Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Pengertian
Hemodialisa adalah suatu tindakan untuk memisahkan sampah dan produk hail metabolic
esensial (sampah nitrogen dan sampah yang lain) melalui selaput membrane semi permiabel.
B. Indikasi
Penyakit dalam (Medikal)
- ARF- pre renal/renal/post renal, apabila pengobatan konvensional gagal mempertahankan RFT
normal.
- CRF, ketika pengobatan konvensional tidak cukup
- Snake bite
- Keracunan
- Malaria falciparum fulminant
- Leptospirosis
Ginekologi
- APH
- PPH
- Septic abortion
Indikator biokimiawi yang memerlukan tindakan hemodialisa
- Peningkatan BUN > 20-30 mg%/hari
- Serum kreatinin > 2 mg%/hari
- Hiperkalemia
- Overload cairan yang parah
- Odem pulmo akut yang tidak berespon dengan terapi medis
Pada CRF:
BUN > 200 mg%
Creatinin > 8 mg%
Hiperkalemia
Asidosis metabolik yang parah
Uremic encepalopati
Overload cairan
Hb: < 8 gr% - 9 gr% siap-siap tranfusi
C. Kontra Indikasi
Gangguan pembekuan darah
Anemia berat
Trombosis/emboli pembuluh darah yang berat
D. Komponen HD
Ada 3 unsur pokok yang saling terkait dalam proses pemisahan tersebut, yaitu: darah, ginjal
buatan dan dialisat. Pada prinsipnya dengan memakai selang darah akan dipompakan ke ginjal
buatan sementara, dari arah yang berlawanan dialisat dialirkan juga menuju ginjal buatan. Di
dalam ginjal buatan terjadi proses dialysis yang meliputi difusi, osmosis dan ultra
filtrasi. Setelah melaui proses dialysis darah akan dipompakan kembali ke dalam tubuh
pasien. Demikian siklus proses dialisia terjadi berulang-ulang sesuai waktu yang dibutuhkan.
E. Prosedur pelaksanaan HD
1. Persiapan
Persiapan pasien
Persiapan mesin
Persiapan alat dan obat-obatan
2. Pelaksanaan
Urutan awal tindakan HD
- Setting: mengeset alat HD
- Priming: pengisian pertama kali AVBL, dialiser menggunakan Nacl
- Soaking: (melembabkan) untuk meningkatkan permeabilitas membran
Menentukan dan melakukan penusukan
Memulai hemodialisis
Melakukan monitoring saat HD
Mengakhiri HD
F. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian Pre HD
Riwayat penyakit, tahap penyakit
Usia
Keseimbangan cairan, elektrolit
Nilai laboratorium: Hb, ureum, creatinin, PH
2 Resiko cedera b.d Pasien tidak mengalami1. Kaji kepatenan AV shunt - AV yg sudah tidak baik bila
akses vaskuler & cedera dg kriteria: sebelum HD dipaksakan bisa terjadi rupture
komplikasi sekunder kulit pada sekitar AV vaskuler
terhadap penusukan shunt utuh/tidak rusak 2. Monitor kepatenan kateter - Posisi kateter yg berubah dapat
& pemeliharaan Pasien tidak sedikitnya setiap 2 jam terjadi rupture vaskuler/emboli
akses vaskuler mengalami komplikasi - Kerusakan jaringan dapat
HD didahului tanda kelemahan
3. Kaji warna kulit, keutuhan kulit, pada kulit, lecet bengkak,
sensasi sekitar shunt ↓sensasi
- Posisi baring lama stlh HD dpt
menyebabkan orthostatik
4. Monitor TD setelah HD hipotensi
- Shunt dapat mengalami
sumbatan & dapat dihilangkan
dg heparin
5. Lakukan heparinisasi pada - Infeksi dpt
shunt/kateter pasca HD mempermudahkerusakan
jaringan
6. Cegah terjadinya infeksi pd area
shunt/penusukan kateter
3 Kelebihan volume Keseimbangan volume1. Kaji status cairan 1. Pengkajian merupakan dasar
cairan b.d: cairan tercapai setelah Timbang bb pre dan post hd untuk memperoleh data,
penurunan haluaran dilakukan HD 4-5 jam Keseimbangan masukan dan pemantauan 7 evaluasi dari
