Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
ANASTESI UMUM
1509005033
ADITANA FANAYONI
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2018
RINGKASAN
Anestesi atau keadaan tidak peka terhadap rasa sakit, sangat berguna untuk melakukan
suatu tindak pembedahan karena demi rasa kemanusiaan, agar hewan tidak menderita; dan demi
efisiensi kerja, karena hewan menjadi diam sehingga suatu tindak pembedahan dapat dikerjakan
secara lancar dan aman.
SUMMARY
Anesthesia or an insensitive state of pain, it is useful to perform a surgical act for the sake
of humanity , so that animals do not suffer; and for the sake of work efficiency, because the
animal becomes silent so that a surgical act can be done smoothly and safely.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga karya tulis
ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya. Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya,
Saya yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER
RINGKASAN ........................................................................i
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.4 Manfaat Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang anestesi umum
2. Untuk mengetahui mekanisme kerja anestesi umum
3. Untuk mengetahui obat-obat apa saja yang digunakan anestesi umum
4. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian dari anestesi umum
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
BAB III
PEMBAHASAN
4
3.2 Mekanisme Kerja Obat Anestesi Umum
a. Anestesi inhalasi
bekerja secara spontan menekan dan membangkitkan aktivitas neuron berbagai area
di dalam otak. Sebagai anestesi inhalasi digunakan gas dan cairan terbang yang
masing-masing sangat berbeda dalam kecepatan induksi, aktivitas, sifat melemaskan
otot maupun menghilangkan rasa sakit. Untuk mendapatkan reaksi yang secepat-
cepatnya, obat ini pada permulaan harus diberikan dalam dosis tinggi, yang kemudian
diturunkan sampai hanya sekadar memelihara keseimbangan antara pemberian dan
pengeluaran. Keuntungan anestesi inhalasi dibandingkan dengan anestesi intravena
adalah kemungkinan untuk dapat lebih cepat mengubah kedalaman anestesi dengan
mengurangi konsentrasi dari gas atau uap yang diinhalasi, Keuntungan
anastetika inhalasi dibandingkan dengan anastesi intravena adalah kemungkinan
untuk dapat lebih cepat mengubah kedalaman anastesi dengan mengurangi
konsentrasi dari gas/uap yang diinhalasi. Kebanyakan anastesi umum tidak di
metabolisasikan oleh tubuh, karena tidak bereaksi secara kimiawi. Mekanisme
kerjanya berdasarkan perkiraan bahwa anastetika umum di bawah pengaruh protein
SSP dapat membentuk hidrat dengan air yang bersifat stabil.
b. Anestesi Intravena
Obat-obat intravena seperti thiopental, etomidate, dan propofol mempunyai mula
kerja anestetis yang lebih cepat dibandingkan terhadap senyawa gas inhalasi yang
terbaru, misalnya desflurane dan sevoflurane. Senyawa intravena ini umumnya
digunakan untuk induksi anestesi. Kecepatan pemulihan pada sebagian besar senyawa
intravena juga sangat cepat. Secara umum, mekanisme kerjanya berdasarkan
perkiraan bahwa anastesi umum dibawah pengaruh protein SSP dapat membentuk
hidrat dengan air yang bersifat stabil. Hidrat gas ini mungkin dapat merintangi
transmisi rangsangan di sinaps dan dengan demikian mengakibatkan anastesia
5
cepat melalui paru paru seperti juga ekskresinya melalui gelembung paru paru
(alveoli) yang biasanya dengan keadaan utuh . pemberiannya mudah dipantau dan
bila perlu setiap waktu dapat dihentikan. Obat ini terutama digunakan untuk
memelihara anestesi
a) Halothan/fluothan
Halothan/fluothan Tidak berwarna, mudah menguap, Tidak mudah
terbakar/meledak, Berbau harum tetapi mudah terurai cahaya
Efek:
Tidak merangsang traktus respiratorius
Depresi nafas dalam stadium analgetik
Menghambat salivas
Nadi cepat, ekskresi air mata
Hipnotik kuat, analgetik kurang baik, relaksasi cukup
Mencegah terjadinya spasme laring dan bronchus
Depresi otot jantung aritmia (sensitisasi terhadap epinefrin)
Depresi otot polos pembuluh darah vasodilatasi hipotensi
Vasodilatasi pembuluh darah otak
Absorbsi & ekskresi obat oleh paru, sebagian kecil dimetabolisme tubuh
Dapat digunakan sebagai obat induksi dan obat maintenance
6
Efek:
c) Isofluran
Merupakan cairan tak berwarna, berbau tajam, tidak mudah terbakar, tidak
terpengaruh cahaya dan tidak merusak logam, dalam waktu 7-10 menit
biasanya sudah mencapai stadium pembedahan anestesi, Mempunyai efek
bronkodilator tetapi tidak kuat, Mempunyai bau yang tajam, dapat membuat
iritasi jalan nafas, menimbulkan depresi ringan pada jantung dan curah
jantungn menurunkan tekanan darah sistemik
d) Sevofluran
Merupakan cairan jernih, tidak berwarna, berbau enak, tidak iritatif, tidak
korosif, tidak mudah terbakar dan stabil terkena cahaya, Induksi dengan
sevofluran dapat menimbulkan relaksasi pada anak, pada sistem
kardiovaskular sedikit menimbulkan depresi kontraksi jantung, dapat memicu
bronkospasme, mengurangi aliran darah ke ginjal sehingga dihubungkan
dengan gangguan fungsi ginjal
2. Anestesi perenteral (intravena)
Anestesi perenteral yang sering digunakan yakni golongan barbiturate yang
dimana dapat menghilangkan kesadaran dengan blockade system sirkulasi
(perangsangan) di formasio retikularis. Pada pemberian barbiturate dosis kecil
terjadi penghambatan system penghambat ekstra lemnikus, tetapi bila dosis
ditingkatkan system perangsang juga dihambat sehingga respons korteksmenurun.
