Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
askep hisprung
Penyakit Hirschsprung
Definisi
Penyakit Hirschsprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Dilihat dari namanya
penyakit ini merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan
(aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah atas) yang tidak
mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi “kelumpuhan” usus besar dalam menjalanakan
fungsinya sehingga usus menjadi membesar (megakolon). Panjang usus besar yang terkena
berbeda-beda untuk setiap individu.
Penyebab
Penyebab timbulnya penyakit Hirschsprung adalah kelainan genetik. Penyakit ini juga dapat
ditemukan bersamaan dengan sindrom Down, kanker tiroid, dan neuroblastoma.
Gejala
Karena terjadi “kelumpuhan” usus besar dalam menjalankan fungsinya, maka tinja tidak dapat
keluar. Biasanya bayi baru lahir akan mengeluarkan tinja pertamanya (mekonium) dalam 24 jam
pertama. Namun pada bayi yang menderita penyakit Hirschsprung, tinja akan keluar terlambat
atau bahkan tidak dapat keluar sama sekali. Selain itu perut bayi juga akan terlihat
menggembung, disertai muntah. Jika dibiarkan lebih lama, berat badan bayi tidak akan
bertambah dan akan terjadi gangguan pertumbuhan.
Gambar. Penyakit Hirschsprung.
Perhatikan perbedaan besar usus antara gambar yang kiri dan kanan.
Pemeriksaan Tambahan
Pada waktu memeriksakan bayi ke dokter, dokter akan memasukkan jari tangan (kelingking)
kedalam anus bayi (colok dubur). Hal ini bertujuan untuk menilai adanya pengenduran otot
dubur.
Pemeriksaan tambahan lain yang dapat dilakukan adalah roentgen perut, barium enema, dan
biopsi rektum. Roentgen perut bertujuan untuk melihat apakah ada pembesaran/pelebaran usus
yang terisi oleh tinja atau gas. Barium enema, yaitu dengan memasukkan suatu cairan zat
radioaktif melalui anus, sehingga nantinya dapat terlihat jelas di roentgen sampai sejauh
manakah usus besar yang terkena penyakit ini. Biopsi (pengambilan contoh jaringan usus besar
dengan jarum) melalui anus dapat menunjukkan secara pasti tidak adanya persarafan pada usus
besar. Biopsi ini biasanya dilakukan jika usus besar yang terkena penyakit ini cukup panjang
atau pemeriksaan barium enema kurang dapat menggambarkan sejauh mana usus besar yang
terkena.
Penatalaksanaan
Terdapat 2 langkah operasi yang dapat dilakukan untuk menangani penyakit ini, yaitu :
Malnutrisi
Malnutrisi lebih diartikan sebagai kondisi kekurangan bahan bahan nutrisi esensial pada tingkat seluler sebagai
akibat dari faktor fisiologi, individu, sosial, pendidikan, ekonomi, budaya dan politik (Berkaukas, dkk, 1994 hal
116). Sedangkan menurut Gordon (1982), malnutrisi adalah pemasukan yang tidak memadai dari satu atau lebih
jenis makanan atau bahan makanan yang dibutuhkan bagi metabolisme tubuh, misalnya pemasukan protein, zat besi
atau vitamin C yang tidak memadai (Kozier, & Erb, 1983 hal 673).
Malnutrisi dibedakan atas defisiensi primer dan defisiensi sekunder. Defisiensi primer terjadi ketika bahan bahan
nutrisi yang esensial seperti protein, karbohidrat, lemak dan vitamin tidak tersedia dalam jumlah yang cukup dalam
makanan. Sedangkan defisiensi sekunder terjadi karena ketidakmampuan tubuh mencema dan menyerap makanan,
gangguan metabolisme atau karena peningkatan kebutuhan nutrisi. Misalnya, peningkatan kebutuhan karbohidrat
pada pasien diabetes melitus.
