, sampah daun atau sampah ranting dapat
dimanfaatkan kembali dengan cara didaur ulang, misalnya menjadi pupuk kompos. Selain itu, kertas
bekas juga dapat didaur ulang menjadi kertas pembungkus, kertas tisu, kertas koran, dan kertas tulis.

b. Tanpa Daur Ulang

Tidak semua limbah organik padat harus didaur ulang terlebih dahulu sebelum dapat digunakan
kembali. Beberapa limbah pada tersebut antara lain

1) Ban karet bekas dapat dijadikan tempat sampah, ember, sandal, meja, atau kursi

2) Serbuk gregaji kayu dapat digunakan sebagi media tanam jamur

3) Kulit jagung dapat dijadikan bunga hiasan.

2. Limbah anorganik

Limbah anorganik merupakan limbah yang berasal dari bahan-bahn tak hidup atau bahan sintetis seperti
minyak bumi, sisa-sisa bahan kimia, kaleng alumunium, kasa dan besi.sama halnya seperti limbah
organik, pada limbah anorganikpun dapat dimanfaatkan kembali dengan cara didaur ulang atau tanpa
didaur ulang.

a. Dengan Daur Ulang

Beberapa limbah anorganik seperti kaleng, alumunium, baja, pecahan botol, toples, kaca, serta botol
gelas dapat dilebur dan diolah kembali

b. Tanpa Daur Ulang


Beberapa limbah anorganik dapat dimanfaatkan kembali tanpa melalui proses daur ulang, yaitu dengan
dijadikan berang-barang yang terkadang memiliki harga jual tinggi . contohnya botol dan gelas plastik
bekas kemasan air mineral dijadikan mainan anak-anak, pot tanaman, atau hiasan. Begitupun dengan
pecahan kaca yang dapat dijadikan hiasan dinding atau lukisan.

LEMBAR KERJA SISWA

Jawablah pertanyaan berikut dengan menyilang pada jawaban a, b, c, d, atau e yang benar !

1. Pengertian pencemaran air yang paling tepat adalah....

a. Masuknya makhluk hidup, zat dan energi yang berasal dari kegiatan manusia ke perairan

b. Masuknya zat dan komponen lain ke perairan yang berasal dari industri sehingga tidak dapat
digunakan

c. Masuknya zat, energi dan makhluk hidup ke perairan yang menyebabkan berubahnya tatanan
perairan akibat kegiatan manusia atau proses alam

d. Masuknya makhluk hidup, zat dan energi serta komponen lainnya ke perairan sehingga tidak dapat
digunakan

e. Masuknya zat yang masuk kedalam perairan

2. Pada air sungai yang telah tercemar akan terlihat tanda-tanda....

a. Airnya jernih dan tidak berwarna

b. Terdapat berbagai jenis fauna

c. Ditumbuhi eceng gondok yang subur

d. Airnya tidak berbau busuk

e. Airnya masih dapat digunakan

3. Berikut adalah dampak negatif akibat manusia membuang limbah padat sembarangan,

kecuali....

a. Mengurangi keindahan lingkungan

b. Dapat menurunkan kualitas tanah

c. Berkembangnya berbagai jenis penyakit


d. Kesuburan tanah meningkat

e. Air berbau tidak enak

4. Suhu lingkungan yang meningkat akan menyebabkan pemanasan global. Dampak dari

pemanasan global adalah sebagai berikut, kecuali...

a. Mencairnya es di kutub menyebabkan turunnya permukaan air laut

b. Keseimbangan ekosistem menjadi terganggu

c. Berkurangnya keanekaragaman hayat

d. Mencairnya es di kutub menyebabkan pulau-pulau kecil terendam

e. Akan terjadi hujan asam

5. Salah satu upaya dalam pengendalian hama yang tidak menimbulkan pencemaran lingkungan
adalah...

a. Penggunaan pestisida

b. Pengendalian dengan herbisida

c. Pengendalian secara biologis

d. Penyemprotan dengan insektisida

e. Penggunaan zat kimia

6. Polusi udara yang terjadi secara alami, misalnya.....

a. Pembakaran sampah

b. Kebakaran hutan

c. Uap dari laut

d. Gas dari aktivitas gunung merapi

e. Asap dari kendaraan bermotor

7. Dampak yang timbul jika kita menggunakan gas CFC pada kulkas, spray dan Ac adalah....

a. Pencemaran udara di dalam rumah

b. Pencemaran udara di lingkungan sekitar perumahan

c. Meningkatnya kadar bahan pencemar


d. Udara menjadi sejuk

e. Melubangi lapisan ozon

8. Pencemaran tanah banyak diakibatkan oleh sampah organik dan anorganik. Salah satu penyebab
pencemaran tanah tersebut adalah...

a. Anorganik yaitu daun, plastik dan besi

b. Anorganik yaitu kaca, kertas dan besi

c. Organik yaitu daun, kaca dan sisa makanan

d. Organik yaitu kaca, kertas dan besi

e. Organik yaitu kaca, daun, plastik

9. Penanggulangan yang dapat dilakukan untuk mencegah pencemaran tanah diantaranya,

kecuali....

