Vous êtes sur la page 1sur 22

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)

MPKP merupakan salah satu sistem pemberian asuhan keperawatan yang

sedang dikembangkan untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan

keperawatan dan meningkatkan profesionalitas rumah sakit, dalam hal ini

perawat mempunyai peran penting. Sistem model keperawatan profesional

adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan 4 unsur, yakni standar, proses

keperawatan, pendidikan keperawatan dan sistem model penerapan

keperawatan profesional (MPKP). Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip

nilai yang diyakini dan akan meningkatkan produksi/jasa pelayanan

keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai tersebut sebagai pengambilan

suatu keputusan yang independen, maka tujuan kesehatan/keperawatan dalam

memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud (Nursalam, 2007).

Pengembangan MPKP di Indonesia berdasarkan UU No.36 tahun 2009

bahwa tenaga kesehatan harus memiliki kualifikasi dan dalam melaksanakan

tugasnya berkewajiban mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan yang dimiliki (Depkes, 2009). Diperlukan adanya pengetahuan

dan motivasi perawat dalam pengembangan MPKP ini.

B. Penyelesaian Masalah Selama Praktik Manajemen MPKP

1. M1 (Ketenagaan)

Hasil pengkajian di ruang Merak pada tanggal 2 januari 2018 bahwa

terdapat 10 orang tenaga perawat yaitu 1 orang kepala ruangan, 1 orang

wakil kepala ruangan, dan 8 perawat pelaksana/asosiet. Berdasarkan hasil

perhitungan, jumlah tenaga kerja perawat sudah sesuai dengan jumlah

pasien yang ada di ruang Merak. Dengan demikian, struktur menejemen


Departemen Keperawatan Manajemen
Profesi Ners XI UINAM | 122
bagian ketenagaan secara umum pada ruangan Merak sudah bagus. Hasil

observasi menunjukkan struktur organisasi yang berada di ruangan telah

ada namun belum sesuai dengan Model Praktik Keperawatan Profesional

(MPKP).

Berdasarkan pengkajian, masalah ketenagaan (M1) di Ruang Merak

sudah berjalan sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa ketenagaan

merupakan salah satu komponen dari struktur manejemen pada MPKP.

Bagian ketenagaan ini membahas mengenai struktur organisasi di ruangan,

jumlah tenaga kerja, kebutuhan tenaga, menurut Dougles, diagnosis

penyakit terbanyak, dan perhitungan beban kerja perawat.

Berdasarkan hasil observasi terlihat struktur organisasi yang

diterapkan di ruangan Merak belum sesuai dengan model MPKP

berdasarkan teori dan dari hasil wawancara dengan beberapa perawat

mengatakan kurang mengetahi tentang jenis MPKP serta tugas pokok

sesuai model MPKP yang diterapkan di ruang perawatan Merak sehingga

sebagai bentuk penanganan terhadap kondisi tersebut diadakan

kesepakatan antara mahasiswa dan penanggung jawab RS.Bhayangkara

Makassar serta Kepala ruangan, untuk mengadakan Pelatihan Model

Praktik Keperawatan Profesional (MPKP).

Dalam pelaksanaan pelatihan MPKP dilaksanakan pada tanggal 18

januari 2018 di Aula RS Bhayangkara Makassar yang dihadiri sebanyak 38

orang perwakilan dari semua ruang rawat inap diantaranya 6 orang dari

perwakilan ruang Merak. Tujuan pelaksanaan kegiatan ini yaitu untuk

menambah pengetahuan dan pemahaman tentang Model Praktik

Keperawatan Profesional serta melaksanakan dan menerapkan Model

Praktik Keperawatan Profesional di masing-masing ruangan.


Departemen Keperawatan Manajemen
Profesi Ners XI UINAM | 123
2. M2 (Sarana dan Prasarana)

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan perawat

penanggungjawab bagian inventaris di ruangan Merak mengatakan bahwa,

sarana dan prasarana di Ruangan Merak sudah cukup memadai namun

perlu dilakukan penambahan beberapa sarana dan prasarana. Dari hasil

observasi didapatkan kurangnya informasi terkait masalah pengendalian

infeksi nasokomial meliputi informasi tentang five moment hand hygiene,

batuk efektif dan larangan merokok sebagai pedoman dalam menurunkan

resiko infeksi.

Sebagai bentuk penanganan terhadap kondisi tersebut diadakan

kesepakatan antara mahasiswa dan Kepala ruangan, untuk mengadakan

poster five moment hand hygiene, batuk efektif dan larangan merokok di

ruangan Merak. Pada tanggal 17 Januari 2018 dilakukan pengadaan five

moment hand hygiene, batuk efektif dan larangan merokok yang dipasang

di ruangan Merak dapat membantu meningkatkan mutu pelayanan di

rumah sakit khususnya dalam pencegahan dan pengendalian infeksi.

Pada tahap implementasi, pengadaan poster etika batuk, five moment

hand hygiene dan larangan merokok dilaksanakan pada tanggal 17 Januari

2018 sebanyak 3 buah poster etika batuk dan larangan merokok yang

diletakkan di setiap sisi ruang perawatan Merak dan poster five moment

hand hygiene di 16 kamar di Perawatan Merak terdiri dari 15 ruang

perawatan VIP dan 1 ruang perawatan super VIP masing masing 1 buah

poster. Dimana poster tersebut bertujuan untuk meningkatkan mutu

pelayanan di rumah sakit khususnya dalam pencegahan dan pengendalian

infeksi.