Malnutrisi dapat terjadi secara akut maupun kronik. Secara akut, sifatnya hanya sementara dan reversibel tanpa efek
samping yang lama. Malnutrisi kronik terjadi dalam waktu yang lama dan kemungkinan bersifat
irreversibel (Williams, 1985 hal 116). Malnutrisi yang terjadi karena defisiensi protein, kalori
atau keduanya, dapat menyebabkan malnutrisi energi protein, yang dikenal sebagai kwashiorkor
atau marasmus. Kwashiorkor depigmentasi disebabkan oleh defisiensi protein. Gejala-gejalanya
meliputi gangguan pertumbuhan dan perkembangan, kelemahan otot, depigmentasi rambut dan
kulit serta edema. Sedangkan maramus terjadi karena kekurangan protein dan kalori. Manifestasi
kliniknya meliputi atropi otot, kelemahan dan edema. Kelainan-kelainan ini umumnya terjadi
pada anak anak (Windsor, 1991). Ada beberapa indikasi sehingga seseorang dikatakan
kekurangan nutrisi (Kozier, & Erb, 1983 haL 673):
1. berat badan 20 % atau lebih rendah daripada tinggi dan bentuk badan ideal.
5. Ada tanda dan gejala masalah pencernaan seperti nyeri abdomen, kram abdomen, diare dan
bising usus hiperaktif.
Adapun faktor faktor yang mempengaruhi kekurangan nutrisi adalah alasan ekonomi,
pendidikan, status sosial, anatomi fisiologi pencernaan dan status psikologi.
Kedua, pendidikan. Kurang pengetahuan tentang nutrisi dan manfaat nutrisi memberi kontribusi
terhadap terjadinya malnutrisi. Orang yang kurang pendidikan sering kali tidak sadar dengan
kebutuhan nutrisi/makanan yang terbaik untuk tubuhnya.
Ketiga, status sosial. Individu biasanya cenderung mengkonsumsi makanan sama dengan
masyarakat disekitarnya atau berdasarkan status sosial.
Keempat, anatomi dan fisiologi. Sebelum makanan digunakan untuk metabolisme, makanan
terlebih dahulu diabsorpsi setelah dicema. Banyak faktor fisiologi yang dapat mengganggu
proses pencernaan atau penyerapan makanan. Misalnya : gigi yang kurang, sakit gigi, adanya lesi
dimulut sehingga proses pengunyahan makanan terganggu. Kesulitan menelan (disfagia) karena
nyeri atau radang pada esofagus juga mengganggu pencernaan. Masalah pencernaan pada
lambung atau usus dapat disebabkan tumor atau ulkus pada saluran pencernaan. Kadang kala
pasien yang minum obat obatan tertentu juga akan mengalami gangguan pencernaan seperti :
mual dan muntah.
Kelima, psikologis. Anoreksia dan berat badan rendah sering ditemukan pada pasien dengan
depresi.
Anoreksia Nervosa
Anoreksia nervosa ditandai dengan kehilangan berat badan yang drastis secara berkepanjangan
dan pasien memelihara berat badannya pada kadar rendah yang abnormal (Huse & Lucas, 1983).
Anoreksia nervosa biasanya terjadi pada usia masa muda sampai dewasa tua. Anoreksia nervosa
terutama terjadi pada wanita. Tanda/gejala anoreksia nervosa dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
Prevalansi gejala
No. Gejala gejala Tanda tanda Prevalansi tanda (%)
(%)
2. Konstipasi 20 Hipotermia 15 85
3. Badan bengkak 30 Kulit kering 25 85
5. Kedinginan 20 Lanugo 20 80
6. Lethargi 20 Edema 20 25
Tabel: Tanda dan gejala anoreksia nervosa. Dari : Brownell K. D. & Foreyt, J.P.1986, Handbook of eating
disorders.
3. Pemeriksaan klinik.
4. Mengkaji riwayat nutrisi untuk menentukan perkembangan penyakit, konsumsi kalori, protein,
dan bahan makanan lainnya, pola makan dan perilaku makan, pengaruh psikologi dan sosial
terhadap perilaku makanan, penggunaan obat obatan seperti vitamin, mineral, laksatif dan
diuretik serta aktivitas fisik.
