Vous êtes sur la page 1sur 26

bMAKALAH GERONTIK

“ ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIMENSIA ”

Disusun Oleh Kelompok 1:

1. Alfiqi Novrindra Habibi (20141660001)


2. Moh.Roni (20141660098)
3. M. Nafhan Syafi’I (20141660085)
4. Lisa Choiriyah (20141660018)
5. Diany Ellen F (20141660089)

PRODI S 1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2017-2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya serta
kemudahan yang telah diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIMENSIA ”


Dalam mengerjakan makalah ini, kami banyak menemukan ganjalan dan kesulitan.
Tapi berkat bantuan dan dukungan dari dosen pembimbing dan rekan-rekan sekalian,akhirnya
kami bisa menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Karena itu kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan dari pembaca.Akhir kata kami mengucapkan
banyak terima kasih dan kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Demikian harapan kami, semoga bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.

Surabaya, November 2017

Kelompok 1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 4

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 5

1.3 Tujuan ...................................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi……………………………………………………………………6

2.2 Etiologi …………………………………………………………………..6

2.3. Klasifikasi ………………………………………………………………6

2.4. Patofisiologi …………………………………………………………….8

2.5. Menifestasi Klinik ……………………………………………………...8

2.6. Penatalaksanaan ……………………………………………………….9

2.7. Pemeriksaan Diagnostik ………………………………………………10

2.8. Komplikasi ……………………………………………………………..10

BAB III KONSEP KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian …………………………………………………………….11

3.2. Diagnosa Keperawatan ………………………………………………11

3.3. Intervensi Keperawatan……………………………………………...11

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan……………………………………………………………..20

4.2 Saran……………………………………………………………………20

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Demensia adalah sebuah sindrom karena penyakit otak, bersifat kronis atau progresif
di mana ada banyak gangguan fungsi kortikal yang lebih tinggi,termasuk memori, berpikir,
orientasi, pemahaman, perhitungan, belajar,kemampuan, bahasa, dan penilaian kesadaran
tidak terganggu. Gangguan fungsi kognitif yang biasanya disertai, kadang - kadang didahului,
oleh kemerosotandalam pengendalian emosi, perilaku sosial, atau motivasi. Sindrom terjadi
pada penyakit Alzheimer, di penyakit serebrovaskular, dan dalam kondisi lain terutama atau
sekunder yang mempengaruhi otak (Durand dan Barlow, 2006).
Menurut data Asia Pasifik tahun 2006, jumlah orang yang menderita demensia di
Wilayah Asia Pasifik pada 2025 diperkirakan meningkat lebih daridua kali lipat dan
peningkatan ini akan lebih cepat dibandingkan dengan yangterjadi di Negara - negara
barat. Sementara di dunia, pada tahun 2040 jumlahpenderita demensia diperkirakan
menjadi seki tar 80 juta orang. (Demensia dikawasan asia pasifik, 2006).
Gejala awal gangguan ini adalah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi,
tetapi bisa juga bermula sebagai depresi, ketakutan, kecemasan,penurunan emosi atau
perubahan kepribadian lainnya. Terjadi perubahan ringandalam pola berbicara, penderita
menggunakan kata - kata yang lebih sederhana,menggunakan kata - kata yang tidak tepat
atau tidak mampu menemukan kata – kata yang tepat. Ketidakmampuan mengartikan tanda
- tanda bisa menimbulkan kesuli tan dalam mengemudikan kendaraan. Pada akhirnya penderita
tidak dapatmenjalankan fungsi sosialnya.
Demensia banyak menyerang mereka yang telah memasuki usia lanjut.
Bahkan, penurunan fungsi kognitif ini bisa dialami pada usia kurang dari 501tahun.
Sebagian besar orang mengira bahwa demensia adalah penyakit yang hanya diderita oleh
para Lansia, kenyataannya demensia dapat diderita oleh siapasaja dari semua tingkat usia
dan jenis kelamin (Harvey, R. J. et al. 2003). Untuk mengurangi risiko, otak perlu
dilatih sejak dini disertai penerapan gaya hidupsehat. (Harvey, R. J., Robinson, M. S. &
Rossor, M. N, 2003)
1.2 Rumusan Masalah
1. Mampu mengetahui pengertian dimensia
2. Mampu mengetahui Etiologi dimensia
3. Mampu memahami proses terjadinya dimensia
4. Mampu mengetahui tanda dan gejala dimesia
5. Mampu mengetahui jenis dimensia
6. Mampu mengetahui fase/tahapan dimensia

1.3 Tujuan
Makalah ini di masukkan sebagai pedoman, agar mahasiswa, dosen maupun masyarakat
mengetahui tentang di mensia serta mampu melakukan pengkajian dan merumuskan diagnose
keperawatan pada klien yang mengalami dimensia
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi atau keadaan yang
terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak, penilaian, dan interpretasi atas
komunikasi tertulis dan lisan dapat terganggu.
Demensia merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif antara
lain intelegensi, belajar dan daya ingat, bahasa, pemecahan masalah, orientasi, persepsi,
perhatian dan konsentrasi, penyesuaian dan kemampuan bersosialisasi (Corwin, 2009).

