Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Abstract
The formulation of this research problem is that weather using group counseling technique
can decrease aggressive behavior on VII student of MTs N Prambanan academic year 2016/2017
semester II or not? The research is done by using qualitative approach, that is class action
research type. Stages of research conducted according to the stages proposed by Kemmis and Mc
Taggart Subject researchers amounted to 30 students. The results showed that Behavior of
aggressive attitude of 7F grade students through group counseling service on cycle I 50% for
aggressive behavior of male students and 10% for female students so as to decrease aggressive
behavior of fight in school 96.6% to 36.6% 29 students behave aggressively in two weeks reduced
to 18 learners. With the decrease in the number of students as many as 11 students, then in cycle
II of 96.6% decreased again to 10%, which means there is a change of 86.6% is a significant
decline. This shows that through the provision of group counseling services can decrease
aggressive fighting behavior in schools at 7 7th grade students MTsN Prambanan Klaten District.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Keadaan Siswa Klas 7F dalam Perilaku Agresif Sebelum Tindakan
No Permasalahan Siswa/ Jenis Agresif Yang dilakukan Jumlah Nama Siswa Keterangan
Siswa
1 Saling mengejek/Berkelahi saling 2 siswa Nico Damar dan Kuncoro Klas 7f
2 Saling Memukul/Berkelahi saling menjotos 2 siswa Tegar dan Nico Damar Klas 7f
3 Saling Mengolok-olok 5 siswa Serli dan Dewi Rumana Klas 7f
Klas 8f
4 Saling Menyakiti dengan kaliamat yang kurang 2 siswa Dwi Astuti dan Febrian Klas 7f
enak didengar Candra
5 Gojek berlebihan, pelecehan seksual yang 4 siswa Kuncoro Klas 7f
mengakibatkan orang tua wali murid menuntut Gading/Kurban Klas 7b
dan tidak terima Fajar Klas 7d
Bagus Adi Tama Klas 7d
6 Gojek berlebihan yang mengakibatkan jatuh, 2 siswa Febrian Oktavianto dan Febrian 7f /
siswa takut dan tidak mau sekolah lagi/dijegal Gilang Kurban
saat mau maju ke depan kelas
7 Main sepak bola di dalam kelas saat pergantian 8 siswa F e b r i , F a r h a n , To h a , Klas 7f
jam pelajaran yang mengakibatkan dua jendela Herlangga, Riski, Alan,
kaca pecah Jamal, Gilang, Ari, Diva
8 Devi Fitriana payudara dipegang Niko dan 2 siswa Devi kurban Klas 7f
Febriyan Candra Niko dan febrian pelaku
9 Dalah Faham karena merasa disepelekan bila 5 siswa Kuncoro/kurban Klas7f
diajak bicara tidak menyenangkan akhirnya Priyanto Klas 9e
kuncoro diajak gelut dan diantemi Ari Marantika Klas 9e
Mario Klas 9e
Gilang Klas 8f
10 Bertengkar, cekcok/perang mulut 3 siswa Devi Klas 7f
Serli sebagai sumber masalah bercerita ke Devi Serli/sumber masalah Klas 8f
menjelek-jelekan nama Dewi yang akhirnya Dewi Klas 7f
sampai jadi cekcok
11 Berkelahi farhan minta kertas Kuncoro tapi 2 siswa Farhan dan Kuncoro Klas 7f
Kuncoro tidak boleh dan bilang Bajingan, Farhan
tidak terima Kuncoro dikampleng 3kali dan
jadilah berkelahi
12 Agung dan Devi saling mengejek dan mengolok- 2 siswa Devi Klas 7f
olok karena agung melempar batu ke Devi, setiap Agung Klas 7e
ketemu Agung, Devi selalu memanngil dengan
panggilan Munyuk Arab
13 Memecahkan jendela kaca klas 7 F bermain bola 2 siswa Tegar dan Niko 7f
saat pergantian jam pelajaran
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2017
perilaku agresif. Mereka sering bertengkar yang bertujuan untuk melukai orang lain baik
dengan teman, mulai dari mengejek, mengolok secara verbal maupun non verbal, secara fisik
olok, mengancam, beradu fisik, memukul, maupun non fisik baik langsung maupun tidak
menendang dsb. Perilaku tersebut merupakan langsung. Mengingat perilaku agresif pada
bagian dari pelampiasan emosi peserta didik peserta didik merupakan gejala yang
dimana mereka kurang memiliki daya memprihatinkan pihak Guru dan Orang tua
pengendalian diri yang kuat sehingga untuk maka penulis berupaya mengadakan
kepuasan hatinya mereka menyerang baik fisik penelitian untuk menurunkan tingkat perilaku
maupun psikis orang lain ataupun dirinya agresif pada pesera didik dengan memberikan
sendiri. Mengingat permasalahan agresifitas layanan konseling kelompok.