Komplikasi medis yang dapat terjadi pada pasien dengan anoreksia nervosa, (Barkaukas, dkk,
1994 hal. 130) adalah:
a. Komplikasi metabolisme
b. Komplikasi gastrointestinal :
1. Konstipasi
c. Komplikasi kardiovaskuler:
Bradikardi
Aritmia
Efusi pericardial
Edema
Gagal jantung
d. Komplikasi ginjal :
• Nefropati
• Dehidrasi
• Kelemahan
• Tetani
f. Komplikasi hematologi:
• Perdarahan
• Anemia
g. Komplikasi gigi:
• Dekalsifikasi
• Karies
h. Komplikasi endokrin
o Amenorrhea
0 Impoten
i. Komplikasi lain:
• Kelemahan
• Hipotermia
Tujuan utama asuhan keperawatan adalah memelihara agar kebutuhan nutrisi memadai. Tujuan asuhan keperawatan
untuk pasien dengan gangguan nutrisi, antara lain :
3. Menyusun menu yang disukai pasien dengan jumlah kalori yang memadai.
Intervensi keperawatan pada masalah nutrisi tergantung dari diagnosa keperawatan. Beberapa intervensi
keperawatan untuk mengatasi masalah nutrisi antara lain:
Kurang nafsu makan atau anoreksia tidak jarang disertai keluhan fisik seperti kelemahan, lesu, cemas, depresi
dengan atau tanpa nyeri lambung. Kondisi ini dalam waktu singkat kadang kala tidak menimbulakn masalah
pada orang dewasa. Namun, bila berlangsung lama, timbul penurunan stamina dan masalah masalah nutrisi
lainnya. Beberapa intervensi keperawatan untuk masalah nutrisi ini :
a. Menghilangkan atau mengurangi kondisi kondisi atau gejala gejala penyakit yang menyebabkan penurunan
nafsu makan seperti menjaga kebersihan dan kesehatan kulit, memberi analgetik untuk nyeri atau antipiretik
untuk demam dan menganjurkan istirahat untuk mengurangi kelelahan.
b. Memberikan makanan yang disenangi, sedikit demi sedikit tetapi sering dengan memperhatikan jumlah
kalori dan tanpa kontra indikasi.
c. Menata ruang pasien senyaman mungkin sehingga meningkatkan nafsu makan pasien. Misalnya membuat
ruang pasien bebas dari bau obat dan bau bauan lain yang mengganggu minat makan pasien.
d. Menurunkan stress psikologi. Kurang pemahaman tentang terapi dan prosedur operasi, dan rasa takut pada
pasien akan menyebabkan anoreksia. Untuk itu perawat perlu mendiskusikan masalah-masalah diatas sehingga
menurunkan stress yang dialami pasien.
Umumnya, masyarakat mulai menyadari akan bahaya memakan daging terlalu banyak.
Sebagian orang telah beralih menjadi vegetarian, dengan alasan agama, ekonomi
maupun fisik. Setidaknya, ada empat jenis vegetarian:
Prinsip utama yang harus diperhatikan oleh perawat dalam menyusun menu bagi
vegetarian adalah kebutuhan protein, vitamin dan mineral terpenuhi dalam jumlah
memadai. Bagi lacto ovo vegetarian, hal ini tidak terlampau sukar karena dapat
mengkonsumsi susu dan telur sebagai sumber protein dan sayuran sebagai pelengkap
sumber vitamin dan mineral. Sebaliknya, bagi vegan vegetarian, sumber protein tidak
mungkin diperoleh dari susu dan telur yang bukan berasal dari tumbuhan. Untuk itu,
protein nabati seperti kedelai (tahu, tempe), kacang kacangan, nasi dan coklat menjadi
pilihan sebagai sumber protein.
c. Pilihlah empat jenis makanan dari beberapa kelompok makanan vegetarian dibawah
ini:
Altematif pertama :
Buah buahan dan sayuran (termasuk satu buah jeruk dan minimal satu sayuran berdaun
hijau gelap).