urine dengan kriteria: haluaran intervensi
diet cairan berlebih BB post HD sesuai dry Turgor kulit dan edema
retensi cairan & weight Distensi vena leher
natrium Udema hilang Monitor vital sign
Retensi 16-28 x/m 2. Batasi masukan cairan
kadar natrium darah Pada saat priming & wash out hd 2. Pembatasan cairan akan
132-145 mEq/l menetukan dry weight,
haluaran urine & respon
3. Lakukan hd dengan uf & tmp terhadap terapi.
sesuai dg kenaikan bb interdialisis3. UF & TMP yang sesuai akan ↓
kelebihan volume cairan sesuai
4. Identifikasi sumber masukan dg target BB edeal/dry weight
cairan masa interdialisis 4. Sumber kelebihan cairan dapat
5. Jelaskan pada keluarga & klien diketahui
rasional pembatasan cairan 5. Pemahaman ↑kerjasama klien
6. Motivasi klien untuk ↑ kebersihan & keluarga dalam pembatasan
mulut cairan
6. Kebersihan mulut mengurangi
kekeringan mulut, sehingga ↓
keinginan klien untuk minum
4 Ketidakseimbangan Keseimbangan nutrisi 1. Kaji status nutrisi: 1. Sebagai dasar untuk memantau
nutrisi, kurang dari tercapai setelah Perubahan BB perubahan & intervensi yang
kebutuhan tubuh b.d: dilakukan HD yang Pengukuran antropometri sesuai
anoreksia, mual & sdekuat (10-12 jam/mg) Nilai lab. (elektrolit, BUN,
muntah selama 3 bulan, diet kreatinin, kadar albumin, protein
pembatasan diet protein terpenuhi, 2. kaji pola diet
perubahan membrane dengan kriteria:
mukosa oral tidak terjadi 2. Pola diet dahulu & sekarang
penambahan atau ↓ BB berguna untuk menentukan
yang cepat 3. kaji faktor yang berperan dalam menu
turgor kulit normal merubah masukan nutrisi 3. Memberikan informasi, faktor
tanpa udema 4. kolaborasi menentukan tindakan mana yang bisa dimodifikasi.
kadar albumin plasma HD 4-5 jam 2-3 minggu 4. Tindakan HD yang adekuat, ↓
3,5-5,0 gr/dl kejadian mual-muntah &
konsumsi diet nilai 5. kolaborasi pemberian infus anoreksia, sehingga ↑ nafsu
protein tinggi albunin 1 jam terakhir HD makan
5. Pemberian albumin lewat infus
iv akan ↑ albumin serum
6. Tingkatkan masukan protein
6. Protein lengkap akan ↑
dengan nilai biologi tinggi: telur,
keseimbangan nitrogen
daging, produk susu
7. Anjurkan camilan rendah protein,
rendah natrium, tinggi kalori7. Kalori akan ↑ energi,
diantara waktu makan memberikan kesempatan
8. Jelaskan rasional pembatasan protein untuk pertumbuhan
diet, hubungan dengan penyakit8. ↑ pemahaman klien sehingga
ginjal dan ↑urea dan kreatinin mudah menerima masukan
9. Anjurkan timbang BB tiap hari
10. Kaji adanya masukan protein9. untuk menentukan status cairan
yang tidak adekuat & nutrisi
Edema 10. penurunan protein dapat ↓
Penyembuhan yang lama albumin, pembentukan udema
Albumin serum turun & perlambatan penyembuhan
5 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan1. Kaji faktor yang menimbulkan1. Menyediakan informasi
b.d.: tindakan keperawatan keletihan: tentang indikasi tingkat
Keletihan & HD, klien mampu - Anemia keletihan
Anemia berpartisipasi dalam
- Ketidakseimbangan cairan &
Retensi produk aktivitas yang dapat elektrolit
sampah ditoleransi, dengan
- Retensi produk sampah
Prosedur dialisis kriteria: - depresi
berpartisipasi dalam2. Tingkatkan kemandirian dalam
aktivitas perawatan aktifitas perawatan diri yang2. Meningkatkan aktifitas
mandiri yang dipilih dapat ditoleransi, bantu jika ringan/sedang & memperbaiki
