Vous êtes sur la page 1sur 36

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1

B. Tujuan .............................................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN DAN PEMBAHASAN .......................................................... 4

A. Tinjauan Pustaka .............................................................................................. 4

B. Pembahasan ..................................................................................................... 4

1. Penyakit HIV/AIDS ..................................................................................... 4

2. Penyakit Sifilis ........................................................................................... 14

3. Penyakit Gonore ......................................................................................... 17

4. Kondiloma Akuminata ............................................................................... 22

5. Limfogranuloma Venereum ....................................................................... 24

6. Ulkus Mole ................................................................................................. 26

7. Trikomoniasis............................................................................................. 28

C. Peran Bidan .................................................................................................... 31

BAB III PENUTUP............................................................................................... 33

A. Kesimpulan .................................................................................................... 33

B. Saran .............................................................................................................. 34

DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang penularannya
terutama melalui hubungan seksual (Daili, 2007; Djuanda, 2007). Sejak tahun
1998, istilah STD mulai berubah menjadi STI (Sexually Transmitted Infection),
agar dapat menjangkau penderita asimtomatik (Daili, 2009). Menurut WHO
(2009), terdapat lebih kurang 30 jenis mikroba (bakteri, virus, dan parasit) yang
dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan
adalah infeksi gonorrhoeae, chlamydia, syphilis, trichomoniasis, chancroid,
herpes genitalis, infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dan hepatitis B.
Dalam semua masyarakat, Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan penyakit
yang paling sering dari semua infeksi (Holmes, 2005; Kasper, 2005).
Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan salah satu dari sepuluh
penyebab pertama penyakit yang tidak menyenangkan pada dewasa muda laki-
laki dan penyebab kedua terbesar pada dewasa muda perempuan di negara
berkembang. Dewasa dan remaja (15- 24 tahun) merupakan 25% dari semua
populasi yang aktif secara seksual, tetapi memberikan kontribusi hampir 50% dari
semua kasus IMS baru yang didapat. Kasus- kasus IMS yang terdeteksi hanya
menggambarkan 50%- 80% dari semua kasus IMS yang ada di Amerika. Ini
mencerminkan keterbatasan “screening” dan rendahnya pemberitaan akan IMS
(Da Ros, 2008).
Diperkirakan lebih dari 340 juta kasus baru dari IMS yang dapat
disembuhkan (sifilis, gonore, infeksi klamidia, dan infeksi trikomonas) terjadi
setiap tahunnya pada laki- laki dan perempuan usia 15- 49 tahun. Secara
epidemiologi penyakit ini tersebar di seluruh dunia, angka kejadian paling tinggi
tercatat di Asia Selatan dan Asia Tenggara, diikuti Afrika bagian Sahara, Amerika
Latin, dan Karibean. Jutaan IMS oleh virus juga terjadi setiap tahunnya,
diantaranya ialah HIV, virus herpes, human papilloma virus, dan virus hepatitis B
(WHO, 2007). Di Amerika, jumlah wanita yang menderita infeksi klamidial 3 kali

1
lebih tinggi dari laki- laki. Dari seluruh wanita yang menderita infeksi klamidial,
golongan umur yang memberikan kontribusi yang besar ialah umur 15-24 tahun
(CDC, 2008). Di Indonesia sendiri, telah banyak laporan mengenai prevalensi
infeksi menular seksual ini. Beberapa laporan yang ada dari beberapa lokasi
antara tahun 1999 sampai 2001 menunjukkan prevalensi infeksi gonore dan
klamidia yang tinggi antara 20%-35% (Jazan, 2003). Selain klamidia, sifilis
maupun gonore , infeksi HIV/AIDS saat ini juga menjadi perhatian karena
peningkatan angka kejadiannya yang terus bertumbuh dari waktu ke waktu.
Jumlah penderita HIV/AIDS dapat digambarkan sebagai fenomena gunung es,
yaitu jumlah penderita yang dilaporkan jauh lebih kecil daripada jumlah
sebenarnya. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penderita HIV/AIDS di
Indonesia yang sebenarnya belum diketahui secara pasti. Diperkirakan jumlah
orang dengan HIV di Indonesia pada akhir tahun 2003 mencapai 90.000 –
130.000 orang. Sampai dengan Desember 2008, pengidap HIV positif yang
terdeteksi adalah sebanyak 6.015 kasus. Sedangkan kumulatif kasus AIDS
sebanyak 16.110 kasus atau terdapat tambahan 4.969 kasus baru selama tahun
2008. Kematian karena AIDS hingga tahun 2008 sebanyak 3.362 kematian
(Depkes, 2009). Di Propinsi Sumatera Utara sendiri, dari 12.855.845 jumlah
penduduk yang tercatat, ada sedikitnya 2947 yang menderita infeksi menular
seksual (Depkes, 2008).
Penyakit menular seksual juga merupakan penyebab infertilitas yang
tersering, terutama pada wanita. Antara 10% dan 40% dari wanita yang menderita
infeksi klamidial yang tidak tertangani akan berkembang menjadi pelvic
inflammatory disease (WHO, 2008).
Dari data dan fakta di atas, jelas bahwa infeksi menular seksual telah
menjadi problem tersendiri bagi pemerintah. Tingginya angka kejadian infeksi
menular seksual di kalangan remaja dan dewasa muda, terutama wanita,
merupakan bukti bahwa masih rendahnya pengetahuan remaja akan infeksi
menular seksual. Wanita dalam hal ini sering menjadi korban dari infeksi menular
seksual. Hal ini mungkin disebabkan masih kurangnya penyuluhan- penyuluhan
yang diakukan oleh pemerintah dan badan-badan kesehatan lainnya. Tidak adanya

2
mata pelajaran yang secara khusus mengajarkan dan memberikan informasi bagi
murid sekolah menengah atas, terutama siswi, juga menjadi salah satu penyebab
tingginya angka kejadian infeksi menular seksual di kalangan remaja.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulisan makalah ini bertujuan untuk dapat memperoleh pengetahuan
tentang penyakit – penyakit yang berhubungan dengan penyakit menular
seksual.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengetahui tentang definisi penyakit menular
seksual
b. Mahasiswa dapat mengetahui tentang penyebab penyakit menular
seksual
c. Mahasiswa dapat mengetahui tentang penularan penyakit menular
seksual
d. Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengobatan penyakit menular
seksual
e. Mahasiswa dapat mengetahui tentang peran bidan sehubungan dengan
pencegahan dan pengobatan penyakit menular seksual

3
BAB II TINJAUAN
DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Penyakit Menular Seksual
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui
hubungan seksual. Penyakit menular seksual akan lebih beresiko apabila
melakukan hubungan seksual dengan berganti – ganti pasangan baik
melalui vagina, oral maupun anal (Sjaiful, 2007).
2. Bahaya Penyakit Menular Seksual
Penyakit menular seksual menyebabkan infeksi saluran
reproduksi yang harus dianggap serius. Bila tidak diobati secara tepat,
infeksi dapat menjalar dan menyebabkan penderitaan, sakit
perkepanjangan, kemandulan dan kematia (Sjaiful, 2007).
3. Tanda dan Gejala Penyakit Menular Seksual (Sajaiful, 2007)
a. Rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual.
b. Rasa nyeri pada perut bagian bawah.
c. Pengeluaran lender pada vagina/alat kelamin.
d. Keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal dan
kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya.
e. Keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal.
f. Timbul becak-bercak darah setelah berhubungan seks.
g. Bintil – bintil berisi cairan, lecet atau borok pada alat kelamin.

