Vous êtes sur la page 1sur 13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK RUBELLA

“Disusun sebagai penugasan dari Mata Kuliah Keperawatan Anak”

Dosen pengampu : Walin, SST, MKes

Disusun oleh :
Tingkat 1 C

1. Purnomo Adhi W P1337420215102


2. Mafaza Risty D P1337420215103
3. Oki miftakhurrizqi P1337420215105

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


Prodi Keperawatan Purwokerto
2016
KATA PENGANTAR

Kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-
NYA, sehingga penulis penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Tidak lupa
shalawat serta salam selalu kita curahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad
SAW. Makalah ini disusun sebagai penugasan dari mata kuliah keperawatan anak yang
berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK RUBELLA”.
Dalam pembuatannya penulis mendapat banyak bantuan dari beberapa pihak, oleh karena
itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Allah SWT, yang selalu senantiasa melimpahkan rahmat karunia-Nya.
2. Dosen pengampu mata kuliah keperawatan anak yang telah memberikan tugas mata
kuliah.
3. Kedua orang tua penulis, teman kelompok dan orang lain yang bersangkutan,
sehingga penulis mendapat semangat, dorongan dan doa, untuk menyelesaikan
makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya
mahasiswa keperawatan. Penyusun juga meminta maaf apabila banyak kesalahan dalam
penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh
karen itu, penulis mengharapkan saran dan kritik membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini.

Purwokerto, September 2016

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rubela (campak Jerman / German measles, atau campak 3 hari) adalah penyakit
demam akut yang ditandai dengan demam dan limfadenopati suboksipital dan aurikuler
posterior yang mengenai anak-anak dan dewasa muda. Penyakit ini merupakan yang
paling ringan di antara eksantema virus yang lazim. Rubela merupakan suatu penyakit
virus yang umum pada anak dan dewasa muda, yang ditandai oleh suatu masa prodromal
yang pendek, pembesaran kelenjar getah bening servikal, suboksipital dan
postaurikular, disertai erupsi yang berlangsung 2-3 hari. Pada anak yang lebih besar dan
orang dewasa kadang terdapat infeksi berat disertai kelainan sendi dan purpura1.
Rubela pada kehamilan muda dapat mengakibatkan abortus, bayi lahir mati dan
menimbulkan kelainan kongenital yang berat pada janin. Sindrom rubela kongenital
merupakan penyakit yang sangat menular, mengenai banyak organ dalam tubuh dengan
gejala klinis yang luas2.
Rubela disebabkan oleh suatu RNA virus, genus Rubivirus, famili Togaviridae.
Virus dapat diisolasi dari biakan jaringan penderita. Pada waktu terdapat gejala klinis
infeksi Rubella, virus ini dapat ditemukan pada sekret nasofaring, darah, feses dan urin;
Hingga saat ini penyakit rubella masih merupakan masalah dan terus diusahakan
eliminasinya.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang ada, maka berikut rumusan masalah yang diperoleh
1. Apa pengertian dari penyakit rubella ?
2. Apa etiologi penyakit rubella?
3. Bagaimanakah patofisiologi dari penyakit rubella ?
4. Apa manifestasi klinis penyakit rubella?
5. Apa pemeriksaan penunjang penyakit rubella?
6. Apa komplikasi penyakit rubella ?
7. Bagaimana cara pengobatan penyakit rubella?
8. Bagaimana cara pencegahan penyakit rubella?
C. Tujuan

Dari rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang ingin dicapai yaitu,
1. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit rubella ?
2. Untuk mengetahui apa etiologi penyakit rubella?
3. Untuk mengetahui bagaimanakah patofisiologi dari penyakit rubella ?
4. Untuk mengetahui apa manifestasi klinis penyakit rubella?
5. Untuk mengetahui apa pemeriksaan penunjang penyakit rubella?
6. Untuk mengetahui apa komplikasi penyakit rubella ?
7. Untuk mengetahui bagaimana cara pengobatan penyakit rubella?
8. Untuk mengetahui bagaimana cara pencegahan penyakit rubella?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Rubella adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan
gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak (rubeola) ringan atau demam
skarlet, dan pembesaran serta nyeri limfonodi pascaoksipital, retroaurikuler, dan
servikalis posterior. Pada anak yang lebih tua dan dewasa, terutama wanita dewasa,
infeksi kadang-kadang dapat berat, dengan manifestasi keterlibatan sendi dan purpura.

