Vous êtes sur la page 1sur 21

Asuhan Keperawatan Klien Dengan Dermatitis Seboroik

(Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Integumen)

Oleh :
SEMESTER V D\ ANGKATAN V

Marianus S. Opat ( 01.12.00799 )


Yasinta Asan ( 01.12.00817 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
CITRA HUSADA MANDIRI
KUPANG
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena hanya
atas berkat dan rahmat-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Klien Dengan Dermatitis Seboroik” ini dengan
baik.
Tugas menyusun makalah ini bukanlah tugas yang mudah, namun berkat
kesabaran serta bantuan dari berbagai pihak telah meringankan penulisan makalah ini.
Sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang terlibat.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, untuk
itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun guna
perbaikan makalah ini juga demi menambah wawasan penulis.

Kupang, September 2014

Penulis
DAFTAR ISI
halaman

Halaman Judul ........................................................................................ ……………………...i


Kata Pengantar ........................................................................................ ……………………..ii
Daftar Isi.......................................................................................................………................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................... ………….…………..1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................……...................................1
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................……..........................1
1.3.1 Tujuan Umum.................................................……...............................1
1.3.2 Tujuan Khusus..............................................……….............................2
1.4 Metode Penulisan.............................................................……...............................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Teori Penyakit.……………………….……………............…......………...3
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan.…….…………….……...…………………………..8

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan............................................................................……....................…17
3.2 Saran.............................................................................................…….............…17

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................……..........…18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fungsi sekretorik yang utama dari kulit dilaksanakan oleh kelenjar keringat yang
membantu mengatur suhu tubuh. Kelenjar ini mengekskresikan cairan keringat yang
akan mengevaporasi sehingga mendinginkan tubuh. Biasanya kulit yang basah terasa
hangat dan kulit yang kering cenderung terasa dingin. Namun demikian, kaidah ini
bukan kaidah yang kaku dan selalu demikian. Tidak jarang kita menemukan keringat
dingin. Kulit yang hangat tetapi kering terdapat pada pasien dehidrasi, dan kulit yang
panas serta kering khususnya dijumpai pada beberapa keadaan demam (Suzanne C.
Smeltzer, 1856).
Dermatitis seboroik (DS) atau seborrheic eczema merupakan penyakit yang umum,
kronik, dan merupakan inflamasi superfisial dari kulit, ditandai oleh pruiritus,
berminyak, bercak merah dengan berbagai ukuran dan bentuk yang menutup daerah
inflamasi pada kulit kepala, muka, serta telinga. Daerah lain yang jarang terkena adalah
daerah presternal dada. Beberapa tahun ini telah didapatkan data bahwa sekurang-
kurangnya 50% pasien HIV terkena dermatitis seboroik. Ketombe berhubungan juga
dengan dermatitis seboroik, tetapi tidak separah dermatitis seboroik. Ada juga yang
menganggap dermatitis sama dengan ketombe (Arif Muttaqin, 84).

1.2 Rumusan Masalah

a) Menjelaskan pengertian dermatitis seboroik


b) Menjelaskan epidemiologi dermatitis seboroik
c) Menjelaskan etiologi dermatitis seboroik
d) Menjelaskan Patofisiologi Pathway (WOC) dermatitis seboroik
e) Menjelaskan gejala klinik dermatitis seboroik
f) Menjelaskan komplikasi dermatitis seboroik
g) Menjelaskan asuhan keperawatan terhadap klien dengan dermatitis seboroik

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Meningkatkan pola pikir ilmiah mengenai dermatitis seboroik
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Meningkatkan pemahaman tentang pengertian dermatitis seboroik
2. Meningkatkan pemahaman tentang epidemiologi dermatitis seboroik
3. Meningkatkan pemahaman tentang etiologi dermatitis seboroik
4. Meningkatkan pemahaman tentang patofisiologi pathway (WOC) dermatitis
seboroik
5. Meningkatkan pemahaman tentang gejala klinik dermatitis seboroik
6. Meningkatkan pemahaman tentang komplikasi dermatitis seboroik
7. Meningkatkan pemahaman tentang asuhan keperawatan klien dengan dermatitis
seboroik

1.4 Metode Penulisan


Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode pustaka
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Teori Penyakit