a. Menanggulangi sampah plastic

b. Sistem tanam monokultur

c. Mengelola sisa radioaktif

d. Pemakaian pupuk sesuai kebutuhan

e. Tidak menggunakan pestisida

10. Penggunaan pupuk yang terus-menerus akan mengakibatkan...

a. Tanah menjadi lebih subur

b. Berkurangnya hara tanah

c. Menurunnya hama penyakit

d. pH tanah meningkat

e. Unsur hara semakin banyak

11. Pencemaran berdasarkan pencemar (kadar polutan) yang berdampak pada kesehatan dapat
dibedekan menjadi…

a. 3 kelompok

b. 2 kelompok
c. 4 kelompok

d. 5 kelompok

e. 6 kelompok

12. Pencemaran udara yang disebabkan oleh berkurangnya kemampuan tubuh dalam menangkap
oksigen akan mengakibatkan kadar O2 menjadi berkurang adalah…

a. Asfiksia

b. Iritansia

c. Anestesia

d. Fenol

e. Micro

13. Pencemaran air dapat disebabkan oleh beberapa jenis pencemaran. Kecuali..

a. Limbah industry

b. Agro kimia

c. Pembuangan limbah dismetik

d. Sampah organic

e. Sampah non organik

14. Pada sumur yang dekat dengan lokasi penimbaan, ditemukan konsentrasi kromium sangat tinggi
dibamndingkan standar air beku, air minum yaitu mencapai…

a. 10,447 mg/L

b. 10,467 mg/L

c. 10,476 mg/L

d. 11,467 mg/L

e. 11,447 mg/L

15. Dampak polusi udara terhadap lingkungan antara lain, kecuali…

a. Dampak terhadap tanah

b. Terjadinya hujan asam


c. Timbulnya efek rumah kaca

d. Kerusakan lapisan ozon

e. Dampak terhadap pencemaran

16. Polutan di udara dapat menyebabkan terjadinya…

a. Efek rumah kaca.

b. Hujan asam.

c. Kerusakan lapisan ozon.

d. Pencemaran udara.

e. Menyebabkan gangguan pada mata

17. Penyebab utama hujan asam yaitu….

a. Pembakaran.

b. Asam sulfat.

c. Gas SO2 dan NO2.

d. Asam nitrat.

e. Oksida merkuri.

18. Hujan asam dapat melarutkan logam, logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga
memengaruhi kualitas…

a. Endapan logam beracun.

b. Air hujan asam.

c. Air permukaan menjadi asam.

d. Air tanah dasn air permukaan.

e. Kadar asam yang tinggi.

19. Dampak dari efek rumah kaca adalah terjadinya pemansan global yang mengakibatkan…

a. Terjadinya perubahan iklim regional dan global.

b. Air tanah dan air permukaan menjadi asam.

c. Gangguan terhadap kehidupan organisme air.


d. Hewan dan tumbuhan dapat teracuni.

e. Dapat merusak material dan bangunan.

20. Lapisan ozon (03) berfungsi untuk…

a. Menghangatkan permukaan bumi.

b. Melindungi bumi secara alami dan radiasi UV.

c. Bersatunya oksigen dan nitrogen yang terdapat di udara.

d. Memengaruhi kualitas air dipermukaan.

e. Proses pembakaran.

21. Efek negative dari limbah detergen di perairan adalah ….

a. Mudah diuraikan mikroorganisme.

b. Menyebabkan eutrofikasi.

c. Dapat membersihkan zat-zat beracun.

d. Oksigen terlarut semakin tinggi.

e. Penyumbatan saluran air.

22. Dalam pemaparan faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan manusia, maka lingkungan
tanah akan mengontaminasi manusia lewat …

a. Kulit.

b. Saluran pernafasan.

c. Saluran pencernaan.

d. Kulit dan saluran pencernaan.

e. Kulit dan saluran pernafasan.

23. Gas CO3 akan bereaksi dengan uap air membentuk H2SO4 dan dapat menimbulkan dampak ….

a. Eutrofikasi.

b. Pemanasan suhu.

c. Hujan badai.

d. Hujan asam.
e. Efek rumah kaca.

24. Dampak hujan asam bersifat merugikan bagi kesehatan manusia, karena nitrat yang masuk dalam
tubuh akan diubah menjadi nitrit dan bereaksi dengan haemoglobin yang merusak sistem ….

a. Pernapasan dan emphysema.

b. Transportasi oksigen dalam darah.

c. Pernapasan dan iritasi pada tubuh.

d. Irkulasi dan paralysis silia

e. Epithelium yang menyebabkan kematian.

25. Berikut ini merupakan gejala-gejala yang ditimbulkan akibat hujan asam pada lingkungan, kecuali ….

a. Timbulnya bintik-bintik pada daun.

b. Terhambatnya makanisme pembentukan klorofil.

c. Dapat membunuh ikan dan tanaman air.

d. Kecepatan korosi meningkat.

e. Rawan bencana kering dan banjir.

26. Dampak pemanasan global terhadap kesehatan manusia adalah ….

a. Menyebabkan iritasi pada mata.

b. Timbul penyakit paralysis silia.

c. Menyebarnya penyakit malaria.

d. Terjangkitnya penyakit DBD dan cholera.

e. Menyebarnya penyakit malaria dan DBD.

27. Dalam konsep penanganan limbah dikenal adanya istilah reuse dan recycle. Makna yang paling
tepat bagi kedua istilah tersebut adalah ....

a. Reuse adalah menggunakan kembali sesuai bentuk dan fungsi aslinya. Recycle adalah mengubah
bentuk dan fungsi aslinya.

b. Reuse adalah menggunakan kembali sesuai bentuk dan fungsi aslinya. Recycle adalah mengubah
bentuk dan fungsi aslinya untuk mendapatkan manfaatnya kembali.
c. Reuse adalah mengubah bentuk dan fungsi aslinya Recycle adalah menggunakan kembali sesuai
bentuk dan fungsi aslinya.

d. Reuse adalah menggunakan kembali dengan mengubah fungsi. Recycle adalah mengembalikan ke
fungsi aslinya.

e. Reuse maupun Recycle merupakan upaya untuk mengambil manfaat barang semaksimal mungkin.

28. Dari menganalisis limbah rumah tangga di suatu lokasi TPA sampah kita bisa mengidentifikasi asal
sampah tersebut. Sampah yang berasal dari daerah yang lebih modern (kota) akan memiliki ciri....

a. Mayoritas sampah terdiri dari plastik dan daun.

b. Mayoritas sampah terdiri dari plastik dan kertas.

c. Mayoritas sampah terdiri dari kertas dan daun.

d. Mayoritas sampah terdiri dari plastik dan kaleng.

e. Ayoritas sampah terdiri dari kayu dan daun.