2.2 Etiologi
Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi 3 golongan
besar yaitu :
a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal kelainan yaitu :
terdapat pada tingkat subseluler atau secara biokimiawi pada system enzim, atau pada
metabolism

b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati, penyebab
utama dalam golongan ini diantaranya :

1. Penyakit degenerasi spino - serebelar

2. Subakut leuko-esefalitis sklerotik fan bogaert

3. Khorea Hungtington

c. Sindrome demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam golongan ini
diantranya :

1. Penyakit cerrebro kardiovaskuler

2. penyakit

2.3. Klasifikasi
Klasifikasi demensia antara lain :
1. Demensia karena kerusakan struktur otak
Demensia ini ditandai dengan gejala :
1. Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif,
2. Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia, agnosia, gangguan fungsi
eksekutif.

3. Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru,

4. Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan),

5. Kehilangan inisiatif.

2. Demensia Vascular
Demensia tipe vascular disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak dan setiap
penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat terjadinya demensia. Depresi bisa
disebabkan karena lesi tertentu di otak akibat gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi
dapat diduga sebagai demensia vascular.
Tanda-tanda neurologis fokal seperti :
1. Peningkatan reflek tendon dalam

2. Kelainan gaya berjalan

3. Kelemahan anggota gerak

3. Demensia menurut umur:


1. Demensia senilis ( usia > 65 tahun)

2. Demensia prasenilis (usia < 65 tahun)

4. Demensia menurut perjalanan penyakit :


1. Reversibel (mengalami perbaikan)

2. Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit.B, Defisiensi,


Hipotiroidisma, intoxikasi Pb)
Pada demensia tipe ini terdapat pembesaran vertrikel dengan meningkatnya cairan
serebrospinalis, hal ini menyebabkan adanya :
1. Gangguan gaya jalan (tidak stabil, menyeret).

2. Inkontinensia urin
3. Demensia.

5. Menurut menurut sifat klinis:


1. Demensia proprius

2. Pseudo-demensia
2.4. Patofisiologi
Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya demensia. Penuaan
menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di susunan saraf pusat yaitu berat
otak akan menurun sebanyak sekitar 10 % pada penuaan antara umur 30 sampai 70 tahun.
Berbagai faktor etiologi yang telah disebutkan di atas merupakan kondisi-kondisi yang dapat
mempengaruhi sel-sel neuron korteks serebri.
Penyakit degeneratif pada otak, gangguan vaskular dan penyakit lainnya, serta
gangguan nutrisi, metabolik dan toksisitas secara langsung maupun tak langsung dapat
menyebabkan sel neuron mengalami kerusakan melalui mekanisme iskemia, infark, inflamasi,
deposisi protein abnormal sehingga jumlah neuron menurun dan mengganggu fungsi dari area
kortikal ataupun subkortikal.
Di samping itu, kadar neurotransmiter di otak yang diperlukan untuk proses konduksi saraf
juga akan berkurang. Hal ini akan menimbulkan gangguan fungsi kognitif (daya ingat, daya
pikir dan belajar), gangguan sensorium (perhatian, kesadaran), persepsi, isi pikir, emosi dan
mood. Fungsi yang mengalami gangguan tergantung lokasi area yang terkena (kortikal atau
subkortikal) atau penyebabnya, karena manifestasinya dapat berbeda. Keadaan patologis dari
hal tersebut akan memicu keadaan konfusio akut demensia (Boedhi-Darmojo, 2009).

2.5. Menifestasi Klinik


Gejala klinis demensia berlangsung lama dan bertahap sehingga pasien dengan keluarga
tidak menyadari secara pasti kapan timbulnya penyakit. Gejala klinik dari dEmensia Nugroho
(2009) menyatakan jika dilihat secara umum tanda dan gejala demensia adalah :
1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa menjadi bagian
keseharian yang tidak bisa lepas.
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat
penderita demensia berada.

3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar, menggunakan
kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali.

4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama televisi,
marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak
beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut
muncul.