Departemen Keperawatan Manajemen


Profesi Ners XI UINAM | 124
Dari hasil evaluasi diperoleh hasil telah diadakan poster etika batuk

dan larangan merokok sebanyak 3 buah yang diletakkan di setiap sisi

ruang perawatan Merak dan poster five moment hand hygiene di 16 kamar

di Perawatan Merak terdiri dari 15 ruang perawatan VIP dan 1 ruang

perawatan super VIP masing masing 1 buah poster sehingga poster

tersebut dapat dibaca oleh pengunjung ruang perawatan Merak.

Selain itu, saat dilakukan observasi oleh mahasiswa praktek

manajemen oleh profesi Ners UIN Alauddin Makassar di Ruang perawatan

Merak, tidak terdapat denah ruangan di Ruang perawatan Merak sebagai

peununjuk bagi tenaga kesehatan, keluarga ataupun pengunjung dalam

melakukan aktivitas di ruangan.

Denah ruangan Perawatan Merak RS. Bhayangkara Makassar

diadakan dengan tujuan sebagai penunjang kebutuhan manajemen di

Perawatan Merak RS. Bhayangkara Makassar dan berdasarkan data belum

terdapatnya denah ruangan di ruangan tersebut. Tahap pelaksanaan

pengadaan denah ruangan dimulai dengan tahap observasi ruangan,

pengimputan dan desain kemudian dilakukan percetakan dan pemasangan

di dinding lobby ruangan. Dari hasil evaluasi tanggal 19 Januari 2018

diperoleh hasil telah diadakan denah ruangan perawatan Merak yang

diletakkan di dinding lobby ruangan.

Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Bhayangkara, bahwa untuk

ruang rawat inap Nurse Station harus terletak dipusat blok yang dilayani

agar perawat dapat mengawasi pasiennya secara efektif namun dari

kekurangan tersebut tersedia bell untuk dapat terhubung dengan perawat

akan tetapi urutan nomor bell tidak sesuai dengan urutan kamar

pasien.penggunaan ruang perawatan terjadi perbaharuan yang mengacu


Departemen Keperawatan Manajemen
Profesi Ners XI UINAM | 125
terkait perubahan urutan bell yang tidak sesuai dengan nomor kamar

pasien. Terkait masalah tersebut dan dari hasil wawancara dengan kepala

ruangan perlu diadakan pembaharuan penulisan/nomor ruangan yang

sesuai dengan bell.

3. M3 (Metode)

a. Penerimaan Pasien Baru

Sebelum dilakukan praktek proses MPKP oleh profesi Ners UIN

Alauddin di merak, penerimaan pasien baru di Ruang merak oleh

perawat dilakukan pengkajian dan orientasi ruangan sesuai SPO. Hal ini

sudah sejalan dengan teori, dimana penerimaan pasien baru merupakan

suatu prosedur yang dilakukan oleh perawat ketika ada pasien baru

datang ke sebuah ruangan rawat inap. Kepala ruangan/ketua tim

menerima pasien baru dan melakukan orientasi pada pasien dan

keluarga pasien. Orientasi yang diberikan terkait fasilitas yang ada di

ruangan dan tata tertib rumah sakit. Setelah itu, kepala ruangan/ketua

tim meninggalkan ruangan dan melengkapi administrasi pasien,

sedangkan perawat pelaksana tetap tinggal melakukan pengkajian pada

pasien (Nursalam, 2015).

b. Pre Conference dan Post Conference

Dan hasil observasi pada tanggal 3 januari 2018 dilakukan post

conference, namun masih sangat sederhana. Pada pelakasanaan post

conference, kepala ruangan/ PJ tim membuka acara kemudian

mengevaluasi masalah dan memberikan masukan dan tindak lanjut

terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu. Selanjutnya kepala

ruangan/PJ tim juga tidak dilakukan penutupan acara. PJ tim/katim

Departemen Keperawatan Manajemen


Profesi Ners XI UINAM | 126
tidak memberikan reinforcement. Sedangkan, pre conference tidak

dilakukan.

Sebagai bentuk penatalaksanaan untuk membantu mengoptimalkan

pelaksanaan manajemen MPKP dalam hal ini pre dan post conference

maka dilakukan kegiatan pre dan post conference setiap hari setelah

operan dan sebelum melakukan operan kedinas berikutnya dan

pelaksanaan kegiatan roleplay untuk mengetahui tahapan kegiatan pre

dan post conference yang benar dan sesuai dengan SOP.

Selama praktik penerapan metode proses MPKP, mahasiswa

profesi ners UIN Alauddin Makassar melakukan pre dan post

Conference selama 1 minggu masa Shift dinas. Pre Conference

dilaksanakan sejak hari Senin, 08 Januari- 12 Januari 2018 di setiap

shift dengan durasi pelaksanaan kurang lebih 10 menit dengan tujuan

untuk mendiskusikan dan mengidentifikasi masalah-masalah pasien,

merencanakan tindakan dan mengevaluasi hasil dari tindakan yang

telah dilakukan. Kegiatan Pre Conference dilaksanakan di Nurse

Station Ruang Merak yang dihadiri oleh Kepala ruangan (di pagi hari),

Ketua Tim (di pagi hari), Perawat Pelaksana, mahasiswa praktek

profesi Ners. Dalam Pelaksanaannya mahasiswa praktik Profesi Ners

UIN Alauddin mendapatkan kesempatan menjadi Kepala Ruangan

(Karu), Ketua Tim (Katim) dan Perawat Pelaksana. Di dalam video

edukasi yang berperan sebagai Karu adalah Nurindasari, S. Kep yang

menjadi Ketua Tim Shift Pagi adalah Siti Nur Aishya, S. Kep dan yang

menjadi perawat pelaksana adalah Nurmi, S. Kep, Zulkifli S. Kep.

