Vous êtes sur la page 1sur 12

Dekonstruksi dalam Arsitektur

Dekonstruksi sendiri adalah sebuah konsep filosofi Perancis yang diturunkan oleh
Jacques Derrida, seorang filsuf Perancis, yang dalam aplikasi terapannya tidak mudah
disampaikan sebagaimana pemahaman yang baku mengenai konstruksi, destruksi, dan
rekonstruksi. Derrida mengajak semua orang termasuk arsitek untuk merenungkan
kembali hakekat sesuatu karya agar berbicara menurut pesona dan kapasitasnya masing
–masing. Keseluruhan ini berangkat dari suatu metoda komposisi. Derrida
menyebutkannya dalam merajut rangkaian hubungan – hubungan keterkaitan. Dalam
tekniknya terdapat beberapa teknik dan terminologi yang perlu klarifikasi di sini. Usaha
demikian diharapkan dapat memperjelas korelasi antara dekonstruksi dengan
arsitektur.
Diskontinuitas serta putusnya linearitas menghadirkan permainan dalam setiap
komposisi karena apa yang digagas dan dibangun tidaklah berdiri sendiri (Adorno,
1997). Gagasan yang dituangkan dalam komponen komposisi yang sebenarnya dikutip
dari rujukan di tempat lain. Bentuk atau rupa material – konstruksi - lokasi. Jadi tidak
pernah komponen komposisi berdiri sendiri yang lahir dan tercipta dari ruang hampa.
Differance mengangkat permasalahan komposisi yang terdiri atas “citatioans” atau
kutipan – kutipan ke dalam suatu komposisi. Dengan komposisi sebenarnya orang
melihat dan merasakan suatu representsi pentunjuk yang hadir dengan rujukan yang
tidak hadir (entah di mana). Komposisi ini memberikan suatu gambaran fragmen –
fragmen dari sumbernya yang “meng-ada” di suatu lokasi dan tampil seolah – olah utuh
dan stabil sebagai sosok mandiri. Rujukan gagasan bentuk atau rupa misalnya, tidak
pernah lepas dari keinginan untuk memenuhi “kebutuhan” manusia.
Atas dasar merujuk pada sumber – sumber tidak hadir itulah sebuah komposisi “meng-
ada”. Dengan itu pula apa yang hadir sebenarnya memberikan “jejak” kepada sumber –
sembernya. Interpretasi komposisi menurut prinsip differance tidak mungkin dilakukan
tanpa membaca atau menelusuri jejak – jejak yang hadir ke dalam sumber mereka.
Hasil dari komposisi yang lahir dengan hadirnya jejak – jejak tersebut oleh Derrida
dalam Adorno (1997) disebut dissemination.
Dalam aspek kajian fenomenologi, dekonstruksi dipandang sebagai upaya atau metoda
kritis, tidak hanya berupaya merombak dan menstrukturkan kembali berbagai
bangunan teori atau karya - karya lewat elemen, struktur, infrastruktur maupun
konteksnya. Lebih dari itu, kekuatan – kekuatan yang berperan pada konsep yang
bersangkutan akan: dilucuti segala macam atributnya, dikupas habis, dilacak asal usul
dan perkembangannya, dicari keterkaitannya dengan konsep – konsep lain, digelar
kemungkinan – kemungkinan posisi maupun kontribusinya terhadap segala hal. Semua
proses tersebut dimaksudkan untuk membangun kembali karakteristik fenomenalnya.
Dalam pembangunan kembali tersebut, ekspose dari ‘interplay’ kekuatan – kekuatan
melalui kontradiksi – kontradiksi, kesenjangan – kesenjangan, decomposition,
disjunction, discontinuity, dan deformation, merupakan cara untuk memperlihatkan
kemungkinan – kemungkinan “ada” dan “mengada”.
Arsitektur dekonstruksi merupakan pengembangan dari arsitektur modern. Munculnya
arsitektur dekonstruksi sekitar tahun 1988 dalam sebuah diskusi Academy Forum di
Tate Gallery, London. Kemudian disusul oleh pameran di Museum of Art, New York
dengan tema “Deconstructivist Archiecture” yang diorganisir oleh Philip Johnson dan
terdapat tujuh arsitek yang menampilkan karya-karyanya, yaitu; Peter Esienman,
Bernard Tschumi, Daneil Libeskind, Frank Gerhy, Zaha Hadid, Rem Koolhaas, dan
Coop Himmelblau. Gejala “Dekon” dalam arsitektur telah menjadi tema perdebatan
yang hangat dengan karya-karyanya yang mendobrak aturan-aturan yang berlaku.
Pada 8 April 1988 dalam “international Symposium on Deconstruction” yang
diselenggarakan oleh Academy Group di Tate Gallery, dikukuhkan bahwa dekonstruksi
bukanlah gerakan yang tunggal atau koheren, meski banyak diwarnai oleh kemiripan –
kemiripan formal di antara karya arsitek yang satu dengan yang lainnya. Dekonstruksi
tidak memiliki ideologi ataupun tujuan formal, kecuali semangat untuk membongkar
kemapaman dan kebakuan.
Aliran dekonstruksi mulanya berkembang di kalangan arsitek Perancis dan Inggris,
kemudian oleh Philip Johnson dan Mark Wigley melalui sebuah pameran yang bertema
deconstructivist Architecture” yang di selenggarakan di Museum of Art, New York,
tanggal 23 Juni – 30 Agustus 1988 mencetuskan ‘dekonstruktivisme’ yang lebih
berkonotasi pragmatis dan formal serta berkembang di Amerika. Telaah dan
pemahaman dekonstruksi memerlukan suatu kesiapan untuk belajar menerima
beberapa kemungkinan phenomena. Syarat dari semua ini berdiri di atas keterbukaan
dan kesabaran. Keterbukaan membiarkan phenomena berbicara langsung tanpa
