Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
NARKOBA
Pada hari rabu tanggal 24 Januari 2018 tepatnya dilapangan Gelora Bumi Kartini (GBK) berlangsung
deklarasi anti narkoba yang dihadiri sekitar 20.000 peserta yang sebagian besar adalah pelajar
seluruh Jepara. Kegiatan ini dapat berlangsung tentu saja berkat dukungan dari berbagai pihak,
dengan harapan dapat tercatat sebagai rekor Muri deklarasi anti narkoba dengan peserta terbanyak
se Indonesia sampai saat ini.
Narkoba semakin hari memang semakin mengkawatirkan, bagaimana tidak, kasus narkoba di
Indonesia semakin meningkat, tahun 2017 BNN berhasil mengungkap 46.537 kasus narkoba,
didapati banyak pemakai adalah usia sekolah. Umumnya mereka memperoleh rehabilitasi karena
belum menjadi pengedar, namun tidak ada jaminan suatu saat mereka nantinya juga dapat terseret
menjadi pengedar barang haram tersebut. Indonesia merupakan target utama market, hal ini
dikarenakan ancaman hukuman di kasus narkoba di Indonesia masih tergolong ringan, ungkapan ini
senada dengan apa yang disampaikan Budi Waseso.
Sekolah merupakan lembaga yang memiliki tanggung jawab yang besar untuk mendidik generasi
penerus. Dalam menyongsong kemajuan Indonesia perkiraan sekitar tahun 2020-2030 Indonesia
memperoleh bonus demografi dimana proporsi penduduk usia produktif sangat besar, sehingga
nantinya pendapatan massyarakat Indonesia meningkat tajam. Semua berharap momentum
tersebut dapat berjalan mulus, maka oleh sebab itu perlu pengawalan edukatif sehingga generasi
emas indonesia tetap utuh sampai pada tujuannya tanpa adanya gangguan terutama
narkoba.Disinlah peran lembaga sekolah sangat diperlukan, biarlah ‘perang candu’ cukup menjadi
bagian sejarah Cina saja.
Pembelajaran terkait dengan bahaya narkoba sebenarnya sudah masuk kurikulum pendidikan
Indonesia. Mata pelajaran yang dipercaya untuk menyampaikan bahaya narkoba adalah PJOK
(Pendidikan Jasmani Olah raga dan Kesehatan). Namun demikian geliat untuk memberikan materi
pelajaran tersebut dirasa masih kurang, karena PJOK masih identik dengan pelajaran praktik olah
raga saja, sedangkan materi tentang kesehatan jarang sekali tersampaikan. Inilah fakta lapangan
yang sering kali terjadi. Tak dapat disangkal jika memang materi kesehatan terutama narkoba kurang
familiar oleh guru olah raga. Maka oleh sebab itu agar program perang terhadap narkoba dapat
sinergis dengan dunia pendidikan, perlunya memperkuat kemampuan dan kompetensi guru PJOK
dengan cara memberikan seminar bahaya narkoba dan penanggulangannya yang diadakan oleh
BNN. Dengan memaksimalkan peran guru PJOK diharapkan pencegahan dini bahaya narkoba dapat
berlangsung lebih efektif. Sinergisitas antar guru juga sangat diperlukan, sebagai ilustrasi Guru PJOK
akan menyampaikan materi pembelajaran hidup sehat, guru BK menyampaikan pentingnya
pengendalian diri dengan cara berada pada lingkungan yang sehat dan kondusif, sedangkan guru
Agama menyampaikan ahlaq yang baik. Sinergisitas ini akan membentuk siswa yang sehat raga,
sehat emosi dan sehat spiritual.