merupakan peri laku yang melibatkan orang lain
baik pribadi maupun kelompok maka KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN
diperlukan suatu bantuan yang dapat menangani HIPOTESIS
permasalahan secara kelompok. yaitu Pengertian Perilaku Agresif
pemberian layanan konseling kelompok. Perilaku agresif sering dikonotasikan
Hasil pengamatan penulis pada siswa sebagai sesuatu yang negatif dan suatu
kelas VII F MTsN Prambanan Kabupaten perusakan atau penyerangan, sehingga orang
Klaten tahun pelajaran 2016/2017 semester II yang berperilaku agresif sering dianggap
baik pada saat pembelajaran di kelas maupun di seseorang yang berbadan tinggi besar dan
luar kelas teramati bahwa sikap perilaku siswa menakutkan karena dianggap mereka akan
agresif terhadap teman masih sering terjadi. mengadakan penyerangan fisik. Penafsiran
Hampir setiap siswa sering usil, saling tersebut tidak semuanya salah namun tidak
mengejek, mengolok-olok diantara teman, juga benar secara keseluruhan, ada sesuatu
berkata kotor bahkan beratengkar dan berkelahi yang benar tapi ada juga kekeliruannya.
Dari jumlah 30 siswa 29 siswa Perilaku agresif dapat dipahami sebagai suatu
teridentifikasi telah melakukan agresifitas. perilaku yang bertujuan untuk meluka orang
Hasil pengamatan dari catatan kejadian dan lain baik secara verbal maupun non verbal,
dokumentasi yang ada di sekolah /madrasah secara fisik maupun psikis, langsung maupun
dipaparkan dalam tabel 1. tidak langsung (Anantasari, 2006; 80)
Dari tabel 1 dapat dianalisa bahwa tingkat Dengan demikian dapat disimpulkan
perilaku agresif pada observasi awal sebelum bahwa perilaku agresif adalahtindakan siswa
tindakan yang dilakukan siswa kelas VII F yangdilakukan dengan sengaja ataupun tidak
MTsN Prambanan Kabupaten Klaten mencapai sengaja untuk menyakiti atau melukai orang
96,6% untuk mengurangi perilaku agresif yang lain. Perilaku agresif merupakan perilaku atau
terjadi pada siswa diperlukan strategi yang sikap bermusuhan, mengancam perilaku atau
tepat. Salah satu alternatif adalah pelayanan tindakan. Agresifitas adalah sikap yang
konseling kelompok pada siswa. Keunggulan bermusuhan yang ada pada diri manusia.
layanan konseling kelompok pada siswa adalah Agresifitas ini dapat dilihat dari bentuk
dengan adanya layanan bimbingan dan menyerang dan menghancurkan atau merusak,
konseling yang diberikan memungkinkan tetapi juga dalam bentuk sikap bermusuhan
peserta didik memperoleh kesempatan untuk terhadap sesama manusia (Kurt Singer,
pembahasan dan pengentasan permasalahan 1991;148) Berdasarkan pengertian perilaku
yang dialaminya melalui dinamika kelompok, agresif di atas maka penulis menarik
sedang masalah yang dibahas adalah masalah kesimpulan perilaku agresif adalah tindakan
pribadi yang dialami oleh masing masing atau perilaku seseorang untuk melakukan
anggota kelompok. penyerangan secara fisik dan psikis baik
Dengan demikian pada perilaku agresif secara langsung maupun tidak langsung
siswa dapat dipahami sebagai suatu tindakan
Pelaksana
Permasalahan Perencanaan an
tindakan I tindakan I
Siklus I
Refleksi I Observasi I
Permasalahan
baru
Perencanaan Pelaksanaa
n
tindakan II
tindakan II
Siklus II
Observasi
Permasalahan Refleksi II II
baru hasil refleksi
Dilanjutkan ke
siklus
berikulnya ...