Kegiatan tersebut di buka oleh kepala ruangan (KARU) dan

membacakan ayat suci Al-Qur’an, selanjutnya kepala ruangan


Departemen Keperawatan Manajemen
Profesi Ners XI UINAM | 127
(KARU) memberikan kesempatan kepada ketua tim (KATIM) dan

ketua tim membagi tugas kepada perawat pelaksana untuk melaporkan

keadaan pasien yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing yang

meliputi identitas pasien, keadaan umum pasien, keluhan pasien,

observasi TTV, therapi pemberian obat, hasil pemeriksaan

laboratorium, dan rencana tindakan keperawatan. Kemudian ketua tim

(KATIM) mengambil kesimpulan dari laporan yang diberikan oleh

masing-masing perawat pelaksana (PP) dan memberikan masukkan

rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada masing-

masing pasien. Selanjutnya melakukan do’a bersama dan pre

conference di tutup oleh kepada ruangan (KARU).

Post Conference dilaksanakan sejak hari selasa 08 Januari- 12

januari 2018 di setiap shift dengan durasi pelaksanaan kurang lebih 10

menit dengan tujuan untuk mendiskusikan dan mengidentifikasi

masalah-masalah pasien dan mengevaluasi hasil dari tindakan yang

telah dilakukan atau yang belum dilakukan. Kegiatan Post Conference

dilaksanakan di Nurse Station Ruang Merak yang dihadiri oleh Kepala

ruangan, Ketuan Tim, Perawat Pelaksana, Mahasiswa praktek profesi

Ners. Dalam Pelaksanaannya mahasiswa praktik Profesi Ners

mendapatkan kesempatan menjadi Kepala Ruangan (Karu), Ketua Tim

dan Perawat Pelaksana. Di dalam video edukasi yang berperan sebagai

Katim adalah Husnaeni Riyani H. Sahar S. Kep dan yang menjadi

perawat pelaksana adalah Sumarni, S. Kep. Kegiatan tersebut di buka

oleh kepala tim (KATIM) dan membacakan ayat suci Al-Qur’an,

selanjutnya ketua tim (KATIM) mempersilahkan penanggung jawab

kamar untuk melaporkan perkembangan pasien, pencapaian tujuan


Departemen Keperawatan Manajemen
Profesi Ners XI UINAM | 128
asuhan, kendala yang dihadapi dan cara mengatasinya, kejadian-

kejadian lain yang ditemukan selama pemberian asuhan keperawatan

kepada pasien. Hasil post conference sebagai dasar untuk operan pada

shift jaga berikutnya. Kemudian ketua tim (KATIM) mengambil

kesimpulan dari laporan yang diberikan oleh masing-masing perawat

pelaksana (PP). Selanjutnya pre conference di tutup oleh kepada tim

(KATIM) dan melakukan do’a bersama. Selanjutnya melakukan

kegitan operan / timbang terima. Kegiatan ini ikuti oleh kepala

ruangan (KARU), ketua tim (KATIM) dan perawat pelaksana (PP).

Pre dan post Conference dilaksanakan oleh ketua TIM dan perawat

pelaksana dalam MPKP. Setiap perawat harus menyadari peran mereka

sebagai partisipan aktif, seperti mempertahankan pilihan intervensi

keperawatan, mengklarifikasi pendapat, menggali alternatif pemecahan

masalah, dan mempraktikkan kemampuan pengambilan keputusan

klinik (Keliat dkk., 2013).

Evaluasi perawat setelah pelaksanaan implementasi di ruangan

Merak selama 1 minggu proses pre post conference diikuti oleh

perawat yang ada di ruangan Merak dengan benar sehingga terjalin

kerjasama yang baik dalam proses penerapan manajemen MPKP untuk

pemberian pelayanan yang optimal, dan setelah implementasi MPKP

selesai pelaksanaan pre dan post conference masih dilakukan secara

berlanjut namun untuk pelaksanaan MPKP yang lebih maksimal

kedepannya diharapkan penerapan pre dan post conference diruangan

lebih sering dilaksanakan setiap pergantian dimasing-masing shift jaga.

c. Hand Over

Departemen Keperawatan Manajemen


Profesi Ners XI UINAM | 129
Berdasarkan hasil observasi terlihat bahwa hand over dilakukan di

nurse station yang dipimpin oleh kepala ruangan jika sedang tidak

dalam pekerjaan yang lain atau diganti oleh ketua tim, dilaksanakan

sebanyak 3 kali dalam 1 kali 24 jam yaitu dari shift malam ke pagi,

shift pagi ke siang, dan shift siang ke malam. Berdasarkan hasil

observasi yang dilakukan pada tanggal 02-03 januari 2018 pukul

07.15-15.00 WITA didapatkan Proses hand over dilakukan di nurse

station dimana PJ shift membuka acara dengan salam dan kemudian

memimpin doa. Selanjutnya hand over dilanjutkan di kamar pasien,

perawat jaga malam hanya menjelaskan dan memperkenalkan pada

pasien tentang perawat jaga pagi. Pelaksanaan hand over pada saat itu

kurang maksimal dimana langkah hand over Tim yang mengoperkan

dinas memberi tidak memberikan kesempatan kepada tim yang akan

menjalankan tugas untuk bertanya/berdiskusi. yang mempimpin

operan merangkum informasi hand over, dan memberikan saran tindak

lanjut, tidak dilakukan.