prekonseosi. Kesabaran memberikan ruang kepada orang untuk mendengar lebih
cermat dan seksama.
Deconstruction sebuah konsep Perancis yang diturunkan oleh Jacques Derrida (lahir
1921) tidak mudah disampaikan sebagaimana pemahaman orang tentang konstruksi,
destruksi, dan rekonstruksi. Derrida mengajak semua orang termasuk arsitek untuk
merenungkan kembali hakekat sesuatu karya agar berbicara menurut pesona dan
kapasitasnya masing –masing. Keseluruhan ini berangkat dari suatu metoda komposisi.
Derrida menyebutkannya dalam merajut rangkaian hubungan – hubungan. Dalam
tekniknya terdapat beberapa teknik dan terminologi yang perlu klarifikasi di sini. Usaha
demikian diharapkan dapat memperjelas hubungan Deconstruction dan Rancang
bangunan.
Konsep utama memproduksi atau mengadakan karya bertolak dari konsep yang oleh
Derrida pada kasus literatur disebut differance. Dalam rancang bangun konsep ini tidak
dapat dipahami sebagai suatu pendekatan yang membuka pemikiran bahwa karya
bukanlah semata – mata representasi yang direduksi sebagai alat menyampaikan
gagasan atau pesan. Merancang karya diharapkan memberi peluang agar
kemungkinannya berbicara bisa merdeka dari prinsip dominasi. Differance memahami
setiap komponen bahkan elemen dari komposisi sebagai suatu potensi yang tidak
terpisahkan keberadaan, peran dan fungsinya dalam kesemestaan. Artinya mereka tidak
hanya sebagai suatu alat untuk menunjuk pada sesuatu gagasan atau ingatan atau nilai
tertentu. Diferance memberikan pemahaman baru bagaimana melihat elemen
rancangan rancang bangun dalam sebagai batas – batas wilayah yang mengkaitkan :
manusia-material-konstruksi-rupa/bentuk dan tempat. Rancang bangunan sebagai
suatu keutuhan dan aspek – aspeknya adalah jejak – jejak dari suatu kesemestaan yang
mampu berbicara sendiri sebagai pembangun pemahaman dunia. Seperti halnya suatu
‘text’ rancang bangunan marupakan suatu komposisi yang berosilasi di antara hadir dan
absen. Dengan osilasi tersebut terjalin suatu yang terputus – putus sebagaimana
pemahaman kita sebenarnya akan dunia ini.
Diskontinuitas dan putusnya linearitas menghadirkan permainan dalam setiap
komposisi karena apa yang digagas dan dibangun tidaklah berdiri sendiri. Gagasan yang
dituangkan dalam komponen komposisi yang sebenarnya dikutip dari rujukan di
tempat lain. Bentuk/rupa material-konstruksi-lokasi. Jadi tidak pernah komponen
komposisi berdiri sendiri yang lahir dan tercipta dari ruang hampa. Differance
mengangkat permasalahan komposisi yang terdiri atas “ citatioans” atau kutipan –
kutipan ke dalam suatu komposisi. Dengan komposisi sebenarnya orang melihat dan
merasakan suatu representsi petunjuk yang hadir dengan rujukan yang tidak hadir (
entah di mana ). Komposisi ini memberikan suatu gambaran fragmen – fragmen dari
sumbernya yang “mengada” di suatu lokasi dan tampil seolah – olah utuh dan stabil
sebagai sosok mandiri. Rujukan gagasan bentuk/rupa misalnya, tidak pernah lepas dari
keinginan untuk melayani “kebutuhan” manusia. Atas dasar merujuk pada sumber –
sumber tidak hadir itulah sebuah komposisi “meng-ada”. Dengan itu pula apa yang
hadir sebenarnya memberikan “jejak” kepada sumber – sembernya. Interprestasi
komposisi menurut prinsip differance tidak mungkin dilakukan tanpa membaca atau
menelusuru jejak – jejak yang hadir ke sumber – sumber mereka. Hasil dari komposisi
yang lahir dengan hadirnya jejak – jejak tersebut oleh Derrida disebut Dissemination.
Deconstruction sebagai upaya atau metoda kritis, tidak hanya berupaya
membongkar bangun – bangun teori atau karya lewat elemen, struktur, infrastruktur
maupun contextnya. Lebih dari itu, kekuatan – kekuatan yang berperan pada konsep
yang bersangkutan akan: dilucuti atribut – atributnya, dikupas habis hingga telanjang
bulat, dilacak asal usul dan perkembangannya, dicari kaitan – kaitannya dengan konsep
– konsep lain, digelar kemungkinan – kemungkinan posisi maupun kontribusinya
terhadap apa saja. Semua proses pembongkaran tersebut dimaksudkan untuk
membangun kembali karakteristik phenomenalnya. Dalam pembangunan kembali
tersebut, ekspose dari ‘interplay’ kekuatan – kekuatan melalui : kontradiksi –
kontradiksi, kesenjangan – kesenjangan, decomposition, disjunction, discontinuity, dan
deformation, merupakan cara untuk memperlihatkan kemungkinan – kemungkinan
“ada” dan “mengada”. Daya tarik deconstruction bagi dunia rancang bangun terletak di
dalam cara melihatnya bahwa ruang dan bentuk adalah tempat kejadian yang
selayaknya terbuka bagi yang mungkin dan yang tidak mungkin.
Derrida secara jelas menolak gagasan bahwa penerapan deconstruction akan menjadi
semacam “aliran” atau “langgam” baru pada seni bangunan. Tetapi pada kenyataannya
adalah tidak bisa dipungkiri bahwa apa yang disebut arsitektur dekonstruksi akan
memberikan dan membawa arsitek kepada arah dan gerakan yang baru.
Tokoh Arsitek :