Siklus …
Tabel 4. Hasil evaluasi terhadap adanya perubahan pada perilaku agresif siswa Siklus I
Laki-laki (Perubahan Perempuan (Perubahan
Laki-laki (Perilaku Perempuan (Perilaku
No Perilaku Agresif Siklus Perilaku Agresif Siklus
Agresif Siklus I) Agresif Siklus I)
I) I)
1 15(50%) 8(26.6%) 6(20 %) 3(10 %)
Jumlah Laki-laki 7(23..3) Perempuan 3(10%)
Perubahan
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2017
35
30
25
20
Siswa Laki-laki
15 Siswa Perempuan
10
0
Agresif Siswa Sebelum Agresif Siswa Sesudah Perubahan Menjadi Baik
dari 6 anak/20% menjadi 1 anak/3.3% setelah berkelanjutan dari siklus pertama dan siklus
diberikan layanan konseling kelompok sudah kedua. Setiap siklus terdiri dari empat tahap
mengalami perubahan. Untuk memperjelas hasil kegiatan yang meliputi : a. tahap oerencanaan.
sebelum dan sesudah tindakan siklus I terhadap (planning ), b. tahap implementasi tindakan
sikap siswa selama pembelajaran baik saat (acting), c. tahap observasi (observing) dan d.
didalam kelas maupun diluar kelas berikut tahap refleksi (reflecting). Penulis dalam
disajikan diagram perkembangan perubahan penelitian ini menggunakan wahana sebagai
sikap perilaku agresif pada siswa sebelum dan materi penelitian adalah pemberian layanan
sesudah tindakan dapat dilihat pada gambar 5. konseling kelompok, karena penulis seorang
guru bimbingan dan konseling yang
Deskripsi Siklus I berkecimpung di dalam masalah
Perencanaan Tindakan perkembangan dan perilaku peserta didik.
Pada perencanaan tindakan kelas ini
dilakukan dalam dua siklus yang berulang dan
16,5
16
15,5
15
Siswa yang Berminat
14
13,5
13
Metode Dinamika Kelompok Metode Dinamika Individu
35
30
25
20
Sebelum Tindakan
15 Sesudah Tindakan
10
0
Siswa Laki-laki Siswa Perempuan
terkumpul dari hasil pengamatan kondisi awal Hasil observasi aktifitas dalam mengikuti
menunjukkan jumlah peserta didik yang kegiatan layanan siswa disajikan dalam
berperilaku agresif atau bertengkar di sekolah bentuk diagram Gambar 6.
adalah 13 orang dalam kurun waktu 2 minggu
atau 12 hari. Hal ini menunjukkan adanya Hasil Angket Siswa Siklus II
kerawanan kelas tersebut dalam hal berperilaku Dari hasil angket siswa dapat diketahui
agresif atau bertengkar di sekolah sebab mereka minat siswa dalam mengikuti kegiatan layanan
mudah sekali tersulut untuk suatu agresifitas konseling kelompok dengan bermain/dinamika
atau suatu pertengkaran. Berdasarkan hasil kelompok sebagaimana dipaparkan dalam tabel 6.
jawaban yang penulis berikan baik secara Dati tabel 6 tampak bahwa siswa lebih
tertulis maupun secara lesan menyatakan bahwa berminat mengikuti kegiatann layanan
mereka merasa bangga jika bisa mengalahkan konseling dengan bermain/dinamika
orang lain atau memenangkan suatu kelompok daripada dengan konseling individu
pertengkaran, sehingga mereka dengan Hasil Anget siswa siklus II disajikan dalam
mudahnya menyelesaikan masalah dengan cara bentuk diagram pada Gambar 7.
bertengkar baik adu mulut ataupun adu fisik. Hasil evaluasi terhadap adanya perubahan
Dengan jumlah peserta didik dalam satu kelas pada perilaku agresif siswa dapat ditunjukkan
30 anak sedang jumlah peserta didik yang oleh tercapainya perubahan sikap perilaku
bertengkar di sekolah dalam dua minggu ada 13 agresif siswa yang disajikan pada tabel 7.
