Vous êtes sur la page 1sur 2

Nama : Amalia Betaliza Lay

NIM : 105020300111079

Resume Teori Akuntansi Normatif

TEORI AKUNTANSI NORMATIF

Teori normative berusaha untuk membenarkan tentang apa yang seharusnya


dipraktekkan, misalnya pernyataan yang menyebutkan bahwa laporan keuangan seharusnya
didasarkan pada metode pengukuran aktiva tertentu. Menurut Nelson (1973) dalam literature
akuntansi teori normative sering dinamakan teori apriori (artinya dari sebab ke akibat atau
bersifat deduktif). Alasannya teori normative bukan dihasilkandari penelitian empiris, tetapi
dihasilkan dari kegiatan “semi-research”. Teori normative hanya menyebutkan hipotesis
tentang bagaimana akuntansi seharusnya dipraktekkan tanpa menguji hipotesis tersebut. Pada
awal perkembangannya, teori akuntansi normative belum menggunakan pendekatan
investigasi, dan cenderung disusun untuk menghasilkan postulat akuntansi. Perumusan
akuntansi normative mencapai masa keemasan pada tahun 1950 dan1960an. Selama periode
ini perumus akuntansi lebih tertarik pada rekomendasi kebijakan danapa yang seharusnya
dilakukan, bukan apa yang sekarang dipraktekkan. Pada periode tersebut, teori normative lebih
berkonsentrasi pada :

1. Penciptaan laba sesungguhnya (true income)

Teori ini berkonsentrasi pada penciptaan pengukur tunggal yang unik dan benar
untuk aktiva dan laba. Meskipun demikian, tidak ada kesepakatan terhadap apa yang
dimaksud denganpengukur nilai dan laba yang benar.

2. Pengambilan keputusan (decision usefulness)

Pendekatan ini menganggap bahwa tujuan dasar dari akuntansi adalah untuk
membantu proses pengambilan keputusan dengan cara menyediakan data akuntansi yang
relevan atau bermanfaat.

Pada kebanyakan kasus, teori ini didasarkan pada konsep ekonomi klasik tentang laba
dankemakmuran (wealth) atau konsep ekonomi pengambilan keputusan rasional. Biasanya
konsep tersebut didasarkan juga pada penyesuaian rekening karena pengaruh inflasi atau nilai
pasar dari aktiva. Teori ini pada dasarnya merupakan teori pengukuran akuntansi. Teori
tersebut bersifat normative karena didasarkan pada anggapan :

1. Akuntansi seharusnya merupakan system pengukuran


2. Laba dan nilai dapat diukur secara tepat
3. Akuntansi keuangan bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi
4. Pasar tidak efisien (dalam pengertian ekonomi)
5. Ada beberapa pengukur laba yang unik.

Karena teori normatif dianggap merupakan pendapat pribadi yang subyrktif maka tidak
bisa diterima begitu saja, harus dapat diuji secara empiris agar memiliki dasar teori yang kuat.
Pendukung teori ini biasanya menggambarkan system akuntansi yang dihasilkan sebagai
sesuatu yang ideal, merekomendasikan penggantian system akuntansi cost histories dan
pemakaian teori normatif oleh semua pihak.

Perbedaan akuntansi positif dan akuntansi normatif

1. Perbedaan pendekatan dan dasar antara teori akuntansi menyebabkan dua taksonomi akuntansi.
Pendekatan Teori Akuntansi Positif menghasilkan taksonomi akuntansi sebagai Sains.
Sedangkan pendekatan Teori Akuntansi Normatif menghasilkan taksonomi akuntansi sebagai
art. Yang keduanya sama sama diakui sebagai sarana pendekatan teori akuntansi.
2. Teori Akuntansi Normatif yang berbentuk Praktik Akuntansi Berterima Umum (PABU)
merupakan acuan teori dalam memberikan jalan terbaik untuk meramalkan berbagai fenomena
akuntansi dan menggambarkan bagaimana interaksi antar-variabel akuntansi dalam dunia nyata
yang meruipakan Fungsi pendekatan Teori Akuntasi Positif. Tidak menutup kemungkinan,
fakta yang ada di dunia nyata (praktek akuntansi) akan mempengaruhi Teori Akuntansi
Normatif. Hubungan ini Sesuai dengan paham Dialektika Hegel. Dimana antitasi dan tesis
akan menghasilkan sistesis. Dan sistesis akan menghasilkan antithesis.

Vous aimerez peut-être aussi