Pada penyuntikan thiopental. Barbiturate menghambat pusat pernafasan di
medulla oblongata. Tidal volume menurun dan kecepatan nafas meninggi
7
dihambat oleh barbiturattetapi tonus vascular meninggi dan kebutuhan oksigen
badan berkurang, curah jantung sedikit menurun. Barbiturate tidak menimbulkan
sensitisasi jantung terhadap katekolamin. Jenis-jenis obat yang tergolong
Barbiturate yang sering digunakan untuk anestesi yakni :
a) Natrium thiopental
dosis yang dibutuhkan untuk induksi dan mempertahankan anestesi
tergantung dari berat badan, keadaan fisik dan penyakit yang diderita.
Untuk induksi pada orang dewasa diberikan 2-4 ml larutan 2,5% secara
intermitten setiap 30-60 detik sampai tercapai efek yang diinginkan. Untuk
anak digunakan larutan pentotal 2% dengan interval 30 detik dengan dosis
1,5 ml untuk berat badan 15 kg,3 ml untuk berat badan 30 kg, 4 ml untuk
berat badan 40 kg dan 5 ml untuk berat badan 50 kg. Untuk
mempertahankan anesthesia pada orang dewasa diberikan pentotal 0,5-2
ml larutan 2,5%, sedangkan pada anak 2 ml larutan 2%. Untuk anesthesia
basal pada anak, biasa digunakan pentotal per rectal sebagai suspensi 40%
dengan dosis 30 mg/kgBB.
b) Natrium tiamilal
dosis untuk induksi pada orang dewasa adalah 2-4 ml larutan 2,5%,
diberikan intravena secara intermiten setiap 30-60 detik sampai efek yang
diinginkan tercapai, dosis penunjang 0,5-2 ml larutan 2,5% a tau
digunakan larutan 0,3% yang diberikan secara terus menerus (drip)
c) Natrium metoheksital
dosis induksi pada orang dewasa adalah 5-12 ml larutan 1% diberikan
secara intravena dengan kecepatan 1 ml/5 detik, dosis penunjang 2-4 ml
larutan 1% atau bila akan diberikan secara terus menerus dapat digunakan
larutan larutan 0,2%.
d) Ketamin
merupakan larutan larutan yang tidak berwarna, stabil pada suhu
kamar dan relatif aman. Ketamin mempunyai sifat analgesic, anestetik dan
kataleptik dengan kerja singkat. Sifat analgesiknya sangat kuat untuk
8
system somatik, tetapi lemah untuk sistem visceral. Tidak menyebabkan
relaksasi otot lurik, bahkan kadang-kadang tonusnya sedikit meninggi.
Ketamin akan meningkatkan tekanan darah, frekuensi nadi dan curah
jantung sampai ± 20%. Ketamin menyebabkan reflek faring dan laring
tetap normal. Ketamin sering menimbulkan halusinasi terutama pada
orang dewasa. Sebagian besar ketamin mengalami dealkilasi dan
dihidrolisis dalam hati, kemudian diekskresi terutama dalam bentuk utuh.
Untuk induksi ketamin secara intravena dengan dosis 2 mm/kgBB dalam
waktu 60 detik, stadium operasi dicapai dalam 5-10 menit. Untuk
mempertahankan anestesi dapat diberikan dosis ulangan setengah dari
semula. Ketamin intramuscular untuk induksi diberikan 10 mg/kgBB,
stadium operasi terjadi dalam 12-25 menit.
e) Droperidol dan fentanil
tersedia dalam kombinasi tetap, dan tidak diperguna-kan untuk
menimbulkan analgesia neuroleptik. Induksi dengan dosis 1 mm/9-15 kg
BB diberikan perlahan-lahan secara intravena (1 ml setiap 1-2 menit)
diikuti pemberian N2O atau O2 bila sudah timbul kantuk. Sebagai dosis
penunjang digunakan N2O atau fentanil saja (0,05-0,1 mg tiap 30-60
menit) bila anesthesia kurang dalam. Droperidol dan fentanil dapat
diberikan dengan aman pada penderita yang dengan anestesi umum
lainnya mengalami hiperpireksia maligna.
f) Diazepam
menyebabkan tidur dan penurunan kesadaran yang disertai nistagmus
dan bicara lambat, tetapi tidak berefek analgesic. Juga tidak menimbulkan
potensiasi terhadap efek penghambat neuromuscular dan efekanalgesik
obat narkotik. Diazepam digunakan untuk menimbulkan sedasi basal pada
anesthesia regional, endoskopi dan prosedur dental, juga untuk induksi
anestesia terutama pada penderita dengan penyakit kardiovascular.
Dibandingkan dengan ultra short acting barbiturate, efek anestesi diaz-
epam kurang memuaskan karena mula kerjanya lambat dan masa
pemulihannya lama. Diazepam juga digunakan untuk medikasi
9
preanestetik dan untuk mengatasi konvulsi yang disebabkan obat anestesi
local.
g) Etomidat
merupakan anestetik non barbiturat yang digunakan untuk induksi
anestesi. Obat ini tidak berefek analgesic tetapi dapat digunakan untuk
anestesi dengan teknik infuse terus menerus bersama fentanil atau secara
intermiten. Dosis induksi eto-midat menurunkan curah jantung , isi
sekuncup dan tekanan arteri serta meningkat-kan frekuensi denyut jantung
akibat kompensasi. Etomidat menurunkn aliran darah otak (35-50%),
kecepatan metabolism otak, dan tekanan intracranial, sehingga anestetik
ini mungkin berguna pada bedah saraf.Etomidat menyebabkan rasa nyeri
ditempat nyeri di tempat suntik yang dapat diatasi dengan menyuntikkan
cepat pada vena besar, atau diberikan bersama medikasi preanestetik
seperti meperidin.
h) Propofol
secara kimia tak ada hubungannya dengan anestetik intravena lain. Zat
ini berupa minyak pada suhu kamar dan disediakan sebagai emulsi 1%.
