Vous êtes sur la page 1sur 3

Agung Anggoro (1707160)

Asesmen dan Evaluasi


Asesmen dan evaluasi merupakan dua hal yang berbeda. Perbedaan pada dua hal ini, menurut
Kizlik (2012), merupakan hal yang fundamental untuk dipahami oleh seorang guru profesional
dalam melakukan pembelajaran yang efektif.
Lebih lanjut, asesmen adalah upaya perolehan informasi untuk mengamati proses yang sedang
berlangsung. Upaya ini bertujuan juga untuk meningkatkan kualitas sebuah proses,
pembelajaran misalnya. Sedangkan, evaluasi adalah upaya perolehan informasi untuk
mengetahui seberapa jauh tujuan dari sebuah proses telah tercapai (Kizlik, 2012 ; Shurbi,
2016).

Asesmen dan Evaluasi dalam Pembelajaran


Berhubungan dengan proses pembelajaran, menurut Stiggins (1994), asesmen merupakan
penilaian terhadap tiga komponen pembelajaran, yaitu proses, kemajuan (progress), dan hasil
(outcome). Proses asesmen dapat membantu guru memonitor siswa secara kronologis dalam
pembelajaran sehingga proses asesmen ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pembelajaran itu sendiri (Wiggins, 1984 ; Popham, 1995). Jadi, asesmen merupakan penilaian
terhadap suatu proses pembelajaran secara utuh, tanpa mengabaikan hasil dari prosesnya.
Sedangkan, evaluasi menurut Cronbach (dalam Harris, 1985) merupakan sebuah pemeriksaan
terhadap akibat-akibat dari dilaksanakannya suatu program. Lebih lanjut, dalam hal
pembelajaran dan tujuannya, evaluasi merupakan proses untuk menentukan sampai sejauh
mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai dan membuat keputusan selanjutnya (Purwanto,
2002). Jadi, dalam evaluasi, akibat atau hasil dari suatu program adalah hal lebih awal dilihat
untuk kemudian menelusuri proses-proses yang telah terjadi. Terdapat juga standar yang
ditentukan untuk dibandingkan dengan realita yang diukur dalam evaluasi.

Perbedaan dan Hubungan


Dalam hal pembahasan mengenai perbedaan antara asesmen dan evaluasi, Apple & Krumsieg
(1998) membandingkan asesmen dan evaluasi dalam beberapa dimensi penting.
Pertama, berdasarkan waktunya, asesmen dilakukan selama proses berlangsung dan langsung
melakukan improvisasi jika diperlukan, sedangkan evaluasi dilakukan di akhir proses untuk
melihat sejauh mana hasil dan tujuan telah tercapai berdasarkan standar yang telah ditentukan
di awal.
Kedua, berdasarkan fokus pengukurannya, asesmen berfokus mengukur kualitas proses,
sedangkan evaluasi berfokus mengukur kualitas hasil dari suatu proses.
Ketiga, berdasarkan hubungan antara penyelenggara asesmen/evaluasi dengan pelaku proses,
dalam asesmen kedua hal ini memiliki hubungan reflektif, sedangkan dalam evaluasi, keduanya
memiliki hubungan preskriptif.
Keempat, berdasarkan tujuan dan kegunaan, asesmen dilakukan untuk melakukan diagnosa
terhadap proses yang sedang berlangsung, sedangkan evaluasi dilakukan untuk memberikan
judgement terhadap proses yang telah selesai.
Kelima, berdasarkan fleksibilitas kriteria, kriteria dalam asesmen bersifat fleksibel, sedangkan
kriteria dalam evaluasi bersifat kaku (telah ditentukan).
Keenam, berdasarkan hubungan antara objek-objek yang mengalami asesmen/evaluasi,
hubungan antar objek-objek dalam asesmen merupakan hubungan yang kooperatif, sedangkan
dalam evaluasi terjadi hubungan yang komparatif.
Dalam bidang pembelajaran, asesmen memiliki cakupan sebatas pada kompetensi siswa
beserta perbaikan pembelajaran, prosesnya lebih berpihak pada siswa. Siswa dapat
merefleksikan kelemahan dan kelebihannya dalam belajar. Sedangkan, evaluasi memiliki
cakupan yang lebih luas hingga ranah manajemen pendidikan, prosesnya berpihak pada
kepentingan evaluator (Stiggins, 1994 ; Yulaelawati, 2004).
Dari uraian tersebut, diketahui bahwa asesmen dan evaluasi merupakan dua hal yang berbeda
dan berhubungan. Asesmen dilakukan untuk memperoleh data dan evaluasi dilakukan dengan
memanfaatkan data yang diperoleh dari asesmen (Kumano, 2001 ; Gabel, 1993). Gabel (1993)
mengemukakan bahwa sebagian hasil dari asesmen dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi,
dimana evaluasi tidak cukup hanya diperoleh dari asesmen. Kemudian, hubungan antara
asesmen, tes, pengukuran, dan evaluasi digambarkan melalui diagram berikut.

Evaluasi dan Assessmen (Gabel, 1993)


Referensi

Apple, D. K., & Krumsieg, K. (1998). Process education teaching institute handbook.
Corvalis, OR: Pacific Crest Software.
Gabel, D. L. (1993). Handbook of Research on Science Teaching and Learning. New York:
Maccmillian Company.
Harris, B. M. (1985). Supervisory Behavior in Education. New Jersey: Prentice Hall.
Kizlik, B. (2012). Measurement, Assessment, and Evaluation in Education. Dipetik Februari
10, 2018, dari http://drjj.uitm.edu.my
Kumano, Y. (2001). Authentic Assessment and Portofolio Assessment-It's Theory and
Practice. Japan: Shizuoka University.
Popham, W. J. (1995). Classroom Assessment, What Teachers Need It Know. Oxford:
Pergamon Press.
Purwanto, N. (2002). Prinsip-prinsip Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosda Karya.
Stiggins, R. J. (1994). Student-Centered Classroom Assessment. New York: Macmillan
College Publishing Company.
Surbhi. (2016). Difference Between Assessment and Evaluation. Diambil kembali dari Key
Differences: https://keydifferences.com/difference-between-assessment-and-
evaluation.html
Wiggins, G. (1984). A True Test: Toward More Authentic and Equitable Assessment. Phi
Delta Kappan 70, (9), 703-713.
Yulaelawati, E. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Pakar Raya Karya.

Vous aimerez peut-être aussi