5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah.
2.6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien dengan demensia antara lain sebagai berikut :
1. Farmakoterapi
Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan.
a. Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan antikoliesterase seperti
Donepezil , Rivastigmine , Galantamine , Memantine

b. Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti Aspirin , Ticlopidine ,
Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga memperbaiki gangguan kognitif.

c. Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi perkembangannya bisa
diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati tekanan darah tinggi atau kencing
manis yang berhubungan dengan stroke.

d. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-depresi seperti
Sertraline dan Citalopram.

e. Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang bisa menyertai
demensia stadium lanjut, sering digunakanobat anti-psikotik (misalnya Haloperidol ,
Quetiapine dan Risperidone)

2. Dukungan atau Peran Keluarga


Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap memiliki
orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding dengan angka-angka yang
3. Terapi Simtomatik
Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi simtomatik, meliputi :
a. Diet
b. Latihan fisik yang sesuai
c. Terapi rekreasional dan aktifitas
d. Penanganan terhadap masalah-masalah
4. Pencegahan dan perawatan demensia
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya
adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak, seperti :
1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat adiktif
yang berlebihan.

2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari.
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif : Kegiatan rohani &
memperdalam ilmu agama.

4. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki persamaan
minat atau hobi

5. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan sehari-
hari dapat membuat otak kita tetap sehat.

2.7. Pemeriksaan Diagnostik


Beberapa pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada pasien dengan demensia antara
lain :
1. Pemeriksaan laboratorium rutin

2. Imaging : Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging)

3. Pemeriksaan EEG
4. Pemeriksaan cairan otak

5. Pemeriksaan genetika

6. Pemeriksaan neuropsikologis

2.8. Komplikasi
Kushariyadi (2010) menyatakan koplikasi yang sering terjadi pada demensia adalah:
1) Peningkatan resiko infeksi di seluruh bagian tubuh.
a) Ulkus diabetikus
b) Infeksi saluran kencing
c) Pneumonia
2) Thromboemboli, infarkmiokardium

3) Kejang

4) Kontraktur sendi

5) Kehilangan kemampuan untuk merawat diri

6) Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan dan kesulitan menggunakan peralatan.
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

3. 1. Pengkajian
2.1 Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan meliputi pengkajian identitas pasien, riwayat
keperawatan pemeriksaan fisik dan diagnostik test yang mendukung pengumpulan
data
2.1.1 Identitas pasien
a. Nama : Ny. U
b. Tempat dan tanggal lahir : Bandung, 1941
c. Usia : 82 Tahun
d. Pendidikan terakhir : SD
e. Agama : Islam
f. Suku, Bangsa : Jawa, Indonesia
g. Status perkawinan : Janda
h. Tinggi badan / Berat badan : 142 cm / 34 kg
i. Penampilan secara umum : Sehat dan bersih
j. Ciri-ciri fisik : Berambut pendek beruban, kulit sawo matang
k. Alamat : Panti Werdha Budi Pertiwi
l. Orangyang dapat dihubungi : Tidak ada
m. Hubungan dengan klien :-
n. Perawat yang bertugas : Freestly Janry Sanger
o. Tanggal perawatan : 04-15 February 2013

Riwayat Lingkungan Hidup Klien


Klien menyatakan berasal dari cicalengka (informasi didapatkan dari pertugas
panti werdha) dan sudah lupa mengenai lingkuangan tempat hidupnya dulu

Sistem Pendukung Yang Digunakan Klien


Sistem pendukung yang digunakan klien hanyalah pegawai dan teman-teman
panti werdha yang selalu membantunya dalam kegiatan sehari-hari.

Deskripsi Kekhususan atau Kebiasaan Ritual


Sholat 5 waktu dan mengikuti pengajian di panti setiap hari Jumat bersama
dengan teman-teman panti wedha dibantu oleh petugas panti werdha.
ADL (Activity Daily Living)
Pasien masih bisa melakukan tindakan dengan mandiri misalnya: mandi,
kontinen, kekamar kecil, berpakaian dan mobilisasi. Sedangkan makan kadang-
kadang klien harus di bantu orang lain.

2.1.2 Riwayat Keperawatan


Riwayat keperawatan klien meliputi status kesehatan klien saat ini dan status
kesehatan masa lalu.

Status Kesehatan Klien Saat Ini


Klien tidak mampu mengungkapkan status kesehatannya secara verbal, dari
segi fisik mengalami kyphosis dan saat ini klien mengalami kepikunan atau demensia.

Status Kesehatan Masa Lalu Klien


Saat ditanyakan, klien menyatakan sudah lupa atau tidak tahu.

