Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Retno Wulandari
Muhammad Anjar Syafi’i
Yoni Noviana
Clara Shinta Anindita A
Galih Imam Bazhari
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat barat Abad Pertengahan (479-1492 M) juga dapat dikatakan sebagai “Abad Gelap”, karena
pendapat ini didasarkan pada pendekatan sejarah gereja. Memang saat itu, tindakan gereja sangat
membelenggu kehidupan manusia. Para ahli fikir saat itu tidak lagi memiliki kebebasan untuk berfikir.
Apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan ajaran gereja orang yang
mengemukakannya akan mendapatkan hukuman berat. Pihak gereja melarang diadakannya penyelidikan
berdasarkan rasio terhadap agama.
Karena itu, kajian terhadap agama/teologi yang tidak berdasarkan larangan yang ketat. Yang
berhak melaksanakan penyelidikan terhadap agama hanyalah pihak gereja. Walaupun demikian, ada juga
yang melanggar larangan tersebut dan mereka dianggap orang murtad dan kemudian diadakan pengejaran
(inkuisisi). Pengejaran terhadap orang-orang murtad ini mencapai puncaknya pada saat Paus Innocentius
III di akhir XII, dan yang paling berhasil dalam pengajaran orang-orang murtad ini di Spanyol.
Masa abad pertengahan in juga dapat dikatakan sebagai suatu masa yang penuh dengan upaya
menggiring manusia kedalam kehidupan atau sistem kepercayaan yang fanatik, dengan menerima ajaran
gereja secara membabi buta. Karena itu perkembangan ilmu pengatahuan terhambat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Filsafat Abad Pertengahan ?
2. Bagaimana sejarah Periode Filsafat Skolastik Islam (Arab) ?
3. Bagaimana sejarah Periode Filsafat Skolastik Kristen ?
4. Bagaimana sejarah Skolastik Thomas Aquinas (1225-1274) ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah Filsafat Abad Pertengahan.
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah Periode Filsafat Skolastik Islam (Arab).
3. Untuk mengetahui bagaimana Periode Filsafat Skolastik Kristen.
4. Untuk mengetahui bagaimana sejarah Skolastik Thomas Aquinas (1225-1274).
D. Manfaat Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Jawa semester IV
2. Sebagai bahan referensi para pembaca dalam bidang filsafat, khususnya filsafat abad
pertengahan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Filsafat Abad Pertengahan
Filsafat abad pertengahan lazim disebut filsafat skolastik. Kata tersebut berasal dari kata
schuler yang memiliki arti “ajaran” atau “sekolahan”. Pasalnya, sekolah yang diselenggarakan oleh
Karel Agung mengajarkan apa yang diistilahkannya sebagai artes liberales, meliputi mata
pelajaran gramatika, geometria, arithmatika, astronomia, musika, dan dialektika. Dialektika
sekarang ini disebut dengan logika dan kata skolastik menjadi istilah bagi filsafat abad 9-15 yang
mempunyai corak khusus yaitu filsafat yang dipengaruhi agama.
Secara historis, khazanah pemikiran filsafat Yunani pernah mencapai kejayaan dan hasil
yang gemilang dengan melahirkan peradaban Yunani. Menurut perkembangan sejarah pemikiran
manusia, peradaban Yunani merupakan titik tolak peradaban manusia di dunia. Peradaban Yunani
terus menyebar ke berbagai bangsa, di antaranya ialah bangsa Romawi. Romawi merupakan
kerajaan terbesar di daratan Eropa pada waktu itu. Setelah filsafat Yunani sampai ke daratan Eropa,
di sana mendapatkan lahan baru dalam pertumbuhannya. Karena bersamaan dengan nama Kristen,
sehingga membentuk suatu formulasi baru. Maka muncullah filsafat Eropa yang sesungguhnya
penjelmaan filsafat Yunani setelah berintegrasi dengan agama Kristen.
Telah dibahas di bab sebelumnya, bahwa pada masa pertumbuhan dan pekembangan
filsafat Eropa sekitar kira-kira abad 5 belum memunculkan ahli pikir (filsuf). Tetappi, setelah abad
ke-6 Masehi, barulah mucul para filsuf yang mengadakan penyelidikan fislafat. Jadi filsafat Eropa
yang mengawali kelahiran filsafat Barat abad pertengahan. Muncul anggapan bahwa filsafat
Yunani dan agama Kristen saling berkaitan, padahal agama Kristen dapat diakatakan relatif masih
baru keberadaannya.
Anggapan pertama, bahwa Tuhan turun ke bumi (dunia) dengan membawa kabar baik bagi
umat manusia. Kabar baik tersebut berupa firman Tuhan yang dianggap sebagai sumber
kebijaksanaan yang sempurna dan sejati. Anggapan kedua, walaupun orang-orang telah mengenal
agama baru, tetapi ia juga sudah mengenal fisafat Yunani yang dianggap sebagai sumber
kebijaksanaan yang tidak diragukan lagi kebenarannya. Dengan demikian, di benua Eropa filsafat
Yunani akan tumbuh dan berkembang dalam suasana yang lain. Filsafat Eropa merupakan sesuatu
yang baru, suatu formulasi baru, pohon filsafat masih yang lama (dari Yunani), tetapi tunas yang
baru (karena pengaruh agama Kristen) memungkinkan perkembangan dana pertumbuhan yang
rindang.
Filsafat Barat Abad Pertengahan (476-1492 M) juga dapat dikatakan sebagai abad gelap.