B. Pembahasan
1. Penyakit HIV/AIDS
a. Definisi HIV/AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus
yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat
menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel
darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut

4
terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau
penanda yang berada di permukaan sel limfosit. Karena berkurangnya
nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel
darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi
infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem
kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500.
Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu
(misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama akan
semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol)
(KPA, 2007c).
Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau
retroviridae. Virus ini secara material genetik adalah virus RNA yang
tergantung pada enzim reverse transcriptase untuk dapat menginfeksi
sel mamalia, termasuk manusia, dan menimbulkan kelainan patologi
secara lambat. Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2.
Masing-masing grup mempunyai lagi berbagai subtipe, dan masing-
masing subtipe secara evolusi yang cepat mengalami mutasi. Diantara
kedua grup tersebut, yang paling banyak menimbulkan kelainan dan
lebih ganas di seluruh dunia adalah grup HIV-1 (Zein, 2006).
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency
Syndrome, yang berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat
menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV.
Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi diri dari
serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit. AIDS melemahkan
atau merusak sistem pertahanan tubuh ini, sehingga akhirnya
berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain (Yatim, 2006).
HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat
hidup dalam sel atau media hidup. Seorang pengidap HIV lambat
laun akan jatuh ke dalam kondisi AIDS, apalagi tanpa pengobatan.
Umumnya keadaan AIDS ini ditandai dengan adanya berbagai infeksi

5
baik akibat virus, bakteri, parasit maupun jamur. Keadaan infeksi ini
yang dikenal dengan infeksi oportunistik (Zein, 2006).
b. Distribusi Frekuensi
Penyakit ini sudah lama ada hanya saja belum disadari oleh
para ilmuwan bahwa kasus–kasus yang ditemukan adalah kasus
AIDS. Baru pada tahun 1981 Amerika Serikat melaporkan kasus–
kasus penyakit infeksi yang jarang terjadi ditemukan dikalangan
homoseksual, yang kemudian dirumuskan sebagai penyakit Gay
Related Immune Deficiency (GRID), yakni penurunan kekebalan
tubuh yang dihubungkan dengan kaum gay/homoseksual.
Kemudian pada tahun 1982, CD–USA (Centers for Disease
Control) Amerika Serikat untuk pertama kali membuat definisi AIDS.
Sejak saat itulah survailans AIDS dimulai. Dan juga ditemukan
penyebab kelainan ini adalah LAV (Lymphadenophaty Associaterd
Virus ) oleh Luc Montagnier dari pasteur Institut, Paris.
Pada tahun 1984 Gallo dan kawan–kawan dari National
Institute of Health, Bethesda, Amerika Serikat menemukan HTLV III
( Human T Lymphotropic Virus type III) sebagai sebab kelainan ini.
Pada tahun 1985 ditemukan Antigen untuk melakukan tes
ELISA, suatu tes untuk mengetahui terinfeksi virus itu atau tidaknya
seseorang.
Pada tahun 1986, International Commintte on Taxonomi of
Viruses, memutuskan nama penyebab penyakit AIDS adalah HIV
sebagai pengganti nama LAV dan HTLV III.
15 April 1987, Kasus AIDS di Indonesia pertama kali
ditemukan. Seorang wisatawan berusia 44 tahun asal Belanda,
Edward Hop, meninggal di Rumah Sakit Sanglah, Bali. Kematian
lelaki asing itu disebabkan AIDS. Hingga akhir 1987, ada enam orang
yang didiagnosis HIV positif, dua di antara mereka mengidap AIDS.

6
Sejak ditemukan tahun 1978, secara kumulatif jumlah kasus
AIDS di Indonesia sampai dengan 30 September 2009 sebanyak
18.442 kasus. jumlah ini semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Data Kementerian Kesehatan akhir 2009 menyebutkan
penderita AIDS kelompok umur 20-29 tahun di Indonesia mencapai
49,07 persen. Berikutnya kelompok umur 30-39 tahun dengan 30,14
persen. Berdasarkan jenis kelamin 14720 kasus atau 73,7 persen
diderita pria dan 5163 kasus adalah perempuan. Berdasarkan cara
penularan, kasus AIDS kumulatif tertinggi melalui hubungan
heteroseksual (50,3 persen), pengguna napza suntik/ penasun (40,2
persen), dan hubungan homoseksual (3,3 persen).Jumlah kasus AIDS
kumulatif 19.973 kasus yang tersebar di 32 Provinsi di Indonesia.
Penderita HIV positif terbanyak berada di DKI Jakarta dari Propinsi
DKI Jakarta (7766), disusul Jawa Timur (4553), Jawa Barat (3077),
Sumatera Utara (2783), dan Kalimantan Barat (1914).
Pada tahun 2014 diproyeksikan jumlah infeksi baru HIV usia
15-49 tahun sebesar 79.200 dan proyeksi untuk ODHA usia 15-49
tahun sebesar 501.400 kasus. Demikian laporan triwulan ketiga tahun
2009 Surveilans AIDS Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan (PP &PL) Depkes.
c. Etiologi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dianggap sebagai virus
penyebab AIDS. Virus ini termaksuk dalam retrovirus anggota
subfamili lentivirinae. Ciri khas morfologi yang unik dari HIV adalah
adanya nukleoid yang berbentuk silindris dalam virion matur. Virus
ini mengandung 3 gen yang dibutuhkan untuk replikasi retrovirus
yaitu gag, pol, env. Terdapat lebih dari 6 gen tambahan pengatur
ekspresi virus yang penting dalam patogenesis penyakit. Satu protein
replikasi fase awal yaitu protein Tat, berfungsi dalam transaktivasi
dimana produk gen virus terlibat dalam aktivasi transkripsional dari
gen virus lainnya. Transaktivasi pada HIV sangat efisien untuk

7
menentukan virulensi dari infeksi HIV. Protein Rev dibutuhkan untuk
ekspresi protein struktural virus. Rev membantu keluarnya transkrip
virus yang terlepas dari nukleus. Protein Nef menginduksi produksi
khemokin oleh makrofag, yang dapat menginfeksi sel yang lain
(Brooks, 2005).
d. Mekanisme Penyakit (RAP)
1) Tahap Pre Patogenesis
Tahap pre patogenesis tidak terjadi pada penyakit HIV AIDS. Hal
ini karena penularan penyakit HIV terjadi secara langsung
(kontak langsung dengan penderita). HIV dapat menular dari
suatu satu manusia ke manusia lainnya melalui kontak cairan pada
alat reproduksi, kontak darah (misalnya trafusi darah, kontak luka,
dll), penggunaan jarum suntik secara bergantian dan kehamilan.
2) Tahap Patogenesis
Pada fase ini virus akan menghancurkan sebagian besar atau
keseluruhan sistem imun penderita dan penderita dapat
dinyatakan positif mengidap AIDS. Gejala klinis pada orang
dewasa ialah jika ditemukan dua dari tiga gejala utama dan satu
dari lima gejala minor. Gejala utamanya antara lain demam
berkepanjangan, penurunan berat badan lebih dari 10% dalam
kurun waktu tiga bulan, dan diare kronis selama lebih dari satu
bulan secara berulang-ulang maupun terus menerus. Gejala
minornya yaitu batuk kronis selama lebih dari 1 bulan, munculnya
Herpes zoster secara berulang-ulang, infeksi pada mulut dan
tenggorokan yang disebabkan oleh Candida albicans, bercak-
bercak gatal di seluruh tubuh, serta pembengkakan kelenjar getah
bening secara menetap di seluruh tubuh. Akibat rusaknya sistem
kekebalan, penderita menjadi mudah terserang penyakit-penyakit
yang disebut penyakit oportunitis. Penyakit yang biasa menyerang
orang normal seperti flu, diare, gatal-gatal, dan lain-lain. Bisa

8
menjadi penyakit yang mematikan di tubuh seorang penderita
AIDS.