Efek pemberian anestesi umum intravena propofol (2 mg/kg) menginduksi
secara cepat seperti tiopental. Rasa nyeri kadang terjadi ditempat suntikan,
tetapi jarang disertai dengan thrombosis. Propofol menurunkan tekanan
arteri sistemik kira-kira 80% tetapi efek ini lebih disebabkan karena
vasodilatasi perifer daripada penurunan curah jantung. Tekanan sistemik
kembali normal dengan intubasi trakea. Propofol tidak merusak fungsi hati
dan ginjal. Aliran darah ke otak, metabolism otak, dan tekanan intracranial
akan menurun. Biasanya terdapat kejang.
3.4 Keuntungan Dan Kerugian Dari Anestesi Umum
1. Anestesi gas (inhalasi) :
a) Keuntungan /kebaikan Anestesi gas (inhalasi)
Tidak menimbulkan eksplosif bila tercampur dengan udara (O2)
Induksi dan recovernya cepat
Daya kerjanya/anestesinya kuat
10
Tidak merangsang mukosa
b) Kerugian dari anestesi gas (inhalsi)
iritasi jalan nafas, menimbulkan depresi ringan pada jantung dan curah
jantungn menurunkan tekanan darah sistemik
sistem kardiovaskular sedikit menimbulkan depresi kontraksi jantung,
dapat memicu bronkospasme, mengurangi aliran darah ke ginjal sehingga
dihubungkan dengan gangguan fungsi ginjal
salah memberikan dosis bisa berakibat fatal pada pasien ( over dosis)
11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Anestesi umum /Pembiusan total adalah penghilang rasa sakit yang disertai
hilangnya kesadaran total. Stadium anestesi umum meliputi “analgesia, amnesia,
hilangnya kesadaran”, terhambatnya sensorik dan reflex otonom, dan relaksasi otot
rangka. Untuk menimbulkan efek ini, setiap obat anestesi mempunyai variasi tersendiri
bergantung pada jenis obat, dosis yang diberikan, dan keadaan secara klinis. Anestetik
yang ideal akan bekerja secara tepat dan baik serta mengembalikan kesadaran dengan
cepat dan segera sesudah pemberian dihentikan atau setelah dilakukan pembedahan.
4.2 Saran
Diperlukan kajian yang lebih mendalam mengenai mekanisme kerja obat anestesi
umum maupun lokal, serta pengaruhnya terhadap aspek fisiologis hewan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Farmakologi Dan Terapeutik. 2007. Farmakologi Dan Terapi. Edisi 5. Jakarta:
FKUI.
Dharmayudha A A G O et al. 2012. Perbandingan Anestesi Xylazin-Ketamin Hidroklorida
dengan Anestesi Tiletamin- Zolazepam terhadap Frekuensi Denyut Jantung dan Pulsus
Anjing Lokal. Denpasar. Buletin Veteriner Udayana
Harvey, Richard.A dan Champe, Pamela.C. 2013. Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi 4.
Jakarta: EGC.
Gorda I W & Warditha A A G J . 2010. Perbandingan Waktu Induksi, Durasi Dan Pemulihan
Anestesi Dengan Penambahan Premedikasi Atropin-Xylazin Dan Atropindiazepam Untuk
Anestesi Umum Ketamin Pada Burung Merpati (Columba Livia). Denpasar. Buletin
Veteriner Udayana
Neal, M.J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis Edisi Kelima. Jakarta : Penerbit Erlangga. pp.
85.
NN. 2013. Anestesi Umum. (online). http://www.academia.edu. Diakses Pada Hari Rabu Tanggal
1 Maret 2018.
.Satria G D et al. 2016. Hipotermia dan Waktu Pemulihannya dalam Anestesi Gas Isofluran
dengan Induksi Ketamin-Xylazin pada Anjing. Yogyakarta. Jurnal Veteriner
Buletin Veteriner Udayana Vol. 2 No.2. :93-100
ISSN : 2085-2495 Agustus 2010
I Wayan Gorda,
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan perbandingan waktu induksi, durasi dan
pemulihan anestesi dengan penambahan premedikasi atropin-xylazin dan atropin-diazepam
untuk anestesi umum ketamin pada burung merpati (Columba livia).Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan yaitu ketamin
dengan dosis 75 mg/kg berat badan (bb) sebagai kontrol positif atau perlakuan I, atropin-
xylazin-ketamin dengan dosis 0,02 mg/kg bb 4 mg/kg bb dan 75 mg/kg bb sebagai
perlakuan II dan atropin-diazepam-ketamin dengan dosis 0,02 mg/kg bb 2,5 mg/kg bb
dan75 mg/kg bb sebagai perlakuan III, Setiap perlakuan menggunakan enam ekor burung
merpati sebagai ulangan sehingga secara keseluruhan menggunakan 18 ekor burung
merpati. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan bila didapatkan hasil yang
berbeda nyata akan dilanjutkan dengan uji wilayah berganda Duncan (Steel dan Torrie,
1989). Hasil penelitian diperoleh sebagai berikut : anestesi ketamin dan kombinasi atropin-
diazepam-ketamin tidak menghasilkan waktu induksi dan durasi anestesi, sedangkan rata
rata waktu pemulihannya 114,4 menit dan 138,1 menit. Kombinasi atropin-xylazin-ketamin
menghasilkan waktu induksi rata-rata 13,4 menit, durasi 82,8 menit dan pemulihan 139, 6
menit. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (P> 0,05)
antara waktu pemulihan anestesi ketamin kombinasi atropin-xylazin-ketamin dan
kombinasi atropin-diazepam-ketamin.