29. Cara mengidentifikasi polusi air dilakukan dengan berbagai cara, kecuali …

a. Menguji kandungan bahan organik.

b. Menguji kecepatan aliran sungai.

c. Menguji tingkat kekeruhan air.

d. Mengukur populasi bakteri.

e. Mengukur intensitas bau.

30. Berdasarkan wujudnya limbah dibedakan dalam bentuk limbah…

a. Gas, cair dan uap.

b. Padat, cair dan gas.

c. Berbahaya semi dan aman.

d. Cair, biru dan gas.

e. Padat, cair dan biru.

ESSAY
1. Jelaskan pengertian pencemaran lingkungan, dengan melihat gambar berikut!

2. Sebutkan macam-macam pencemaran yang berada di lingkungan sekitar berikut contohnya!

3. Jelaskan jenis pencemaran pada gambar berikut dan beri alasan mengapa termasuk ke dalam
pencemaran tersebut!

4. Pada air sungai yang tercemar biasanya terlihat tanda-tanda (sebutkan minimal 3) !

5. Pencegahan apakah yang bisa kita lakukan agar tidak terjadi pencemaran air?

6. Pada tanah yang tercemar akan terlihat tanda-tanda (sebutkan minimal 3)!

7. Pencegahan apakah yang bisa kita lakukan agar tidak terjadi pencemaran tanah?

8. Pencemaran tanah biasanya terjadi karena?

9. Berikut adalah contoh kegiatan manusia yang berdampak pada alam :

a. Menanam pohon pada taman kota

b. Meningkatkan pemakaian kendaraan bermotor

Analisis jawabanmu mana yang termasuk dampak negatif dan dampak positif! Beri penjelasan pada
jawaban saudara!

10. Apa dampak negatif pencemaran bagi kehidupan manusia? Bagaimana cara mengatas pencemaran
tersebut?
MENYUSUN MODEL PELESTARIAN LINGKUNGAN DALAM FORMAT BUDAYA LOKAL

Filed under: Uncategorized — Tinggalkan komentar November 20, 2008

Oleh : Zainal Arifin

A. PENDAHULUAN

Permasalahan lingkungan adalah permasalahan klasik yang sudah lama dihadapi oleh banyak
masyarakat di manapun juga. Ia tidak saja menjadi masalah bagi masyarakat yang cenderung menjadi
sasaran “keganasan” lingkungan itu sendiri, tetapi sekarang sudah menjadi masalah global yang
mengenai semua orang, baik bagi pemerhati masalah lingkungan, birokrasi pengambil kebijakan, peneliti
lingkungan, bahkan juga sering menjadi bahan kritik dan negosiasi bagi negara-negara lain yang memiliki
kepentingan di negara bersangkutan. Ini menunjukkan bahwa kerusakan dan kelestarian lingkungan
atau secara khusus sebuah ekosistem tertentu pada prinsipnya akan selalu membawa akibat dan
dampak lanjutan (double impact) langsung ataupun tidak langsung pada elemen-elemen lain dari suatu
kehidupan.

Telah banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat baik
bersifat individual maupun bersifat kelembagaan untuk mencoba mengatasi permasalahan lingkungan
tersebut, namun sampai sekarang ada kecenderungan upaya tersebut tidak banyak mengalami
kemajuan yang berarti. Tudingan akibat ketidak berhasilan tersebut kecenderungannya selalu bermuara
pada masyarakat sebagai pelaku yang dianggap mengeksploitasi lingkungan secara berlebihan.
Pandangan ini disatu sisi tidak bisa disalahkan karena masyarakat adalah pelaku yang berhadapan
langsung dengan tudingan eksploitasi tersebut. Namun disisi lain pengambil kebijakan dan lembaga
penanganan kerusakan lingkungan yang ada cenderung tidak memahami secara baik mengapa pola
aktifitas masyarakat tersebut sedemikian rupa. Akibatnya pola penanganan lingkungan yang dilakukan
cenderung lebih bersifat sementara dan tidak berjalan secara maksimal.

Untuk itu maka peran antropologi khususnya dan ilmu sosial-budaya pada umumnya dalam
menjabarkan dan menggambarkan realitas pelaku lingkungan dan kaitannya dengan fenomena
lingkungan itu sendiri menjadi penting. Dalam antropologi sebenarnya telah lama berkembang
pemikiran bahwa budaya menjadi peran penting dalam aktifitas manusia dalam memperlakukan
lingkungannya yang kemudian karena dipengaruhi persepktif atau paradigma pemikiran yang
berkembang, maka muncul beberapa cara pandang yang juga berbeda. Tulisan ini mencoba
menjabarkan beberapa cara pandang dan pemikiran teoritis dalam kajian antropologi ekologi.

B. BEBERAPA PEMIKIRAN DALAM ANTROPOLOGI EKOLOGI

Ada dua hal yang cukup dominan mempengaruhi pola penggunaan dan pengolahan lingkungan yaitu (1)
kualitas dan kuantitas manusianya, (2) Sistem Pengelolaan (Tekhnologi dan kebijakan). Kualitas disini
sangat berkaitan dengan pola pemahaman manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya,
sedangkan kuantitas berkaitan dengan jumlah dan populasi manusia tu sendiri dalam ekosistem
tersebut. Dengan bertambahnya populasi dan melalui pemahaman yang dimilikinya, maka disatu sisi,
manusia selalu terus berusaha menaklukkan dan memodifikasi lingkungan yang dihadapi sehingga
aktifitas kehidupan dapat terus dilanjutkan. Namun disini lain, perubahan kondisi yang terjadi baik dari
aspek manusia maupun dari aspek lingkungannya, akhirnya membuat manusia terus berusaha
menyesuaikan dirinya dengan kondisi lingkungan yang dihadapi tersebut.

