Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pengantar penulisan laporan yang memuat : Latar
Belakang Masalah, Maksud dan Tujuan Penulisan, Metode Penulisan dan
Sistematika Penulisan.
BAB II : TEORI DASAR
Bab ini secara singkat memaparkan teori-teori dasar tentang Agregat
kasar, Agregat halus, dan Aspal serta pencampurannya.
BAB III : PELAKSANAAN PERCOBAAN AGREGAT
Bab ini membahas tentang proses jalannya pelaksanaan praktikum di
laboratorium yang meliputi percobaaan daricpengujian bahan agregat
Halus, Kasar, dan Aspal.
BAB IV : PELAKSANAAN PERCOBAAN MIX DESAIN DAN MARSHALL
Bab ini membahas tentang proses jalannya pelaksanaan praktikum di
laboratorium yang meliputi percobaaan daripengujian Mix Desain Dan
Marshall.
BAB VII : PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil diskusi kelompok menyangkut analisa
hasil yang sudah diperoleh dari pelaksanaan praktikum Laboratorium
Aspal dan memberikan saran- saran untuk hasil yang telah didapat dari
praktek Laboratorium Aspal.
2.3 ASPAL
Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna
hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering juga
disebut bitumen merupakan bahan pengikat pada campuran beraspal yang
3.1.1 Tujuan
Rumus perhitungan :
Kumulatif tertahan
Persen lolos :
a) Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda uji.
b) Satu set saringan : 3/4”; 1/2; 3/8”; no. 4; no. 8; no. 30; no.50; no. 100;
no. 200; pan ( standar ASTM ).
c) Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 ± 5)°
C.
d) Alat pemisah contoh.
e) Mesin pengguncang saringan.
f) Talam-talam.
g) Kuas, sikat kuningan,sendok dan lain-lain.
3.1.3.2 Bahan yang digunakan
Benda uji disiapkan sesuai dengan PB-0208-76 kecuali apabila butiran yang
melalui saringan no.200 tidak perlu diketahui jumlahnya dan bila syarat-
syarat ketelitian tidak menghendaki pencucian.
b. Contoh pasir dikeringkan dalam oven dengan suhu 110 + 5°C selama +
24 jam
c. Keluarkan contoh
i. Hitung berat benda uji yang tertahan pada tiap-tiap saringan (D=C-B)
3.1.5 Spesifikasi
Tabel. 3.1.3. Data percobaan analisa saringan agregat halus (debu batu)
Pasir :
= 22
= 2.20 %
= 97.8 %
= 168
= 16.80 %
3.1.8 Kesimpulan
Agregat halus tersebut mempunyai komposisi ukuran butir yang baik dan
dapat dipakai untuk bahan perkerasan. Sehingga bila pada penggunaannya akan
saling mengisi sehingga tidak terjadi pori (rongga) yang cukup besar.
Berat jenis bulk (bulk specific gravity) ialah perbandingan antara berat agregat
kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan
jenuh pada suhu tertentu.
Berat jenis permukaan jenuh (SSD) ialah perbandingan antara berat agregat
kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi
agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
Berat jenis semu (apparent) ialah perbandingan antara berat agregat kering
dengan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan
kering pada suhu tertentu.