Berdasarkan Rushton (2010) mengatakan timbang terima pasien

dirancang sebagai salah satu metode komunikasi yang relevan pada tim

perawat setiap pergantian shift, sebagai petunjuk praktik memberikan

informasi mengenai kondisi terkini pasien, tujuan pengobatan, rencana

perawatan serta menentukan prioritas pelayanan. Sedangkan Friesen

(2008) menyebutkan timbang terima adalah transfer tentang informasi

(termasuk tanggung jawab dan tanggung gugat) selama perpindahan

perawatan yang berkelanjutan yang mencakup peluang tentang

pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien. Timbang terima

Departemen Keperawatan Manajemen


Profesi Ners XI UINAM | 130
akan berjalan dengan lancar jika perawat dapat berkomunikasi secara

efektif.

Komunikasi efektif saat timbang terima yang dilaksanakan dengan

baik dapat membantu mengidentifikasi kesalahan serta memfasilitasi

kesinambungan perawatan pasien. Prinsip komunikasi efektif dalam

timbang terima menurut Cahyono (2008) adalah komunikasi interaktif

yang memungkinkan pemberi informasi dan penerima informasi

memperoleh kesempatan untuk saling bertanya, pesan yang

disampaikan bersifat terkini (update) yang berisi tentang perawatan

pasien, pengobatan, pelayanan, kondisi serta perubahan-perubahan

yang baru saja dialami dan perlu diantisipasi, terjadi proses verifikasi

informasi yang diterima dengan cara mengulang kembali (read back)

setepat mungkin, ada kesempatan bagi penerima informasi untuk

melakukan peninjauan kembali data historis pasien yang meliputi data

keperawatan dan terapi sebelumnya, dan interupsi harus diminimalkan

agar pesan dapat dilakukan seoptimal mungkin tanpa menimbulkan

kesalahan.

Sejalan dengan prinsip komunikasi efektif di atas, Nursalam (2012)

membagi kegiatan timbang terima menjadi beberapa tahapan yaitu

tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap post timbang terima.

Pada saat tahap persiapan ada beberapa kegiatan yang dilakukan, tahap

ini dilakukan di nurse station. Perawat yang akan melakukan timbang

terima adalah perawat pelaksana. Tahap selanjutnya adalah tahap

pelaksanaan timbang terima, setting tempat pada tahap pelaksanaan

ada dua tempat, yaitu nurse station dan ruang perawatan. Pelaksana

dari tahap ini adalah kepala ruangan, perawat pelaksana. Tahap


Departemen Keperawatan Manajemen
Profesi Ners XI UINAM | 131
terakhir dari timbang terima adalah tahap post timbang terima, tempat

yang digunakan adalah nurse station sedangkan pelaksana dari tahap

ini adalah kepala ruangan dan perawat pelaksana. Menurut Jefferson

(2012), dalam melakukan timbang terima ada perkembangan alternatif

komunikasi efektif yang dapat dilakukan yaitu metode SBAR.

Alternatif penyelesaian masalah hand over tersebut yaitu telah

dilakukan role play hand over. Hand over dilaksanakan sejak hari

Senin, tanggal 08-12 januari 2018 di setiap pergantian shift dengan

durasi pelaksanaan kurang lebih 15 menit dengan tujuan

mengkonfirmasi keadaan pasien dan menyampaikan beberapa

informasi yang penting agar asuhan keperawatan yang diberikan

berkelanjutan. Kegiatan operan dilaksanakan di Nurse Station Merak

dan di dalam kamar pasien yang dihadiri oleh Kepala ruangan (di pagi

hari), Ketuan Tim (di pagi hari), Perawat Pelaksana, mahasiswa

praktek profesi Ners. Dalam Pelaksanaannya mahasiswa praktik

Profesi Ners mendapatkan kesempatan menjadi Kepala Ruangan

(Karu), Ketua Tim dan Perawat Pelaksana. Di dalam video edukasi

yang berperan sebagai Karu adalah Muh.Darwis, S. Kep yang menjadi

Ketua Tim Shift Pagi adalah Rahmawati, S. Kep dan yang menjadi

perawat pelaksana adalah Mukarramah, S. Kep. Kegiatan tersebut di

buka oleh kepala ruangan (KARU) dan melafaskan ayat suci al-quran,

selanjutnya kepala ruangan (KARU) memberikan kesempatan kepada

ketua tim (KATIM) shift pagi atau penanggung jawab kamar untuk

melaporkan hasil tindakan dan rencana pasien kepada tim shift siang

meliputi keadaan umum pasien, keluhan pasien, observasi TTV, therapi

pemberian obat, hasil pemeriksaan laboratorium, dan rencana tindakan


Departemen Keperawatan Manajemen
Profesi Ners XI UINAM | 132
keperawatan dan medis. Kemudian dilanjutkan dengan timbang terima

dikamar pasien dimana setelah dilakukan timbang terima di kamar

pasien dilanjutkan dengan melakukan do’a kesembuhan bersama

pasien. Selanjutnya KARU menutup operan di nurse station dan

melafaskan doa bersama perawat.