2.1.1 Pengertian
a) Seborrhea disebut pula dengan Dermatitis seboroik yaitu kelainan kulit berupa
peradangan superfisial dengan papuloskuamosa yang kronik dengan tempat
predileksi di daerah-daerah seboroik yakni daerah yang kaya akan kelenjar sebasea,
seperti pada kulit kepala, alis, kelopak mata, naso labial, bibir, telinga, dada, axilla,
umbilikus, selangkangan dan glutea (Adhi Djuanda, 2002; 93).
b) Dermatitis seboroik merupakan kelainan inflamasi kronik kulit dengan predileksi
di daerah yang banyak dipasok dengan kelenjar sebasea atau yang terletak diantara
lipatan kulit tempat bakteri terdapat dalam jumlah yang besar (Suzanne C.
Smeltzer, 2001; 1856)

2.1.2 Epidemiologi
Dermatitis seboroik dapat timbul setiap saat sejak masa bayi sampai masa tua.
Dermatitis seboroik bisa ditemukan pada seluruh ras, dan lebih banyak terjadi pada
pria dibandingkan wanita (Sylvia Anderson Price, 2005; 1434).

2.1.3 Etiologi
Penyebab dari penyakit ini masih belum diketahui dengan pasti, tetapi beberapa faktor
dibawah ini dianggap berperan dalam terjadinya dermatitis seboroik, seperti :
a) Pityrosporum Ovale
Patogenesis yang pasti dari dermatitis seboroik belum dimengerti sepenuhnya,
tetapi dermatitis ini umumnya terkait dengan jamur pityrosporum ovale yang
memiliki aktivitas lipase yang menghasilkan transformasi trigliserida ke dalam
asam lemak bebas. Asam lemak bebas dan radikal oksigen reaktif yang
dihasilkan memiliki aktivitas antibakteri yang merubah flora kulit normal.
Sebagian penulis meyakini bahwa gangguan dalam flora, akibat aktivitas
lipase dan radikal oksigen bebas akan berhubungan erat dengan dermatitis
seboroik dibandingkan dengan perubahan respon kekebalan. Lipid sebum
penting untuk proliferasi pityrosporum ovale dan sintesa faktor-faktor
proinflamasi sehingga menciptakan kondisi yang sesuai untuk perkembangan
dermatitis seboroik. (Adhi Djuanda, 2002; 95).
b) Faktor genetik
Faktor genetik memegang peranan penting yang menyebabkan kelenjar
sebasea memproduksi sebum dalam keadaan yang berlebihan pada daerah-
daerah tempat kelenjar tersebut terdapat dalam jumlah yang besar (wajah, kulit
kepala, alis mata, kelopak mata, pada kedua sisi hidung serta bibir atas, daerah
malar [pipi], telinga, aksila, di bawah payudara, lipat paha dan lipatan gluteus
di daerah pantat) (Suzanne C. Smeltzer, 2001; 1856).
c) Perubahan hormon
Dermatitis seboroik paling umum terjadi pada masa pubertas dan remaja,
selama periode ini produksi sebum paling tinggi, hal ini berhubungan dengan
hormonal yang meningkat pada masa pubertas, oleh karena itu dermatitis
seboroik lebih umum terjadi pada laki-laki dari pada perempuan, yang
menunjukkan pengaruh androgen pada unit pilosebum (Adhi Djuanda, 2002,
94).
d) Stres emosional
Belakangan ini keadaan stres disebut-sebut mempengaruhi periode terjadinya
remisi dan eksaserbasi (Suzanne C. Smeltzer, 2001; 1857).
2.1.4 Patofisiologi Pathway (WOC) dan Respon Masalah Keperawatan
2.1.5 Gejala Klinik
Gejala yang timbul pada dermatitis seboroik adalah:
a) Pruritus atau rasa gatal yang berlebihan.
b) Berminyak
c) Bercak merah dengan berbagai ukuran dan bentuk yang menutup daerah
inflamasi pada kulit kepala, muka, serta telinga.
d) Deskuamasi kulit kepala dengan sisik yang halus dan berbentuk serbuk dalam
jumlah yang besar serta berwarna kekuningan.
e) Krusta atau lapisan luar dari materi padat yang terbentuk dari pengeringan
eksudat dan atau sekresi tubuh.