Rubella pada awal kehamilan dapat menyebabkan anomali kongenital berat.


Sindrom rubella kongenital adalah penyakit menular aktif dengan keterlibatan
multisistem, spektrum ekspresi klinis luas, dan periode infeksi aktif pascalahir dengan
pelepasan virus yang lama.

B. Etiologi

Rubella disebabkan oleh virus yang mengandung-RNA pleomorfik, yang sekarang


didaftar pada famili Togaviridae, genus Rubivirus. Virus biasanya diisolasi pada
biakan jaringan, dan keberadaanya diperagakan oleh kemempuan sel ginjal kera hijau
Afrika (African green monkey kidney (AGMK)) terinfeksi-rubella menahan tantangan
dengan enterovirus. Selama penyakit klinis virus berada dalam sekresi nasofaring,
darah, tinja, dan urin. Virus telah ditemukan dari nasofaring 7 hari sebelum eksantem
dan 7-8 hari sesudah menghilangnya. Penderita dengan penyakit subklinis juga
infeksius.

C. Patofisiologi
 Virus asam ribonukleat memasuki aliran darah, yang biasanya melalui rute
pernapasan
 Masa inkubasi berlangsung 14 hingga 21 hari, dengan 3 hari.
 Ruam diperkirakan diakibatkan oleh penyebaran virus pada kulit.
D. Manifestasi Klinis

Masa inkubasi adalah 14-21 hari. Fase prodromal gejala kataral ringan adalah
lebih pendek daripada fase prodromal campak dan mungkin sangat ringan sehingga
tidak diperhatikan. Tanda yang paling khas adalah adenopati retroaurikuler, servikal
posterior, dan di belakang oksipital. Tidak ada penyakit lain yang menyebabkan
pembesaran nyeri limfonodi ini yang sampai sebesar limfonodi rubella. Enantem
mungkin muncul tepat sebelum mulainya ruam kulit. Ruam ini terdiri dari bintik-
bintik merah tersendiri pada palatum molle yang dapat menyatu menjadi warna
kemerahan dan meluas pada rongga belakang mulut.

Limfadenopati jelas pada sekitar 24 jam sebelum ruam muncul dan dapat tetap
selam 1 minggu atau lebih. Eksantemnya lebih bervariasi daripada eksantem rubeola.
Eksantem mulai pada muka dan menyebar dengan cepat. Evolusinya begitu cepat
sehingga ruam dapat menghilang pada muka pada saat ruam lanjutannya muncul pada
badan. Makulopapula tersendiri ada pada sejumlah besar kasus; ada juga daerah
kemerahan yang luas yang menyebar dengan cepat ke seluruh badan, biasanya dalam
24 jam. Ruam dapat menyatu, terutama pada muka. Selama hari ke dua ruam dapat
mempunyai gambaran sebesar ujung jarum, terutama di seluruh tubuh, menyerupai
ruam demam skarlet. Dapat terjadi gatal ringan. Erupsi biasanya jelas pada hari ke 3.
Deskuamasi minimal. Rubella tanpa ruam telah diuraikan.

Mukosa faring dan konjungtiva sedikit meradang. Berbeda dengan rubeola, tidak
ada fotofobia. Demam ringan atau tidak ada selama ruam dan menetap selama 1, 2,
atau kadang-kadang 3 hari. Suhu jarang melebihi 38,4o C (101oF). Anoreksia, nyeri
kepala, dan malaise tidak biasa. Limpa sering sedikit membesar. Angka sel darah
putih normal atau sedikit menurun; trombositopeni jarang, dengan atau tanpa purpura.
Terutama pada wanita yang lebih tua dan wanita dewasa, poliartritis dapat terjadi
dengan artralgia, pembekakan, nyeri, dan efusi tetapi biasanya tanpa sisa apapun.
Setiap sendi dapat terlibat, tetapi sendi-sendi kecil tangan paling sering terkena.
Lamanya biasanya beberapa hari; jarang artritis ini menetap selama berbulan-bulan.
Paresetia juga telah dilaporkan. Pada satu epidemi orkidalgia dilaporkan pada sekitar
8% orang laki-laki usia perguruan tinggi yang terinfeksi.
E. Pemeriksaan Penunjang
Dibandingkan dengan pemeriksaan bakteri, pemeriksaan virus Rubella lebih sulit.
Cara yang cukup mudah mendeteksi dengan teknik Fluorescent. Pemeriksaan
terhadap penderita infeksi Rubella dilakukan dengan cara tes darah serologi antigen
Rubella, pemeriksaan ELISA. Kepastian infeksi dinyatakan pada konversi dari IgM
negatif menjadi positif dan meningkatnya IgG secara bermakna. Kadar IgM ini dapat
pula dibuktikan dalam darah tali pusat.
F. Komplikasi
 Artritis
 Ensefalitis pascainfeksi
 Purpura trombositopenik
 Rubela kongenital