2.1.3 Observasi dan Pemeriksaan Fisik


Hasil observasi dan pemeriksaan yang dilakukan pada Ny. U adalah:
a. Keadaan umum : Baik
b. Tingkat kesadaran : Compos Mentis
c. Skala koma Glasgow : 15 (E=6, M=4, V=5)
d. Tanda-tanda vital : T: 37ºc, P: 80 x/m, R: 17x/m, BP: 120/80 mmHg
e. TB dan BB : 142 cm dan 34 kg
f. Kulit : Sawo matang, turgor, hiperpigmentasi
g. Kepala : Simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak
ada memar dan tidak ada lesi
h. Rambut dan kuku : rambut berminyak dan beruban, kuku bersih
i. Mata : Simetris, ada katarak dan konjunktiva normal.
j. Telinga : Simetris, tak tampak kotoran
k. Hidung : Simetris, tampak bersih
l. Mulut dan gigi : Jumlah gigi 2 buah, ada karies.
m. Leher : Tak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar getah
bening, dan tidak ada peningkatan tekanan vena jugularis, simetris.
n. Sistem Kardiovaskuler : BP= 120/80 mmHg, P= 79 x/m, tidak nyeri tekan.
o. Sistem Pernafasan : Pernafasan normal, R= 18 x/m, bronkovesikular, dan
resonance.
p. Sistem Gastrointestinal : Tampak tumpukan lemak yang berlipat-lipat, tak ada nyeri
tekan, lambung= tympani, hat i= dulness
q. Anus dan genitalia : Ada sedikit kotoran dan sedikit bau
r. Sistem Perkemihan : Tidak nyeri saat berkemih, frekuensi berkemih 5-7 x/hari
s. Sistem Muskuloskeletal : Bentuk tulang belakang khiposis.
t. Sistem Endokrin : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan kelenjar
getah bening.
u. Sistem Imun : Menurun seiring dengan pertambahan usia.

Riwayat Psikososial
Klien tidak dapat menceritakan dengan jelas riwayat psikososialnya. Dari
informasi yang didapatkan oma Utik hanya di bawa oleh seorang wanita yang
menemukannya di jalan dan membawanya ke panti werdha, pada saat itu keadaan
oma Utik sudah mengalami demensia.
Keterangan :
Klien terlihat bingung saat dilakukan pengkajian, dan jawaban yang
diberikan klien tidak cocok dengan pertanyaan yang diberikan karena klien sudah
pikun (demensia).

2.1.4 Diagnostik Test


Depresi Beck
Nama : Ny. U
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir :-
Tanggal tes : 11 February 2013
No. 0 1 2 3 NILAI
1 
2 
3  1
4 
5 
6 
7 
8 
9 
10 
11 
12 
13  2
14 
15 
16 
17 
18 
19 
20  2
21  3
JUMLAH TOTAL 8

NORMAL BECK DEPRESSION INVENTORY

Nilai Total Tingkatan Depresi


1 – 10 Naik turunnya perasaan ini tergolong wajar
11 – 16 Gangguan “mood” atau perasaan murung yang ringan
17 – 20 Garis batas murung yang ringan
21 – 30 Depresi sedang
31 – 40 Depresi parah
40 Ke atas Depresi ekstrim

SPMSQ (Short Poertable Mental Status Queastionaire)


1. Tanggal berapa hari ini? = Salah ( tgl 20, )
2. Apa hari minggu itu? = Tidak tahu
3. Apa nama tempat ini? = Tidak tahu
4. Apakah nomor telepon anda? = Tidak ada
5. Apa nama alamat jalan anda? = Tidak ingat
6. Berapa umur anda? = Tidak ingat
7. Kapan anda lahir? = Tidak ingat
8. Siapa Presiden Indonesia sekarang? = Tidak tahu
9. Siapa nama gadis ibu anda? = Tidak tahu
10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap mengurangi dari setiap nomor baru, semua jalan ke
bawah.
= Tidak tahu
Jumlah Kesalahan = 10 Scoring : 0

INDEKS KATZ
1. Bathing : Mandiri
2. Dressing : Mandiri
3. Toileting : Mandiri
4. Transferring : Mandiri
5. Continence : Mandiri
6. Feeding : Tergantung
Indeks Katz = B ( mandiri untuk 5 aktivitas )

B . ANALISA DATA
Data subyektif :
1. Pasien mengatakan mudah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi.

2. Pasien mengatakan tidak mampu mengenali orang, tempat dan waktu


Data obyektif :
1. Pasien kehilangan kemampuannya untuk mengenali wajah, tempat dan objek yang sudah
dikenalnya dan kehilangan suasana kekeluargaannya.

2. Pasien sering mengulang-ngulang cerita yang sama karena lupa telah menceritakannya.

3. Terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara; penderita menggunakan kata-kata yang lebih
sederhana, menggunakan kata-kata yang tidak tepat atau tidak mampu menemukan kata-kata
yang tepat.