Masalahnya, manusia bukanlah makhluk biologis saja, tetapi dalam perkembangan pemikiran kemudian
para ahli antropologi ekologi juga melihat manusia juga sebagai sosial sekaligus simbolik yang terkait
dengan rasa, status dan simbol-simbol pristise antar sesamanya. Ini misalnya ditunjukkan bahwa
manusia tidak hanya sekedar butuh makan, tapi makan yang bergengsi. Manusia tidak sekedar butuh
rumah berlindung, tapi rumah yang bergengsi. Menurut Bennett (1976), ini sangat terkait dengan
semakin dipisahkannya oleh manusia antara kebutuhan (needs) dan keinginan (wants). Kebutuhan
(needs) terkait dengan upaya pemenuhan hidup yang secara langsung terkait dengan aktifitas hidup
sehari-hari, seperti pemenuhan akan lapar dan haus, perlindungan diri, kesehatan, dan lain-lain.
Sementara keinginan (wants) lebih terkait pada kebutuhan yang sifatnya tidak langsung, tapi lebih
sebagai kebutuhan yang sifatnya simbolik, seperti kebutuhan akan mobil lebih dari satu, kebutuhan akan
rumah tempat berlindung yang megah, kebutuhan akan pakaian yang hanya sekedar pajangan, dan lain-
lain.

Oleh sebab itu upaya memahami perilaku masyarakat dalam hubungannya dengan lingkungan, pada
prinsipnya didasari dari konsepsi-konsepsi yang mereka miliki tentang lingkungan itu sendiri. Dengan
asumsi ini berarti, untuk memahami mengapa masyarakat berprilaku tertentu terhadap lingkungan, kita
tidak bisa meninggalkan pemahaman terhadap konsepsi-konsepsi tersebut, karena tindakan
pengelolaan lingkungan terujud sebagai hasil konsepsi yang mereka miliki. Menurut Bennett (1976)
ataupun Ahimsa-Putra (1985), konsepsi itu sendiri ada dalam sistem kognitif individu-individu anggota
kelompoknya, yang memuat berbagai klasifikasi yang berhasil menciptakan keteraturan atas situasi
disekelilingnya sehingga akhirnya mewujudkan tindakan adaptif tertentu.

Pandangan ini berangkat dari pemikiran kelompok etnoekologi yang menempatkan kognitif
(pengetahuan) sebagai dasar utama dalam pembentukan prilaku manusianya. Artinya lingkungan efektif
(lingkungan yang terujud di lapangan) pada prinsipnya akan diinterpretasi dan dimaknai secara berbeda
oleh masyarakat yang berbeda. Akibatnya maka prilaku yang diujudkan terhadap lingkungan yang sama,
tentunya akan diujudkan secara berbeda antar masyarakatnya. Berangkat dari pemikiran inilah, kenapa
pola hubungan antara kelompok masyarakat tertentu (insider) terhadap lingkungannya sering
ditanggapi secara berbeda — bahkan cenderung negatif — oleh kelompok lain (outsider).

Perlunya memahami secara mendalam pola-pola sosial-budaya masyarakat lokal (insider) akhirnya
menjadi penting. Hal ini berangkat dari pemikiran bahwa perilaku pada prinsipnya mudah mengalami
perubahan, setiap perilaku pada prinsipnya bisa dimanipulasi oleh setiap pelakunya. Oleh sebab itu,
pemahaman terhadap pola dari setiap tindakan serta pola yang mengatur tindakan akhirnya menjadi
penting dilakukan. Pola-pola seperti ini secara konseptual disebut dengan “pola dari” (pattern for) dan
“pola bagi” (pattern of). Pola dari atau disebut juga pola aktual atau model dari yang mengacu pada
pola-pola perilaku yang dikeluarkan seseorang, sementara pola bagi atau disebut juga pola ideal atau
model bagi mengacu pada pola-pola yang mengatur mengapa perilaku seseorang sedemikian rupa
(Keesing, 1981).

Akan tetapi cara pandang etnoekologi yang berupaya memahami pola-pola tersebut saja tidak cukup,
tetapi juga harus juga menemukan bagaimana hubungan kerja antara elemen-elemen kehidupan
kelompok (hubungan fungsional), dan bagaimana hubungan-hubungan simbolik yang terjadi. Disini
maka cara pandang ekologi prosesual atau ekologi transisional (ecological transition) juga perlu
digunakan. Menurut pemikiran prosesual ini, tindakan-tindakan yang dimunculkan individu dan
kelompok tidak selalu akan memuaskan tindakan individu lain atau kelompok lain dan lingkungannya,
begitu juga sebaliknya tindakan yang dilakukan secara kelompok (sosial) belum tentu memuaskan di
tingkat individu anggota kelompok serta lingkungannya.

Menurut Bennett (1976), tindakan individu atau kelompok akan selalu mengutamakan keinginan (wants)
dan kebutuhan (needs) individu atau kelompok tersebut. Dengan demikian maka upaya menjaga
keseimbangan lingkungan oleh individu dan kelompok bukanlah prioritas pertama, tetapi menjadi
prioritas kedua atau selanjutnya. Namun demikian, tindakan manusia tersebut akan selalu
mengimplikasikan sifat kompromi (conformity) , yaitu suatu arahan yang sesuai dengan kondisi internal
dan eksternal lingkungan (alam dan sosial). Oleh sebab itu, maka tindakan manusia terhadap lingkungan
tidak muncul begitu saja tetapi melalui suatu proses yang bertahap yang meliputi pemilihan-pemilihan
alternatif sebelum kemudian dilakukan pengambilan keputusan, yang berkenaan dengan mungkin atau
tidak mungkinnya tingkah laku tersebut diterapkan menurut kontrol dan proses-proses sistemik yang
melingkupinya.