berpartisipasi dalam ↑ keletihan terjadi harga diri
aktivitas dan latihan 3. Anjurkan aktivitas alternatif
istirahat & aktivitas sambil istirahat
3. Mendorong latihan & aktifitas
seimbang/bergantian
yang dapat ditoleransi &
istirahat yang adekuat
4. Anjurkan untuk istirahat setelah4. Istirahat yang adekuat
dialisis dianjurkan setelah dialisis,
karena adanya perubahan
keseimbangan cairan &
elektrolit yang cepat pada
proses dialisis sangat
melelahkan
5 Harga diri rendah Memperbaiki konsep1. Kaji respon & reaksi klien &1. Menyediakan data klien &
b.d: diri, dengan criteria: keluarganya terhadap penyakit & keluarga dalam menghadapi
Ketergantungan Pola koping klien dan penanganannya. perubahan hidup
Perubahan peran keluarga efektif 2. Kaji hubungan klien dan keluarga2. Penguatan & dukungan
Perubahan citra Klien & keluarga bisa terdekat terhadap klien diidentifikasi
tubuh dan fungsi mengungkapkan 3. Kaji pola koping klien &3. Pola koping yang efektif
seksual perasaan & reaksinya keluarganya dimasa lalu bisa berubah jika
terhadap perubahan menghadapi penyakit &
hidup yang diperlukan penanganan yang ditetapkan
sekarang
4. Klien dapat mengidentifikasi
4. Ciptakan diskusi yang terbuka masalah dan langkah-langkah
tentang perubahan yang terjadi yang harus dihadapi
akibat penyakit & penangannya
Perubahan peran
Perubahan gaya hidup
Perubahan dalam pekerjaan
Perubahan seksual
Ketergantungan dg center dialisis
5. Gali cara alternatif untuk
ekspresikan seksual lain selain
hubungan seks 5. Bentuk alternatif aktifitas
6. Diskusikan peran memberi dan seksual dapat diterima.
menerima cinta, kehangatan dan
kemesraan 6. Seksualitas mempunyai arti
yang berbeda bagi tiap
individu, tergantung dari
maturitasnya.
7 Resiko infeksi b.d Pasien tidak mengalami 1. pertahankan area steril selama1. Mikroorganisme dapat dicegah
prosedur infasif infeskis dg criteria: penusukan kateter masuk kedalam tubuh saat
berulang Duhu dbn insersi kateter
Al dbn 2. Pertahankan teknik steril selama Kuman tidak masuk kedalam
2.
Tak ada kemerahan kontak dg akses vaskuler: area insersi
sekitar shunt penusukan, pelepasan kateter
Area shunt tidak
3. Monitor area akses HD terhadap
nyeri/bengkak kemerahan, bengkak, nyeri 3. Inflamasi/infeksi ditandai dg
4. Beri pernjelasan pd pasien kemerahan, nyeri, bengkak
pentingnya ↑satus gizi 4. Gizi yang baik ↑daya tahan
5. Kolaborasi pemberian antibiotik tubuh
5. Pasien HD mengalami sakit
khonis, ↓imunitas
DAFTAR PUSTAKA
Barbara, CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses keperawatan), Bandung.
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo Agung.,
Yasmin Asih., Juli, Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa: Tim PSIK
UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta
Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan Keperawatan untuk
perencanaan dan pendukomentasian perawatan Pasien, Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M.,
Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta
University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome Classifications, Philadelphia, USA
Puji Rahardjo, 2001, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilit II, Edisi III, BP FKUI Jakarta.
Hundak, Gallo, 1996, Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Volume II, Jakarta, EGC.