4.2. Diagnosa Keperawatan

1. Kerusakan Memori

2. Resiko Jatuh

3. Defisit Perawatan Diri

4. Hambatan Komunikasi Verbal


4.3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteri Hasil Intervensi (NIC)


(NOC)
1. Kerusakan Memori (00131) NOC NIC
Domain 5 ; Persepsi/Kognisi 1. Orientasi Kognitif Memori Taining
Kelas 4 ; Kognisi (Pelatihan Memori)
Definisi : Kriteria Hasil; 1. Stimulasi memory dengan
Ketidakmampuan mengingat Setelah dilakukan tindakan mengulangi pembicaraan
beberapa informasi atau keperawatan selama 3 x 24 jam, secara jelas di akhir
keterampilan perilaku. kesadaran klien terhadap pertemuan dengan pasien.
Batasan Karakteristik : identitas personal, waktu dan 2. Mengenang pengalaman
- Ketidakmampuan melakukan tempat meningkat/baik, dengan masa lalu dengan pasien.
keterampilan yang telah indikator/kriteria hasil : 3. Menyediakan gambar
dipelajari sebelumnya 1. Mengenal kapan klien lahir untuk mengenal ingatannya
- Ketidakmampuan mempelajari 2. Mengenal orang atau hal kembali
informasi baru penting 4. Monitor perilaku pasien
- Ketidakmampuan mempelajari 3. Mengenal hari, bulan, dan selama terapi
keterampilan baru tahun dengan benar 5. Monitor daya ingat klien.
- Ketidakmampuan mengingat 4. Klien mampu memperhatikan 6. Kaji kemampuan klien
informasi aktual dan mendengarkan dengan baik dalam mengingat sesuatu.
- Keidakmampuan mengingat 5. Klien mampu melaksanakan 7. Ingatkan kembali
perilaku tertentu yang pernah instruksi sederhana yang pengalaman masa lalu klien
dilakukan diberikan. 8. Implementasikan teknik
- Ketidakmampuan mengingat 6. Klien dapat menjawab mengingat dengan cara yang
peristiwa pertanyaan yang diberikan tepat
- Ketidakmampuan menyimpan dengan tepat. 9. Latih orientasi klien
7. Klien mampu mengenal 10. Beri kesempatan kepada
informasi baru identitas dirinya dengan baik. klien untuk melatih,
- Lupa melakukan perilaku pada 8. Klien mengenal identitas konsentrasinya
waktu yang telah dijadwalkan orang disekitarnya dengan
- Mudah lupa tepat/baik. 2. Stimulasi Kognitif
9. Klien mampu mengidenti (Cognitive Stimulation)
Faktor Yang Berhubungan ; fikasikan tempat dengan benar. 1. Monitor interpretasi klien
- Anemia 10. Klien mampu terhadap lingkungan
- Distraksi lingkungan mengidentifikasi waktu dengan
- Gangguan neurologis benar. 2. Tempatkan objek/hal-hal
- Hipoksia yang familiar di
- Gangguan volume cairan lingkungan/di kamar klien
- Ketidakseimbangan elektrolit 3. Observasi kemampuan
- Penurunan curah jantung klien berkonsentrasi.
4. Kaji kemampuan klien
memahami dan memproses
informasi
5. Berikan instruksi setelah
klien menunjukkan kesiapan
untuk belajar atau menerima
informasi.
6. Atur instruksi sesuai
tingkat pemahaman klien
7. Gunakan bahasa yang
familiar dan mudah
dipahami
8. Dorong klien menjawab
pertanyaan dengan singkat
dan jelas.
9. Koreksi interpretasi yang
salah
10. Beri reinforcement pada
setiap kemajuan klien