2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik Dan Hasil


Menurut Arif Muttaqin (2011; 86), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk
menentukan seseorang terkena dermatitis seboroik adalah sebagai berikut :
a) Pemeriksaan hispatologi : Pada dermatitis seboroik akut dan subakut,
epidermisnya ekonthoik, terdapat infiltrat limfosit dan histiosit dalam jumlah
sedikit pada perivaskular superfisial, spongiosis ringan hingga sedang,
hiperplasia psoriasiform ringan, ortokeratosis dan parakeratosis yang
menyumbat folikuler, serta adanya skuama dan krusta yang mengandung
netrofil pada ostium folikuler. Pada dermatitis seboroik kronik, terjadi dilatasi
kapiler dan vena pada pleksus superfisial.

2.1.7 Komplikasi
a) Infeksi
b) Ekskoriasi
Setiap pengelupasan substansi superfisial, seperti terjadi pada kulit akibat
garukan.

2.1.8 Penatalaksanaan
Menurut Arif Muttaqin (2011; 87) oleh karena tidak ada pengobatan seboroik yang
diketahui, maka tujuan terapinya adalah untuk mengendalikan kelainan tersebut dan
memberikan kesempatan kepada kulit untuk memperbaiki kulitnya sendiri.
Penatalaksanaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a) Pengobatan topikal
Pengobatan topikal dapat mengontrol dermatitis seboroik dan dandruff kronik
pada stadium awal. Dermatitis seboroik pada badan dan muka akan bereaksi
terhadap penggunaan preparat topikal krim kortikosteroid yang mengurangi
respons inflamasi sekunder. Namun demikian, obat ini harus digunakan
dengan hati-hati jika akan dioleskan di dekat kelopak mata karena dapat
memicu glaukoma dan katarak pada orang yang memilikipredisposisi.
Prinsip utama terapi ketombe adalah keramas yang besar dan sering (setiap
hari atau sedikitnya tiga kali seminggu) dengan menggunakan sampo obat.
Dua atau tiga jenis sampo harus dipakai secara bergantian agar keadaan
seboroik tidak resisten terhadap jenis sampo tertentu. Sampo atau obat
keramas harus dibiarkan sedikitnya selama 5 hingga 10 menit. Setelah kondisi
kulit kepala membaik, intensitas terapi dapat dikurangi. Sampo antiseboroik
adalah sampo yang mengandung suspensi selenium sulfida, sampo zinc
pyrithione, sampo asam salisilat-sulfur, dan sampo tar yang mengandung
sulfur, serta asam salisilat.
Steroid topikal potensi rendah dapat efektif mengobati dermatitis seboroik
pada bayi dan dewasa pada daerah fleksura maupun dermatitis seboroik
recalcitrant persistent pada dewasa. Topikal golongan azol dapat
dikombinasikan dengan regimen desonide (satu dosis per hari selama dua
minggu) untuk terapi pada wajah. Dapat juga diberikan salep yang
mengandung asam salisil 2%, sulfur 4%, dan ter 2%. Pada bayi dapat
diberikan asam salisil 3-5% dalam mineral minyak.
b) Sistemik
Dapat diberikan antihistamin maupun sedatif. Pemberian dosis rendah dari
terapi oral bromida dapat membantu penyembuhan. Terapi oral yang
menggunakan dosis rendah dari preparat hemopoetik yang mengandung
potasium bromida, sodium bromida, nikel sulfat, dan sodium klorida dapat
memberikan perubahan yang berarti dalam penyembuhan DS dan dandruff
setelah penggunaan selama 10 minggu. Pada keadaan yang berat dapat
diberikan kortikosteroid sistemik, dosis prednisolon 20-30 mg sehari, jika ada
perbaikan, dosis diturunkan perlahan. Kalau ada infeksi sekunder dapat
diberikan antibiotik.
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Menurut Arif Muttaqin (2011; 85-87) konsep pengkajian keperawatan pada klien
dengan dermatitis seboroik adalah sebagai berikut :
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
1) Anamnesa
(1)Identitas Pasien
Dermatitis seboroik dapat dijumpai pada semua umur, tetapi lebih banyak
terjadi pada pria dari pada wanita.

(2)Keluhan Utama
Klien mengeluh adanya kemerahan, kulit kering agak kekuningan, serta
ketombe bersisik tebal dengan rasa gatal.

(3)Riwayat Penyakit Sekarang


Adanya eritema, krusta tebal, pruritus dan skuama berminyak agak
kekuningan.

(4)Riwayat Penyakit Dahulu


Kaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama.