anak menunjukkan kerawanan yang tinggi yaitu
96,6%. Dari tabel 7 dapat dijelaskan bahwa pada
Berdasarkan hasil evaluasi dan observasi siklus II tingkat pencapain terhadap adanya
diperoleh data tentang perubahan sikap perubahan pada perilaku agresif siswa ada 26
perilaku agresif siswa setelah mengikuti siwa /86,6 %. hasil ini lebih baik bila
konseling kelompok dengan bermain peran dibanding dengan hasil sikap agresif pada
dalam kegiatan dinamika kelompok, siswa siklus I yaitu 15 siswa /50%. Sedangkan
dalam mengungkapkan pikiran dan perasaan perubahan perilaku agresif siswa kelas 7 f
dapat dipaparkan dalam tabel 5. mengalami penuruna pada siklus I menjadi 15
Seperti tampak pada tabel 5 pada siswa menjadi 26 pada siklus II. Hasil
pelaksanaan layanan konseling kelompok siklus perubahan pada siklus I dan siklus II disajikan
II semua siswa telah aktif mengikuti layanan. dalam bentuk diagram seperti pada Gambar 8.
35
30
25
10
0
Siswa Laki-laki Siswa Perempuan
Gambar 6. Diagram Hasil pelaksanaan layanan konseling kelompok siklus II
30
25
20
10
0
Layanan Konseling Kelompok Layanan Konseling Individu
Tabel 7. Hasil evaluasi terhadap adanya perubahan pada perilaku agresif siswa
Siklus II
Laki-laki Perempuan Perempuan (Perubahan
Laki-laki (Perubahan
No (Perilaku Agresif Perilaku Agresif Siklus II) (Perilaku Agresif Perilaku Agresif Siklus
Siklus II) Siklus II) II)
1 3(10%) 26(86.6%) 6(20%) 5(16.6%)
Jumlah Perubahan Laki-laki 23(76.6%) Perempuan 1(3.3%)
Siswa yang masih
berperilaku agresif
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2017
ada beberapa siswa belum terbiasa mengikuti agresif siswa dikarenakan kebanyakan siswa
kegiatan konseling karena sebelumnya belum belum paham teknik dinamika kelompok dalam
pernah ada masalah. Untuk mengatasi hal ini konseling kelompok dengan baik. Kebanyakan
penulis meminta siswa untuk berfikir rileks dan siswa hanya mengikuti kegiatan layanan apa
tidak usah bingung ataupun takut dalam adanya. Siswa kurang mengerti pikiran apa
menghadapi masalah karena pada dasarnya maksud dan tujuan dari pelaksanaan konseling
semua orang pasti punya masalah dan tidak ada kelompok yang diadakan oleh guru BK. Guna
masalah yang tidak bisa diatasi tergantung pada memperbaiki kegiatan layanan penulis
niat yang bersangkutan untuk mengatasinya. menjelaskan ulang dengan memberikan contoh
Hasil evaluasi terhadap perubahan serta memberikan kesempatan pada siswa untuk
perilaku agresif siswa pada siklus I belum menanyakan hal-hal yang belum dimengerti
memenuhi indikator kinerja sebagaimana yang terkait dengan pelaksanaan layanan konseling
telah ditetapkan. Rendahnya perubahan perilaku kelompok yang telah siswa ikuti.
35
30
25
20
Siswa Laki-laki
15 Siswa Perempuan
10
0
Sebelum Tindakan Siklus I Siklus II
35
30
25
20
Siswa Laki-laki
15 Siswa Perempuan
10
Gambar 9. Perubahan Sikap Perilaku Agresif Siswa Pada Siklus I dan Siklus II
sebagai sarana untuk mengurangi sikap perilaku benar dan selanjutnya diwujudkan dalam
agresif pada siswa. Dari pantaun penulis selama perilaku sehari hari di sekolah.
kegiatan layanan konseling kelompok siswa Dari data kondisi awal sampai kondisi
lebih suka memilih bermain peran atau akhir menunjukkan adanya penurunan atau
dinamika kelompok untuk memecahkan pengurangan jumlah peserta didik yang
permasalahan yang ada. Hal ini wajar karena berperilaku agresif atau bertengkar di madrasah,
siswa lebih merasa nyaman dan merasa lebih dengan 13 jumlah permasalahan dan dengan
bisa bebas dan mengekpresikan dirinya. 29siswa sebagai pelakunya menjadi 3 siswa
Segi positif penggunaan metode berarti ada penurunan sebesar 86,6%.