Altematif kedua :
Altematif ketiga
Makanan yang hanya mengandung protein saja seperti keju, kacang polong atau kacang
kedelai (tahu, tempe) dan telur sebanyak 3 atau 4 butir per minggu.
Aftematif kelima :
Altematif keenam :
Dapatkan vitamin D dari sinar matahari atau susu yang tidak terradiasi.
Altematif ketujuh
> Ganti susu hewani dengan susu kedelai, sayuran hijau dan buah buahan.
> Minimal makan dari 2 hal berikut setiap kali makan guna memenuhi
kebutuhan asam amino, yaitu :
B. Pasien buta
Biasakan mereka belajar makan sendiri. Perawat harus selalu memotivasi mereka untuk
mandiri. Namun, untuk pasien buta sementara, seperti : akibat operasi, perawat perlu
menyuapi pasien ketika makan. Agar mereka mengenal ruang atau tempat makan perlu
dijelaskan dan dikenalkan ruang atau tempat makan tersebut. Jangan lupa untuk
memberi tahu pasien bila makanan yang diberikan berupa makanan yang panas.
Bagi pasien yang tidak dapat mengunyah baik akibat kecelakaan, tumor, operasi,
maupun fraktur pada rahang, diperlukan suatu modifikasi agar pasien bisa makan. Hal
yang perlu diperhatikan oleh perawat adalah kemungkinan pasien merasa rendah diri
atau malu. Untuk itu, perawat perlu menjaga privacy dan harga diri pasien. Bila ternyata
perlu disuapi, tanyakan pada pasien, apakah pasien mau disuapi oleh keluarganya.
Karena biasanya pasien lebih suka disuapi anggota keluarga daripada oleh perawat.
D. Mempersiapkan pasien makan
• Minta pasien membasuh tangan, berkumur atau gosok gigi dan menyeka muka
• Aturlah pasien pada posisi senyaman mungkin : duduk dikursi, dipinggir tempat tidur
atau bersandar di tempat tidur
• Letakkan meja pada posisi yang cocok dan rapikan benda benda yang tidak diperlukan
• Bawa makanan segera setelah pasien merasa sudah siap, untuk menghindari rasa lelah
• Hindari melakukan test obat yang tidak enak sebelum atau sesudah makan
• Tutupi hal hal yang tidak enak dipandang mata sewaktu makan, seperti luka atau darah
• Bantu memasang serbet atau handuk supaya tidak terkena tumpahan makanan
• Cuci tangan
• Pasang serbet atau handuk untuk menghindari makanan jatuh ke pakaian pasien
• Beri tahu pasien jika makanan panas atau dingin, anjurkan untuk mencicipi makanan
terlebih dahulu
• Suapi sedikit demi sedikit dan kaji pasien, jangan sampai tersedak
• Setelah makan atur posisi sehingga ia merasa nyaman
Meskipun pencernaan oral melalui saluran normal atau saluran pencernaan merupakan cara
terbaik untuk masukan nutrisi pada pasien, tetapi dalam kondisi-kondisi tertentu cara ini
bukan menjadi pilihan. Ada dua cara lain pemberian makanan dirumah sakit yaitu nutrisi
enteral dan parenteral (Hui, 1985 hal 245).
Nutrisi enteral adalah pemberian makanan secara langsung ke dalam saluran pencernaan
melalui selang (tube) atau dengan melakukan suatu insisi (perlukaan) pada area yang dituju.