3) Tahap Inkubasi
Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan sejak seseorang
terpapar virus HIV sampai dengan menunjukkan gejala-gejala
AIDS. Waktu yang dibutuhkan rata-rata cukup lama dan dapat
mencapai kurang lebih 12 tahun dan semasa inkubasi penderita
tidak menunjukkan gejala-gejala sakit. Selama masa inkubasi ini
penderita disebut penderita HIV. Pada fase ini terdapat masa
dimana virus HIV tidak dapat tedeteksi dengan pemeriksaan
laboratorium kurang lebih 3 bulan sejak tertular virus HIV.
Selama masa inkubasi penderita HIV sudah berpotensi untuk
menularkan virus HIV kepada orang lain dengan berbagai cara
sesuai pola transmisi virus HIV. Mengingat masa inkubasi yang
relatif lama, dan penderita HIV tidak menunjukkan gejala-gejala
sakit, maka sangat besar kemungkinan penularan terjadi pada fase
inkubasi ini.
4) Tahap Penyakit Dini
Penderita mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu
tergantung daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV
tersebut. Setelah kondisi membaik, orang yang terkena virus HIV
akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan perlahan kekebalan
tubuhnya menurun/ lemah hingga jatuh sakit karena serangan
demam yang berulang. Satu cara untuk mendapat kepastian

9
adalah dengan menjalani uji antibody HIV terutamanya jika
seseorang merasa telah melakukan aktivitas yang beresiko terkena
virus HIV.
5) Tahap Penyakit Lanjut
Pada tahap ini penderita sudah tidak bisa melakukan aktivitas apa-
apa. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak,
batuk serta nyeri dada. Penderita mengalami jamur pada rongga
mulut dan kerongkongan. Terjadinya gangguan pada persyarafan
central mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah
berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota
gerak melambat. Pada sistem persyarafan ujung (peripheral) akan
menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki,
reflek tendon yang kurang selalu mengalami tensi darah rendah
dan impotent. Penderita mengalami serangan virus cacar air
(herpes simplex) atau cacar api (herpes zoster) dan berbagai
macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan
kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada
kulit (folliculities), kulit kering berbercak-bercak.
6) Tahap Post Patogenesis (Tahap Penyakit Akhir)
Fase ini merupakan fase terakhir dari perjalanan penyakit AIDS
pada tubuh penderita. Fase akhir dari penderita penyakit AIDS
adalah meninggal dunia.
e. Mekanisme Penularan Penyakit
HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan
yang berpotensial mengandung HIV adalah darah, cairan sperma,
cairan vagina dan air susu ibu (KPA, 2007).
Penularan HIV dapat terjadi melalui berbagai cara, yaitu :
kontak seksual, kontak dengan darah atau sekret yang infeksius, ibu
ke anak selama masa kehamilan, persalinan dan pemberian ASI (Air
Susu Ibu). (Zein, 2006).
1) Seksual

10
Penularan melalui hubungan heteroseksual adalah yang paling
dominan dari semua cara penularan. Penularan melalui hubungan
seksual dapat terjadi selama senggama laki-laki dengan perempuan
atau laki-laki dengan laki-laki. Senggama berarti kontak seksual
dengan penetrasi vaginal, anal (anus), oral (mulut) antara dua
individu. Resiko tertinggi adalah penetrasi vaginal atau anal yang
tak terlindung dari individu yang terinfeksi HIV.
2) Melalui transfusi darah atau produk darah yang sudah tercemar
dengan virus HIV.
3) Melalui jarum suntik atau alat kesehatan lain yang ditusukkan
atau tertusuk ke dalam tubuh yang terkontaminasi dengan virus
HIV, seperti jarum tato atau pada pengguna narkotik suntik secara
bergantian. Bisa juga terjadi ketika melakukan prosedur tindakan
medik ataupun terjadi sebagai kecelakaan kerja (tidak sengaja)
bagi petugas kesehatan.
4) Melalui silet atau pisau, pencukur jenggot secara bergantian
hendaknya dihindarkan karena dapat menularkan virus HIV
kecuali benda-benda tersebut disterilkan sepenuhnya sebelum
digunakan.
5) Melalui transplantasi organ pengidap HIV.
6) Penularan dari ibu ke anak.
7) Kebanyakan infeksi HIV pada anak didapat dari ibunya saat ia
dikandung, dilahirkan dan sesudah lahir melalui ASI.
f. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis infeksi HIV pada anak bervariasi dari
asimtomatis sampai penyakit berat yang dinamakan AIDS. AIDS
pada anak terutama terjadi pada umur muda karena sebagian besar
(>80%) AIDS pada anak akibat transmisi vertikal dari ibu ke anak.
Lima puluh persen kasus AIDS anak berumur < l tahun dan 82%
berumur <3 tahun. Meskipun demikian ada juga bayi yang terinfeksi

11
HIV secara vertikal belum memperlihatkan gejala AIDS pada umur
10 tahun.
Gejala klinis yang terlihat adalah akibat adanya infeksi oleh
mikroorganisme yang ada di lingkungan anak. Oleh karena itu,
manifestasinya pun berupa manifestasi nonspesifik berupa gagal
tumbuh, berat badan menurun, anemia, panas berulang,
limfadenopati, dan hepatosplenomegali. Gejala yang menjurus
kemungkinan adanya infeksi HIV adalah adanya infeksi oportunistik,
yaitu infeksi dengan kuman, parasit, jamur, atau protozoa yang
lazimnya tidak memberikan penyakit pada anak normal. Karena
adanya penurunan fungsi imun, terutama imunitas selular, maka anak
akan menjadi sakit bila terpajan pada organisme tersebut, yang
biasanya lebih lama, lebih berat serta sering berulang. Penyakit
tersebut antara lain kandidiasis mulut yang dapat menyebar ke
esofagus, radang paru karena Pneumocystis carinii, radang paru
karena mikobakterium atipik, atau toksoplasmosis otak. Bila anak
terserang Mycobacterium tuberculosis, penyakitnya akan berjalan
berat dengan kelainan luas pada paru dan otak. Anak sering juga
menderita diare berulang.
g. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan
Program pencegahan penularan dan penyebaran HIV lebih
dipusatkan pada pendidikan masyarakat mengenai cara-cara
penularan HIV. Dengan demikian, masyarakat (terutama kelompok
perilaku resiko tinggi) dapat mengubah kebiasaan hidup mereka
sehingga tidak mudah terjangkit HIV. Dan upaya-upaya yang dapat
dilakukan untuk menghindari HIV/AIDS adalah sebagai berikut :
1) Membiasakan Diri dengan Perilaku Seks yang Sehat
Sebagian besar penularan HIV terjadi melalui hubungan
seksual. Oleh karena itu, membiasakan diri dengan perilaku seks
yang sehat dapat menjauhkan diri dari penularan HIV. Misalnya,
dengan tidak berhubungan seks di luar nikah, tidak berganti-ganti

