Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENGANTAR KEFARMASIAN
FARMASI INDUSTRI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana industri farmasi itu?
2. Bagaimana cara kerja apoteker di dalam industri farmasi?
3. Bagaimana bidang di industri farmasi untuk apoteker?
3. Manfaat
a. Sebagai sarana pembelajaran
b. Sebagai bentuk pemahaman akan adanya farmasi industri
c. Sebagai pendalaman materi jika telah mempelajari farmasi indusri di
perkuliahan.
BAB II
PEMBAHASAN
Sejak masa Hipocrates (460-370 SM) yang dikenal sebagai “Bapak Ilmu
Kedokteran”, belum dikenal adanya profesi Farmasi. Seorang dokter yang
mendiagnosis penyakit, juga sekaligus merupakan seorang “Apoteker” yang
menyiapkan obat. Semakin lama masalah penyediaan obat semakin rumit, baik
formula maupun pembuatannya, sehingga dibutuhkan adanya suatu keahlian
tersendiri. Pada tahun 1240 M, Raja Jerman Frederick II memerintahkan
pemisahan secara resmi antara Farmasi dan Kedokteran dalam dekritnya yang
terkenal “Two Silices”. Dari sejarah ini, satu hal yang perlu direnungkan adalah
bahwa akar ilmu farmasi dan ilmu kedokteran adalah sama. Dampak revolusi
industri menambah dunia farmasi dengan timbulnya industri-industri obat,
sehingga terpisahlah kegiatan farmasi di bidang industri obat dan di bidang
“penyedia/peracik” obat = (apotek). Dalam hal ini keahlian kefarmasian jauh lebih
dibutuhkan di sebuah industri farmasi dari pada apotek. Dapat dikatakan bahwa
farmasi identik dengan teknologi pembuatan obat. Pendidikan farmasi
berkembang seiring dengan pola perkembangan teknologi agar mampu
menghasilkan produk obat yang memenuhi persyaratan dan sesuai dengan
kebutuhan. Kurikulum pendidikan bidang farmasi disusun lebih ke arah teknologi
pembuatan obat untuk menunjang keberhasilan para anak didiknya dalam
melaksanakan tugas profesinya. Pendidikan farmasi berkembang seiring dengan
pola perkembangan teknologi agar mampu menghasilkan produk obat yang
memenuhi persyaratan dan sesuai dengan kebutuhan. Kurikulum pendidikan
bidang farmasi disusun lebih ke arah teknologi pembuatan obat untuk menunjang
keberhasilan para anak didiknya dalam melaksanakan tugas profesinya.
Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia (1997) dalam “informasi
jabatan untuk standar kompetensi kerja” menyebutkan jabatan Ahli Teknik Kimia
Farmasi, (yang tergolong sektor kesehatan) bagi jabatan yang berhubungan erat
dengan obat-obatan, dengan persyaratan : Pendidikan Sarjana Teknik Farmasi.
Buku Pharmaceutical handbook menyatakan bahwa farmasi merupakan bidang
yang menyangkut semua aspek obat, meliputi : isolasi/sintesis, pembuatan,
pengendalian, distribusi dan penggunaan.
Silverman dan Lee (1974) dalam bukunya, “Pills, Profits and Politics”,
menyatakan bahwa :
1. Pharmacist lah yang memegang peranan penting dalam membantu dokter
menuliskan resep rasional. Membantu melihat bahwa obat yang tepat,
pada waktu yang tepat, dalam jumlah yang benar, membuat pasien tahu
mengenai “bagaimana,kapan,mengapa” penggunaan obat baik dengan atau
tanpa resep dokter.
2. Pharmacist lah yang sangat handal dan terlatih serta pakar dalam hal
produk/produksi obat yang memiliki kesempatan yang paling besar untuk
mengikuti perkembangan terakhir dalam bidang obat, yang dapat melayani
baik dokter maupun pasien, sebagai “penasehat” yang berpengalaman.
3. Pharmacist lah yang merupakan posisi kunci dalam mencegah penggunaan
obat yang salah. Penyalah gunaan obat dan penulisan resep yang irasional
(Anonim).
Industri farmasi dibagi dalam dua kelompok yaitu industri padat modal dan
industri padat karya. Industri padat modal adalah industri yang menggunakan
mesin-mesin produksi dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah tenaga
kerjanya, sedangkan industri padat karya lebih banyak menggunakan tenaga
manusia dari pada tenaga mesin.
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. Bahan obat
adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang digunakan
dalam pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai bahan baku obat.
Industri farmasi merupakan industri yang memproduksi obat yang aman dan
berkualitas. Untuk menjamin mutu obat yang berkualitas, maka industri farmasi
melakukan seluruh aspek rangkaian kegiatan produksinya dengan menerapkan
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). CPOB merupakan pedoman yang harus
diterapkan dalam seluruh rangkaian proses di industri farmasi dalam pembuatan
obat jadi, sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan RI No.
43/Menkes/SK/II/1988 tentang Cara Pembuatan Obat yang Baik.
7. Manajemen Mutu
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) menyangkut seluruh aspek produksi
dan pengendalian mutu, bertujuan untuk menjamin bahwa produk obat yang
dibuat senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah disesuaikan dengan
tujuan penggunaannya.
CPOB merupakan pedoman yang dibuat untuk memastikan agar sifat dan
mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan syarat bahwa standar mutu obat yang
telah ditentukan tetap tercapai.
8. Personalia
KESIMPULAN