Sedangkan nutrisi parenteral adalah pemberian makanan secara langsung melalui injeksi sari
sari makanan ke dalam pembuluh darah vena. Contoh nutrisi parenteral adalah terapi
intravena dan nutrisi parenteral total atau parsial
Nutrisi Enteral
Ketika pemberian makanan melalui mulut tidak memungkinkan dilakukan pada pasien,
maka nutrisi enteral merupakan suatu pilihan. Misalnya, pasien dengan tumor kepala dan
leher, pasien dengan masalah masalah pada usus dan luka bakar yang parah. Pada kondisi-
kondisi ini pemberian makanan dapat menggunakan selang (tube) melalui hidung ke
lambung (nasogastric), jejunum, atau selang (tube) gastrotomi. Dapat juga dari hidung ke
kerongkongan (nasopharyngeal route) atau dengan melakukan insisi pada usus bagian atas
(Jejunostomi) (Hui, 1985 hal. 245).
Masalah masalah yang mungkin ditemui pada terapi nutrisi enteral, antara lain : masalah
osmolalitas, ketidak seimbangan elektrolit, komplikasi gastro intestinal dan sikap
ketergantungan karena pemberian makanan melalui selang (Farley, 1988).
Selang naso gastrik atau naso gastric tube (NGT) adalah pemasangan selang (tube) dari
rongga hidung ke lambung untuk memasukkan makanan cair atau obat obatan cair atau
padat yang dicairkan. Indikasi pemasangan NGT adalah pasien tidak sadar (koma), pasien
dengan masalah saluran pencernaan atas seperti penyempitan atau stenosis pada esofagus,
tumor pada mulut, faring atau esofagus. Pasien yang tidak mampu menelan dan pasien pasca
operasi pada mulut, faring atau esofagus.
Pemasangan selang NGT hanya dapat dilakukan perawat sesuai program medik. Prosedur ini
membutuhkan keahlian karena perawat harus memastikan bahwa NGT tidak masuk ke
dalam paru paru. Pemberian makanan melalui selang NGT tidak boleh dilakukan sampai
perawat yakin bahwa selang NGT tepat masuk ke dalam lambung.
Komposisi makanan yang diberikan melalui NGT tergantung pada kemampuan pasien
mencerna dan menyerap sari makanan dan keperluan pasien akan sari makanan. Campuran
makanan yang diberikan melalui NGT biasanya berupa campuran makanan komersial (siap
pakai) dan dapat diperoleh pada apotik atau berupa campuran yang biasa dipakai dalam
suatu rumah sakit dimana keduanya hanya dapat diberikan jika ada resep sesuai program
medik. Frekwensi pemberian makanan dan jumlah makanan yang diberikan juga sesuai
dengan yang terdapat pada program medik.
Pada orang dewasa jumlah makanan yang diberikan biasanya 300 500 cc dalam setiap kali
pemberian. Standar larutan yang diberikan berisi 1 kalori per milimeter (1 cc) dari larutan
protein, lemak, karbohidrat, mineral, atau vitamin dalam proporsi tertentu. Makanan yang
sering diberikan biasanya susu, gula, telur dan minyak sayuran (Kozier, & Erb, 1983 hal
678).
Hal pertama yang dilakukan perawat ketika akan memberi makanan melalui NGT adalah
memastikan bahwa letak selang NGT tepat dilambung. Kemudian memasukkan cairan
berkisar 10 15 cc ke dalam selang nasogastrik. Lalu memasukkan campuran makan/makanan
secara perlahan lahan. Makanan yang diberikan tidak boleh terlalu panas atau dingin tetapi
sesuai dengan suhu kamar untuk mencegah iritasi mukosa lambung.
Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan perawat adalah bahwa pemberian makan tidak
dilakukan dengan tekanan tinggi karena dapat menyebabkan flatus dan refleks muntah.
Berdasarkan alasan ini, biasanya perawat meletakkan ujung selang (tempat masuk makanan)
setinggi satu kaki, di atas kepala pasien dan membiarkan cairan/campuran makanan masuk
ke lambung secara lambat mengikuti gaya gravitasi. Setelah semua campuran makanan
masuk ke lambung, perawat membilas selang nasogastrik dengan cara menginjeksi cairan (5
10 cc) dengan tekanan yang rendah.
• Ditemukan glukosuria dan sering buang air kecil. Tanda ini dapat timbul karena campuran
makanan yang diberikan mengandung karbohidrat tinggi.