1. Jacques Derrida
Post structuralism dianalogikan dengan suatu teks atau bahasa. Sebuah kata terstruktur
menjadi sebuah bahasa yang dapat membentuk sebuah interpretasi/penafsiran. Pada
pengertian ini, Jacques terpengaruh oleh tokoh pendapat Ferdinand de Saussure,“that
meaning was to be found within the structure of a whole language rather than in the
analysis of individual words.”
Jacques juga berpendapat bahwa kita tidak bisa mendapatkan akhir dari penafsiran
sebuah kalimat-sebuah kebenaran, karena semua kalimat memiliki banyak arti dan
berbeda-beda. Tetapi ada sebuah kemugkinan tentang penafsiran yang berlawanan dan
tidak ada suatu jalan yang tidak tertafsirkan untuk menjelaskan keberadaan penafsiran
yang berlawanan ini. Jacques mengembangkan paham dekonstruksi untuk uncovering
interpretasi/penafsiran teks yang beragam. Semua kalimat memiliki ambiguitas
sehingga untuk mendapatkan final interpretation adalah sesuatu yang mustahil.
• Post structuralism : Deconstruction
• Filosofis panutan : Plato, FreudRousseau, Saussure
Sebagai sebuah konsep, Dekonstruksi adalah semangat. Gagasan Derrida adalah ide
untuk melakukan perlawanan untuk selamanya. Ia bersifat anti-kemapanan. Itu artinya,
ia juga tidak mencari sebuah kemapanan baru. Sebagai sebuah energi, Dekonstruksi
berkehendak melenting bebas tidak beraturan.
Ia bukan logos, jadi jangan jadikan sebuah konstruksi. Benar bahwa Dekonstruksi
Derrida telah diadopsi dalam arts. Dalam seni instalasi, dalam politik, juga dalam
arsitektur. Namun demikian, Dekonstruksi bukanlah sebuah logos, ia bukanlah sebuah
pakem. Melainkan, sebuah dorongan untuk memberontak.
Aku ingin menggunakan analogi bangunan rumah: Dalam rangka bangunan pasti ada
beberapa sambungan, misalnya saja di atap. Nah, dekonstruksi adalah upaya untuk
mengupas plester-plester atau plafonnya, kemudian kita mengamati dengan teliti setiap
sambungan rangka bangunan hingga kita menemukan kesalahan-kesalahan di setiap
sambungan. Itulah dekonstruksi; menunjukkan kesalahan. Dengan terus-menerus.
Mencari sebuah kesadaran, kritis, dan wataknya ; membangunkan! Tetapi tidak akan
pernah mencapai konstruksi baru, dan tidak akan pernah selesai.