(5)Pemenuhan ADL
Nutrisi :-
Eliminasi :-
Personal Hygiene : Kebersihan diri pada awalnya harus dikaji, karena
kebersihan diri yang kurang juga sebagai salah satu
predisposisi, untuk menghindari keringat berlebih.
Istirahat/aktivitas : Dapat tergantung pada distribusi lesi yang ada, dan
atau jenis dermatitis seboroiknya (ketombe, kulit
kering dengan eksudat).

(6)Riwayat Psiko, Sosio, dan Spiritual


Pada pasien dengan dermatitis seboroik mungkin terjadi gangguan interaksi
sosial karena perubahan body image sehingga pasien menarik diri.
2) Pemeriksaan Fisik
B1 : -
B2 : Suhu tubuh meningkat
B3 : Skala nyeri
B4 : -
B5 : -
B6 : Krusta tebal dikulit kepala ,skuama dan eritema pada kulit kepala,wajah,
daerah fleksura, badan, serta generalisata.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


a) Hipertermi b.d penyakit
b) Risiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan primer
c) Nyeri b.d agens cedera
d) Kerusakan integritas kulit b.d perubahan turgor
e) Gangguan citra tubuh b.d penyakit
f) Defisinesi pengetahuan b.d kurang pajanan

2.2.3 Rencana Tindakan/Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan (goal, Intervensi Rasional


objective, keperawatan
outcomes)
1) Nyeri b.d agens Goal : Klien akan 1. Ajarkan 1. Teknik
cedera terbebas dari nyeri teknik nonfarmakolog
selama dalam is dapat
manajemen
perawatan. membantu
nyeri meminimalkan
Objective: Klien (relaksasi, atau
akan terbebas dari mengurangi
distraksi dan
agens cedera nyeri pasien.
selama dalam kompres
perawatan. panas atau
Outcomes: Klien
dingin).
akan menunjukkan
:
1) Perasaan 2. Berikan
nyaman informasi
berkurangn 2. Tindakan ini
ya nyeri. kepada dapat
2) Skala nyeri mendidik
berkurang pasien. pasien dan
menjadi 2. Contoh, mendorongnya
untuk mencoba
alasan nyeri
tindakan
dan lamanya pengurangan
nyeri nyeri
alternatif.
berakhir.

3. Minta pasien 3. Untuk


untuk menfasilitasi
menggunakan pengkajian
yang akurat
sebuah skala
tentang tingkat
1-10 untuk nyeri pasien.
menjelaskan
tingkat
nyerinya.
4. Bantu pasien
4. untuk
untuk menurunkan
mendapatkan ketegangan
atau spasme
posisi yang
otot untuk
nyaman, dan mendistribusik
gunakan an kembali
tekanan
bantal untuk
kepada bagian
membebat tubuh.
atau
menyokong
daerah yang
sakit, bila
diperlukan.

5. Kaji jenis dan


tingkat nyeri 5. Pengkajian
pasien. membantu,
meyakinkan
bahwa
penanganan
dapat
memenuhi
kebutuhan
pasien dalam
mengurangi
nyeri.

6. Berikan obat
yang
6. Untuk
dianjurkan
menyakinkan
sesuai pengurangan
indikasi. nyeri yang
adekuat.

1. Jelaskan 1. Pruritus
2) Kerusakan Goal: Klien akan
pembatasan dapat
integritas kulit terbebas dari
kerusakan diet, contoh menyebabkan
b.d perubahan
integritas kulit untuk kerusakan
tugor. selama dalam
menghindari kulit.
perawatan.
alergi kulit
Objective: Klien terhadap
akan terbebas dari makanan.
perubahan tugor
selama dalam 2. Jelaskan
perawatan. terapi kepada
2. Untuk
pasien dan
Outcomes: Klien meningkatka
keluarga.
akan menunjukan: n kepatuhan.
1) Tidak ada 3. Inspeksi kulit
keluhan pasien setiap
3. Untuk
mengalami pergantian
menunjukan
gangguan tugas jaga,
keefektifan
permukaan jelaskan dan
program
kulit yang dokumentasi
perawatan
lebih kan kondisi kulit.
lanjut. kulit dan
2) Perbaikan laporkan
kerusakan perubahanny
lapisan a.
kulit. 4. Awasi pasien
dan anggota
keluarga 4. Praktik
dalam meningkatka
menjalankan n
regimen keterampilan
perawatan dalam
kulit. Berikan mengelolah
umpan balik. regimen
5. Observasi: perawatan
keluhan kulit.
gangguan
permukaan
kulit, 5. Untuk
kerusakan mengetahui
lapisan kulit. keberhasilan
tindakan
keperawatan.