• Mual. Rasa mual biasanya terjadi akibat pengosongan lambung yang lambat.
• Aspirasi campuran makanan. Hal ini merupakan komplikasi yang serius. Aspirasi dapat
dicegah dengan mengatur pasien dalam posisi setengah duduk.
• Muntah. Muntah cenderung terjadi ketika makanan tidak meninggalkan lambung. Dalam
kondisi ini, perawat dapat mengecek residu lambung dan mengkaji ulang jumlah campuran
makanan yang diberikan.
Cara Rasional
1. Inspeksi keadaan rongga mulut dan rongga hidung pasien, Untuk melihat kebersihan mulut/hidung sebelum
gunakan sarung tangan bila perlu pemasangan NGT, disamping berguna untuk melih
kemungkinan obstruksi pada romngga hidung
3. Periksa catatan keperawatan dan status pasien serta lembar Pemasangan NGT boleh dilakukan sesuai program
catatan medik/pengobatan spt: rencana operasi medik
4. Siapkan alat-alat:
b. siapkan jelly/lubricant.
c. kertas tes pH
d. sudip lidah
e. penlight/senter
h. bengkok
j. tissue
6. cuci tangan dan pakai sarung tangan Mencegah penyebaran infeksi silang (kuman)
7. Atur posisi pasien semi Fowler dengan bantal dibelakang Agar memudahkan pasien menelan dan mencegah
bahu/ naikkan bagian kepala iritasi pada saluran pencernaan
8. Siapkan alat alat yang diperlukan disamping tempat tidur Memudahkan pemasangan NGT dan menjaga priva
dan pasang tirai
10. Taruh bengkok diatas dada dan berikan tissu pada pasien Membantu mengeluarkan saliva (liur) akibat
pernasangan NGT
11. Anjurkan pasien untulk rileks dan bernapas dengan salah Memudahkan pemasangan NGT melalui hidung.
satu hidung yang normal (fidak ada NGT), lalu lakukan
aktivitas pada salah satu hidung yang aliran udaranya
tinggi. (karena untuk mencegah ada/tidaknya obstruksi)
ujung
13.Beri tanda pada panjang NGT yang sudah di ukur, dengan Menentukan secara pasti panjang NGT yang akan
menggunakan plester masuk dad hidung ke lambung
14.Siapkan plester dengan panjang 10 cm 2 buah Untuk memfiksasi ujung luar NGT dengan hidung
15.Pasang dan beri lubricant sepanjang NGT yang akan Selang licin akan dapat mengurangi iritasi pada saa
dipasang ke lambung memasang NGT
16.Instruksikan pasien untuk mengekstensikan leher Memudahkan masuknya selang NGT melalui hidun
kebelakang, lalu masukkan secara perahan lahan melalui dan memelihara agar jalan nafas hidung tetap terbu
lubang hidung sampai pada panjang selang yang ditentukan
telah
17. lanjutkan memasukkan tube NGT sepanjang rongga Meminimalkan ketidaknyamanan pemasangan NGT
hidung. Jika merasakan agak tertahan, putarlah selang NGT Hambatan disebabkan oleh bagian posterior hidung
dan jangan paksakan untuk dimasukkan memasukkan dengan cara memutar dan sedikit
menarik membantu masuknya ujung selang ke farin
18. Jika tetap ada hambatan, cabut NGT, anjurkan pasien Mengurangi resiko iritasi/ pendarahan, meminimalk
istirahat, olesi kembali selang NGT dan masukkan kembali rasa tidak nyaman.
selang NGT pada hidung yang lain
19. Lanjutkan memasang selang NGT sampai melewati Mengurangi kecemasan dan meminimalkan resiko
nasofaring.Jika gagal : iritasi pada faring
20. Setelah selang melewati nasofaring (3 4 cm) anjurkan Memperlancar masuknya selang
21. Jika setelah selesai memasang NGT sampai pada ujung Memberikan kenyamanan dan mengurangi rasa cem
yang telah ditentukan, anjurkan pasien rileks dan bernafas pasien
normal
22. Lakukan tes untuk mengetahui letak masuknya selang Mengetahui secara pasti bahwa selang NGT tepat
NGT. Ada 2 cara: masuk ke lambung
23.Fiksasi selang dengan plester yang telah disediakan. Fiksasi Agar kedudukan selang tetap paten
sisa selang dengan menggunakan peniti ke pakaian pasien.
