Vous êtes sur la page 1sur 6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan Kognitif


Secara sederhana, kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak
untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan
masalah. Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini akan memudahkan anak
menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak mampu menjalankan
fungsinya dengan wajar dalam interkasinya dengan masyarakat dan lingkungan
sehari-hari.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif adalah salah
satu aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan bagaimana individu
mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Sejumlah ahli psikologi menggunakan
istilah thinking atau pikiran untuk menunjukkan pengertian yang sama dengan
kognisi, yang mencakup berbagai aktivitas mental, seperti penalaran, pemecahan
masalah, pembentukan konsep-konsep dan sebgainya.
Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa kognitif atau pemikiran
adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi untuk menjelaskan semua aktivitas
mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan
informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahlan
masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologi yang berkaitan
dengan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati,
membayangkan, memperkirakan, menilai, dan memikirkan lingkungan.

B. Karakteristik Perkembangan Kognitif


1. Usia Taman Kanak-kanak
Usia taman kanak-kanak terjadi pada periode perkembangan masa kanak-
kanak awal. Menurut Jean Piaget, masa kanak awal adalah masa praoperasional
di mana anak mulai mampu menggunakan simbol dalam berpikir (Hurlock, 1998;
Papalia, Olds & Feldman, 1998).
Berikut ini kemampuan yang dikuasai anak:
a. Fungsi Simbolik
Anak mampu menggunakan simbol, sehingga dapat memikirkan suatu
benda tanpa perlu kehadiran benda tersebut. Misalnya, Mira seorang gadis
kecil 3 tahun mempunyai sebuah boneka beruang yang diberi nama Dodo.
Ketika ayahnya menyebutkan kata “Dodo”, maka Mirasudah tahu bahwa
ayahnya sedang membicarakan boneka beruangnya meski boneka tersebut
tidak ada disitu.
Fungsi simbolik tercermin pada proses peniruan (imitasi), permainan
simbolik dan bahasa. Anak sering menirukan tingkah laku orang
disekelilingnya, terutama orang tua. Permainan simbolik adalah penggunaan
obyek pengganti, misalnya boneka untuk menggantikan manusia. Sedangkan
dalam perkembangan bahasa, anak usia 3 tahun, mulai menggunakan simbol-
simbol untuk mewakili obyek, orang atau satu kejadian.
b. Pemahaman terhadap Identitas
Anak memahami bahwa meskipun penampilan luar berubah tetapi hakekat
dari suatubenda adalah tetap. Pemahaman terhadap identitas ini
memungkinkan anak untuk melihat bahwa lingkungan memiliki suatu aturan
dan lebih mudah untuk diprediksi. Misalnya, ketika Dodo tidak ditemukan di
kamarnya, Mira berpikir “Mungkin Dodo ada dikamar adik, tidak masalah jika
adik bermain dengan Dodo, tetapi Dodo tetap boneka saya”. Jadi meskipun
Dodo berubah tempat ataupun berubah ksotum, Mira masih mengenalinya
sebagai bonekanya.
c. Pemahaman terhadap Sebab Akibat
Pada masa ini anak mulai banyak bertanya “mengapa, kenapa”, hal ini
menunjukkan bahwa meeka mulai melihat adanya sebab dan akibat. Anak
secara spontan mengatakan “sebab” misalnya “Bu, Amir nangis karena tadi
dipukul sama Budi”.
d. Kemampuan Mengklasifikasi
Anak mampu mengelompokkan benda, orang atau kejadian berdasarkan
persamaan atau perbedaan. Misalnya pengelompokan benda berdasarkan
warna, ukuran, atau fungsinya.
e. Memahami Konsep Angka
Pemahaman konsep dasar tentang angka dimulai pada masa anak awal.
Anak paham apakah yang dimaksud dengan 3 apel atau 5 apel. Anak mulai
mampu membedakan sirup yang banyak dan yang lebih seddikit.
Ada 3 pokok bahasan yang terkait dengan perkembangan kognitif, yaitu
bahasa, memori dan intelegensi.
1) Bahasa
Bahasa adalah segala bentuk komunikasi dimana pikiran dan perasaan
disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Oleh
karena itu, perkembangan bahasa dimulai dari tangisan pertama sampai anak
mampu bertutur kata.
Perkembangan bahasa terbagi atas 2 periode besar, yaitu:
a) Periode Prelinguistik (0-1 tahun)
b) Periode Linguistik (1-5 tahun), yaitu anak mulai mengucapkan kata-kata.
Periode linguistik terbagi atas 3 fase, yaitu:
 Fase satu kata (Holofrase)
Anak menggunakan satu kata untuk menyatakan pikiran yang
kompleks. Mislanya kata “minum” dapat dimaksudkan oleh anak
sebagai “saya mau minum” atau “mama, coba minum ini enak lo” atau
“tolong, ambilkan minum saya”. Oleh karenaitu banyaknya arti yang
dapat diinterprestasikan dari satu kata tersebut, maka orang dewassa
perlu peka dengan arah pembicaraan anak. Pengamatan yang baik
terhadap kronologis peristiwa sebelum anak berkata akan sangat