dinamika kelompok dalam konseling Berdasarkan kenyataan dan pengamatan
kelompok ini adalah lebih dapat yang dilakukan layanan konseling kelompok
menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa. dapat menurunkan jumlah perilaku agresif
Keberhasil tindakan dalam penelitian bertengkar di madrasah karena peserta konseling
tindakan kelas sangat ditentukan oleh hasil kelompok benar benar merasa nyaman dan
evaluasi permasalahan siswa. Dalam penelitian ini diperhatikan. Mereka tidak merasa di nasihati
hasil evaluasi bmasalah yang telah dilakukan tetapi mereka merasakan kebersamaan untuk
siswa telah mencapai indikator kinerja menyelesaikan permasalahan bersama kelompok
sebagaimana yang diharapkan. Yaitu suasana dalam hal ini adalah penurunan perilaku agresif
kelas lebih terasa nyaman dan kondisif .Selain itu bertengkar di madrasah pada peserta didik kelas
hasil evaluasi layanan konseling pada penelitian 7F MTsN Prambanan Kabupaten Klaten
ini menunjukkan bahwa penguasaan siswa
terhadap kompetensi dasar mengungkapkan KESIMPULAN
pikiran, perasaan, informasi, dan fakta dan Pada saat kondisi awal, kelas belum diberi
permasalahan mengalami penurunan yang layanan konseling kelompok, masih banyak
segnifikan. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah peserta didik yang melakukan perilaku agresif
siswa yang mengalami perubahan perilaku agresif dalam hal ini adalah bertengkar/berkelahi di
semakin menurun dari sebelum penerapan sekolah/madrasah yaitu mencapai 96.6%.
tindakan hingga siklus II telah terjadi perubahan Banyak Guru mengeluh tentang kelas 7F yang
Setelah penulis memberikan tindakan pada emosional dan sering bikin masalah dengan
peserta didik kelas 7F dengan layanan konseling kelas lain. Hal ini dapat dilihat pada buku kasus
kelompok maka diperoleh hasil sebagai berikut: dan kegiatan konsultasi dan koordinasi guru
Dengan diberikannya layanan konseling Pembimbing dengan Kepala Madrasah dan Wali
kelompok peserta didik terlihat gembira dan kelas/guru mata pelajaran. Perilaku sikap
antusias untuk mengikuti semua kegiatan agresif siswa kelas 7F melalui layanan
dengan suka rela dan penuh kesungguhan konseling kelompok pada siklus I 50% untuk
sehingga pesan atau tujuan yang akan dicapai perilaku agresif siswa laki-laki dan 10 % untuk
yaitu penurunan perilaku agresif atau perilaku siswa perempuan sehingga dapat menurunkan
bertengkar di sekolah dapat dipahami dengan perilaku agresif bertengkar di sekolah sebesar
96.6% menjadi 36.6% dengan jumlah penurunan Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas.
dari 29 peserta didik berperilaku agresif dalam Jakarta; Gaung Persada.
dua minggu berkurang menjadi 18 peserta didik. Kurt Singer. 1991. Psikologi Sosial. Surabaya:
Dengan penurunan jumlah peserta didik sebanyak Airlangga.
11 peserta didik kemudian pada siklus II dari Latipun. 2000. Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
96.6% mengalami penurunan lagi menjadi 10% Erlangga.
yang berarti ada perubahan sebesar 86.6% ini Prayitno. 2004. Pelayanan Konseling di Sekolah
merupakan penurunan yang cukup signifikan. Hal Padang: Universitas Negeri Padang.
ini menunjukkan bahwa melalui pemberian Shertzer and Stone. 1980. Fundamentals of
layanan konseling kelompok dapat menurunkan Counseling. New York: MC Graw Hill.
perilaku agresif bertengkar di sekolah pada Suharsimi Arikunto,2006. Penelitian
peserta didik kelas 7F MTsN Prambanan Tindakan Kelas.Bumi Aksara:Jakarta
Kabupaten Klaten. Winkel. 2002. Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Yogyakarta: Universitas Sanata
DAFTAR PUSTAKA Darma.
Anantasari. 2006. Psikologi Sosial. Jakarta: Zainal Aqib. 2009. Penelitian Tindakan Kelas.
Gramedia. Bandung: Yrama Widya.