Kata kunci : atropine, xylazin, diazepam, ketamin, waktu induksi, durasi, pemulihan
anestesi, burung merpati
93
Buletin Veteriner Udayana Vol. 2 No.2. :93-100
ISSN : 2085-2495 Agustus 2010
ABSTRACT
The aim of this study is to determine the comparison of induction, duration and recovery
time of anaesthesia with addition of premedication atropine-xylazine and atropine-
diazepam for anaesthesia of ketamine in pigeon (Columba livia).
Complete Random Device (RAL) was used to analisis. The total of eight teen of pigeon
used for this study. They were divided into three groups i.e. (I) treated with ketamine : 75
mg/kg of body weight as a positive control, (II) treated with combination of atropine-
xylazine-ketamine with dose 0,02 mg/kg of body weight, 4 mg/kg of body weight and 75
mg/kg of body weight and (III) treated with combination of atropine-diazepam-ketamine
with dose 0,02 mg/kg of body weight, 2,5 mg/kg of body weight and 75 mg/kg of body
weight. Data were analized with Analysis of Variance. (Steel and Torrie, 1989). The
result showed that the anaesthesia of ketamine and the combination of atropine-diazepam-
ketamine was not resulted the induction and duration time of anaesthesia. That mean,
recovery time of anaesthesia ketamine and the combination of atropine-diazepam-ketamine
are 114,4 minutes and 138,1 minutes. The combination of atropine-xylazine-ketamine was
resulting the mean of induction 13,4 minutes, duration 82,8 minutes and recovery 139,6
minutes. The result showed that no significantly different (P > 0.05) the time of recovery
between the anaesthesia of ketamine, combination of atropine-xylazine-ketamine and
combination of atropine-diazepam-ketamine.
Key word : atropine, xylazine, diazepam, ketamine, indunction, duration, recovery time,
pigeon
anestesi umum. Dalam hal ini perlu secara intravena, mudah diperoleh dan
kiranya diwaspadai keragaman respon sangat baik digunakan di lapangan
berbagai jenis unggas terhadap anestesi (Harrison dan Harrison, 1986).
yang digunakan (Zainal dan Kusumawati,
Menurut Abou (2001), jenis anestesia
1998).
yang juga bisa digunakan pada burung
Beragamnya jenis produk obat-obatan terutama burung merpati adalah
untuk anestesi menuntut seorang dokter kombinasi diazepam-ketamin
hewan untuk memiliki pengetahuan yang hidroklorida dengan premedikasi atropin
memadai didalam menentukan pilihan sulfat. Waktu induksi, durasi dan
terhadap anestetik yang tepat untuk pemulihan anestesi yang ditimbulkan oleh
digunakan. Oleh karena itu diperlukan kombinasi xylazin-ketamin hidroklorida
suatu data mengenai agen anestesi yang dan diazepam-ketamin hidroklorida
efektif, efesien dan aman untuk dengan premedikasi atropin sulfat pada
digunakan karena kadang-kadang anestesi burung merpati belum banyak diketahui,
umum mempunyai resiko yang jauh lebih oleh karena itu penelitian ini dilakukan
besar daripada prosedur pembedahan untuk mengetahui perbandingan waktu
yang dijalankan. Untuk itu diperlukan induksi, durasi dan pemulihan anestesi
kondisi anestetik yang sesuai dengan yang ditimbulkan sehingga diperoleh
yang diinginkan (Zainal dan Kusumawati, kombinasi yang paling aman dan efektif
1998). sebagai anestesi pada burung merpati.
96
Buletin Veteriner Udayana Vol. 2 No.2. :93-100
ISSN : 2085-2495 Agustus 2010
Tabel 1. Rata-rata Waktu Induksi. Durasi dan Pemulihan Anestesi Ketamii Hidroklorida,
Kombinasi Atropin-Xylazin-Ketamin Hidroklorida dan Kombinasi Atropin-
Diazepam-Ketamin Hidroklorida Burung Merpati
Tabel 2. Hasil Sidik Ragam Waktu Pemulihan Anestesi Ketamin Hidroklorida, Kombinasi
Atropin-Xylazin-Ketamin Hidroklorida dan Kombinasi Atropin-Diazepam-
Ketamin Hidroklorida Pada Burung Merpati
(GP)
Total 17 79547,125
99
Buletin Veteriner Udayana Vol. 2 No.2. :93-100
ISSN : 2085-2495 Agustus 2010
100
Buletin Veteriner Udayana Vol. 4 No.1. :9-15
ISSN : 2085-2495 Pebruari 2012
anjing Kintamani yang terdapat di daerah kombinasi yang saling melengkapi antara
Kintamani, etek analgesik dan relaksasi otot serta
sangat baik dan efektif untuk anjing
Kecintaan masyarakat terhadap anjing karena memiliki rentang keamanan yang
memberikan arti tersendiri bagi lebar.
pemiliknya, selain sebagai hewan
peliharaan dan penjaga rumah anjing juga Namun kendala yang ditimbulkan adalah
sudah memiliki nilai ekonomi yang cukup dosis pemberian pada anjing ras yang
tinggi dan mulai disenangi oleh memiliki keragaman yang kompleks,
masyarakat kalangan ekonomi menengah kelebihan dosis pada anjing ras dapat
ke atas. Disamping itu pula anjing berakibat fatal, dan sering anjing
memiliki beberapa keistimewaan antara teranestesi dengan dosis tinggi memiliki
lain; bulunya indah, pintar, lucu, dapat waktu pemulihan yang lama, sehingga
dilatih untuk membantu manusia dan juga dapat menimbulkan rasa panik bagi
bisa menjadi teman bermain. pemilik maupun dokter hewan yang
melakukan operasi. Disamping itu pula
Demikian penting peranan anjing, maka kombinasi xylazin-ketamin hidroklorida
segala sesuatu yang berhubungan dengan dapat mengakibatkan penurunan yang
kesehatannya merupakan hal yang harus nyata pada denyut jantung, output
diutamakan dan harus mendapatkan jantung, volume, stroke, efektifitas
perhatian. Dalam menangani kesehatan ventilasi alveolar, dan transport oksigen
anjing, tidak jarang para dokter hewan (Steve dkk., 1986).