12
pasangan, dan menggunakan pengaman (terutama pada kelompok
perilaku beresiko tinggi) sewaktu melakukan aktivitas seksual.
2) Menggunakan Jarum Suntik dan Alat-alat Medis yang Steril
Para tenaga medis hendaknya memperhatikan alat-alat
kesehatan yang mereka gunakan. Jarum suntik yang digunakan
harus terjamin sterilitasnya dan sebaiknya hanya sekali pakai. Jadi,
setiap kali menyuntik pasien, seorang tenaga medis harus memakai
jarum suntik yang haru. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
penularan HIV melalui jarum suntik. Selain itu, penggunaan sarung
tangan lateks setiap kontak dengan cairan tubuh juga dapat
memperkecil peluang penularan HIV.
3) Menjauhi Segala Bentuk Penggunaan Narkoba
Para pangguna narkoba sangat rentan tertular HIV,
terutama pengguna narkoba suntik. Fakta menunjukkan bahwa
penyebaran HIV di kalangan pengguna narkoba suntik tiga sampai
lima kali lebih cepat dibanding perilaku resiko lainnya.
4) Tidak Terima Transfusi Darah dari Orang yang Mengidap HIV
Pemeriksaan medis yang ketat pada setiap transfusi darah
dapat mencegah penularan HIV. Sebelum transfusi darah
berlangsung, para ahli kesehatan sebaiknya melakukan tes HIV
untuk memastikan bahwa darah yang akan didonorkan bebas dari
HIV.
5) Menganjurkan Wanita Pengidap HIV untuk Tidak Hamil
Meskipun hamil adalah hak setiap wanita, namun bagi
wanita pengidap HIV dianjurkan untuk tidak hamil. Sebab, wanita
hamil pengidap HIV dapat menularkan virus kepada janin yang
dikandungnya. Jika ingin hamil, sebaiknya mereka selalu
berkonsultasi.
Program penanggulangan HIV/AIDS yaitu lewat jalur
pendidikan mempunyai arti yang sangat strategis karena besarnya
populasi remaja di jalur sekolah dan secara politis kelompok ini

13
adalah aset dan penerus bangsa. Salah satu kelompok sasaran
remaja yang paling mudah dijangkau adalah remaja di lingkungan
sekolah (closed community) (Muninjaya, 1998).
Keimanan dan ketaqwaan yang lemah serta tertekannya
jiwa menyebabkan remaja berusaha untuk melarikan diri dari
kenyataan hidup dan ingin diterima dalam lingkungan atau
kelompok tertentu. Oleh karena itu diperlukan peningkatan
keimanan dan ketaqwaan melalui ajaran-ajaran agama. (BNN,
2009)
Sebagian masyarakat Indonesia menggangap bahwa seks
masih merupakan hal yang tabu. Termasuk diantaranya dalam
pembicaraan, pemberian informasi dan pendidikan seks. Akibatnya
jalur informasi yang benar dan mendidik sulit dikembangkan
(Zulaini, 2000).
Cara-cara mengurangi resiko penularan AIDS antara lain
melalui seks aman yaitu dengan melakukan hubungan seks tanpa
melakukan penetrasi penis ke dalam vagina, anus, ataupun mulut.
2. Penyakit Sifilis
a. Definisi Penyakit Sifilis
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
Treponema pallidum. Penyakit menular seksual adalah penyakit yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit ini sangat kronik,
bersifat sistemik dan menyerang hampir semua alat tubuh.
Penyakit sifilis adalah penyakit kelamin yang bersifat kronis
dan menahun walaupun frekuensi penyakiti ini mulai menurun, tapi
masih merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat menyerang
seluruh organ tubuh termasuk sistem peredaran darah, saraf dan
dapat ditularkan oleh ibu hamil kepada bayi yang di kandungnya.
Sehingga menyebabkan kelainan bawaan pada bayi tersebut. Sifilis
sering disebut sebagai “Lues Raja Singa”.

14
b. Distribusi Frkuensi
Data yang dilansir Departemen Kesehatan menunjukkan
penderita sifilis mencapai 5.000 – 10.000 kasus per tahun. Sementar
di Cina, laporan menunjukkan jumlah kasus yang diaporkan naik dari
0,2 per 10.000 jiwa pada tahun 1993 menjadi 5,7 kasus per 100.000
jiwa pada tahun 2005. di Amerika Serikat, dilaporkan sekitar 36.000
kasus sifilis tiap tahunnya, dan angka sebenarnya diperkirakan lebih
tinggi. Sekitar tiga per lima kasus terjadi kepada lelaki.
Penyakit menular sexual (PMS) didunia kesehatan sekarang
sudah banyak dibahas dan menjadi percakapan. Hali ini dikarenakan
semakin bertambahnya penderita PMS. Baik menimpa secara
langsung maupun tidak langsung.
c. Etiologi
Sifilis disebabkan oleh Treponema Pallidum. Treponema
Pallidum termasuk golongan Spirochaeta dan genus treponema yang
berbentuk seperti spiral dengan panjang antara 5- 20 mikron dan
lebar 0,1- 0,2 mikron, mudah dilihat dengan mikroskop lapangan
gelap akan nampak seperti spiral yang bisa melakukan gerakan
seperti rotasi. Organisme ini bersifat anaerob mudah dimatikan oleh
sabun, oksigen, sapranin, bahkan oleh Aquades. Didalam darah
donor yang disimpan dalam lemari es Treponema Pallidum akan mati
dalam waktu tiga hari tetapi dapat ditularkan melalui tranfusi
mengunakan darah segar ( Soedarto, 1990 ).
d. Gejala
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 1-13 minggu
setelah terinfeksi. Infeksi bisa menetap selama bertahun-tahun dan
jarang menyebabkan kerusakan jantung, kerusakan otak maupun
kematian. Gejala lainnya adalah merasa tidak enak badan (malaise),
kehilangan nafsu makan, mual, lelah, demam dan anemia. Sedangkan
pada fase laten dimana tidak nampak gejala sama sekali. Fase ini bisa
berlangsung bertahun-tahun atau berpuluh-puluh tahun atau bahkan

15
sepanjang hidup penderita. Pada awal fase laten kadang luka yang
infeksius kembali muncul. Gejala dan tanda dari sifilis banyak dan
berlainan; sebelum perkembangan tes serologikal.

e. Mekanisme Penyakit ( RAP )


1) Tahap1
9-90 hari setelah terinfeksi. Timbul: luka kecil, bundar dan
tidak sakit chancre- tepatnya pada kulit yang terpapar/kontak
langsung dengan penderita. Chancre tempat masuknya penyakit
hampir selalu muncul di dalam dan sekitar genetalia, anus bahkan
mulut. Pada kasus yang tidak diobati (sampai 1 tahun berakhir),
setelah beberapa minggu, chancre akan menghilang tapi bakteri
tetap berada di tubuh penderita.
2) Tahap 2
1-2 bulan kemudian, muncul gejala lain: sakit tenggorokan,
sakit pada bagian dalam mulut, nyeri otot, demam, lesu, rambut
rontok dan terdapat bintil. Beberapa bulan kemudian akan
menghilang. Sejumlah orang tidak mengalami gejala lanjutan.
3) Tahap 3
Dikenal sebagai tahap akhir sifilis. Pada fase ini chancre
telah menimbulkan kerusakan fatal dalam tubuh penderita. Dalam
stase ini akan muncul gejala: kebutaan, tuli, borok pada kulit,
penyakit jantung, kerusakan hati, lumpuh dan gila.