NOC
2. Resiko Jatuh (00055) NIC
1. Trauma risk for
Domain : 11 Kemanan 1. Mengidentifikasi defisit
2. Injury risk for
Kelas : 2 Cedera Fisik kognitif atau fisik yang
Kriteria hasil :
Definisi dapat meningkatkan potensi
Setelah dilakukan tindakan
Peningkatan kerentanan untuk jatuh dalam lingkungan
keperawatan selama 3x 24 jam
jatuh yang dapat menyebabkan tertentu
di harapkan klien mampu untuk
bahaya fisik 2. Mengidentifikasi perilaku
Faktor Resiko : dan faktor yang
1. Dewasa 1. Keseimbangan: kemampuan mempengaruhi resiko jatuh
- Usia 65 tahun atau lebih untuk mempertahankan 3. Mengidentifikasi
- Riwayat jatuh karakteristik lingkungan
- Tinggal sendiri ekuilibrium yang dapat meningkatkan
- Prosthesis eksremitas bawah 2. Gerakan terkoordinasi : potensi untuk jatuh (
- Penggunaan alat bantu kemampuan otot untuk bekerja misalnya : lantai yang licin
( misalnya : walker,tongkat ) sama secara volunter untuk dan tangga terbuka )
- Penggunaan kursi roda melakukan gerakan yang 4. Mendorong pasien untuk
1. Anak bertujuan menggunakan tongkat atau
- Usia dua tahun atau kurang 3. Perilaku pencegahan jatuh : alat pembantu berjalan
- Tempat tidur yang terletak tindakan individu atau pemberi 5. Kunci roda dari kursi
didekat jendela asuhan untuk meminimalkan roda,tempat tidur,atau
- Kurangnya penahan / faktor resiko yang dapat memicu brankar selama transfer
pengekang kereta dorong jatuh dilingkungan individu pasien
- Kurangnya/longgarnya pagar 4. Kejadian jatuh : tidak ada 6. Tempat artikel mudah
pada tangga kejadian jatuh dijangkau dari pasien
- Kurangnya penghalang atau 5. Pengetahuan : pemahaman 7. Ajarkan pasien
tali pada jendela pencegahan jatuh pengetahuan : bagaimana jatuh untuk
- Kurang pengawasan orang tua keselamatan anak fisik, meminimalkan cedera
- Jenis kelamin laki-laki yang 6. Pengetahuan : keamanan 8. Menyediakan toilet
berusia < 1 tahun pribadi ditinggikan untuk
- Bayi yang tidak diawasi saat 7. Pelanggaran perlindungan memudahkan transfer
berada dipermukaan yang tinggi tingkat kebingungan akut 9. Membantu ke toilet
( misalnya: tempat tidur/meja) 8. Tingkat agitasi seringkali,interval
2. Kognitif 9. Komunitas pengendalian dijadwalkan
- Penurunan status mental resiko 10. Sarankan alas kaki yang
3. Lingkungan 10. Gerakan terkoordinasi aman
Lingkungan yang tidak 11. Mengembangkan cara
terorganisasi untuk pasien untuk
- Ruang yang memiliki berpartisipasi keselamatan
pencahayaan yang redup dalam kegiatan rekreasi
- Pengekangan 12. Lembaga program
- Karpet yang tidak latihan rutin fisik yang
rata/terlipat meliputi berjalan
- Ruang yang tidak di kenal 13. Tanda-tanda posting
- Kondisi cuaca ( misalnya untuk mengingatkan staf
Tidak ada meteri yang bahwa pasien yang beresiko
antislip di tempat mandi tinggi untuk jatuh
pancuran
Kondisi cuaca ( misalnya :
lantai basah,es
4. Medifikasi
Penggunaan alcohol
- Inhibitor enzyme pengubah
angiotensin
- Agen anti ansietas
- Agen anti hipertensi
- Deuretik
- Hipnotik
- Narkotik/opiate
- Obat penenang
- Antidepresan trisiklik

5. Fisiologis
- Sakit akut
- Anemia
- Arthritis
- Penurunan kekuatan
ekstremitas bawah
- Diare
- Kesulitan gaya berjalan
- Vertigo saat mengekstensikan
leher
- Masaalah kaki
- Kesulitan mendengar
- Gangguan keseimbangan
- Gangguan mobilitas fisik
- Inkontinensia
- Neoplasma ( misalnya :
letih,mobilitas terbatas )
- Neuropati
- Hipotensi ortostatisk
- Kondisi postoperative
- Perubahan gula darah
postprandial
- Deficit proprioseptif
- Ngantuk
- Berkemih yang mendesak
- Penyakit vaskuler
- Kesulitan melihat

