Vous êtes sur la page 1sur 2

Fadila Nurlaili (X IPS 4)

@xffadilan15_

Pamitmu

Sejak hari itu, dia berbeda. Dia masih tetap manis dan memperhatikanku, tapi dia lebih
sering membuatku menunggu. Kadang ia tidak masuk sekolah hingga seminggu, suka
menghilang tanpa kabar, tapi kadang juga memintaku untuk menunggunya sebentar. Entah
kemana dia pergi selama aku menunggu. Tapi, aku tetap menyukai setiap detikku untuk
menunggunya.

Dia penuh kejutan bagiku. Dia akan selalu tersenyum manis setiap kali kembali. Dia juga
tidak pernah melupakanku meskipun telah memintaku menunggu untuk waktu yang cukup lama.
Mungkin hal sesederhana itu yang membuat seluruh rinduku melebur dan terlupakan lewat
hangat tatapannya.

Sampai suatu hari di ujung penantianku. Dia menemuiku di tempat bermain yang sempat
menyatukan kita.

“Dinda,” panggilnya samar. Aku menatapnya lalu tersenyum simpul padanya. “Ada yang
ingin kusampaikan padamu.” Ucapnya dalam. Aku mengerdik tak mengerti.

“Setelah ini, aku akan pergi lagi. Mungkin ini adalah kepergianku yang paling panjang.
Aku menyayangimu, jadi aku tak ingin menyiksamu. Jadi, maaf, aku ingin mengakhiri hubungan
kita,”

Sebuah dentuman keras menyambar jantungku. Sebuah kalimat yang sangat dalam dan
terdengar samar menyakitkan. Tatapannya menunjukkan bahwa kali ini ia tak bercanda. Aku
mencoba menggeleng berharap yang kudengar tidak sesuai dengan apa yang dikatakannya. Tapi,
nayatanya ia hanya menegaskan dengan sebuah tepukan pelan.

“Aku tidak ingin meninggalkanmu terus, aku tak ingin membuatmu menungguku. Kau
bersamaku tapi selalu merasa sendirian.” Jelasnya lagi.

Aku ingin berkata, namun rasanya sangat sulit untuk menegaskan apa yang kuinginkan.
“Aku tidak masalah menunggumu. Aku juga sudah menghabiskan banyak waktu menunggumu.
aku suka menunggumu. aku akan dengan senang hati menantimu. Aku baik- baik saja selama
menunggumu.” aku mulai bersuara dengan nada yang tak stabil.
Dia menyentuh bahuku. “Tapi, kali ini aku tak bisa kembali. Aku tak mau membuatmu
menungguku dan berakhir pada kepergianku.” Jelasnya dengan suara yang lembut.

Aku suka menunggunya, bahkan selama aku menunggunya rasanya semuanya baik-baik
saja. tak peduli ia kan kembali atau tidak, yang kutahu aku punya sesuatu yang bisa kujaga
dengan cara menunggu. Dan kurasa itu cukup. Rindu sudah jadi sahabatku saat pertama kali aku
mengenalnya. Aku sering berpeluk dengan rindu dan menguatkan bahwa dia pasti kembali
sekalipun panjang dan melelahkan. Tapi, yang kutahu, dia tak akan melupakanku.

Lelaki dihadapanku menyapu wajahnya dengan kedua telapak tangannya. “Aku tak ingin
menyakitimu. Jadi biarkan aku pergi tanpa memintamu menungguku lagi.” Nada suaranya masih
lembut.

“Tapi, bahkan selama aku menunggu sampai saat ini, aku tak pernah berharap kau
kembali. Karena-, kau ingin tau kenapa?” aku berhenti sejenak. “Yang kuinginkan selama aku
menunggu bukan kembalinya dirimu, tapi aku ingin kau tetap mengingatku. Dengan itu cukup
rasanya rindu yang kusimpan karena terbalaskan.” Lanjutku menyakinkannya bahwa aku baik-
baik saja.

Aku melangkah mendekat. “Maaf, aku harus pamit sekarang. Aku akan mengingatmu,
jadi berhentilah untuk menungguku."

Detik selanjutnya, ia mendekapku erat untuk terakhir kalinya.

Kamulah senja,

Yang kunanti dengan lama namun hadir dalam sekejap mata

Setelah ini, jangan lupa, ajari juga cara untuk melepaskanmu.....

Vous aimerez peut-être aussi