membantu orang dewasa dalam memahami maksud anak.
 Fase lebih dari satu kata
Fase ini biasanya muncul pada usia 18 bulan. Anak mampu
membuat kalimat sederhana menggunakan 2 kata. Kalimat tersebut
biasanya terdiri dari subyek dan predikat, misalnya “Adik bobok”.
Setelah 2 kata, anak mulai merangkai kalimat dalam 3 kata dan
kemudian 4 kata. Tema pembicaraan tidak lagi berorientasi pada diri
sendiri, tetapi juga pada lingkungan sekitar.
 Fase diferensiasi
Fase ini berlangsung kira-kira usia 2,5 sampai dengan 5 tahun.
Perkembangan bahasa pada fase ini berlamgsung sangat cepat. Kosa
kata makin bertambah, anak mampu menggunakan awalan, akhiran,
kata benda, kata kerja, dan bentu jamak. Anak juga mulai mengenal
kata ganti. Anak bertanya tentang segala sesuatu, sehingga terkadang
membuat orang dewasa merasa sangat kewalahan. Dari sikap kritis
anak inilah maka bahasa berkembang cepat, terlebih lagi jika orang tua
memberikan respon yang baik.
2) Memori
Aspek dalam memori adalah recognition dan recall. Yang dimaksud
dengan recognition adalah kemampuan untuk mengidentifikasi sesuatu yang
telah dikenali sebelumnya, misalnya mengenali sarung tangan yang hilang.
Sedangkan recall adalah kemampuan untuk menjelaskan tentang pengetahuan
yang telah dimiliki sebelumnya, misalnya anak mampu menjelaskan tentang
sarung tangan tersebut. Dari penilitian terhadap anak prasekolah diketahui
bahwa kedua kemampuan tersebut meningkat, namun kemampuan recognition
lebih baik dibandingkan kemampuan recall (Lange, dalam Papalia, Olds &
Feldman, 1998). Kemampuan recall dipengaruhi oleh motivasi yang tinggi
dan pola belajar yang strategis.
3) Intelegensi
Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan bhasa dan memori
anak adalah intelegensi atau lazim disebut dengan kecerdasan. Kes=cerdasan
dapat diukur dengan tes IQ yang biasanya mengukur kemampuan kognitif
anak baik kemampuan verbal maupun non verbal. Secara umum, tes IQ ini
menunjukkan kemampuan anak untuk berpikir logik. Berbagai pendapat
aspek-aspek kecerdasan dikemukakan oleh banyak tokoh, salah satu
diantaranya Howard Gardner, menurutnya ada 8 jenis kecerdasan (Hoerr,
2000) yaitu:
 Kecerdasan bahasa: kepekaan pada makna dan susunan kata. Anak yang
cerdas bahasa, biasanya banyak bercerita, kosa katanya lebih banyak
dibandingkan rata-rata usia. Pada anak yang lebih besar, mereka mampu
menulis cerita.
 Kecerdasan logika/matematika: kemampuan untuk menangani
relevansi/argumentasi serta mengenali pola dan urutan. Anak yang cerdas
logika/matematika akan menyukai soal hitungan, memecahkan masalah
dan menganalisis situasi, memahami cara kerja sesuatu, memperlihatkan
ketepatan dalam pemecahan maslaah, bekerja dalam situasi yang
mengandung jawaban jelas.
 Kecerdasan musikal: kepekaan terhadap titi nada, melodi, irama. Anak
yang cerdas msuik biasanya suka mendengarkan dan bermain musik,
menyesuaikan persaan dengan musik dan irama, bernyanyi dan
bersenandung, menciptakan dan meniru ladu.
 Kecerdasan kinestetik: kemampuan untuk menggunakan tubuh dengan
terampil dan memegang obyek dengan cakap. Anak yang cerdas kinestetik
akan berolahraga dan aktif secara fisik, berani mengambil resiko dengan
tubuh mereka, menari, bermain peran dan menirukan gerak, membuat
hasta karya dan bermain dengan benda mekanis.
 Kecerdasan spasial: kemampuan untuk mengindera dunia secara akurat
dan menciptakan kembali atau mengubahnya secara akurat. Anak yang
cerdas spasial sering membuat coretan dan lukisan, menciptakan tampilan
3 dimensi, mengamati dan menciptakan peta dan diagram, membongkar
dan menyusun kembali barang-barang.
 Kecerdasan naturalis: kemampuan untuk mengenali dan mngkalsifikasi
aneka spesies, flora dan fauna dalam lingkungan. Anak yang cerdas
naturalis banyak meluangkan waktu di luar ruangan, mengumpulkan
tanaman, bebatuan, dan binatang; mendengarkan bunyi-bunyian di luar;
memperhatikan hubungan di alam; mengelompokkan flora dan fauna.
 Kecerdasan interpersonal: kemampuan untuk memahami orang dan
membina hubungan. Anak yang cerdas interpersonal biasanya memiliki
banyak kawan, dapat memimpin, berbagi, menengahi, membuat
kesepakatan, membantu teman memecahkan masalah dan menjadi anggota
kelompok yang efektif.
 Kecerdasan intrapersonal: akses pada kehidupan emosional diri sebagai
sarana utnuk memahami diri sendiri danorang lain. Anak yang cerdas
intrapersonal biasanya sering merenung, mengendalikan perasaan,
mengejar minat pribadi, menuyusn agenda,, belajar dengan mengamati dan
mendengarkan.
Pada dasarnya, semua orang memiliki ke-8 jenis kecerdasan tersebut, namun
dengan tingkat yang berbeda. Mislanya, Mira cerdas dari segi musik, tetapi
kurang dari segi logika matematika.
2. Usia Sekolah Dasar
3. Usia Sekolah Menengah (SMP dan SMA)
C. Implikasi Perkembangan Kognitif dalam Pendidikan

Vous aimerez peut-être aussi