memerlukan transqualizer (penenang) dan
anestetik (obat bius) yang erat kaitannya Agen anestesi lain yang dapat digunakan
dengan pembedahan. Sebelum melakukan selain kombinasi xylazin-ketamin
pembedahan perlu diberikan anestesi liidroklorida adalah kombinasi tiletamin
sesuai dengan kebutuhan apakah anestesi hidroklorida dengan zolazepam
umum atau lokal. Cara pemberian (diazepinon transquilizer), kedua zat ini
anestesi juga bervariasi ada yang dikombinasikan dengan perbandingan
diberikan secara intra vena, yang sama dan mempunyai sirnbol CI-
intramuskuler, inhalasi atau bisa juga 774, preparat tersebut telah dievaluasi
dikombinasikan. melalui injeksi secara parenteral pada
berbagai spesies hewan di laboratorium
Anestesi umum pada anjing dapat (Virbac., 1992), akan tetapi sejauh mana
diberikan secara parenteral atau inhalasi. kombinasi obat ini mampu menutupi efek
Salah satunya adalah kombinasi Xylazin- negatif dari kombinasi xylazin-ketamin
Ketamin Hidroklorida. Kombinasi kedua terutama terhadap denyut jantung dan
obat ini mempunyai beberapa keuntungan pulsus belum banyak diketahui serta
yaitu; ekonomis, mudah dalam untuk mengetahui perbandingan obat
pemberiannya, induksinya yang cepat, anestesi mana yang lebih. efektif dan
mempunyai pengaruh relaksasi yang baik aman sebagai anestesi pada anjing, maka
serta jarang menimbulkan komplikasi dari itu penelitian ini dilakukan.
klinis. Kombinasi kedua obat ini sudah
pernah dilaporkan penggunaannya pada METODE PENELITIAN
anjing dan kucing (Benson, dkk., 1985),
burung unta (Gandini, dkk., 1986). Materi Penelitian
Menurut Walter (1985), kombinasi
xylazin-ketamin merupakan agen
10
Buletin Veteriner Udayana Vol. 4 No.1. :9-15
ISSN : 2085-2495 Pebruari 2012
Hewan yang digunakan pada penelitian dengan. dua perlakuan yaitu XK 2:15 dan
ini adalah anjing lokal jantan dengan ZZ 20, secara berturut-turut
berat badan 7-10 kg sebanyak 10 ekor. menggunakan dosis 2 mg/kg xylazin
Sebelum dilakukan tindakan anestesi, dengan 15 mg/kg ketamin hidroklorida
dilakukan pemeriksaan fisik dan dan 20 mg/kg Zoletil (zolazepam-
diadaptasikan selama satu minggu. tiletamin). Setiap perlakuan
Bahan dan obat-obatan yang dipakai menggunakan lima ekor anjing sebagai
adalah ketamin hidroklorida (Ketamil 100 ulangan, sehingga jumlah anjing yang
mg/ml diproduksi oleh Ilium, Australia), digunakan adalah 10 ekor. Data yang
xylazin hidroklorida (ilium xylazil diperoleh diuji dengan menggunakan
20mg/ml diproduksi oleh Ilium. Sidik Ragam dan bila di dapatkan hasil
Australia), gabungan tiletamin-zolazepam yang berbeda nyata dilanjutkan dengan
(Zoletil 50 diproduksi oleh uji Wilayah Berganda Duncan (Stell dan
Virbac,Perancis), dan atropin sulfat Totrie, 1989).
(0,25mg/ml).
HAS1L DAN PEMBAHASAN
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan
kombinasi dosis yaitu xylazin 2 mg/kg Total frekuensi denyut jantung
dan ketamin hidroklorida 15mg/kg yang
diberikan secara intramuskuler sebagai Rerata frekuensi denyut jantung disajikan
perlakuan I. Pada perlakuan II diberikan pada Tabel 1. dari pemberian anestesi
anestesi kombinasi tiletamin dan xylazin-ketamin hidroklorida dengan
zolazepam dengan dosis 20 mg/kg secara tiletamin-zolazepam adalah 122,56
intra muskuler. Lima belas menit sebelum x/menit dan 130,0 x/menit dengan rata-
anestesi, diberikan atropin sulfat sebagai rata masing-masing perlakuan 30 menit
premedikasi dengan dosis 0,04 mg/kg sebelum dianestesi (T -30) atau T kontrol,
secara subkutan pada kedua perlakuan. saat mulai teranestesi T(0), saat
Variabel yang diamati adalah frekuensi teranestesi 30 menit T(30), 60 menit
denyut jantung dan pulsus 30 menit T(60), 90 menit T(90 ) adalah 134,4
sebelum dianestesi, saat teranestesi, x/menit, 140,0x/menit 126,0 x/menit,
setelah 30 menit, 60 menit, dan setelah 90 117,0 x/menit dan 114,0 x/menit. Hasil
menit periode teranestes. Frekuensi sidik ragam pada tabel 2 menunjukkan
denyut jantung dihitung dengan bahwa perlakuan memberikan hasil yang
menggunakan stetoskop dan frekuensi tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap
pulsus dihitung dengan menekan arteri frekuensi denyut jantung, akan tetapi
femoralis dengan jari. Kedua variabel waktu pengamatan menunjukan
dihitung frekuensinya permenit. perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)
terhadap frekuensi denyut jantung pada
Penelitian ini menggunakan Rancangan anjing jantan lokal.