3. Gangguan citra Goal: Klien akan


tubuh b.d penyakit terbebas dari
gangguan citra
tubuh selama 1. Ajarkan dan 1. Untuk
dalam perawatan. dorong membantu
strategi pasien
Objective: Klien
akan terbebas dari koping yang mengatasi
penyakit selama sehat. perilaku
dalam perawatan yang tidak
Outcomes: Klien produktif.
akan menunjukan: 2. Diskusikan 2. Untuk
1) Tidak ada kemajuan meningkatk
ungkapkan pasien dan an sikap
perasaan yang tunjukan positif.
mencerminka bagaimana
n perubahan kondisinya
pandangan telah
tentang tubuh, meningkat
mis.,penampil atau stabil.
an diri. 3. Bimbing dan
2) Tidak malu kuatkan
3. Untuk
3) Tidak merasa fokus pasien
mendukung
bersalah pada aspek-
adaptasi
4) Ungkapkan aspek positif
dan
perasaan dari
kemajuan
positif tentang penampilann
yang
tubuh, mis., ya dan
berkelanjuta
perasaan upayanya
n.
berdaya, tidak menyesuaika
putus asa, n diri dengan
merasa kuat. perubahan
5) Tingkah laku citra tubuh.
menjaga diri. 4. Terima
6) Tidak persepsi diri
mengalami pasien dan 4. Untuk
perubahan berikan memvalidas
terhadap jaminan i
kehidupan bahwa dia perasaannya
sosial dapat
mengatasi
krisis ini.
5. Ketika
membantu
pasien yang
5. Untuk
sedang
mendapatka
melakukan
n nilai dasar
perawatan
pada
diri,
pengukuran
perhatikan
kemajuan
pola koping
psikologiny
dan tingkat
a.
harga
dirinya.
6. Dorong
pasien untuk
menggambar
6. Untuk
kan
meningkatk
perkembanga
an harga
nnya melalui
diri dan
hospitalisasi.
untuk
mendemons
trasikan
bagaimana
ia telah
beradaptasi
7. Observasi:
terhadap
perasaan
perubahan
yang
citra
mencerminka
tubuhnya.
n perubahan
7. Untuk
pandangan
mengetahui
tentang
keberhasila
tubuh, rasa
n tindakan
malu, rasa
keperawata
bersalah,
n.
ungkapkan
perasaan
negatif
tentang,
perubahan
terhadap
kehidupan
sosial.

( Sumber : Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan Cynthia M. Taylor, 2010)

2.2.4 Tindakan Keperawatan


Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana
tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan atau dibuat.

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan telah
teratasi, tidak teratasi, atau teratasi sebagian dengan mengacu pada kriteria
evaluasi.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dermatitis seboroik adalah kelainan inflamasi kronik kulit dengan predileksi di daerah
yang banyak dipasok dengan kelenjar sebasea atau yang terletak diantara lipatan kulit
tempat bakteri terdapat dalam jumlah yang besar . Dermatitis seboroik merupakan
masalah kesehatan masyarakat karena penyakit ini merupakan penyakit yang belum
diketahui dengan pasti penyebabnya dan masih perlu dipelajari untuk pemahaman yang
lebih baik dalam mendeteksi dan menanggulanginya secara dini.

3.2 SARAN
Jagalah kebersihan diri anda terutama setelah melakukan sebuah aktivitas ringan
maupun berat karena kalau tidak dijaga hal sederhana seperti ini malah akan
menimbulkan suatu penyakit yang sangat berbahaya bagi kulit anda.
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, Adhi. 2002. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FK
UI.

Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta : Salemba
Medika.

NANDA .2012 . Diagnosis Keperawatan NANDA 2012 – 2014. Jakarta : EGC.

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit Edisi 6
Vol. 2. Jakarta : EGC.

Smelter, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8 Vol. 3. Jakarta : EGC.

Taylor, C dan Ralph .2010. Diagnosis Keperawatan dengan Rencana Asuhan. Jakarta :
EGC.

Vous aimerez peut-être aussi