Berdasarkan pada pendekatan sejarah gereja, saat itu tindakan gereja sangat membelenggu
kehidupan manusia. Manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang
terdapat dalam dirinya. Para filsuf juga tidak memiliki kebebasan berpikir.
Untuk mengetahui corak pemikiran filsafat abad pertengahan, perlu dipahami karakteristik
dan ciri khas pemikiran filsafatnya. Beberapa karakteristik yang perlu dimengerti adalah :
1) Cara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja.
2) Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles.
3) Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus.
Abad pertengahan ini juga dapat dikatakan sebagai suatu masa yang penuh dengan upaya
menggiring manusia ke dalam kehidupan / sistem kepercayaan yang picik dan fanatik, dengan
menerima ajaran gereja secara membabi buta. Karena itulah perkembangan ilmu pengetahuan
terhambat. Masa ini penuh dengan dominasi gereja, yang tujuannya untuk membimbing umat ke
arah hidup yang saleh. Tetapi di sisi lain, dominasiu gereja ini tanpa dibarengi dengan memikirkan
martabat dan kebebasan manusia yang mempunyai perasaan, pikiran, keinginan, dan cita-cita
untuk menentukan masa depannya sendiri.
Secara garis besar filsafat abad pertengahan ini dibagi menjadi dua periode, yaitu Periode
Skolastik Islam dan Periode Skolastik Kristen.
b. Al-Ghazali (1065-1111 M)
Ia adalah sosok muslim yang berpengaruh besar terhadap dunia Islam. Ia bergelar “Hujjatul Islam”
(benteng Islam). Semula ia adalah seorang mutakallimin, namun karena kemudian ia tidak
menemukan kepuasan dengan metode-metode pemikiran kalam, ia beralih ke lapangan filsafat.
Namun di filsafat ia juga tidak menemukan kepuasan dan akhirnya beralih ke lapangan tasawuf.
Di bidang terakhir inilah ia menemukan sesuatu yag dicarinya. Sikapnya terhadap filsafat dan
filsuf tercermin dalam bukunya Tahafut al-Falasifah (Kerancuan para Filsuf).
Perlu dicatat disini bahwa pada masa Ibnu Rusyd menunjukkan sikap pembelaannya
terhadap filsafat dan para filsuf atas serangan-serangan Al-Ghazali. Ia berusaha meng-
counter pendapat Al-Ghazali dalam buku Tahafut al-Falasifah dengan bukunya yang
berjudul Tahafut al-Tahafut (Kerancuan kitab Tahafut).
Sampai pertengahan abad XII orang-orang Barat belum mengenal filsafat Aristoteles
secara keseluruhan. Skolastik Islamlah yang membawakan perkembangan filsafat di Barat. Berkat
tulisan para ahli fikir Islam, terutama Ibnu Rusyd, orang-orang Barat itu mengenal Aristoteles.
Para ahli fikir Islam (periode skolastik Islam) ini adalah Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-
Ghazali, Ibnu Rusyd dan lainnya. Peran mereka sangat besar, tidak dalam pemikiran filsafat saja
tetapi juga memberikan sumbangan yang tidak kecil bagi Eropa dalam bidang ilmu pengetahuan.
Para ahli fikir Islam sebagian menganggap bahwa filsafat Aristoteles adalah benar, Plato dan Al-
Qur’an adalah benar, mereka mengadakan perpaduan dan sinkretisme antara agama dan filsafat.
Banyak buku filsafat dan sejenisnya mengenai peranan para ahli fikir Islam atas kemajuan dan
peradaban Barat yang sengaja disembunyikan disebabkan mereka (Barat) tidak mengakui secara
terus terang jasa para ahli fikir Islam dalam mengantarkan kemodernan Barat.
E. Periode Kebangkitan
Periode ini dimulai dengan adanya kesadaran dan kebangkitan kembali dunia Islam setelah
mengalami kemerosotan alam fikir sejak abad XV sampai XIX. Oleh karenanya, periode ini
disebut juga sebagai Renaissans Islam. Diantara tokoh yang berpengaruh di periode ini adalah
Jamaludin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Muhammad Iqbal, dan masih banyak
lagi.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
A. Secara garis besar filsafat abad pertengahan ini dibagi menjadi dua periode, yaitu
Periode Skolastik Islam dan Periode Skolastik Kristen.
B. Periode skolastik Islam dapat dibagi dalam empat masa, yaitu :
1. Periode Kalam Pertama
2. Periode Filsafat Pertama
3. Periode Kalam Kedua
4. Periode Filsafat Kedua
5. Periode Kebangkitan
C. Periode Skolastik Kristen dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Masa skolastik awal
2. Masa skolastik keemasan
3. Masa skolastik akhir.
D. Metafisika bagi Thomas Aquinas mengarah pada pengetahuan atas Tuhan. Akal
budi harus digunakan untuk memikirkan hakikat kehidupan dunia dan alam semesta. Dengan
begitu, tidak salah kalau Thomas Aquinas lebih dikenal sebagai pemikir empiris ketimbang idealis.
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, Amsal. 2005. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kattsoff, Louis O., 1986. Pengantar Filsafat, terjemahan dari Elements of
Philosophy oleh Soejono Soemargono, Yogyakarta: Tiara Wacana.
Maksum, Ali. 2012. Pengantar Filsafat: Dari Masa Klasik Hingga
Postmodernisme. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Suriasumantri, Jujun S. 1985. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Sinar Harapan.