Evaluasi perawat setelah Mahasiswa Profesi Ners UIN Alauddin

melakukan melakukan pelaksanaan implementasi selama 1 minggu

proses hand over tetap berlanjut sesuai dengan penerapan yang

dilakukan sebelumnya. Hand over di Ruang Merak sudah berjalan

sesuai dengan SPO, namun masih penerapan melafaskan ayat-ayat suci

al-quran tidak dilakukan karena keyakinan yang berbeda-beda setiap

orang.

d. Ronde Keperawatan

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan dan perawat

pelaksana mengatakan bahwa diruangan Merak belum pernah di

adakan ronde keperawatan dan hanya beberapa perawat yang paham

dengan Ronde Keperawatan.

Tidak sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Sitorus (2011)

bahwa pelaksanaan ronde keperawatan hendaknya rutin dilakukan

setiap bulannya yang melibatkan seluruh anggota tim dan tenaga medis

lainnya berfokus pada klien yang membutuhkan perawatan khusus

dengan keluhan yang lebih komplit, konsuler/CCM memfasilitasi

kreativitas dan validasi hasil asuhan keperawatan yang diberikan.

Alternatif penyelesaian masalah ronde keperawatan tersebut yaitu

telah dilakukan role play ronde keperawatan. Ronde keperawatan

dilakukan sebanyak satu kali yaitu pada hari selasa tanggal 08 januari
Departemen Keperawatan Manajemen
Profesi Ners XI UINAM | 133
2018. data bahwa Tn. R awalnya menderita penyakit Hemoroid yang

dialami sejak 1 tahun yang lalu seminggu sebelum klien dibawa ke

Rumah Sakit Bhayangkara Makassar, klien mengatakan bahwa sudah

pernah melakukan operasi sebanyak 2 kali di salah satu rumah sakit

yang ada di jeneponto, setelah 3 hari setelah operasi klien mengeluh

susah untuk BAB sehingga memilih untuk di rujuk ke Rumah sakit

Bhayangkara Pada hari senin dilakukan pemeriksaan laboratorium

didapatkan hasil Tn.R Mengalami penurunan HB 5.0

Ronde keperawatan dilakukan di nurse station yang dihadiri oleh

Ketua tim, perawat pelaksana, mahasiswa praktek profesi ners. Yang

berperan sebagai dokter adalah Rahmawati, S.Kep, sebagai gizi adalah

Dian Kartika, S.Kep, sebagai kepala ruangan adalah Yusril Yunus,

S.Kep, sebagai ketua tim adalah Mu. Darwis S. Kep, sebagai perawat

pelaksana adalah Nirwana Jupriadi, S.Kep dan Mukarramah, S.Kep,

sebagai pasien adalah Harmina, S. Kep, dan sebagai fisioterapi Lies

Sagita, S. Kep. Dalam pelaksanaannya, sehari sebelum dilaksanakan

ronde, dilakukan pre ronde yaitu ketua tim melapor kepada kepala

ruangan tentang masalah salah satu pasien yang perlu didiskusikan

dengan perawat dan tim kesehatan lainnya. Setelah mendapat

persetujuan dari kepala ruangan, selanjutnya ketua tim menjelaskan

kepada pasien dan keluarga serta meminta persetujuan keluarga.

Selanjutnya, perawat pelaksana melakukan pengkajian ulang. Setelah

itu, kegiatan ronde dibuka oleh kepala ruangan selanjutnya katim

menjelaskan tentang masalah pasien. Setelah itu, peserta diajak ke

ruangan pasien untuk memvalidasi dan melihat kondisi pasien dan

kemudian perawat pelaksana menjelaskan tentang masalah


Departemen Keperawatan Manajemen
Profesi Ners XI UINAM | 134
keperawatan yang dialami pasien secara terperinci serta asuhan

keperawatan yang telah diberikan. Setelah itu, tim ronde kembali ke

nurse station untuk mendiskusikan dan menyusun rencana

keperawatan dan tindakan medis lainnya yang akan dilakukan yang

kemudian disimpulkan oleh katim. Selanjutnya kepala ruangan

memimpin doa dan menutup kegiatan ronde keperawatan.

e. Supervisi

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh profesi Ners UIN

Alauddin di Ruang Merak mengatakan bahwa supervisi dilakukan

tidak terjadwal dan tidak sesuai SPO supervisi di ruangan. Menurut

perawat di ruangan Merak supervisi dilakukan setahun sekali dan tidak

ada waktu yang ditentukan kadang dilakukan secara situasional atau

tiba-tiba kepada perawat pelaksana. Dalam pelaksanaannya, tidak ada

instrumen supervisi.