2. Bernard Tschumi
• Dekonstruksi merupakan Analisis (dari tanpa menjadi apa)
• Architecture of events : tak ada arsitektur tanpa events, tanpa action, tanpa activity,
tanpa function; arsitektur harus terlihat sebagai kombinasi ruang, events dan
pergerakan, tanpa hirarki atau preseden apapun diantara ketiganya
• Arsitektur menggabungkannya dalam kombinasi preseden programatik
1. Crossprogramming : penerapan suatu program pada suatu konfigurasi ruang yang
tidak semestinya, misal : kafe untuk sinema.
2. Transprogramming : mengkombinasikan 2 program kegiatan tanpa memperdulikan
ketidaksesuaian, misal : perpustakaan dan sinema
3. Disprogramming : mengkombinasikan 2 program sehingga konfigurasi spasial
program A mengkontaminasi program dan konfigurasi spasial program B; misal :
program sinema untuk fasilitas komersial.

3. Coop Himelb(l)au
• Prosedur kerja : menerpkan teori “generative power of language” (pemahahaman yang diambil
dari Jacques)
• Penerapannya : Kedua memulai proses rancangan dengan ‘obrolan yang berkepanjangan’ yang
disertai dengan coretan terus menerus sampai tindakan komunikatif tertentu mereka berhenti dan
sketsa (coretan) dihasilkan.
Beberapa karya besar dari arsitek-arsitek yang menjunjung langgam dekonstruksi dapat
dilihat pada uraian berikut.

 VILA OLIMPICA HOTEL ARTS

Arsitek : Frank O. Gehry

Lokasi : Barcelona, Spanyol

The Vila Olimpica Hotel Arts berlokasi di Olympic Village yang memiliki luas 150.000 square
feet. Dengan waktu pelaksanaan yang cukup lama (1989-1992), bangunan ini menjadi sebuah
karya yang unik. Dengan menampilkan bentukan – bentukan trimatra , bangunan yang
merupakan transformasi dari bentuk ikan yang direalisasikan dalam sebuah konstruksi sepanjang
54 meter dengan ketinggian 35 meter. Dengan bentukan dan dimensi seperti ini, bangunan ini
menjadi landmark bagi daerah sekitar.

