Vous êtes sur la page 1sur 2

MENAKAR KOMPETENSI GURU PJOK SEBAGAI GARDA TERDEPAN DALAM MENCEGAH BAHAYA

NARKOBA

Pada hari rabu tanggal 24 Januari 2018 tepatnya dilapangan Gelora Bumi Kartini (GBK) berlangsung
deklarasi anti narkoba yang dihadiri sekitar 20.000 peserta yang sebagian besar adalah pelajar
seluruh Jepara. Kegiatan ini dapat berlangsung tentu saja berkat dukungan dari berbagai pihak,
dengan harapan dapat tercatat sebagai rekor Muri deklarasi anti narkoba dengan peserta terbanyak
se Indonesia sampai saat ini.

Narkoba semakin hari memang semakin mengkawatirkan, bagaimana tidak, kasus narkoba di
Indonesia semakin meningkat, tahun 2017 BNN berhasil mengungkap 46.537 kasus narkoba,
didapati banyak pemakai adalah usia sekolah. Umumnya mereka memperoleh rehabilitasi karena
belum menjadi pengedar, namun tidak ada jaminan suatu saat mereka nantinya juga dapat terseret
menjadi pengedar barang haram tersebut. Indonesia merupakan target utama market, hal ini
dikarenakan ancaman hukuman di kasus narkoba di Indonesia masih tergolong ringan, ungkapan ini
senada dengan apa yang disampaikan Budi Waseso.

Berdasarkan survey BNN, 80 % masyarakat mengetahui bahaya narkoba, namun anehnya


pengetahuan ini oleh sebagian orang belum dapat membendung rasa ingin mencobanya. Artinya
kampanye perang terhadap narkoba belum signifikan tertarget. Ada banyak faktor terkait dengan
kurang tajamnya kampanye anti narkoba, pemberitaan bahaya narkoba yang terus menerus justru
memungkinkan terjadinya kontradiksi dan menimbulkan efek yang sebaliknya. Bagi sebagian remaja
‘yang notabene dalam kondisi rasa ingin tahu tinggi namun emosi labil ‘gencarnya pemberitaan
bahaya narkoba semakin meningkatkan rasa penasaran. Semula rasa penasaran akan sulit terwujud
karena faktor harga, namun demi merangkul calon konsumen baru, pengedar tidak tanggung-
tanggung untuk memberikan secara gratis, ‘barang mahal diberikan secara gratis’, dalam kondisi
seperti ini biasanya sulit untuk menolak. Tapi jika siswa dibekali iman dan taqwa terhadap tuhan
yang maha esa, maka dia akan tetap kokoh untuk menolak. Maka oleh sebab itu diperlukan
sinergisitas dalam upaya mencegah remaja agar sehat raga, sehat emosi dan sehat spirit.

Sekolah merupakan lembaga yang memiliki tanggung jawab yang besar untuk mendidik generasi
penerus. Dalam menyongsong kemajuan Indonesia perkiraan sekitar tahun 2020-2030 Indonesia
memperoleh bonus demografi dimana proporsi penduduk usia produktif sangat besar, sehingga
nantinya pendapatan massyarakat Indonesia meningkat tajam. Semua berharap momentum
tersebut dapat berjalan mulus, maka oleh sebab itu perlu pengawalan edukatif sehingga generasi
emas indonesia tetap utuh sampai pada tujuannya tanpa adanya gangguan terutama
narkoba.Disinlah peran lembaga sekolah sangat diperlukan, biarlah ‘perang candu’ cukup menjadi
bagian sejarah Cina saja.

Pembelajaran terkait dengan bahaya narkoba sebenarnya sudah masuk kurikulum pendidikan
Indonesia. Mata pelajaran yang dipercaya untuk menyampaikan bahaya narkoba adalah PJOK
(Pendidikan Jasmani Olah raga dan Kesehatan). Namun demikian geliat untuk memberikan materi
pelajaran tersebut dirasa masih kurang, karena PJOK masih identik dengan pelajaran praktik olah
raga saja, sedangkan materi tentang kesehatan jarang sekali tersampaikan. Inilah fakta lapangan
yang sering kali terjadi. Tak dapat disangkal jika memang materi kesehatan terutama narkoba kurang
familiar oleh guru olah raga. Maka oleh sebab itu agar program perang terhadap narkoba dapat
sinergis dengan dunia pendidikan, perlunya memperkuat kemampuan dan kompetensi guru PJOK
dengan cara memberikan seminar bahaya narkoba dan penanggulangannya yang diadakan oleh
BNN. Dengan memaksimalkan peran guru PJOK diharapkan pencegahan dini bahaya narkoba dapat
berlangsung lebih efektif. Sinergisitas antar guru juga sangat diperlukan, sebagai ilustrasi Guru PJOK
akan menyampaikan materi pembelajaran hidup sehat, guru BK menyampaikan pentingnya
pengendalian diri dengan cara berada pada lingkungan yang sehat dan kondusif, sedangkan guru
Agama menyampaikan ahlaq yang baik. Sinergisitas ini akan membentuk siswa yang sehat raga,
sehat emosi dan sehat spiritual.

Vous aimerez peut-être aussi