Cara Rasional
1 . Periksa instruksi dokter untuk pencabutan NGT Memeriksa dan menyediakan peralatan yang sesuai
instruksi dokter dan menentukan urutan kerja
2. Jelaskan prosedur kepada klien Penjelasan bertujuan agar dapat bekerja sama denga
klien
4. Cuci tangan dan pakai sarung tangan Mencegah penyebaran mikro organisme
5. Buka peniti selang dari pakaian klien secara hati hati. Memudahkan dalarn pencabutan selang NGT
6. Tempatkan handuk diatas dada klien secara hati hati, buka Melindungi klien kontak langsung dengan sekresi
plester dari hidung gaster. Tissu diperlukan ketika klien membersihkan
hidung saat pencabutan selang NGT
7. Instruksikan klien untuk menarik nafas dalam dan Memudahkan perawat menarik selang NGT.
menahannya Meminimalkan trauma dan ketidaknyamanan klien
8. Jepit selang dengan pinset secara hati hati dan cabutlah Penjepitan mencegah keluarnya isi dalam selang
selang ketika pasien menahan nafas
9. Tempatkan ujung selang ke dalarn kantong plastik Mencegah terkontarninasi dengan mikro organisme
10. Bersihkan mulut dan hidung klien dan beri kenyamanan Memberikan rasa nyaman pada klien
11. Pindahkan semua peralatan dan cuci tangan Mencegah penyebaran mikro organisme
Nutrisi parenteral
Dalam berbagai kasus, seorang pasien dapat memperoleh makanan langsung melalui aliran darah
atau melalui jalan pintas sistem pencernaan.
a. Terapi Intravena
Untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit digunakan terapi intravena yaitu
pemberian cairan natrium klorida (saline), amonium klorida dan dextrosa (5 20 %), Ringer
laktat melalui pembuluh vena. Terapi ini biasanya diberikan pada proses kelahiran yang
abnormal, pembedahan atau pasien dengan gastroenteritis. Selain itu, terapi ini dilakukan
bila pasien tidak dapat mengkonsumsi makanan yang memadai secara enteral, seperti pada
pasien kanker yang menjalani terapi intensif, luka bakar yang parah (derajat III atau IV),
sepsis dan fraktur ganda.
Tujuan terapi ini untuk memenuhi kebutuhan kalori minimal dan diberikan kepada pasien
selama 1 2 hari untuk mencegah kelaparan.
Nutrisi parenteral total (Total Parenteral Nutrition/TPN ) adalah suatu terapi yang kompleks
dilakukan untuk memenuhi keperluan nutrisi pasien melalui rute intravena. Larutan yang
digunakan dalam terapi ini adalah larutan hiperosmolar (konsentrasi tinggi). Keberhasilan
terapi ini tergantung pada jenis makanan yang diresepkan, penanganan kateter intravena,
perawatan luka insisi dan penanganan komplikasi sebagai akibat terapi ini (Grant, 1988).
Pemberian terapi nutrisi parenteral total bertujuan untuk memberikan kalori dalam jumlah
yang terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Bahan makanan tersebut
diberikan melalui pembuluh vena sentral yang memiliki aliran darah yang cepat, seperti :
vena subclavia, vena jugularis atau pembuluh vena besar lainnya (Hui, 1985, hal 252).
Beberapa alasan dilakukannya terapi nutrisi parenteral total adalah pertama, organ tubuh
secara langsung dapat menerima dan menggunakan kalori, asam amino, asam lemak
esensial, vitamin dan mineral tanpa sisa. Kedua, saluran pencernaan dapat diistirahatkan.