Hal penting lainnya yang juga perlu diperhatikan bahwa secara biologis, psikis, dan kognitif setiap
individu memiliki ciri-ciri khas dan kemampuan yang berbeda, dan cenderung selalu berkembang atau
mengalami perubahan, maka menurut von-Liebenstein (1995) kebudayaan pun akan terus diproduksi
oleh masyarakatnya sehingga dia selalu menyeseuaikan dan sesuai dengan tatanan lingkungan alam dan
masyarakatnya. Untuk itu maka pemahaman terhadap konsepsi-konsepsi yang berkembang dalam
masyarakat tentang lingkungannya juga tidak bisa bersifat statis, namun perlu dilakukan pemahaman
ulang secara terus menerus.

C. Kesimpulan

Ancaman akan kerusakan lingkungan semakin tinggi akibat semakin tingginya tingkat pertumbuhan
jumlah manusia, serta semakin tingginya penggunaan tekhnologi yang berdampak langsung maupun
tidak langsung pada kerusakan lingkungan itu sendiri. Ancaman ini akan semakin tinggi apabila kebijakan
dan pengambilan keputusan oleh pihak-pihak terkait justru lebih menonjolkan pemahaman akan
kerusakan tersebut lewat kacamata kelompoknya sendiri (outsuder) tanpa mampu memahami konsepsi-
konsepsi yang berkembang dalam masyarakat lokal (insider).

Menciptakan kelestarian lingkungan yang berangkat dari kacamata masyarakat budaya lokal dengan
demikian berarti perlu memahami bagaimana pola hubungan antara manusia dan masyarakat lokal
dengan lingkungannya. Lewat pemikiran etnokologi yang mencoba memahami pola-pola hubungan
manusia dengan lingkungan diharapkan akan mampu mencapai tujuan tersebut diatas. Dalam pemikiran
etnoekologi langkah penting yang perlu dilakukan adalah : (1) Memahami bagaimana masyarakat lokal
memandang dan mempersepsikan lingkungan yang mereka hadapi. Lewat cara memahami konsepsi
atau pengetahuan yang berkembang dalam masyarakat, lalu kita bisa coba memahami mengapa
perilaku masyarakat terhadap lingkungan muncul sedemikian rupa. (2) Karena cara pandang atau
persepsi yang berkembang cenderung tidak tetap (selalu berubah) seiring perkembangan masyarakat itu
sendiri, maka upaya menemukan “pola-pola tindakan” dan “pola-pola kognitif” harus diutamakan dalam
memahami mengapa dan bagaimana masyarakat memperlakukan lingkungan tersebut.

Perkembangan masyarakat juga telah mempengaruhi peran dan fungsi individu sebagai anggota suatu
masyarakat. Dalam hal ini individu tidak lagi secara penuh “terikat” dengan sosialnya, tetapi lebih
menjadi individu yang “bebas” meujudkan tindakan dan menginterpretasi kondisi yang dihadapi. Oleh
sebab maka cara pandang ekologi prosesual juga menjadi penting. Disini setiap individu dianggap
memiliki kebebasan terhadap lingkungannya dalam upaya memuaskan keinginan (wants) dan
kebutuhannya (needs). Namun sebagai anggota kelompoknya, agar tetap “diakui” secara sosial, maka
setiap individu cenderung akan bertindak sesuai dengan aturan-aturan yang dianggap “pantas secara
budaya”.

Berangkat dari pemikiran tersebut, maka, tugas yang dipentingkan bukan melihat pada apa yang terjadi
atau apa yang dimiliki oleh masyarakat, tetapi lebih melihat pada mekanisme dan proses yang
berlangsung dalam masyarakat. Dalam hal ini yaitu melihat rangkaian dan keterkaitan antar peritiwa
yang terjadi, bukan melihat suatu peristiwa belaka, karena peristiwa tidak menunjukkan arti apa-apa
tanpa membacanya lewat rangkaian dengan peristiwa-peristiwa lainnya. Dengan kata lain yang
dipahami adalah keragaman, konsensus atau kesepakatan, kontinuitas yang terjadi dalam kelompok
masyarakat tersebut. Keragaman dipahami untuk membaca rangkaian dan keterkaitan dari suatu
peristiwa, karena dengan keragaman diasumsikan kontinuitas atau dinamika masyarakat bisa
dikembangkan. Konsensus dipahami dalam konteks pengambilan keputusan untuk “tidak melakukan”
atau “mau melakukan” sesuatu, mereproduksi konsep-konsep baru sesuai dengan keinginan (want) dan
kebutuhan (needs) setiap individu anggotanya. Dalam konteks ini, pengambilan keputusan cenderung
akan dipengaruhi oleh interpretasi, pemaknaan, dan pertimbangan-pertimbangan sosial tertentu untuk
kemudian diambil keputusan tertentu.

D. Daftar Bacaan

Arifin, Zainal. 1998. “ Hubungan Manusia dan Lingkungan dalam Kajian Antropologi Ekologi” dalam
Jurnal AntropologiEdisi I. No.1. Padang: Laboratorium Antropologi FISIP Universitas Andalas.

Arifin, Zainal. 1998. Talang: Sistem Klasifikasi dan Tindakan Adaptif Masyarakat dalam Proses
Pembentukan Pemukiman di Suku-Bangsa Ogan Lampung Utara. Tesis pada Program Antropologi Pasca
Sarjana Universitas Gadjahmada, Yogyakarta.

Arifin, Zainal. 2002. Peranan Tokoh-Tokoh Masyarakat dalam Pelestarian Hutan TNKS. Kasus:
Masyarakat Serampeh, Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin, Jambi. Sungai Penuh : Component A
(Park Management Kerinci Seblat) – ICDP.
Ahimsah-Putra, Heddy Shri. 1985. “Etnosains dan Etnometodologi” Sebuah Perbandingan” dalam
Masyarakat Indonesia Jilid XII / 2. Jakarta: LIPI.

