Secara sederhana, kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini akan memudahkan anak menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak mampu menjalankan fungsinya dengan wajar dalam interkasinya dengan masyarakat dan lingkungan sehari-hari. Dengan demikian dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Sejumlah ahli psikologi menggunakan istilah thinking atau pikiran untuk menunjukkan pengertian yang sama dengan kognisi, yang mencakup berbagai aktivitas mental, seperti penalaran, pemecahan masalah, pembentukan konsep-konsep dan sebgainya. Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa kognitif atau pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahlan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologi yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai, dan memikirkan lingkungan.
B. Karakteristik Perkembangan Kognitif
1. Usia Taman Kanak-kanak Usia taman kanak-kanak terjadi pada periode perkembangan masa kanak- kanak awal. Menurut Jean Piaget, masa kanak awal adalah masa praoperasional di mana anak mulai mampu menggunakan simbol dalam berpikir (Hurlock, 1998; Papalia, Olds & Feldman, 1998). Berikut ini kemampuan yang dikuasai anak: a. Fungsi Simbolik Anak mampu menggunakan simbol, sehingga dapat memikirkan suatu benda tanpa perlu kehadiran benda tersebut. Misalnya, Mira seorang gadis kecil 3 tahun mempunyai sebuah boneka beruang yang diberi nama Dodo. Ketika ayahnya menyebutkan kata “Dodo”, maka Mirasudah tahu bahwa ayahnya sedang membicarakan boneka beruangnya meski boneka tersebut tidak ada disitu. Fungsi simbolik tercermin pada proses peniruan (imitasi), permainan simbolik dan bahasa. Anak sering menirukan tingkah laku orang disekelilingnya, terutama orang tua. Permainan simbolik adalah penggunaan obyek pengganti, misalnya boneka untuk menggantikan manusia. Sedangkan dalam perkembangan bahasa, anak usia 3 tahun, mulai menggunakan simbol- simbol untuk mewakili obyek, orang atau satu kejadian. b. Pemahaman terhadap Identitas Anak memahami bahwa meskipun penampilan luar berubah tetapi hakekat dari suatubenda adalah tetap. Pemahaman terhadap identitas ini memungkinkan anak untuk melihat bahwa lingkungan memiliki suatu aturan dan lebih mudah untuk diprediksi. Misalnya, ketika Dodo tidak ditemukan di kamarnya, Mira berpikir “Mungkin Dodo ada dikamar adik, tidak masalah jika adik bermain dengan Dodo, tetapi Dodo tetap boneka saya”. Jadi meskipun Dodo berubah tempat ataupun berubah ksotum, Mira masih mengenalinya sebagai bonekanya. c. Pemahaman terhadap Sebab Akibat Pada masa ini anak mulai banyak bertanya “mengapa, kenapa”, hal ini menunjukkan bahwa meeka mulai melihat adanya sebab dan akibat. Anak secara spontan mengatakan “sebab” misalnya “Bu, Amir nangis karena tadi dipukul sama Budi”. d. Kemampuan Mengklasifikasi Anak mampu mengelompokkan benda, orang atau kejadian berdasarkan persamaan atau perbedaan. Misalnya pengelompokan benda berdasarkan warna, ukuran, atau fungsinya. e. Memahami Konsep Angka Pemahaman konsep dasar tentang angka dimulai pada masa anak awal. Anak paham apakah yang dimaksud dengan 3 apel atau 5 apel. Anak mulai mampu membedakan sirup yang banyak dan yang lebih seddikit. Ada 3 pokok bahasan yang terkait dengan perkembangan kognitif, yaitu bahasa, memori dan intelegensi. 1) Bahasa Bahasa adalah segala bentuk komunikasi dimana pikiran dan perasaan disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Oleh karena itu, perkembangan bahasa dimulai dari tangisan pertama sampai anak mampu bertutur kata. Perkembangan bahasa terbagi atas 2 periode besar, yaitu: a) Periode Prelinguistik (0-1 tahun) b) Periode Linguistik (1-5 tahun), yaitu anak mulai mengucapkan kata-kata. Periode linguistik terbagi atas 3 fase, yaitu: Fase satu kata (Holofrase) Anak menggunakan satu kata untuk menyatakan pikiran yang kompleks. Mislanya kata “minum” dapat dimaksudkan oleh anak sebagai “saya mau minum” atau “mama, coba minum ini enak lo” atau “tolong, ambilkan minum saya”. Oleh karenaitu banyaknya arti yang dapat diinterprestasikan dari satu kata tersebut, maka orang dewassa perlu peka dengan arah pembicaraan anak. Pengamatan yang baik terhadap kronologis peristiwa sebelum anak berkata akan sangat membantu orang dewasa dalam memahami maksud anak. Fase lebih dari satu kata Fase ini biasanya muncul pada usia 18 bulan. Anak mampu membuat kalimat sederhana menggunakan 2 kata. Kalimat tersebut biasanya terdiri dari subyek dan predikat, misalnya “Adik bobok”. Setelah 2 kata, anak