3. Defisit Perawatan Diri NOC : NIC


Domain : 4 : Aktivitas/Istrahat 1. Self care : Activity of Daily Self Care assistane : ADLs
Kelas : Kelas 5 Perawatan Diri 2. Living (ADLs) 1. Monitor kemempuan
Definisi Kriteria Hasil : klien untuk perawatan diri
Hambatan kemampuan untuk Setelah dilakukan tindakan yang mandiri.
melakukan keperawatan selama 3 x 24 jam 2. Monitor kebutuhan klien
atvitas atau menyelesaikan Defisit perawatan diri teratas untuk alat-alat bantu untuk
aktivitas berpakaian sendiri, dengan kriteria hasil: kebersihan diri, berpakaian,
eliminasi sendiri dan makan - Klien dapat berdandan berhias, toileting dan
sedndiri eliminasi dan makan dengan makan.
Batasan Kharateristik mandiri 3. Sediakan bantuan sampai
- Ketidakmampuan - Menyatakan kenyamanan klien mampu secara utuh
mengacingkan pakaian terhadap kemampuan untuk untuk melakukan self-care.
- Hambatan mengambil pakaian melakukan ADLs 4. Dorong klien untuk
- Hambatan mengenakan - Dapat melakukan ADLS melakukan aktivitas sehari-
pakaian dengan bantuan hari yang normal sesuai
- Ketidakmampuan kemampuan yang dimiliki.
menggunakan higene eliminasi 5. Dorong untuk melakukan
tepat secara mandiri, tapi beri
- Ketidakmampuan naik toilet bantuan ketika klien tidak
- Ketidakmampuan mampu melakukannya.
memanipulasi pakaian untuk 6. Ajarkan klien/ keluarga
eliminasi. untuk Mendorong
- Ketidakmampuan untuk berdiri kemandirian, untuk
dan duduk di toilet Memberikan bantuan hanya
- Ketidakmampuan mengambil jika pasien tidak mampu
makanan dan memasukannya ke untuk melakukannya.
mulut 7. Berikan aktivitas rutin
- Ketidakmampuan mengunyah sehari- hari sesuai
makanan kemampuan.
- Ketidakmampuan 8. Pertimbangkan usia klien
menghabiskan makanan jika mendorong pelaksanaan
- Ketidakmampuan makan aktivitas sehari-hari.
makanan dalam jumlah
memadai
- Ketidakmampuan
memanipulasi makanan dalam
mulut
- Ketidakmampuan menyapakna
makanan untuk di makan
- Ketidakmampuan untuk
menelan

Faktor Yang Berhubungan


- Gangguan kognitif
- Penurunan motivasi
- Ketidaknyamanan
- Kendala lingkungan
- Keletihan
- Gangguan musculoskeletal
- Gangguan neuromuscular
- Nyeri
- Gangguan persepsi
- Ansietas berat

4. Hambatan Komunikasi Verbal NOC NIC


(00051) 1. Ansiety Communication
Domain : 5 Persepsi Kognisi 2. Coping Enhancement : Speech
Kelas : 5 Komunikasi 3. Sensori Funtion : hearing Deficit
Definisi dan 1. Gunakan penerjemah jika
Penurunan, keterlambatan atau vision diperlukan
ketiadaan kemampuan untuk 4. Fear self control 2. Beri satu kalimat simple
menerima proses mengirim dan Kriteria Hasil setiap bertemu jika di
atau menggunaka sistem symbol Setelah dilakukan tindakan perlukan
Batasan Kharateristik keperawatan selama 3 x 24 jam 3. Konsultasikan dengan
- Tidak ada Kontak Mata klien mampu : dokter kebutuhan terapi
- Tidak Dapat Bicara 1. Berkomunikasi : penerimaan wicara
- Kesulitan mengekspresikan interpretasi dan ekspresi pesan 4. Dorong pasien untuk
fikiran secara verbal 2. Lisan, tulisan dan non verbal berkomunikasi secara
- Kesulitan menyusn kalinat meningkat. perlahan dan untuk
- Kesulitan menyusun kata-kata 3. Komunikasi ekspresif : mengulangi permintaan
- Kesuliatan memahami pola (kesulitan berbicara ekspresi 5. Dengarkan dengan penuh
komunikasi yang biasa pesan verbal atau non verbal perhatian berdiri di depan
- Kesulitan dalam kehadiran yang bermakna) pasien ketika berbicara.
tertentu 4. Komunikasi reseptif 6. Gunakan kertu baca,
- Kesulitan menggunakan (kesulitan mendengar) : kertas, pensil, bahasa tubuh,
ekspresi wajah penerimaan komunikasi dan gambar, daftar kosa kata,
- Disorientasi orang, ruang dan interprestasi pesan verbal atau bahasa asing, computer, dan
waktu. non verbal lain-lain. Untuk
- Tidak bicara 5. Gerakan terkoordinasi : memfasilitasi komunikasi
- Dismpena ketidakmampuan mampu mengkoordinasi gerakan dua arah yang optimal
dalam bahasa pemberi asuhan dalam menggunakan isyarat. 7. Ajarkan bicara dari
- Ketidakmampuan 6. Pengolahan informasi : klien esophagus jika diperlukan
menggunakan ekspresi tubuh mampu untuk memperoleh, 8. Beri anjuran kepada
- Ketidak mampuan mengatur, dan menggunakan pasien dan keluarga tentang
menggunakan ekspresi wajah informasi penggunaan alat bantu
- Ketidaktepatan verbalisasi 7. Mampu mengontrol respon bicara misalnya prostesi,
- Defisit visual parsial ketakutan dan kecemasan trakheoesofagus dan laring
- Pello terhadap ketidak mampuan buatan
- Sulit bicara berbicara 9. Berikan pujian positif jika
- Gagap 8. Mampu memanajemen diperlukan
- Defisit penglihatan total kemampuan fisik yang di miliki 10. Anjurkan pada
- Bicara dengan kesulitan 9. Mampu mengkomunikasikan pertemuan kelompok
- Menolak bicara kebutuhan dengan lingkungan 11. Anjurkan kunjungan
Faktor Yang Berhubungan sosial keluarga secara teratur
- Ketiadaan Orang terdekat untuk member stimulus
- Perubahan Konsep Diri komunikasi.
- Perubahan sistem syaraf pusat 12. Anjurkan ekspresi diri
- Defek anatomis dengan cara lain dalam
- Tumor otak menyampaikna informasi
- HDR kronik misalnya bahasa isyarat.
- Perubahan harga diri
- Perbedaan Budaya
- Penurunan Sirkulasi ke otak
- Perbedaan yang berhubungan
dengan usia perkembangan
- Gangguan emosi
- Kurang informasi
- Hambatan fisik
- Kondisi psikologi
- HDR situasional
- Stress kendala lingkungan
- Efek samping obat jelemahan
sistem musculoskeletal
BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Menurut Hutapea, 2005, Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu
kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang
berakhir dengan kematian. Dan Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides 1994). Proses menua merupakan proses
yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada
semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2000). Demensia adalah penurunan kemampuan
mental yang biasanya berkembang secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran,
penilaian dan kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran
kepribadian. Dengan adanya perubahan dalam proses berpikir ini, maka asuhan keperawatan
sangat dibutuhkan dalam menangani masalah pada usia lanjut ini.