Ketiga, mempercepat proses pertumbuhan organ dan jaringan tubuh karena langsung
memperoleh nutrisi dalam jumlah yang memadai. Keempat, TPN dapat menyebabkan
peningkatan berat badan, menjadikan keseimbangan nitrogen positif, mempercepat
penyembuhan luka serta sintesis hormon dan enzim.
Terapi ini hanya digunakan apabila masukan makanan secara enteral tidak memadai atau
merupakan kontra indikasi. TPN tidak diberikan pada pasien yang saluran pencernaannya
dapat berfungsi selama 7 sampai 10 hari, pada pasien yang masih dapat mencerna makanan
dengan baik, pada pasien yang mengalami stress atau trauma. Terapi ini juga tidak
dianjurkan pada pasien dengan tumor yang telah mengalami metastasis (Grant, 1988).
EVALUASI
Kriteria hasil untuk pasien dengan masalah nutrisi tergantung pada diagnosa keperawatan.
Beberapa kriteria yang dapat digunakan :
• Berat badan naik 0,2 kg dalam 7 hari (untuk pasien dengan berat badan yang menurun)
• Pasien dapat makan tanpa keluhan mual dan muntah
Gambaran khusus Daya tahan tubuh baik, giat, tidur Mudah lelah, tidak berenergi, tidak mudah
nyenyak, aktivitas kuat terjaga, kelihatan lesu, apatis
Berat Berat, tinggi dan pertumbuhan badan Berat badan lebih atau berat badan kurang
normal
Rambut Mengkilap, berseri-seri, kuat, tidak Suram dan kusam, lemah, wama rambut
merah, kulit kepala dan rambut sehat jelek, merah, rambut tipis dan jarang-
jarang
Muka (wajah) Warna kulit tidak berubah : terlihat sehat, Kulit lebih hitam dipipi dan kulit tebal
tidak bengkok dibawah mata, edema pada wajah (wajah
seperti bulan), wama kulit pucat
Mata Bersinar terang, basah, tidak ada luka Selaput mata pucat, mata kering, kekuning
pada sudut kelopak mata, selaput basah kuningan disekitar mata, penglihatan kabur
dan sehat, wama merah muda, pembuluh atau kornea mata mengecil
darah tidak nampak
Bibir Wama merah muda, lunak, basah, tidak Bengkok dan bulat, terjadi lesi disudut
bulat atau bengkok mulut atau belah atau bekas luka
(stomatitis)
Lidah Sangat merah, permukaan berbintik Kelihatan bengkak, sangat merah atau
merah tua, bengkak, berbintik,
hypertrophy / atrophy
Gigi Lurus, tidak berlapis, tidak berlubang, Berlubang, kelihatan ditambal (fluorosis),
tidak sakit, bersih, bentuk rahangnya letak gigi tidak teratur, gigi hilang atau
bagus ompong
Kelenjar Tidak ada pembesaran tyroid, muka tidak Pembesaran tyroid, pembesaran kelenjar
bengkak parotis
Kulit Warna halus, kelembaban baik Kasar, kering, terbelah, bengkak, pucat, zat
wama kurang, bengkak dibawah kulit
penyimpanan lemak di sekitar sendi
(xanthomas), memar, petechia
Kuku Keras, merah muda Bentuk kuku seperti sendok, mudah rusak,
pucat, tajam
Kerangka Postur tubuh baik tidak cacat Postur tubuh tidak baik, rusuk rusuk kecil,
kaki besar atau bengkok, skapula utama,
perubahan bentuk dada dan gerakan
diafragma
Otot Pergerakan baik, keras, bentuk baik, Lemah, bentuk kurang baik, kurus, kurang
beberapa lemak dibawah kulit pergerakan dan sulit berjalan
Untuk memudahkan perawat mengevaluasi pencapaian tujuan dari asuhan keperawatan yang
telah dilakukan tentang status nutrisi pasien, dapat digunakan tabel diatas yang menunjukkan
perbedaan status nutrisi yang memadai dan tidak memadai.