mulai merangkai kalimat dalam 3 kata dan kemudian 4 kata. Tema pembicaraan tidak lagi berorientasi pada diri sendiri, tetapi juga pada lingkungan sekitar. Fase diferensiasi Fase ini berlangsung kira-kira usia 2,5 sampai dengan 5 tahun. Perkembangan bahasa pada fase ini berlamgsung sangat cepat. Kosa kata makin bertambah, anak mampu menggunakan awalan, akhiran, kata benda, kata kerja, dan bentu jamak. Anak juga mulai mengenal kata ganti. Anak bertanya tentang segala sesuatu, sehingga terkadang membuat orang dewasa merasa sangat kewalahan. Dari sikap kritis anak inilah maka bahasa berkembang cepat, terlebih lagi jika orang tua memberikan respon yang baik. 2) Memori Aspek dalam memori adalah recognition dan recall. Yang dimaksud dengan recognition adalah kemampuan untuk mengidentifikasi sesuatu yang telah dikenali sebelumnya, misalnya mengenali sarung tangan yang hilang. Sedangkan recall adalah kemampuan untuk menjelaskan tentang pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, misalnya anak mampu menjelaskan tentang sarung tangan tersebut. Dari penilitian terhadap anak prasekolah diketahui bahwa kedua kemampuan tersebut meningkat, namun kemampuan recognition lebih baik dibandingkan kemampuan recall (Lange, dalam Papalia, Olds & Feldman, 1998). Kemampuan recall dipengaruhi oleh motivasi yang tinggi dan pola belajar yang strategis. 3) Intelegensi Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan bhasa dan memori anak adalah intelegensi atau lazim disebut dengan kecerdasan. Kes=cerdasan dapat diukur dengan tes IQ yang biasanya mengukur kemampuan kognitif anak baik kemampuan verbal maupun non verbal. Secara umum, tes IQ ini menunjukkan kemampuan anak untuk berpikir logik. Berbagai pendapat aspek-aspek kecerdasan dikemukakan oleh banyak tokoh, salah satu diantaranya Howard Gardner, menurutnya ada 8 jenis kecerdasan (Hoerr, 2000) yaitu: Kecerdasan bahasa: kepekaan pada makna dan susunan kata. Anak yang cerdas bahasa, biasanya banyak bercerita, kosa katanya lebih banyak dibandingkan rata-rata usia. Pada anak yang lebih besar, mereka mampu menulis cerita. Kecerdasan logika/matematika: kemampuan untuk menangani relevansi/argumentasi serta mengenali pola dan urutan. Anak yang cerdas logika/matematika akan menyukai soal hitungan, memecahkan masalah dan menganalisis situasi, memahami cara kerja sesuatu, memperlihatkan ketepatan dalam pemecahan maslaah, bekerja dalam situasi yang mengandung jawaban jelas. Kecerdasan musikal: kepekaan terhadap titi nada, melodi, irama. Anak yang cerdas msuik biasanya suka mendengarkan dan bermain musik, menyesuaikan persaan dengan musik dan irama, bernyanyi dan bersenandung, menciptakan dan meniru ladu. Kecerdasan kinestetik: kemampuan untuk menggunakan tubuh dengan terampil dan memegang obyek dengan cakap. Anak yang cerdas kinestetik akan berolahraga dan aktif secara fisik, berani mengambil resiko dengan tubuh mereka, menari, bermain peran dan menirukan gerak, membuat hasta karya dan bermain dengan benda mekanis. Kecerdasan spasial: kemampuan untuk mengindera dunia secara akurat dan menciptakan kembali atau mengubahnya secara akurat. Anak yang cerdas spasial sering membuat coretan dan lukisan, menciptakan tampilan 3 dimensi, mengamati dan menciptakan peta dan diagram, membongkar dan menyusun kembali barang-barang. Kecerdasan naturalis: kemampuan untuk mengenali dan mngkalsifikasi aneka spesies, flora dan fauna dalam lingkungan. Anak yang cerdas naturalis banyak meluangkan waktu di luar ruangan, mengumpulkan tanaman, bebatuan, dan binatang; mendengarkan bunyi-bunyian di luar; memperhatikan hubungan di alam; mengelompokkan flora dan fauna. Kecerdasan interpersonal: kemampuan untuk memahami orang dan membina hubungan. Anak yang cerdas interpersonal biasanya memiliki banyak kawan, dapat memimpin, berbagi, menengahi, membuat kesepakatan, membantu teman memecahkan masalah dan menjadi anggota kelompok yang efektif. Kecerdasan intrapersonal: akses pada kehidupan emosional diri sebagai sarana utnuk memahami diri sendiri danorang lain. Anak yang cerdas intrapersonal biasanya sering merenung, mengendalikan perasaan, mengejar minat pribadi, menuyusn agenda,, belajar dengan mengamati dan mendengarkan. Pada dasarnya, semua orang memiliki ke-8 jenis kecerdasan tersebut, namun dengan tingkat yang berbeda. Mislanya, Mira cerdas dari segi musik, tetapi kurang dari segi logika matematika. 2. Usia Sekolah Dasar 3. Usia Sekolah Menengah (SMP dan SMA) C. Implikasi Perkembangan Kognitif dalam Pendidikan