Acak Lengkap (RAL) pola split in time
Tabel 1. Hasil Rata -Rata Total Frekuensi Denyut Jantung pada Setiap Perlakuan
dan Waktu Pengamatan yang Berbeda pada Anjing Jantan Lokal
11
Buletin Veteriner Udayana Vol. 4 No.1. :9-15
ISSN : 2085-2495 Pebruari 2012
Tabel 2. Rerata frekuensi pulsus pada setiap perlakuan dan waktu pengamatan yang
berbeda pada anjing jantan lokal.
mg/kg BB) mengalami peningkatan yang jantung. Hal ini sesuai dengau pendapat
nyata pada T (0) dan mengalami Virbac, (1992) yang menyatakan bahwa
penurunan pada T (30) sampai dengan T anestesi tiletamin-zolazepam pada anjing
(90). dapat menimbulkan takikardia,
peningkatan tekanan darah yang bersifat
sementara dan induksi polipnea.
Peningkatan denyut jantung pada anjing
disebabkan efek tiletamin-zolazepam
dapat mencapai jantung dan merangsang
saraf simpatis. Cohen, (1979)
menyatakan, efek anestesi umum selain
mengenai susunan saraf pusat juga
sampai pada jantung, Denyut jantung
Ket, FP: Frekuensi Pulsus(x/menit) berada di bawah kontrol saraf otonom dan
Perlakuan I : Anestesi xylazin- perangsangan saraf simpatis pada jantung
ketamin hidroklorida dapat meningkatkan denyut jantung dan
Perlakuan II : Anestesi tiletamin- intensitas jantung (Knight, 1989). Hasil
zolazepam penelitian ini sesuai dengan Cullen dan
Reynoldson (1997), yang membuktikan
Pembahasan
bahwa anestesi tiletamin-zolazepam dapat
menyebabkan peningkatan tekanan arteri
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dan denyut jantung pada anjing.
pada kedua perlakuan mengalami
peningkatan frekuensi denyut jantung dan
Perbedaan waktu pengamatan
frekuensi pulsus dibanding kontrol (T-30)
menunjukkan hasil yang berbeda sangat
dan mengalami penurunan pada T (30) -
nyata terhadap frekuensi denyut jantung
T (90) setelah pemberian. Hasil penelitian
dan berbeda nyata terhadap frekuensi
ini menunjukkan bahwa perbedaan
pulsus. Meningkatnya frekuensi denyut
perlakuan yang diberikan tidak berbeda
jantung dan pulsus pada perlakuan 1
nyata terhadap frekuensi denyut jantung
disebabkan oleh pengaruh ketamin
dan pulsus pada anjing lokal jantan. Hal
sebagai perangsang kardiovaskuler,
ini disebabkan oleh kedua perlakuan yang
dimana adanya efek antidysrhthymia
diberikan tenyata memberikan kekuatan
yang mencegah reflek adrenergik hasil
yang sama pada perangsangan
reaksi dari pembuluh darah sekelilingnya
kardiovaskuler yaitu menaikkan tekanan
menurun mengakibatkan terjadinya
darah sistolik daa diastolik dan kecepatan
vasodilatasi pada jaringan terutama oleh
pulsus meningkat (Aitkison dan
reseptor α- adrenergik dan vasokonstriksi
Rushman, 1993).
oleh reseptor β (Smith dan Aitkenheard,
1996). Pada menit ke-30 sampai menit
Walaupun secara statistik perbedaan
ke-90 terjadi penurunan dimana efek dari
perlakuan yang digunakan memberikan
xylazin sudah mulai terlihat. Xylazin
pengaruh yang sama terhadap denyut
menyebabkan penurunan aktivitas
jantung dan frekuensi pulsus, tetapi rerata
simpatetik dan efek depresor pada umpan
denyut jantung pada tiletamin-zolazepam
balik baroreseptor dan inenunmkan
jauh lebih tinggi dari pada xylazin-
tekanan vagal yang dihasilkan oleh
ketamin hidroklorida. Perbedaan denyut
ketamin pada penurunan denyut jantung
jaatung tersebut terjadi karena anestesi
(Mustafa, dkk., 2000). Hasil ini sesuai
tiletamin-zolazepam lebih kuat pada
dengan penelitian Sepiawati (2002), yang
13
Buletin Veteriner Udayana Vol. 4 No.1. :9-15
ISSN : 2085-2495 Pebruari 2012
14
Buletin Veteriner Udayana Vol. 4 No.1. :9-15
ISSN : 2085-2495 Pebruari 2012
Mustafa, Yilmaz Koc,Fahretti Alkan, Wilson, R.P., I.S. Zagon, D.R. Larach,
Zeki Ogurtan. 2000. The Effect of dan C.M Lang. 1993.
Xylazine -Ketamine and Diazepam- Cardiovascular and Respiratory
Ketamine.QJVR. Effects of rih.tamin-Zo!azepam.
Pharmacol. Biochem. Behav. : 1-8.
Murray, F.E. 1986. Zoo and Wild Animal (Medline).
Medicine.2M ed.Saunders Company
Philadelpia. Toronto London. Walter, H.H. 1985. Xylazin-Pentobarbital
Anasthesia in Dog and Its
Sepiawati, M. 2002. Pengaruh Kambinasi Antagonism Yohimbin. Am. J. Vet.
Xylazin-Ketamin Hidroklohda Ress : 852-855.