16
f. Mekanisme Penularan Penyakit
Penularan biasanya melalui kontak seksual, tetapi ada
beberapa contoh lain seperti kontak langsung dan kongenital sifilis
(penularan melalui ibu ke anak dalam uterus). Luka terjadi terutama
pada alat kelamin eksternal, vagina, anus, atau di dubur. Luka juga
dapat terjadi di bibir dan dalam mulut, Wanita hamil dengan penyakit
ini dapat terbawa ke bayi. Spirochaeta penyebab sifilis dapat
ditularkan dari satu orang ke orang yang lain melalui hubungan
genito-genital (kelamin-kelamin) maupun oro-genital (seks oral).
Infeksi ini juga dapat ditularkan oleh seorang ibu kepada bayinya
selama masa kehamilan.
Harus terjadi kontak langsung dengan kulit orang yang telah
terinfeksi disertai dengan lesi infeksi sehingga bakteri bisa masuk ke
tubuh manusia. Pada saat melakukan hubungan seksual (misal)
bakteri memasuki vagina melalui sepalut lendir dalam vagina, anus
atau mulut melalui lubang kecil. Sifilis sangan infeksius pada tahap 1
dan 2. selain juga dapat disebarkan per-plasenta.
g. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan
Sama seperti penyakit menular seksual lainnya, sifilis dapat di
cegah dengan cara melakukan hubungan seksual secara aman
misalkan menggunakan kondom.
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mencegah seseorang
agar tidak tertular penyakit sifilis. Hal-hal yang dapat dilakukan
antara lain :
1) Tidak berganti-ganti pasangan.
2) Berhubungan seksual yang aman: selektif memilih pasangan dan
pempratikkan „protective sex‟.
3) Menghindari penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan
transfusi darah yang sudah terinfeksi.
3. Penyakit Gonore
a. Definisi Penyakit Gonore

17
Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan
oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra,
leher rahim, rektum dan tenggorokan atau bagian putih mata
(konjungtiva).
Gonore (GO) adalah penyakit Menular Seksual yang paling
sering terjdi dan paling mudah terjadi. Penyakit menular seksual
(PMS) adalah penyakit yang ditularkan secara langsung dari
seseorang ke orang lain melalui kontak seks. Namun penyakit gonore
ini dapat juga ditularkan melalui ciuman atau kontak badan yang
dekat. Kuman patogen tertentu yang mudah menular dapat
ditularkan melalui makanan, transfusi darah, alat suntik yang
digunakan untuk obat bius.

b. Distribusi Frekuensi
Infeksi gonore ditularkan melalui hubungan seksual, dapat
juga ditularkan kepada janin pada saat proses kelahiran berlangsung.
Walaupun semua golongan rentan terinfeksi penyakit ini, tetapi
insidens tertingginya berkisar pada usia 15-35 tahun. Di antara
populasi wanita pada tahun 2000, insidens tertinggi terjadi pada usia
15 -19 tahun (715,6 per 100.000) sebaliknya pada laki-laki insidens
rata-rata tertinggi terjadi pada usia 20-24 tahun (589,7 per 100.000).
Epidemiologi N. gonorrhoeae berbeda pada tiap – tiap negara
berkembang. Di Swedia, insiden gonore dilaporkan sebanyak

18
487/100.000 orang yang menderita pada tahun 1970. Pada tahun
1987 dilaporkan sebanyak 31/100.000 orang yang menderita, pada
tahun 1994 dilaporkan penderita gonore semakin berkurang yaitu
hanya sekitar 31/100.000 orang yang menderita. Di Amerika Serikat,
insiden dari kasus gonore mengalami penurunan. Di dunia
diperkirakan terdapat 200 juta kasus baru setiap tahunnya.
c. Etiologi
Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan
oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra,
leher rahim, rektum dan tenggorokan atau bagian putih mata
(konjungtiva).
Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh
lainnya, terutama kulit dan persendian.Pada wanita, gonore bisa naik
ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam panggul
sehingga timbul nyeri panggul dan gangguan reproduksi.
d. Gejala
Gejala dari penyakit ini tebagi atas dua yaitu gejala yang
terdapat pada laki – laki dan perempuan, dimana gejala tersebut
adalah sebagai berikut :
1) Gejala pada laki – laki
a) Pada pria, gejala awal biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari
setelah terinfeksi.
b) Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra, yang
beberapa jam kemudian diikuti oleh nyeri ketika berkemih
dan keluarnya nanah dari penis.
c) Penderita sering berkemih dan merasakan desakan untuk
berkemih, yang semakin memburuk ketika penyakit ini
menyebar ke uretra bagian atas. Lubang penis tampak merah
dan membengkak.Pada wanita, gejala awal bisa timbul dalam
waktu 7-21 hari setelah terinfeksi.

19
2) Gejala pada wanita
a) Penderita wanita seringkali tidak menunjukkan gejala selama
beberapa minggu atau bulan, dan diketahui menderita
penyakit ini hanya setelah mitra seksualnya tertular.
b) Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Tetapi beberapa
penderita menunjukkan gejala yang berat, seperti desakan
untuk berkemih, nyeri ketika berkemih, keluarnya cairan dari
vagina dan demam.
c) Infeksi bisa menyerang leher rahim, rahim, saluran telur,
indung telur, uretra dan rektum; menyebabkan nyeri pinggul
yang dalam atau nyeri ketika melakukan hubungan seksual.
d) Nanah yang keluar bisa berasal dari leher rahim, uretra atau
kelenjar di sekitar lubang vagina.
e) Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan
seksual melalui anus (lubang dubur) bisa menderita gonore
pada rektumnya.
f) Penderita merasakan tidak nyaman di sekitar anusnya dan
dari rektumnya keluar cairan. Daerah di sekitar anus tampak
merah dan kasar, tinjanya terbungkus oleh lendir dan nanah.
g) Pada pemeriksaan dengan anaskop akan tampak lendir dan
cairan di dinding rektum penderita.
h) Melakukan hubungan seksual melalui mulut (oral sex)
dengan seorang penderita gonore bias menyebabakn gonore
pada tenggorokan (faringitis gonokokal).
i) Biasanya infeksi ini tidak menimbulkan gejala, tetapi kadang
menyebabkan nyeri tenggorokan dan gangguan menelan.
j) Jika cairan yang terinfeksi mengenai mata maka bisa terjadi
infeksi mata luar (konjungtivitis gonore).
k) Bayi baru lahir bisa terinfeksi oleh gonore dari ibunya selama
proses persalinan, sehingga terjadi pembengkakan pada kedua
kelopak matanya dan dari matanya keluar nanah.