Pada infeksi janin (jarang terjadi setelah usia gestasi 20 minggu)

 Kematian intrauteri
 Abortus spontan
 Malformasi kongenital sistem organ utama

G. Pengobatan

Jika terjadi komplikasi bakteri, pengobatan adalah simtomatis. Adamantanamin


hidroklorida (amantadin) telah dilaporkan efektif in vitro dalam menghambat stadium
awal infeksi rubella pada sel yang dibiakkan. Upaya untuk mengobati anak yang
sedang menderita rubella kongenital dengan obat ini tidak berhasil. Karena
amantadin tidak dianjurkan pada wanita hamil, pengguanaannya amat terbatas.
Interferon dan isoprinosin telah duganakan dengan hasil terbatas

H. Pencegahan
Pencegahan Rubella dapat dicegah dengan vaksin rubella. Imunisasi rubella secara
luas dan merata sangat penting untuk mengendalikan penyebaran penyakit ini, yang
pada akhirnya dapat mencegah cacat bawaan/lahir akibat sindrom rubella bawaan.
Vaksin ini biasanya diberikan kepada anak-anak berusia 12 - 15 bulan dan menjadi
bagian dari imunisasi MMR yang telah terjadwal. Dosis kedua MMR biasanya
diberikan pada usia 4 - 6 tahun, dan tidak boleh lebih dari 11 - 12 tahun. Sebagaimana
dengan imunisasi lainnya, selalu ada pengecualian tertentu dan kasus-kasus khusus.
Dokter anak akan memiliki informasi yang tepat. Vaksin rubella tidak boelh diberikan
kepada wanita hamil atau wanita yang akan hamil dalam jangka waktu satu bulan
sesudah pemberian vaksin. Wanita hamil yang tidak kebal terhadap rubella harus
menghindari orang yang mengidap penyakit ini harus diberikan vaksinasi setelah
melahirkan sehingga dia akan kebal terhadap penyakit ini di kehamilan berikutnya
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Riwayat
a. Imunisasi tidak adekuat, terpajan oleh individu yang mengalami infeksi rubela
dalam 2 hingga 3 minggu sebelumnya, atau melakukan perjalanan baru-baru
ini ke area endemik tanpa imunisasi ulang.
b. Pada anak, tidak ada gejala prodormal
c. Pada remaja atau orang dewasa, sakit kepala, malaise, anoreksia, koriza, sakit
tenggorok, dan batuk terjadi sebelum awitan ruam
d. Poliartralgia dan poliartritis (pada beberapa orang dewasa)

2. Temuan pemeriksaan fisik


a. Ruam disertai demam ringan (37,2o hingga 38,3oC) yang dapat mencapai
40oC
b. Eksantematosa, makulopapular, dan ruam pruiritis yang ringan; biasanya
muncul di wajah, dan menyebar dengan cepat, menutupi batang tubuh dan
ekstremitas dalam beberapa jam
c. Makula petekia berwarna merah dan berukuran kecil pada palatum mole
(bercak Forschheimer) terjadi sebelum atau menyertai ruam
d. Koriza
e. Konjungtivitis
f. Pembesaran kelenjar limfe suboksipital, pascaaurikula, dan postservikal