Sebagai bentuk penatalaksanaan untuk membantu mengoptimalkan

pelaksanaan manajemen MPKP dalam hal ini supervisi maka

dilakukan kegiatan role play supervisi keperawatan. Pelaksanaan

roleplay supervisi yakni pada tanggal 08-12 Januari 2018 pukul 14.00

WITA. Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan menjadi rolemodel

bagi perawat yang ada di Ruang Merak dalam pemenuhan dan

peningkatan pelayanan pada klien dan keluarga yang berfokus pada

kebutuhan, keterampilan dan kemampuan perawat dalam

melaksanakan tugas. Kegiatan roleplay supervisi ini dilaksanakan di

Perawatan ruang Merak dengan pengawasan dari Kapala Ruangan dan

preceptor lahan. Dalam pelaksanaannya roleplay Supervisi langsung

dari Kepala Bidang Instalasi Rawat Inap terhadap Kepala Ruangan


Departemen Keperawatan Manajemen
Profesi Ners XI UINAM | 135
kemudian dari Kepala Ruangan terhadap Ketua Tim dan Perawat

Pelaksana. Di dalam video edukasi yang berperan sebagai Kepala

Bidang Instalasi Rawat Inap adalah Zainul Faidhin, S. Kep, sebagai

Kepala Ruangan adalah Nurindasari, S. Kep, sebagai Ketua Tim adalah

Nurmi, S. Kep dan sebagai perawat pelaksanan adalah Riyani H.

Sahar, S. Kep.

Dalam Pelaksanaan Karu menyampaikan kepada perawat

pelaksanan bahwa akan dilakukan supervisi pemberian obat (injeksi

intravena). Supervisi dilakukan secara langsung oleh kepala ruangan.

Adapun yang disupervisi adalah perawat pelaksana saat melakukan

tindakan menginjeksi obat melalui intravena. Kepala ruangan melihat

langkah-langkah dalam melakukan tindakan tersebut.

Adapun tahap supervisi meliputi yang pertama pra pelaksanaan.

Sebelum supervisi, kepala ruangan menyampaikan kepada ketua tim

akan dilakukan supervisi pemerian obat per IV. Setelah itu, kepala

ruangan menyiapkan format penilaian untuk tindakan – tindakan yang

akan di supervisikan. Dilanjutkan dengan tahap pelaksanan di ruangan,

dalam pelaksanaan terdapat beberapa hal yang tidak sesuai SPO yang

dilkukan peraat pelaksana yaitu tidak mencucu tangan, tidak

menggunakan andscoon dan kurang tepat saat menutup spoit sehingga

menjadi penilaian bagi Supervisir.

Pada tahap evaluasi tanggal 08-12 September, setelah dilakukan

roleplay supervisi, perawat di ruang Merak belum melaksanakan

supervisi keperawatan karena mengingat supervisi membutuhkan

waktu dalam persiapannya. Sehingga sebagai tindak lanjut, video

edukasi yang diberikan akan menjadi referensi dalam pelaksanaan


Departemen Keperawatan Manajemen
Profesi Ners XI UINAM | 136
supervisi nantinya di Ruang Merak. Dan diharapkan Ruang merak

dapat melaksanakan supervisi terjadwal demi meningkatkan mutu

pelayanan di RS. Bhayangkara Makassar.

Supervisi bagi organisasi pemberi layanan keperawatan difokuskan

untuk meningkatkan keefektifan dan mutu asuhan keperawatan melalui

satu system evaluasi, keefektifan dan efisiensi, manajemen resiko,

tanggung jawab dan akuntabilitas. Menurut Ilyas (2007), hasil akhir

supervise sangat berhubungan dengan kualitas pelayanan keperawatan.

Mutu layanan keperawatan dapat dikembangkan, dicapai dan

ditingkatkan seperti peningkatan kualitas interaksi, hubungan, dan

komunikasi antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya (Keliatdkk.,

2013). Penelitian yang dilakukan oleh Mulyaningsih (2013),

menjelaskan bahwa supervisi merupakan salah satu fungsi manajemen

yang paling penting dilakukan untuk meningkatkan kinerja perawat

dalam penerapan MPKP.

C. Penerapan Manajemen Islami

Selain proses MPKP di atas, kegiatan lain yang dilakukan mahasiswa

Profesi Ners UIN Alauddin adalah penerapan manajemen islami yaitu dengan

melakukan doa bersama di setiap kegiatan seperti pre conference, post

conference, operan, melakukan doa bersama demi kesembuhan pasien

dikamar pasien, mengucapkan basmalah dalam memulai injeksi serta

pengadaan media yang dapat membantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan

spirutualnya.

1. Dimensi Spiritual Sebagai Bagian Dari Keperawatan Holistik

Komprehensif

Departemen Keperawatan Manajemen


Profesi Ners XI UINAM | 137
Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan

professional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan

berbasis ilmu dan kiat keperawatan yang berbentuk layanan

biopsikososiospritual komprehensif ditujukan bagi individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup

keselurahan proses kehidupan manusia (Lokakarya Keperawatan Nasional,

1983).

Keperawatan memandang manusia atau klien sebagai makhluk

yang holistik terdiri atas aspek biologis (fisik, psikologis, kultural dan

spiritual). Dimensi spiritual ini merupakan salah satu dimensi yang

membutuhkan perhatian khusus perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan kepada klien. Pada dimensi spiritual terletak keyakinan

religious dan dan keimanan klien yang sangat penting dalam kehidupan

personal klien. Keimanan merupakan suatu factor yang sangat kuat

(powerfull) dalam penyembuhan dan pemulihan fisik klien (Assam, 2010).