20
l) Pada dewasa, bisa terjadi gejala yang sama, tetapi seringkali
hanya 1 mata yang terkena.
m) Jika infeksi ini tidak diobati bisa terjadi kebutaan.
e. Cara Penularan Penyakit
Orang yang terkena gonore umumnya tertular pertama kali
dengan orang yang terinfeksi saat melakukan hubungan seksual
melalui vagina, oral, anus.
Sedangkan kontak non seksual terjafi pada ibu hamil yang
terkena gonore kemudian menularkan pada anaknua saat prose
persalinan.
Bakteri ini masuk melalui lapisam dalam uretra (saluran
kemih), leher rahim, rektum (jalur usus besar ke anus) dan
tenggorokkan atau bagian putih mata (konjungtiva). Gonore bisa
menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama
kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa naik ke saluran
kelamin dan menginfeksi selaput di dalam panggul sehingga timbul
nyeri panggul dan gangguan reproduksi.
f. Manifestasi Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan
mikroskopik terhadap nanah, dimana ditemukan bakteri penyebab
gonore.Jika pada pemeriksaan mikroskopik tidak ditemukan bakteri,
maka dilakukan pembiakan di laboratorium.Jika diduga terjadi
infeksi tenggorokan atau rektum, diambil contoh dari daerah ini dan
dibuat biakan.
g. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan
Satu-satunya cara untuk mencegah penyakit gonore ini adalah
menghindari gaya hidup aseks bebas dan selalu setia kepada
pasangan. Dengan melakukan seks bebas, kita bisa dengan mudah
tertutar penyakit gonore ini. Oleh karena itu , untuk memutus rantai
penyakit gonore ini, kita tidak berganti-ganti pasangan dalam
berhubungan seksual. Karena kita tidak pernah tahu seseorang

21
tersebut menderita penyakit gonore maupun penyakit menular
seksual yang lainnya.
4. Kondiloma Akuminata
a. Pengertian
Adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus yang
menyebabkan penyakit menular seksual berbentuk munculnya kutil
pada bagian kelamin penderitanya, hal itulah yang membuat penyakit
ini juga disebut dengan nama penyakit kutil kelamin. Ketika
seseorang mengalami penyakit ini, maka akan muncul benjolan kecil
atau besar yang memiliki bintil kecil pada permukaannya, seperti
jengger ayam atau kembang kol.
Penyakit kondiloma akuminata adalah bukan hanya menyerang alat
kelamin saja, namun juga bisa terjadi di sekitar anus. Jenis virus yang
menyebabkan penyakit ini adalah human papilloma virus, yang juga
merupakan virus yang sama penyebab kanker serviks. Virus ini bisa
menular melalui hubungan seksual, namun bisa juga seseorang
terhindar dari infeksi virus ini karena sistem kekebalan tubuhnya
yang berhasil membunuh virus penyebab kutil kelamin tersebut. Pria
dan wanita bisa mengalami penyakit kutil kelamin ini, namun lebih
umum terjadi pada wanita daripada pria.

b. Gejala Kondiloma Akuminata


Jika terjadi pada wanita, penyakit kutil kelamin ini bisa menyerang
dan tumbuh di vulva, di antara bagian genital eksternal dan anus,

22
lubang anus, dinding vagina, dan juga di leher rahim atau serviks.
Sedangkan pada penderita pria, bisa terjadi kutil kelamin di ujung
penis, skrotum ataupun anus. Bukan hanya di area genital atau anus
saja, namun kutil kelamin juga bisa menginfeksi mulut dan
tenggorokan, pada mereka yang melakukan kegiatan seks oral
dengan penderita.
Gejala penyakit kutil kelamin yang lainnya yaitu adanya benjolan
yang berwarna keabuan ataupun sama dengan kulit yang berukuran
kecil pada area genital, kutil tumbuh secara berdekatan dan
menyerupai kembang kol, muncul gatal dan terjadi pendarahan saat
melakukan hubungan seksual.
c. Pemeriksaan Kondiloma Akuminata
Jika benjolan atau kutil berada di luar dan terlihat langsung oleh
mata, maka dokter akan lebih mudah memeriksanya. Namun jika
berada di dalam seperti berada di leher rahim wanita makan
dibutuhkan pemeriksaan tambahan. Dokter biasanya akan
memberikan larutan asam asetat ringan di area genital. Jika seseorang
memiliki kutil kelamin, maka bagian tersebut akan berubah menjadi
putih, lalu dokter akan memeriksanya dengan menggunakan
kolposkopi.
Pemeriksaan pap smear juga bisa dilakukan untuk mendeteksi apakah
ada perubahan pada vagina dan juga serviks akibat dari penyakit kutil
kelamin tersebut dan juga mendiagnosa tanda awal kanker serviks.
Namun pemeriksaan pap smear ini disarankan hanya pada wanita
usia 30 tahun ke atas.
d. Pengobatan Kondiloma Akuminata
Penyakit kutil kelamin diperlukan pengobatan jika Anda merasa
tidak nyaman dengan keberadaannya, misalnya munculnya rasa
gatal, rasa seperti terbakar, dan juga nyeri. Pengobatan yang bisa
dilakukan pada kondiloma akuminata adalah dengan cara pemberian
obat seperti krim atau salep untuk menghilangkan kutil. Atau Anda

23
juga bisa melakukan prosedur bedah untuk kutil kelamin yang sudah
berukuran besar dan tidak merespon pengobatan sebelumnya.
Prosedur pembedahan yang bisa dilakukan yaitu cryotheraphy atau
bedah beku yang menggunakan nitrogen cair, elektrokauter yang
menggunakan alat listrik untuk membakar kutil, bedah eksisi
menggunakan pisau untuk memotong kutil, dan juga menggunakan
laser yang memakai gelombang cahaya.
5. Limfogranuloma Venereum
a. Definisi
Limfogranuloma venereum adalah salah satu penyakit menular
seksual. Penyebabnya adalah bakteri Chlamydia trachomatis. Bakteri
ini menembus kulit dan mengeluarkan lendir di dalam node limfa,
menyebabkan penyumbatan di sekitar node. Penyakit ini
mempengaruhi node limfa, alat kelamin bagian luar, bahkan rektum
dan mulut.
b. Tanda-tanda & gejala
Gejala limfogranuloma venereum bermula dari 1 sampai 4 minggu
setelah terinfeksi, lalu muncul bintik-bintik dan sakit pada alat
kelamin luar, namun bintik-bintik dapat sembuh dengan cepat.
Kemudian node limfa di dalam selangkangan membengkak,
memerah, dan menjadi lebih lunak. Pembentukan abses, nanah yang
menetes, dan darah yang menjadi lebih buram. Demam, nyeri otot,
sakit kepala, kehilangan nafsu makan, muntah dan nyeri sendi
mungkin terjadi.
Beberapa gejala atau tanda lainnya mungkin tidak tercantum di atas.
Jika Anda merasa cemas tentang gejala tersebut, segera konsultasi ke
dokter Anda.
c. Penyebab
Penyebab penyakit ini adalah Chlamydia trachomatis. Bakteri
menembus kulit dan mengeluarkan lendir di dalam node limfa,
menyebabkan penyumbatan di sekitar node. Penyakit ini

24
mempengaruhi node limfa, alat kelamin bagian luar, bahkan rektum
dan mulut.
Terdapat juga beberapa penyebab lainnya, seperti terpapar medium
bakteri Chlamydia trachomatis atau dengan atau tanpa aktivitas
seksual.
d. Faktor-faktor risiko
Faktor-faktor ini mungkin meningkatkan risiko limfogranuloma
venereum:
1) Lemahnya sistem kekebalan tubuh
2) Infeksi HIV
3) Mempunyai penyakit menular seksual lainnya
4) Seks tidak aman
e. Obat & Pengobatan
1) Metode umum untuk mengobati limfogranuloma venereum
termasuk: Antibiotik berguna untuk melawan infeksi dan harus
diminum dalam waktu 3 minggu.
2) Obat penghilang rasa sakit seperti acetaminophen, ibuprofen, dan
mengompres bagian yang terinfeksi juga dapat sedikit membantu
pengobatan.
3) Pasien harus makan makanan bergizi untuk mempercepat proses
penyembuhan luka.
4) Dalam beberapa kasus, operasi diperlukan untuk menyedot
radang node limfa atau memotong abses. Komplikasi mungkin
muncul misalnya radang kronis, impotensi, penyakit buang air
kecil dan besar.
f. tes yang biasa dilakukan untuk limfogranuloma venereum
Dokter mendiagnosis berdasarkan riwayat paparan terbaru,
pemeriksaan fisik dan tes darah, termasuk tes infeksi menular seksual.
Dokter bisa mengambil sampel untuk luka terinfeksi bakteri, jika
noda Chlamydia atau antibodi yang melawan bakteri muncul, berarti
Anda memang terkena penyakit itu.