3. Hasil pemeriksaan
Biasanya, diagnosis ditegakkan dari hasil observasi klinis.

4. Laboratorium
a. Kultur tenggorok, darah, urine, dan cairan serebrospinal menunjukkan virus
rubela; serum konvalesens menunjukkan peningkatan titer antibodi sebesar
empat kali lipat.
b. Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) untuk antibodi imunoglobulin
(Ig) M menunjukkan antibodi IgM spesifik-rubela.
c. Pada rubela kongenital, antibodi IgM spesifik-rubela terdapat di dalam darah
tali pusat.
I. Terapi
1. Umum
a. Kewaspadaan isolasi
b. Makan sedikit tetapi sering
c. Meningkatkan asupan cairan
d. Istirahat hingga demam menurun
e. Perawatan kulit
J. Pertimbangan keperawatan

1. Kriteria hasil
Pasien akan:
a. Bebas dari tanda dan gejala infeksi
b. Menunjukkan perbaikan atau penyembuhan lesi atau luka
c. Mengungkapkan atau menunjukkan peningkatan rasa nyaman dan penurunan
nyeri.
2. Intervensi keperawatan
a. Beri obat yang diprogramkan.
b. Lakukan kewaspadaan isolasi hingga 5 hari setelah ruam hilang. Pertahankan
mengisolasi bayi yang mengalami rubela kongenital selama 3 bulan, hingga 3
kali pemeriksaan kultur tenggorok hasilnya negatif.
c. Pertahankan kulit pasien dalam kondisi bersih dan kering.
d. Pastikan bahwa pasien menerima perawatan hanya dari tenaga kesehatan
rumah sakit umum yang tidak berisiko mengalami rubela. Jika diprogramkan,
beri imunoglobulin untuk orang yang tidak mendapat imunisasi yang
mengunjungi pasien.
e. Laporkan kasus rubela yang sudah didiagnosis ke departemen kesehatan
setempat.
f. Rujuk pasien ke spesialis penyakit infeksi jika diagnosis rubela ditegakkan.
g. Beri dukungan dan konseling kepada orang tua bayi, dan rujukan jika perlu.

3. Pemantauan
a. Tanda-tanda vital
b. Kulit untuk memeriksa tanda eksantema
c. Gangguan auditori pada rubela kongenital
4. Pendidikan kesehatan pasien
Pastikan mencakup (bersama orang tua):
a. Gangguan, diagnosis, dan terapi
b. Cara menurunkan demam
c. Efek rubela yang merusak pada neonatus yang belum lahir
d. Pentingnya individu yang mengalami rubela menghindari wanita hamil
e. Menghindari pemberian aspirin kepada anak yang menerima vaksin rubela
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Rubella - yang sering dikenal dengan istilah campak Jerman atau campak
3 hari - adalah sebuah infeksi yang menyerang, terutama, kulit dan kelenjar getah
bening. Penyakit ini disebabkan oleh virus rubella (virus yang berbeda dari virus
yang menyebabkan penyakit campak), yang biasanya ditularkan melalui cairan
yang keluar dari hidung atau tenggorokan. Penyakit ini juga dapat ditularkan
melalui aliran darah seorang wanita yang sedang hamil kepada janin yang
dikandungnya. Karena penyakit ini tergolong penyakit ringan pada anak-anak,
bahaya medis yang utama dari penyakit ini adalah infeksi pada wanita hamil, yang
dapat menyebabkan sindrom cacat bawaan pada janin tersebut. Sebelum vaksin
untuk melawan Rubella tersedia pada tahun 1969, epidemi rubella terjadi setiap 6
s.d. 9 tahun. Anak-anak dengan usia 5 - 9 menjadi korban utama dan muncul
banyak kasus rubella bawaan. Sekarang, dengan adanya program imunisasi pada
anak-anak dan remaja usia dini, hanya muncul sedikit kasus rubella bawaan

B. Saran

Di sarankan kepada masyarakat agar dapat menjaga kesehatan, personal


hyiene, dan ketika ada sesorang batuk hendaknya menutup hidung, karena Penularan
utamanya dapat melalui titik-titik air di udara yang berasal dari batuk atau bersin
penderita.
DAFTAR PUSTAKA

Kimberly A.J. Bilotta ; alih bahasa, Dwi widiarti. 2011. Kapita Selekta Penyakit dengan
Implikasi keperawatan edisi 2. Jakarta :EGC

Murti Retno, Ery.2011.Asuhan Kebidanan Patologi.Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Sarwono. 2008.Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka

Holmes, Philip. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC

Behrman, Kliegman &Arvin, Nelson. 1999. Ilmu Kesehatan anak edisi 2. Jakarta : EGC

Vous aimerez peut-être aussi