2. Penerapan Manajemen Islami

Sebelum dilakukan praktek manajemen oleh profesi Ners UIN

Alauddin di Ruang perawatan Merak, sudah terdapat penerapan unsur

spiritual dalam kegiatan di ruangan tersebut seperti membaca doa sebelum

kegiatn post conference.

Pada tahap implementasi sejak tanggal 8 januari - 12 januari 2018

dilaksanakan penerapan manajemen islami di Perawatan Merak yakni

dengan melakukan doa bersama di setiap kegiatan seperti pre conference,

post conference, operan, melakukan doa bersama demi kesembuhan pasien

dikamar pasien, melafazkan ayat-ayat suci al-quran sebelum memulai

kegiatan. Pada tahap evaluasi tanggal 8 – 12 januari 2018 penerapan


Departemen Keperawatan Manajemen
Profesi Ners XI UINAM | 138
manajemen islami yang telah di implementasikan telah menjadi kegiatan

rutin dalam melakukan setiap kegiatan sehingga pasien merasa menjadi

lebih diperhatikan dan kebutuhan spiritual mulai terpenuhi.

Penelitian di Inggris dan Amerika Serikat juga telah menyimpulkan

bahwa doa dapat mengurangi gejala penyakit pada klien dan mempercepat

proses penyembuhannya (Ratnasari, 2013). Selain daripada itu, Al-Qur’an

juga dapat menjadi penyembuh sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS.

Al-Isra’ Ayat 18:

‫سوندنسززدل إمسن اًؤلقدؤرآْإن سماَ هدسو إشسفاَةء سوسرؤحسمةة لإؤلدمؤؤإمإنيِسن سولِ يِسإزيِدد اًل ظ‬
ً‫ظاَلإإميِسن إإلِ سخسساَررا‬

Terjemahnya:

Dan Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan

rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur'an itu tidaklah

menambah kepada orang-orang yang salim selain kerugian.

Berdasarkan ayat tersebut, dikatakan bahwa Al-Qur’an dapat

menjadai penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Jadi,

apabila seseorang mengalami sakit, baik itu sakit jasmaniah atau rohaniah

hendaknya menjadikan Al-Qur’an sebagai penawarnya dengan selalu

senantiasa membaca dan mengamalkan Al-Qur’an. Selain daripada itu,

Allah SWT pun dalam QS. Yunus Ayat 57 menegaskan kepada umat

manusia bahwasahnya telah datang pelajaran dan penyembuh bagi penyakit-

penyakit yang berada dalam dada dan merupakan petunjuk serta rahmat bagi

umat manusia.

‫صددوإر سوهدردىً سوسرؤحسمةة لإؤلدمؤؤإمإنيِسن‬


‫ظةة إمؤن سربزدكؤم سوإشسفاَةء لإسماَ إفيِ اًل ص‬ ‫سيِاَ أسصيِسهاَ اًلظناَ د‬
‫س قسؤد سجاَسءؤتدكؤم سمؤوإع س‬

Terjemahnya:

Departemen Keperawatan Manajemen


Profesi Ners XI UINAM | 139
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari

Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam

dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.

Dalam kaitannya dengan penyembuhan pasien di rumah sakit,

hendaknya seorang perawat yang islami selalu menyampaikan kepada

pasien maupun keluarganya untuk selalu melafadzkan atau membaca ayat

suci Al-Qur’an dan doa-doa untuk kesembuhan pasien.

Perawat meyakini manusia sebagai makhluk bio-psiko-sosio-

kultural dan spiritual yang utuh berespons terhadap suatu perubahan yang

terjadi antara lain karena gangguan kesehatan dan

penyimpangan pemenuhan kebutuhan. Untuk dapat memenuhi kebutuhan

secarra holistik dan unik diperlukan pendekatan yang komprehensif dan

bersifat individual bagi tiap sistem klien. Perawat sebagai tenaga

kesehatan yang professional mempunyai kesempatan yang paling besar

untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan/asuhan

keperawatan yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi

kebutuhan dasar yang holistik. Perawat memandang klien sebagai

makhluk bio-psikososio-kultural dan spiritual yang berespon secara

holistik dan unik terhadap perubahan kesehatan atau pada keadaan krisis.

Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat tidak bisa terlepas dari

aspek spiritual yang merupakan bagian integral dari interaksi perawat

dengan klien. Perawat berupaya membantu memenuhi kebutuhan spiritual

klien sebagai bagian dari kebutuhan menyeluruh klien, antara lain dengan

memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual klien tersebut, walaupun

perawat dan klien tidak mempunyai keyakinan spiritual atau keagamaan

yang sama (Hamid, 2000).


Departemen Keperawatan Manajemen
Profesi Ners XI UINAM | 140
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang

Maha Kuasa. Sedangkan kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk

mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi

kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau

pengampunan.

Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan

oleh setiap manusia. Apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka

hubungan dengan Tuhannya pun semakin dekat, mengingat seseorang

dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam segala hal, tidak ada yang

mampu membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali Sang Pencipta.