Bangunan ini memamerkan penonjolan konstruksi yang mutakhir sebagai daya tarik yang
menjadikan bangunan ini lebih hidup dan berirama. Pengkomunikasian antara hasil teknologi
dan pemilihan bahan mampu berperan dalam meningkatkan elemen – elemen artistic dan estetik
yang dominan pada bangunan ini. Selain unsur –unsur yang lepas dari keteraturan, masih dapat
kita amati bagian – bagian yang tak lepas dari ‘peninggalan’ pendahulunya, yaitu arsitektur
modern. Hal ini nampak pada hadirnya unsur – unsur geometris yang terdapat pada sisi podium.

Sehingga dapat kita amati bagaimana arsitek melakukan perjalanan untuk menghasilkan karya,
langkah – langkah apa yang menjadi pemikiran arsitek sebelum masuk kedalam dekonstruksi.
 DENVER ART MUSEUM

Arsitek : Daniel Libeskind

Lokasi : Denver, Colorado – USA

Bangunan ini didirikan diatas lahan seluas 146.000 square feet dan menjadi bangunan yang
memiliki konstruksi paling unik bagi lingkungan sekitarnya.

Hal yang pertama kali nampak pada bangunan ini adalah proyeksi trimatra yang nampak kontras
namun menjadikan bangunan ini lebih berirama.
Bentukan yang penuh dengan bidang mencuat yang dikantilever menjadi daya tarik
utama dari bangunan ini. Penggunaan metal, kaca, titanium dan batu-batu alam dianggap
menambah sifat artistic dari bangunan ini.

Untuk dapat menghasilkan bentukan seperti ini tentunya juga mengandalkan kemampuan
teknologi dan pemilihan bahan yang tepat dan memiliki spesifikasi yang tepat dan tentunya
berkualitas tinggi.

Bangunan ini lebih cenderung mencerminkan ‘massa’ daripada ‘ruang’ yang ada didalamnya.

Sehingga eksprisi sang arsitek dapat dituangkan secara lugas tanpa ada batasan apapun.
 VITRA INTERNATIONAL HEADQUARTERS

Arsitek : Frank O. Gehry

Lokasi : Basel, Switzerland

Bangunan ini berlokasi didaerah sub-urban di luar kota Basel yang dipenuhi oleh
bangunan industri seperti pabrik serta apartment yang diperuntukkan sebagai pelengkap
daerah baru yang sedang berkembang.

Sebagai bangunan yang berlokasi di daerah yang sedang berkembang, maka


diperlukan hal – hal yang mampu menjadi daya tarik bagi keperluan komersial bangunan itu
sendiri, terlebih bangunan ini juga diperuntukkan sebagai bangunan industri.

Karenanya pada bangunan ini, unsur ‘ruang’ masih diperhatikan dalam penggarapan
desainnya, sehingga muncul bentukan yang lebih ‘sederhana’ jika dibandingkan dengan
contoh kasus pada Denver Art Museum pada pembahasan sebelumnya. Bangunan ini nampak
memperatahankan bentukan geometrisnya .

Meskipun bentukan yang terjadi lebih sederhana, namun tidak mengurangi eksistensi
bangunan sebagai bagian dari arsitektur dekonstruksi. Permainan bidang masih menjadi
unsur penangkap bagi eksistensi tersebut .

Unsur penangkap lain dapat dihadirkan dari permainan penggunaan bahan pada
fasade eksterior bangunan. Nampak penggunaan metal dan permainan warna menjadi daya
tarik dari bangunan ini.
 THE TOWER OF BIEL AND OPEN ARCHITECTURE:

Arsitek : Coop Himmelbau

Lokasi : Forum Arteplage Biel, Switzerland

Menara-menara ini merupakan simbolisasi dari kekuatan dan kebebasan, disusun perbagian
hanya dalam jangka waktu sebulan.

Desain konsep berorientasi pada konstruksi urban yang memberi kesan ringan namun
kokoh.
TUGAS KONSTRUKSI DAN DEKONSTRUKSI

TOKOH-TOKOH DEKONSTRUKSI

NAMA : LEO PALA’BIRAN

STB : F 221 15 126

PROGRAM STUDI S1 ARSITEKTUR

JURUSAN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TADULAKO

Vous aimerez peut-être aussi