Ahimsah-Putra, Heddy Shri. 1997. “Air dan Sungai Ciliwung” dalam Prisma No.1. Jakarta: LP3ES.

Bennett, John W. 1976. The Ecological Transition, Cultural Anthropology and Human Adaptation. Oxford.
Pergamon Press.

Dove, Michael R. 1981. “Studi Kasus Tentang Sistem Perladangan Suku Kuntu’ di Kalimantan” dalam
Prisma No.4. Jakarta: LP3ES.

Geertz, Clifford. 1976. Involusi Pertanian. Jakarta: Bhratara.

Keesing, Roger M. 1976. “Theories of Culture” dalam Ronald W Casson (eds). Culture and Cognition.
Anthropological Perspectives. New York: MacMillan Publishing Co.Inc.

Kumolo, Imanuel. 1987. “Peranan Alang-Alang di Proyek Transmigrasi Baturaja” dalam Michael R Dove.
Manusia dan Alang-Alang di Indonesia. Yogyakarta: UGM Press.

Wolf, Eric. 1983. Petani. Suatu Tinjauan Antropologi. Jakarta: Radjawali Press.

von-Liebenstein, G.W. 1995. “Adaptation and Development: Interdiciplinary Perspective on Subsistence


and Sustainablity in Developing Countries” dalam : Kusnaka Adimihardja., Ade M. Kramadibrata., Oekan
S. Abdullah., dan Haryono S. Martodirdjo. Adaptation and Development: Interdiciplinary Perspective on
Subsistence and Sustainablity in Developing Countries. UPT Indonesian Resource Center for Indegenous
Knowledge Padjadjaran University, Bandung.
« ROVNext Post »

Budidaya Ikan Bandeng tambak

May 23, 2010 by anggriandika

PRA- BUDIDAYA

TEKNIK BUDIDAYA

Teknologi pemeliharaan bandeng dapat dilakukan secara tradisional, semi intensif dan intensif.
Sementara pola pemeliharaannya bisa monokultur dan polikultur. Terkait dengan tahap budidaya,
teknologi yang digunakan dan pola pemeliharaannya maka terdapat berbagai variasi budidaya yang
dapat dipilih

Tambak bandeng bukanlah usaha yang banyak menyerap tenaga kerja. Dalam 5 ha tambak hanya
diperlukan 2 orang penjaga dan 5-10 orang untuk melakukan panen. Namun demikian tambak
setidaknya menjadi sumber penghidupan bagi ribuan keluarga Indonesia, tahun 2000, 186.485 keluarga
hidup dari tambak. Angka ini merupakan 14,73% dari seluruh keluarga perikanan (lihat tabel 6.1).
Jumlah petambak dari tahun ke tahun terus meningkat demikian juga dengan perannya terhadap total
rumah tangga perikanan. Dengan melihat rata-rata luas tambak per keluarga dapat dilihat bahwa
peningkatan rumah tangga petambak tidak menyebabkan terpecahnya pemilikan tambak. Pada periode
1995-2000 rata-rata pemikilan tambak berkisar pada angka 2 ha.

Dalam kegiatan budidaya terutama kegiatan pembesaran ikan bandeng terdapat berbagai macam cara
diantaranya adalah dengan cara tradisional, semi intensif dan intensif. Menurut Anonymousc (2001)
berdasarkan tingkat teknologi, budidaya bandeng di Indonesia terbagi menjadi tiga metode, yaitu:

• Tambak tradisional/ekstensif. Tambak tradisional tidak menggunakan kincir karena kepadatan sebar
berkisar 0,5-1 ekor/m2 luas lahan. Pakan yang diberikan sebagian besar berasal dari sumber alami;

• Tambak semi intensif. Padat penebaran pada tambak semi intensif berkisar antara 2-3 ekor/m2.
Peralatan kincir dipergunakan untuk teknologi ini sebanyak 1-2 kincir per petak lahan (0,5 ha). Pakan
yang diberikan berupa pellet dengan kualitas yang baik;
• Tambak intensif. Padat penebaran bibit pada tambak intensif sekitar 5 ekor/m2 dilengkapi kincir 3
buah untuk setiap petak (0,5 ha). Pakan yang digunakan berupa pellet yang telah teruji.

Pada UPTPBAP Bangil terdapat dua sistem budidaya yaitu polikultur dan monokultur. polikultur adalah
sistem budidaya dalam 1 kolam terdapat lebih dari 1 jenis ikan yang dibudidayakan sedangkan
monokultur adalah sistem budidaya dalam 1 kolam hanya terdapat satu jenis ikan saja. Di UPTPBAP
Bangil dalam proses kegiatan pembesaran ikan bandeng menggunakan tambak tradisional dan
menggunkan metode monokultur sehingga dalam proses pembesarannya dalam 1 tambak hanya
menggunakan 1 jenis ikan saja yaitu ikan bandeng dan sumber pakan berasal dari pakan alami dan tidak
menggunakan pakan tambahan.Bandeng konsumsi pada dasarnya dihasilkan melalui tiga tahap
budidaya yakni pembenihan, pendederan dan pembesaran.

Gambar 4.1 Tahapan Budidaya Bandeng Konsumsi

Bandeng konsumsi dihasilkan dari tambak pembesaran. Bibit tambak pembesaran adalah glondongan
yang dihasilkan dari tambak pendederan. Tambak pendederan memelihara nener yang dihasilkan oleh
pembenihan.