25
g. Pengobatan di rumah
Gaya hidup dan pengobatan rumahan di bawah ini mungkin dapat
membantu mengatasi lymphedema (penyumbatan pada limfa):
1) Seks aman
2) Minum obat sesuai petunjuk dokter
3) Penyakit ini bisa kambuh, jadi Anda perlu mendapatkan
pemeriksaan teratur sesuai jadwal
4) Beri tahukan kondisi Anda kepada pasangan sehingga ia juga bisa
diperiksa untuk tanda-tanda penyakit yang sama
5) Beristirahat saat menghadapi penyakit ini. Lalu Anda dapat
menjalankan aktivitas seperti semula secara perlahan
6. Ulkus Mole
a. Pengertian
Penyakit ulkus mole adalah infeksi bakteri yang terjadi di area
genitalia, baik pada laki-laki maupun perempuan. Bakteri penyebab
infeksi ini adalah Haemophilus ducreyi. Bakteri tersebut menyerang
jaringan-jaringan di bagian luar vagina dan penis sehingga
menimbulkan luka atau bintil-bintil kecil. Penyakit ini juga dikenal
dengan istilah kankroid.
b. Penularan ulkus mole
Bakteri penyebab ulkus mole bisa ditularkan melalui seks. Entah itu
lewat penetrasi penis ke dalam vagina, seks anal, maupun seks oral.
Penyakit ulkus mole juga bisa ditularkan melalui kontak fisik antara
orang yang mengidap penyakit ini dengan orang yang sehat.
Pasalnya, bakteri Haemophilus ducreyi tinggal dalam darah atau
cairan yang ada dalam luka dan bintil kecil pengidapnya.
Maka, orang yang lebih rentan tertular ulkus mole adalah mereka
yang sering berganti-ganti pasangan seksual, tidak menggunakan
kondom saat berhubungan seks, atau sering melakukan aktivitas
seksual yang berisiko.

26
c. Gejala ulkus mole
Gejala ulkus mole biasanya mulai muncul satu atau beberapa hari
setelah Anda terinfeksi bakteri Haemophilus ducreyi. Dalam
beberapa kasus, gejala mungkin muncul dalam waktu beberapa
minggu setelah seks. Berikut adalah gejala-gejala ulkus mole yang
harus Anda perhatikan.
d. Gejala pada laki-laki
Pada laki-laki, biasanya hanya muncul satu bintil kecil berwarna
kemerahan di area penis. Bintilnya bisa muncul di mana saja,
misalnya di pangkal penis, batang penis, kulit kulup (bagi pria yang
tidak disunat), atau di buah zakar. Lama-lama, bintil ini akan jadi
luka terbuka yang mengeluarkan cairan atau berdarah.
e. Gejala pada perempuan
Bila pada laki-laki hanya muncul satu bintil, perempuan mungkin
akan melihat kira-kira empat bintil atau lebih. Letaknya bermacam-
macam, bisa di bibir vagina (labia), anus, bahkan di area
selangkangan dan paha bagian dalam.
Kalau bintilnya sudah berair atau terbuka, Anda mungkin merasakan
kesakitan ketika buang air kecil, buang air besar, atau berhubungan
seksual.
f. Ciri-ciri bintil ulkus mole
Ada beberapa ciri khas bintil yang mungkin menandakan Anda
terinfeksi penyakit ulkus mole. Berikut rinciannya.
Bintil berukuran kecil hingga sedang, biasanya mulai dari 0,3 sampai
5 sentimeter.
Di tengah-tengah bintil ada ujung yang agak lancip yang warnanya
abu-abu kekuningan.
Bintil mudah berdarah, apalagi saat disentuh.
Muncul rasa nyeri di selangkangan (tepatnya di bawah perut, di atas
paha).

27
Bila sudah parah, terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di
pangkal paha yang menimbulkan luka bernanah.
g. Pengobatan dan perawatan penyakit ulkus mole
Jangan khawatir, penyakit ini bisa diobati dan disembuhkan. Untuk
mendapatkan pengobatan dan perawatan terbaik, Anda sebaiknya
periksa ke dokter dan mendapatkan diagnosis yang tepat.
Dokter biasanya akan meresepkan obat antibiotik untuk
menghentikan infeksi dan pertumbuhan bakteri penyebab ulkus mole.
Antibiotik yang diberikan bisa berupa obat minum, salep, atau
gabungan keduanya.
Kalau Anda sudah mengalami pembengkakan kelenjar getah bening,
dokter mungkin perlu menyedot nanah dengan jarum suntik atau
operasi khusus.
Untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah penyakit ulkus
mole datang lagi, sebaiknya hindari gonta-ganti pasangan seksual
atau berhubungan seks tanpa kondom. Bila Anda sudah memutuskan
untuk tak pakai kondom dengan pasangan, pastikan Anda berdua
sama-sama sudah dites bersih dari penyakit menular seksual.
7. Trikomoniasis
a. Pengertian
Adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh parasit
bernama Trichomonas vaginalis (TV). Penyakit ini dapat menyerang
pria dan wanita, namun wanita muda yang aktif secara seksual lebih
rentan tertular. Penyakit ini menular melalui hubungan intim.
b. Gejala Trikomoniasis
Jika terjadi pada wanita, trikomoniasis berdampak pada vagina dan
saluran pembuangan urine atau uretra. Sedangkan pada pria,
trikomoniasis menyerang uretra, area penis (misalnya kulup), dan
kelenjar prostat.
Gejala pada wanita:
1) Bagian perut bawah terasa sakit.

28
2) Muncul rasa sakit atau tidak nyaman saat buang air kecil atau
berhubungan seksual.
3) Keputihan menjadi kental, encer, berbusa, atau berwarna
kekuningan dan kehijauan serta berbau amis.
4) Timbul rasa nyeri, bengkak dan gatal di area kewanitaan. Kadang
rasa gatal juga muncul di paha bagian dalam.
Gejala pada pria:
1) Frekuensi buang air kecil lebih sering dari biasanya, dan disertai
rasa sakit.
2) Muncul cairan putih dari penis.
3) Muncul rasa sakit, bengkak, dan kemerahan di area ujung penis.
Rasa sakit ini juga bisa muncul saat buang air kecil atau saat
ejakulasi.
4) Biasanya, gejala trikomoniasis akan muncul dalam waktu satu
bulan sejak seseorang mulai terinfeksi. Namun, sekitar setengah
dari pengidap trikomoniasis tidak mengalami gejala apa pun.
c. Penyebab Trikomoniasis
Trikomoniasis disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis
yang biasanya menyebar melalui hubungan seks tanpa kondom atau
saling berbagi alat/mainan seks. Masa inkubasi parasit ini tidak
diketahui secara pasti, namun umumnya terjadi dalam waktu 5
sampai 28 hari.
Tidak semua jenis hubungan seks bisa menularkan
trikomoniasis. Penyakit ini tidak bisa menular dengan seks oral, seks
anal, ciuman, dan berbagi pemakaian alat makan, dudukan toilet,
atau handuk. Risiko trikomoniasis akan meningkat jika:
1) Berhubungan seks tanpa kondom.
2) Sering berganti-ganti pasangan.
3) Pernah mengalami trikomoniasis sebelumnya.
4) Memiliki riwayat penyakit menular seksual