Terhadap Frekuensi Denyut Jantung
dan Nafas pada Anjing Lokal. Wilson dan Gisvold. 1982. Teks Book of
Skripsi. Fakultas Kedokteran Organic Medical and
Hewan, Universitas Udayana, Pharmaceutical Chemistry. Edisi ke-
Denpasar. 8. Diterjemahkan oleh Fatali,
Medisinal Organik. IKID. Semarang
Press
15
Jurnal Veteriner Maret 2016 Vol. 17 No. 1 : 1-6
pISSN: 1411-8327; eISSN: 2477-5665 DOI: 10.19087/jveteriner.2016.17.1.1
Terakreditasi Nasional SK. No. 15/XI/Dirjen Dikti/2011 online pada http://ejournal.unud.ac.id/php.index/jvet.
ABSTRAK
Penurunan suhu tubuh adalah suatu kejadian yang sering terjadi akibat tindakan anestesi.
Perkembangan teknologi mendorong dilakukannya inovasi untuk menghasilkan prosedur anestesi dan
penggunaan anestetik yang lebih efektif, namun tetap aman digunakan. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui efek induksi ketamin-xylazin terhadap kejadian hipotermia dan kecepatan pemulihan suhu
tubuh anjing yang dianestesi gas isofluran. Sepuluh ekor anjing lokal jantan, berumur antara 8-12 bulan,
dan dalam kondisi sehat, dibagi dalam dua kelompok, masing-masing lima ekor anjing. Kelompok A
adalah kelompok yang diberi premedikasi (atropin sulfat 0,04 mg/kgBB) dan selanjutnya dilakukan
anestesi dengan gas isofluran (4% untuk dosis induksi dan 1% untuk dosis pemeliharaan). Kelompok B
adalah kelompok yang diberi premedikasi atropin sulfat (0,04 mg/kgBB) dan dilakukan induksi larutan
ketamin HCl (10 mg/kgBB) dicampur dengan xylazin HCl (2 mg/kgBB), serta anestesi dengan gas isofluran
(dosis pemeliharaan sebesar 1%). Masa adaptasi terhadap anjing dilaksanakan selama satu minggu.
Suhu tubuh diukur sebelum, selama, dan setelah perlakuan anestesi berakhir. Data yang diperoleh
dianalisis dengan uji sidik ragam pada masing-masing kelompok. Dari penelitian diketahui bahwa rataan
suhu tubuh anjing Kelompok A (tanpa induksi ketamin-xylazin) sebelum perlakuan adalah 37,88±0,51ºC
dan turun hingga mencapai 34,64±0,95ºC selama perlakuan anestesi. Waktu pemulihan yang diperlukan
untuk kembali ke suhu awal adalah selama 40 menit pascaanestesi. Pada Kelompok B (dengan induksi
ketamin-xylazin), penurunan suhu tubuh terjadi dari suhu awal 38,06 ±0,42ºC hingga mencapai suhu
34,96±1,23ºC, dengan waktu pemulihan suhu tubuh selama 90 menit. Dari penelitian dapat disimpulkan
bahwa dalam penggunaan induksi ketamin-xylazin dalam prosedur anestesi gas menggunakan isofluran
pada anjing, menyebabkan hipotermia dan waktu pemulihan yang lebih lama, sehingga diperlukan
persiapan prosedur penanganan perawatan pascaanestesi yang lebih optimal.
ABSTRACT
The most common effect occurred during anaesthesia is the decrease of body temperature. Technological
development has enabled the used the latest innovations in order to to increase the efficacy and the safety
of anaesthesia. The purpose of this study was to determine the effect of ketamine-xylazine injection on
hypothermia and its recovery at dog which anesthetized with isoflurane. Ten healthy dogs were divided
into two groups with each group consisted offive dogs. In Group A, dogs were given premedication (atropine
sulfate 0.04 mg/kg) and then anaesthetized with isoflurane gas (4% for induction dose and 1% for the
maintenance dose). In Group B dogs were given premedication atropine sulfate (0.04 mg/kg) and ketamine
HCl induction solution (10 mg/kg) mixed with xylazine HCl (2 mg/kg), and anaesthetized with isoflurane
gas (maintenance dose of 1%). Adaptation period was conducted in one week. Body temperature was
measured before, during, and after the duration of anaesthesia. The data was analyzed statistically by a
repeated Anova test. This study found that the mean body temperature of dogs in Group A decreased from
37,88±0,51 oC to 34,64±0,95 oC over a period of anaesthesia, and the recovery time was over 40 minutes
post-anaesthesia. In Group B, body temperature decreased from 38.06±0.42 oC to 34.96±1.23 oC, and the
recovery time was 90 minutes. In conclusion, the use of ketamine-xylazine in isoflurane anaesthesia
procedures on dogs, would need post-anaesthesia preparation procedure regarding with hypothermia and
its recovery.
1
Satria et al. Jurnal Veteriner
2
Jurnal Veteriner Maret 2016 Vol. 17 No. 1 : 1-6
Waktu Pemulihan
Keterangan : Huruf yang sama pada superscript (tiap kolom) menunjukkan tidak adanya perbedaan
(p > 0,05)
Huruf yang berbeda pada superscript (tiap kolom) menunjukkan adanya perbedaan (p < 0,05)
anestesi dilakukan, suhu tubuh anjing Pada penelitian, penurunan suhu tubuh
mengalami penurunan hingga mencapai terjadi karena anestetik bekerja memengaruhi
34,64±0,95ºC pada menit ke-60. Pada anjing sistem saraf pusat, yang secara tidak langsung
Kelompok B (dengan induksi ketamin-xylazin), menurunkan kemampuan tubuh untuk
penurunan suhu tubuh terjadi dari suhu awal mempertahankan suhu tubuh dan menjadi lebih
38,06±0,42 º C hingga mencapai suhu mudah dipengaruhi oleh suhu lingkungan.