LOKASI BUDIDAYA

Kabupaten Sidoarjo secara geografis terletak 112,5 – 112,9 Bujur Timur dan 7,3 – 7,5 Lintang Selatan.
Wilayah Kabupaten Sidoarjo di sebelah utara berbatasan dengan Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik,
sebelah timur berbatasan dengan Selat Madura sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten
Mojokerto dan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan. Luas wilayah Kabupaten
Sidoarjo 634,38 Km2 yang terbagi menjadi delapan belas kecamatan dengan jumlah penduduk
1.682.000 jiwa. Perikanan, industri dan jasa merupakan sektor perekonomian utama Sidoarjo. Selat
Madura di sebelah Timur merupakan daerah penghasil perikanan, diantaranya ikan bandeng, udang, dan
kepiting.Maka dengan seperti itu di kabupaten sidoarjo perlu dikembangkan usaha budidaya bandeng

2.6 ANGGARAN AWAL BUDIDAYA


Biaya investasi adalah biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh petambak untuk memulai usahanya.
Biaya investasi meliputi biaya perijinan, sewa tambak dan pengolahan tambak serta pembelian
peralatan (Tabel 5.2). Biaya perijinan bernilai nol sebab biaya itu telah dibayar pemilik pada saat
membuat tambak. Total biaya investasi yang diperlukan untuk tambak seluas 2 ha sekitar Rp 8 juta
dengan biaya terbesar pelengkapan tambak. Biaya perlengkapan tambak adalah biaya untuk membeli
pompa air dan membuat rumah pandega. Rumah pandega diperlukan sebab tambak berada di lokasi
yang relatif jauh dari pemukiman sehingga diperlukan tempat untuk penunggu tambak. Tambak disewa
selama 4 tahun, tetapi pembayaran sewa dilakukan setiap tahun. Sewa tambak saat penelitian adalah
Rp 1.250.000 per ha per tahun. Pengolahan tambak memerlukan biaya yang besar terutama untuk biaya
tenaga kerja. Peralatan antara lain adalah jaring, ember dan serok.

Tabel 1. Biaya Investasi Pendederan dan Pembesaran Bandeng

No Jenis Biaya Nilai (Rp) Penyusutan (Rp)

1 Perijinan 0 0

2 Sewa tambak 2.500.000 2.500.000

3 Pembenahan tambak 2.135.000 427.000

4 Peralatan tambak 507.000 262.000

5 Perlengkapan tambak 3.180.000 1.288.250

Jumlah biaya investasi 8.322.000 4.477.250

SPESIKASI LOKASI TAMBAK

Kontruksi tambak dalam tambak pembesaran kontruksi tambak yang digunakan terdapat 2 tipe yaitu
tambak tanah dan tambak semi beton. Terdapat 5 tambak yang berkontruksi dinding dan berdasar
tanah dan terdapat 6 tambak berdinding beton tetapi menggunakan dasar tanah. Untuk kontruksi tanah
digunakan dalam pembesaran bandeng ini dikarenakan akan mempermudah menumbuhkan pakan
alami selain itu bandeng memiliki tingkah laku mencari makanan diantara lumpur serta ikan bandeng
lebih suka mencari makanan di dasar maupun di dinding tambak sehingga tambak yang digunakan
menggunakan kontruksi tanah.
Menurut Prahasta dan Hasanawi (2009) pada tanah di dasar tambak dibuat saluran dasar yang disebut
kamalir dan sumur tambak atau kubangan tambak yang dibuat di dasar tambak untuk berkumpulnya
ikan pada saat panen. Kamalir dan kubangan berguna untuk memudahkan penangkapan ikan bandeng
dipanen. Untuk dasar tambak, tanah di dasar tambak harus miring atau tumpah kearah pembuangan air.

Untuk pembesaran bandeng lebih sering menggunakan tambak tanah ini dikarenakan untuk mendukung
proses pertumbuhan pakan alami. Selain itu bandeng lebih suka pada wilayah yang berlumpur
dikarenakan bandeng memiliki sifat ikan yang mencari makanannya di dasar lumpur ataupun dasar
tanah. Untuk penyediaan air ke tambak-tambak disediakan kanal atau serupa dengan sungai kecil yang
memiliki kelebaran 2 meter, dengan menggunakan kanal maka sumber air payau yang berasal dari
sungai akan masuk melaui kanal dan dari kanal akan menuju ke pintu-pintu masuk tambak. Dengan
demikian, masuknya air ke tambak ini mengandalkan air pasang dari laut yang melewati sungai.

3.4 MONITORING

Kualitas air memiliki peranan penting dalam proses kegiatan budidaya. Pada saat penebaran benih perlu
dilakukan perendaman benih ke dalam tambak agar kondisi suhu air dalam plastik dan tambak tidak
terjadi perbedaan suhu yang menyebabkan kematian pada benih bandeng. pengontrolan kualitas air
dilakukan 2 kali dalam 1 minggu dengan tujuan untuk mengetahui kualitas air di tambak sehingga dapat
melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan apabila terjadi penurunan kualitas air. selama kegiatan
pembesaran bandeng tidak mengalami penurunan kualitas air, komdisi perairan yang baik dapat
dikontrol apabila kondisi tanah baik dan selain itu dengan jumlah padat tebar yang sedikit maka dapat
menjaga kualitas air karena feses dari sisa pencernaan sedikit sehingga dapat terurai secara maksimal di
dasar tambak. Alat yang digunakan untuk mengukur kualitas air diantaranya adalah thermometer untuk
mengukur suhu air, refraktometer digunakan untuk mengukur salinitas air tambak, DO meter untuk
mengukur kandungan oksigen terlarut dalam air tambak dan pH meter untuk mengukur kesadahan air
tambak

Gambar 3. Alat Ukur Kualitas Air

Kisaran kualitas air pada tambak tradisional pembesaran bandeng di UPTPBAP Bangil adalah sebagai
berikut:
• pH tanah 4,8 – 6,8

• salinitas 5 – 11 ppt

• DO 3,3 – 4,6 ml/L

• Suhu 25 – 300C

• pH air 7,5 – 8,8

• NH3 (amonia) 0,05 – 0,22 ppm

• H2S (asam belerang) 0,024 – 0,05 ppm

• Fe 0,04 – 0,63 ppm

Warna air pada tambak pembesaran bandeng secara tradisional di UPTPBAP Bangil yaitu berwarna
coklat kehijauan ini menunjukkan adanya kelekap dan fitoplakton yang tumbuh dalam tambak. Menurut
Kordi dan Andi (2007), kualitas yang optimal untuk budidaya bandeng yaitu dengan kisaran pH 7 – 9,
suhu 23 – 320, DO 4 – 7 ppm, dan salinitas 0 – 35 ppt. Untuk tumbuh optimal, biota budidaya
membutuhkan lingkungan hidup yang optimal pula. Kualitas air dan pengaruhnya terhadap biota
budidaya sangat penting diketahui oleh pembudidaya. Kualitas air dapat diketahui dari beberapa
parameternya. Sebagai parameter untuk budidaya biota air adalah karakter fisik dan kimia.