29
d. Diagnosis Trikomoniasis
Diagnosis trikomoniasis bisa dipastikan dengan memeriksa
sampel cairan vagina pada wanita atau urine pada pria di
laboraturium. Pemeriksaan ini umumnya memakan waktu selama
beberapa hari.
Sekarang telah tersedia metode tes baru yang lebih cepat, yakni
rapid antigen test dan nucleic acid amplifcation. Namun keduanya
memerlukan biaya yang lebih mahal dibandingkan pemeriksaan
cairan secara manual di laboratorium.
Jika seseorang positif terinfeksi trikomoniasis, pengobatan harus
segera dilakukan untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi.
e. Pengobatan Trikomoniasis
Trikomoniasis bisa diatasi secara efektif dengan obat antibiotik
jenis metronidazole atau tinidazole. Dokter akan meresepkan kedua
obat ini dalam dosis tertentu untuk dikonsumsi selama 5-7 hari.
Dalam kondisi tertentu, dokter hanya meresepkan salah satu dari
kedua obat itu dalam dosis yang besar.
Selama masa pengobatan, pasien diminta untuk menghindari
hubungan seksual sampai dinyatakan sembuh oleh dokter. Pasien
juga wajib menghindari konsumsi alkohol selama 24 jam setelah
mengonsumsi metronidazole atau 72 jam setelah mengosumsi
tinidazole karena alkohol bisa menyebabkan mual dan muntah.
f. Komplikasi Trikomoniasis
Trikomoniasis bisa menimbulkan komplikasi jika dibiarkan
tanpa pengobatan. Seorang ibu hamil yang terkena trikomoniasis bisa
menularkan kondisi tersebut pada bayi yang dikandungnya. Selain
itu, juga bisa meningkatkan risiko kelahiran prematur dan berat
badan bayi kurang. Trikomoniasis pada wanita membuat
penderitanya lebih rentan terhadap infeksi virus HIV penyebab
AIDS.

30
g. Pencegahan Trikomoniasis
Beberapa langkah di bawah ini bisa dilakukan untuk
mengurangi risiko infeksi trikomoniasis, di antaranya:
Setia kepada satu pasangan dan tidak berganti-ganti pasangan
hubungan intim.
Gunakan kondom saat berhubungan intim.
Pastikan alat/mainan seks yang digunakan bersih dan terbungkus
kondom. Hindari berbagi alat/mainan seks dengan orang lain.
Jika merasa telah terinfeksi, lebih baik tidak melakukan
hubungan seksual dan segera menghubungi dokter untuk menjalani
pemeriksaan.
Pasangan juga harus mendapatkan pengobatan, dan dianjurkan
untuk tidak melakukan hubungan seksual sebelum Anda dan
pasangan selesai menjalani pengobatan, serta tidak lagi menunjukkan
gejala.

C. Peran Bidan
PMS menyebabkan infeksi alat reproduksi yang harus dianggap serius.
Bila tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan menyebabkan
penderitaan, sakit berkepanjangan, kemandulan, kehamilan dan persalinan
yang beresiko bahkan kematian. Resiko wanita untuk terkena PMS lebih
besar daripada laki-laki sebab alat reproduksinya lebih rentan. Dan seringkali
berakibat lebih parah karena gejala awal tidak segera dikenali, sedangkan
penyakit melanjut ke tahap lebih parah. Sebagai tenaga medis, bidan berperan
dalam penanggulangan masalah penyakit menular seksual yang sering terjadi
di masyarakat. PMS itu sendiri perlu dipahami oleh masyarakat, termasuk
bahayanya, pencegahan, screening (deteksi dini) dan penanganannya.
Dalam hal ini harus ada sosialisasi dan kerjasama semua pihak yang
terkait, termasuk tenaga medis lain yang berkolaborasi dalam tim maupun
system rujukan.Upaya yang dilakukan dalam rangka pemberantasan penyakit
HIV/AIDS disamping ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan

31
diarahkan pada upaya pencegahan yang dilakukan melalui skrening
HIV/AIDS terhadap darah donor, mengetahui persentasi donor darah yang
discreening terhadap HIV-AIDS, upaya pemantauan dan pengobatan
penderita penyakit menular seksual (PMS) serta meningkatkan cakupan
penanganan kasus HIV-AIDS, infeksi menular seksual.
Peran bidan dalam pemberantasan PMS juga ditegaskan dalam kompetensi
ke-2 Permenkes No. 900/MENKES/SK/VII/2002 :
1. Penyuluhan kesehatan mengenai PMS, HIV/AIDS, dan kelangsungan
hidup anak.
2. Tanda dan gejala infeksi saluran kemih dan penyakit menular seksual
yang lazim terjadi.
Peran Bidan Dalam Pencegahan Dan Penanggulangan Pms

1. Bidan sebagai role model memberi contoh sikap yang baik pada
masyarakat.
2. memberikan konseling pada masyarakat terutama remaja dan pasangan
suami istri tentang kesehatan reproduksi.
3. Memberikan konseling pada masyarakat tentang penyebab dan akibat
PMS
4. Bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam
pelaksanaan penyuluhan pada masyarakat.
5. Mewaspadai gejala - gejala dan mendeteksi dini adanya PMS

32
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah diatas dapat disimpulkan :
1. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan
AIDS.
2. Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema
pallidum.
3. Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum
dan tenggorokan atau bagian putih mata (konjungtiva).
4. Kondiloma Akuminata adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
virus yang menyebabkan penyakit menular seksual berbentuk munculnya
kutil pada bagian kelamin penderitanya, hal itulah yang membuat
penyakit ini juga disebut dengan nama penyakit kutil kelamin. Ketika
5. Limfogranuloma venereum adalah salah satu penyakit menular seksual.
Penyebabnya adalah bakteri Chlamydia trachomatis
6. Penyakit ulkus mole adalah infeksi bakteri yang terjadi di area genitalia,
baik pada laki-laki maupun perempuan.
7. Trikomoniasis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
parasit bernama Trichomonas vaginalis (TV).
8. Peran bidan dibutuhkan guna membantu mencegah penyakit IMS dengan
cara melakukan konseling dan penyuluhan.
9. Satu-satunya cara untuk mencegah penyakit IMS (Infeksi Menular
Seksual) ini adalah menghindari gaya hidup seks bebas dan selalu setia
kepada pasangan.

33
B. Saran
1. Bagi instansi terkait
a. Dalam rangka mencegah penyebar luasan penyakit seksual ini maka
perlu meningkatkan upaya promotif dengan cara melakukan
penyuluhan tentang penyakit menular seksual sehingga masyarakat
lebih bias waspada.
b. Melakukan pengendalian terhadap makin banyaknya kegiatan seks
bebas.
2. Bagi masyarakat
a. Agar dapat mengendalikan dan memutus mata rantai penyebaran
penyakit seksual dengan cara tidak berganti – ganti pasangan.
b. Dan melakukan hubungan seksual secara aman.s

34
DAFTAR PUSTAKA

Marami, S.ST (20015. Keseahtan Reproduksi. Yogyakarta


http://kardyna-dhyna.blogspot.co.id/2012/01/peranan-bidan-dalam
pemberantasan-pms.html
https://hellosehat.com/hidup-sehat/seks-asmara/penyakit-ulkus-mole/

35

Vous aimerez peut-être aussi