4.2 Saran
Kurangnya informasi kepada klien tentang demensia, perawatan dan tentang cara untuk
pencegahan, maka penulis memberi saran kepada Panti Werdha Budi Pertiwi Bandung untuk
menyediakan sarana pendidikan kesehatan yang berhubungan dengan demensia dengan materi
yang sederhana yang dapat di cerna oleh klien dengan mudahnya sehingga klien dapat
mengerti tentang demensia mulai dari definisi, penyebab, tanda dan gejala dan cara
pencegahannya.
DAFTAR PUSTAKA

Boedhi – Darmojo. 2009. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi 4. Jakarta: FKUI.
Elizabeth.J.Corwin. 2009. Buku Saku : Patofisiologi. Ed.3. Jakarta : EGC Kushariyadi.2010.
Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika
Nugroho, W.2009. Keperawatan Gerontik & Geriatric Edisi 3.Jakarta : EGC
Tjokronegroho, Arjatmo. Hendra, Utama .2003. Kecerdasan pada Usia Lanjut dan demensia .
FKUI: Jakarta.

Nugroho, W.2009. Keperawatan Gerontik & Geriatric. Edisi 3. EGC. Jakarta.

Constantinides, P, 2004. General Pathobiology. Appleton & lange.

Kushariyadi, 2010. Asuhan Keperawatan Klien Lanjut Usia Dengan Demensia Pada Pasien
Home Care. http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/viewArticle/389. diakses
tanggal 12 maret 20013.

Asosiasi Alzheimer Indonesia.2003 Konsesus Nasional. Pengenalan dan Penatalaksanaan


Demensia Alzheimer danDemensialainya.Edisi 1 Jakarta.

Stanley,Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. EGC: Jakarta.

Nugroho,Wahjudi. 2004. Keperawatan Gerontik.Edisi2.Buku Kedokteran. EGC.Jakarta

Boedhi-Darmojo, (2009), Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi 4. Jakarta : FKUI.
WOC DIMENSIA faktor predisposisi : virus lambat, proses
autoimun, keracunan alumunium dan
genetic

penurunan metabolism dan aliran darah di korteks parietalis superior

degenasi neuron
kolinergik

kekusutan neurofibrilar yang difus hilangnya serat saraf kolinergik di


korteks serebrum

Terjadi plak senilis Kelainan Penurunan sel neuron koligernik


neurotransmiter yang berproyeksi ke hippocampus
dan aningdala

Asetikolin pada otak

Dimensia

Perubahan kemampuan Kehilangan kemampuan Tingkah laku aneh dan


merawat diri menyelesaikan masalah. kacau, dan cenderung
Perubahan mengawasi keadaan mengembara.
yang kompleks dan berfikir Mempunyai dorongan
abtrak. melakukan kekerasan
7 defisit perawatan diri
(makan, minum, Emosi labil, pelupa, apatis
berpakaian , hygiene

Loss deep memory 1 resiko


tinggitrauma
2 perubahan nutrisi 3 perubahan proses pikir
kurang dari 4 hamabatan interaksi social
kebutuhan tubuh
5 hambatan komunikasi verbal

6 koping tidak efektif

Vous aimerez peut-être aussi