3.5 PEMANENAN
Panen bandeng pada tambak tradisional dI UPTPBAP Bangil dilakukan pda bandeng berumur 6 – 7 bulan
pada umur sekian bandeng telah cukup pada ukuran konsumsi. Pada ukuran panen dalam setiap
kilogramnya berjumlah 4 – 5 ekor bandeng. Pada kegiatan pemanenan di UPTPBAP Bangil dilakukan
pada pagi hari dilakukan untuk menghindari panas teriknya matahari selain itu dilakukan pada saat
kondisi air surut sehingga mempermudah dalam proses pengurangan air dalam tambak.

Menurut Cahyono (2007), ikan bandeng dengan berat awal atau berat saat penebaran benih pertama
dengan berat 40 gram dengan lama pemeliharaan 4 – 6 bulan akan mengalami peningkatan berat tubuh
sebesar 250 gram. Sedangkan di UPTPBAP Bangil menbutuhkan waktu antara 6 – 7 bulan untuk
mencapai berat tubuh 250 gram. Hal ini dikarenakan dalam pembesarannya, UPTPBAP Bangil
menggunakan metode tradisional sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama. Selain itu, dalam
kegiatan budidaya secara tradisional tidak mengunakan pakan tambahan melainkan hanya
mengandalkan pakan alami yang tumbuh dalam tambak.

3.4 PASCA BUDIDAYA ATAU PEMASARAN

3.6.1 Produksi dan Pendapatan

Hasil produksi usaha ini adalah bandeng bibit (glondongan) dan bandeng konsumsi. Untuk glondongan
setiap semester dihasilkan 147.000 ekor bandeng. Sementara produksi bandeng konsumsi mencapai
8.400 ekor pada semester pertama tahun pertama kemudian meningkat menjadi 11.200 ekor pada
semester ke dua. Dengan tingkat produksi itu usaha tambak badeng semi intensif ini menghasilkan
pendapatan kotor sekitar Rp 44 juta pada tahun ke 1 semester1 dan lebih dari Rp 50 juta pada periode
berikutnya (Tabel 5.6).

Tabel 4 Produksi dan Pendapatan Kotor Per Semester

Tahun Uraian Satuan Semester 1 Semester 2

1. Bandeng glondongan

1-4 a. Luas tambak per panen M2 3.500 3.500

b. Frekuensi panen Kali 2 2


c. Produksi per panen Ekor 73.500 73.500

d. Total produksi Ekor 147.000 147.000

– Dibesarkan sendiri Ekor 7.000 3.500

– Dijual Ekor 140.000 143.500

e. Pendapatan kotor Rp 28.000.000 28.700.000

2. Bandeng konsumsi

1 a. Luas tambak per panen M2 3.500 3.500

b. Frekuensi panen Kali 3 4

c. Produksi per panen Ekor 2.800 2.800

d. Total produksi Ekor 8.400 11.200

Kg 2.800 3.733

e. Pendapatan kotor Rp 16.800.000 22.400.000

2-4 a. Frekuensi panen Kali 5 4

b. Total produksi Ekor 14.000 11.200

Kg 4.667 3.733

c. Pendapatan kotor Rp 28.000.000 22.400.000

3.6.2 Proyeksi Laba Rugi dan BEP

Studi ini menunjukkan bahwa usaha tambak bandeng semi intensif mampu menghasilkan keuntungan.
Pada semester pertama mengalami kerugian sebesar Rp 8.198.427, tetapi semester berikutnya tambak
telah menghasilkan keuntungan, dimulai dengan keuntungan puluhan ribu rupiah menjadi jutaan rupiah
pada periode-periode berikutnya. Pada akhir periode proyek keuntungan yang diperoleh adalah Rp
17.706.739
Secara rata-rata margin yang dapat diperoleh usaha tambak bandeng adalah 4,24% per semester. Rata-
rata margin yang rendah disebabkan karena margin pada semester pertama tahun pertama adalah nol
dan semester 2 tahun pertama adalah Rp 15.379. Margin yang rendah pada periode awal (semester 1
sampai semester 4) terkait dengan pembayaran angsuran kredit yang harus dilakukan. Semester 5 dan
seterusnya menunjukkan bahwa margin yang diperoleh cukup tinggi sebab pada periode ini petambak
tidak lagi harus membayar angsuran. Dengan memperhitungkan biaya tetap dan biaya variabel serta
hasil penjualan maka didapat nilai rata-rata BEP penjualan usaha ini adalah adalah Rp 37.941.305 per
semester, jauh lebih rendah dari nilai penjualan per semester. Perhitungan BEP hanya meliputi BEP nilai
penjualan sebab produk yang dihasilkan adalah glondongan dan bandeng konsumsi yang harga dan
ukuran produknya bervariasi cukup tinggi, yakni Rp 200 per ekor untuk glondongan dan Rp 6.000 per kg
untuk bandeng konsumsi. Dengan demikian perhitungan dalam bentuk rata-rata jumlah produksi dan
harga per kg menjadi tidak tepat.

Vous aimerez peut-être aussi