Dalam pelayanan kesehatan, perawat sebagai petugas kesehatan harus

memiliki peran utama dalam memenuhi kebutuhan spiritual. Perawat

dituntut mampu memberikan pemenuhan yang lebih pada saat pasien akan

dioperasi, pasien kritis atau menjelang ajal. Dengan demikian, terdapat

keterkaitan antara keyakinan dengan pelayanan kesehatan dimana

kebutuhan dasar manusia yang diberikan melalui pelayanan kesehatan

tidak hanya berupa aspek biologis, tetapi juga aspek spiritual. Aspek

spiritual dapat membantu membangkitkan semangat pasien dalam proses

penyembuhan (Asmadi, 2008).

3. Pengadaan Media Pemenuhan Kebutuhan Spiritual

Sebelum dilakukan praktek manajemen oleh profesi Ners UIN

Alauddin Makassar di Ruang perawatan Merak, terdapat penerapan unsur

spiritual hanya beberapa kegiatan di ruangan tersebut sehingga perlu

dilkukan penerapan manajemen islami. Sehingga kami mahasiswa profesi

ners UIN Alauddin mengadakan percontohan buku panduan bimbingan

ibadah orang sakit.


Departemen Keperawatan Manajemen
Profesi Ners XI UINAM | 141
Pengadaan percontohan buku panduan bimbingan ibadah orang

sakit dan dilakukan pada hari Minggu, 21 Januari 2018. Buku panduan

bimbingan ibadah orang sakit berisi hukum islam, rukun islam, thaharah

(bersuci), hal-hal yang dilakukan sebelum shalat, shalat, tata cara shalat

bagi orang sakit, shalat tahajjud, do’a-do’a, dsikir dan asmau1l husna.

Pengadaan percontohan buku panduan bimbingan ibadah orang sakit

bertujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien sebagai

bagian dari kebutuhan menyeluruh klien, antara lain dengan memfasilitasi

pemenuhan kebutuhan spiritual klien tersebut, walaupun perawat dan klien

tidak mempunyai keyakinan spiritual atau keagamaan yang sama.

Pengadaan percontohan buku panduan bimbingan ibadah orang

sakit yang berisi doa kesembuhan dan doa minum obat di dukung oleh

penelitian Yanita Vanela (2016) yang berjudul Doa sebagai metode

psikoterapi islam untuk kesehatan mental pasien di RSUD Dr. Hi.Abdul

Moeloek Bandar Lampung menyatakan bahwa pasien sangat menerima

atas terapi doa yang diberikan oleh petugas, mereka merasakan ada

manfaat yang dirasakan, mereka merasa ada ketenangan dalam dirinya,

menjadi lebih sehat jasmani dan rohaninya. Para pasien juga berharap

petugas pembimbing rohani yang ada ditambah lagi jumlahnya sehingga

lebih banyak lagi bisa membantu pasien yang ada ditambah lagi jumlahnya

sehingga lebih banyak lagi bisa membantu pasien yang ada agar cepat

sembuh.

Setelah dilakukan pengadaan buku panduan bimbingan ibadah

orang sakit maka dilakukan evaluasi pada tanggal 22 januari 2018, pasien

merasa bahwa dirinya lebih diperhatikan baik secara biologis, psikologis

dan spiritual. Pasien merasa orang lain (perawat) membantu dirinya dalam
Departemen Keperawatan Manajemen
Profesi Ners XI UINAM | 142
memahami penyakit yang dialami baik etilogi secara medis maupun

sebagai teguran atau penghapus dosa dari Allah SWT sehingga ingin

merasa lebih mendekatkan diri kepada Asy-Syaafi Tuhan pemberi

kesehatan. Selain itu, adanya media dalam bentuk bahan bacaan yang

dapat membantu pasien dalam menuntun bacaan doa-doa yang dapat

membuat hati menjadi lebih tenang.

Ketika penyakit, kehilangan atau nyeri menyerang seseorang,

kekuatan spiritual dapat membantu seseorang kearah penyembuhan atau

pada perkembangan kebutuhan dan perhatian spiritual. Selama penyakit

atau kehilangan, misalnya saja, individu sering menjadi kurang mampu

untuk merawat diri mereka dan lebih bergantung pada orang lain untuk

perawatan dan dukungan. Distres spiritual dapat berkembang sejalan

dengan seseorang mencari makna tentang apa yang sedang terjadi, yang

mungkin dapat mengakibatkan seseorang merasa sendiri dan terisolasi dari

orang lain. Individu mungkin mempertanyakan nilai spiritual mereka,

mengajukan pertanyaan tentang jalan hidup seluruhnya, tujuan hidup dan

sumber dari makna hidup. Dengan jelas, kemampuan perawat untuk

mendapat gambaran tentang dimensi spiritual klien yang jelas mungkin

dibatasi oleh lingkungan dimana orang tersebut mempraktikkan

spiritualnya. Hal ini benar jika perawat mempunyai kontak yang terbatas

dengan klien dan gagal untuk membina hubungan. Pertanyaannya adalah

bukan jenis dukungan spiritual apa yang dapat diberikan tetapi secara

sadar perawat mengintegrasikan perawatan spiritual kedalam proses

keperawatan. Perawat tidak perlu menggunakan alasan “tidak cukup

waktu” untuk menghindari pengenalan nilai spiritualitas yang dianut untuk

kesehatan kilen (Potter & Perry, 2005:567).


Departemen Keperawatan Manajemen
Profesi Ners XI UINAM | 143

Vous aimerez peut-être aussi