34,96±1,23º C pada menit ke-60. Dari hasil Selama proses anestesi, tubuh juga mengalami
analisis statistika diketahui bahwa penurunan vasodilatasi, sehingga produksi panas oleh otot
suhu tubuh menunjukkan perbedaan yang skelet akan terhambat. Pada kondisi ini proses
signifikan (p < 0,05) pada menit yang berbeda- metabolisme basal tubuh mengalami
beda. penurunan, sehingga suhu tubuh ikut turun.
3
Satria et al. Jurnal Veteriner
Keterangan : Huruf yang sama pada superscript (tiap kolom) menunjukkan tidak adanya perbedaan
(p > 0,05)
Huruf yang berbeda pada superscript (tiap kolom) menunjukkan adanya perbedaan
(p < 0,05)
Dalam situasi ini tubuh kehilangan panas lebih zat yang digunakan untuk memulai dan
besar dari produksi panas yang dihasilkan mempertahankan kondisi anestesi. Stresor
(Noviana et al., 2006 ; Yudaniayanti et al., 2010). tersebut dapat membahayakan pasien apabila
Secara fisiologi, suhu tubuh diatur oleh tidak ditangani. Stresor dapat diminimalkan
suatu sistem termoregulator yang melibatkan dengan dilaksanakannya suatu prosedur yang
kerja hipotalamus dan saraf aferen/eferen. tepat dalam anestesi, mempertahankan homeo-
Hipotalamus berfungsi sebagai pengatur suhu stasis, dan memperbaiki hasil-hasil pasca-
tubuh dengan saraf aferen sebagai reseptor dan operasi.
saraf eferen sebagai penghantar impuls. Di Anjing memiliki kemampuan untuk pulih
dalam hipotalamus terdapat reseptor-reseptor ke suhu normal. Penetapan waktu pemulihan
yang mendeteksi panas dan dingin. Hipotalamus pada penelitian ini dilakukan dengan
mengatur produksi panas, pembuangan panas, menghitung waktu yang diperlukan anjing yang
serta mencegah hilangnya panas secara mengalami hipotermia akibat anestesi untuk
berlebihan dari dalam tubuh. Spesies hewan dapat kembali ke suhu normal (sebelum
juga dikaitkan dengan sistem termoregulasi dilakukan anestesi). Perhitungan waktu
(Suprayogi et al., 2009). pemulihan suhu anjing pascaanestesi seperti
Mekanisme hipotalamus dalam memper- disajikan pada Tabel 2. Dari hasil uji sidik
tahankan atau meningkatkan produksi panas ragam diketahui bahwa pemulihan suhu tubuh
salah satunya dengan mengatur pembuluh- pada Kelompok A (tidak diinduksi ketamin-
pembuluh darah dalam kondisi vasokontriksi, xylazin) terjadi 40 menit setelah alat anestesi
sedangkan dalam meningkatkan pelepasan gas dilepaskan. Pada Kelompok B (dengan
panas dilakukan dengan mekanisme vaso- induksi ketamin-xylazin), pemulihan terjadi 90
dilatasi daerah perifer tubuh. Penyebab lain menit setelah alat anestesi gas dilepaskan.
terjadinya penurunan suhu tubuh adalah Pada penelitian ini diketahui bahwa waktu
apabila hewan berada pada lingkungan dingin pemulihan suhu yang diperlukan oleh Kelompok
dalam jangka waktu yang lama, rongga tubuh B (dengan induksi ketamin-xylazin) lebih
yang terbuka, cairan intravena yang dingin, panjang dibandingkan waktu yang dibutuhkan
pengaruh kain penutup operasi, intensitas lampu oleh Kelompok A (tanpa induksi ketamin-
operasi, dan lama proses operasi (Beattie, 2008). xylazin). Hal tersebut disebabkan oleh pengaruh
Menurut Beattie (2008) pasien akan dari perlakuan ketamin-xylazin yang meru-
mengalami serangkaian cekaman fisiologi pakan zat yang biasa digunakan sebagai anestesi
selama proses anestesi, termasuk efek dari zat- disosiatif. Di berbagai spesies dilaporkan bahwa
4
Jurnal Veteriner Maret 2016 Vol. 17 No. 1 : 1-6
5
Satria et al. Jurnal Veteriner
6
ANESTESI UMUM
DEFINISI
Obat yg menghilangkan rasa nyeri disertai
hilangnya kesadaran yg bersifat reversibel
• Semua jenis obat anestesi mempunyai efek
samping
• Tindakan pembedahan yang besar
• menghambat hantaran listrik otak
• loss of consciousness
MEKANISME KERJA OBAT ANESTES UMUM
1. Anestesi Inhalasi
2. Anestesi intravena
JENIS OBAT ANESTESI INHALASI
• Halothan/fluothan
• Nitrogen Oksida (N2O)
• Isofluran
• Sevofluran
JENIS OBAT ANESTESI ITRAVENA
• Diazepam
• Natrium thiopental
• Etomidat
• Ketamin
N2O HALOTAN
• Gas tdk berwarna, • Cairan tdk
tdk berbau berwarna, tdk
• Anastesi < kuat mudah terbakar
• Stadium 1 & 2 • Induksi cepat
cepat terlewati
• ES : hipoksia, • Post op Jarang
vomit, nausea tjd vomit, nausea
ISOFLURAN
• cairan jernih,
• tidak berwarna,
• berbau enak, tidak iritatif,
• tidak korosif, tidak mudah terbakar
dan stabil terkena cahaya
• sedikit menimbulkan depresi
kontraksi jantung
• Mengurangi aliran darah ke ginjal
Diazepam
• Efek analgesik –
• Dpt diberikan pd pasien cardiovasc
• Tdk larut dlm air
• Dosis :
Anj 1-2 mg/kg BB IM,IV
Primata 1 mg/kg BB IM
KETAMINE NATRIUM THIOPENTAL