Penyerapan adalah prosentase berat air yang dapat diserap pori terhadap berat
agregat kering
Rumus perhitungan :
A
BJ ko
B 500 C
BJ Semu :
A
BJ s
B AC
Penyerapan air :
500 A
PA x100%
A
PA = Penyerapan air
Spesifikasi
No. Pemeriksaan
Min. Max
1 Berat jenis ( atas dasar kering oven ) 2,5
2 Berat jenis ( atas dasar kering permukaan ) 2,5 -
3 Berat jenis semu 2,5 -
4 Penyerapan air 3
Tabel. 3.2.2. Data percobaan berat jenis dan penyerapan agregat halus
(pasir
Rata-
No. Contoh I II
Rata
Berat Contoh Kering Oven A 431 435 648.5
Berat Botol + Air Sampai Batas Kalibrasi B 675 665 1007.5
Berat Botol + Berat Contoh + Air Sampai
Batas Kalibrasi C 825 817 1233.5
Berat Jenis Bulk / On Dry Basic (AtasDasar A
1.231 1.250 1.856
Kering Oven ) B+500-C
Berat Jenis Bulk / SSD Basic(AtasDasar Kering 500
1.429 1.437 2.147
Permukaan ) B+500-C
A
Berat Jenis Semu (Apparent SG) 1.534 1.537 2.302
B+A-C
500-
Penyerapan Air (Water Absorption) A*100 0.160 0.149 0.235
A
Rata-
No. Contoh I II
Rata
Berat Contoh Kering Oven A 435 433 651.5
Berat Botol + Air Sampai Batas Kalibrasi B 675 665 1007.5
Berat Botol + Berat Contoh + Air Sampai
Batas Kalibrasi C 842 846 1265
Berat Jenis Bulk / On Dry Basic (AtasDasar A
1.306 1.357 1.985
Kering Oven ) B+500-C
Berat Jenis Bulk / SSD Basic(AtasDasar 500
1.502 1.567 2.285
Kering Permukaan ) B+500-C
A
Berat Jenis Semu (Apparent SG) 1.623 1.718 2.482
B+A-C
500-
Penyerapan Air (Water Absorption) A*100 0.149 0.155 0.227
A
A
Berat Jenis Semu =
B+A-C
431.0
=
675.0 + 431.0 - 825.0
= 1.534
500 - A
Penyerapan Air = X 100%
A
500.0 - 431.0
= x 100%
431.0
= 0.160
2. Debu batu
Cara perhitungan:
Berat Jenis Bulk A
=
(atas Dasar Kering Oven) B + 500 - C
435.0
=
675.0 + 500 - 842.0
= 1.306
A
Berat Jenis Semu =
B+A-C
435.0
=
675.0 + 435.0 - 842.0
= 1.623
500 - A
Penyerapan Air = x 100%
A
500.0 - 435.0
= x 100%
435.0
= 0.149
3.2.8 Kesimpulan
Dari pemeriksaan dan analisa sampel agregat halus di
Laboratorium Jalan dan Aspal Prodi Sipil Fakultas Teknik Universitas
Fajar, maka diperoleh :
Untuk Pasir
Benda uji diatas baik untuk bahan perkerasan karena jumlah porinya
sedikit sehingga tidak mengandung banyak air dan pula akan mudah diikat
oleh aspal.
3.3.1 Tujuan
Untuk mengetahui tingkat prosentase lumpur dari suatu agregat halus atau
pasir.
Sand eqivalen test dilakukan untuk partikel agregat yang lolos saringan
No. 4 sesuai prosedur AASHTO T176-73 (1982). Nilai sand equivalent dari
pertikel agregat yang memenuhi syarat untuk bahan konstruksi perkerasan jalan
adalah > 50 %. Hal ini ditentukan agar supaya kadar lumpur bahan konstruksi
yang akan digunakan pada perkerasan jalan memenuhi standar yang telah
ditentukan.Kadar lumpur pada agregat (bahan konstruksi) sangat berpengaruhi
dalam perencanaan perkerasan jalan.
Rumus perhitungan :
Skala pasir
Nilai S.E = X 100 %
Skala lumpur
Sumbat karet.
Spesifikasi
No. Pemeriksaan
Min. Max
1 Kadar lumpur pasir 50% -
= 3.6
= 78.26 %
Contoh II
= 2.8
= 63.64 %
= 70.95 %
Jumlah kadar Lumpur 29.05% maka pada benda uji Agregat Halus
tidak terlalu banyak
sehingga tidak berpengaruh pada daya ikat antar agregat dan juga
aspal sehingga dapat dipakai sebagai bahan perkerasan.
Rumus perhitungan :
Kumulatif tertahan
Persen lolos
4.1.5 Spesifikasi
Contoh Perhitungan :
= 19
19
Dari Tabel 4.1.2, Persentase Tertahan = ∗ 100%
1500
= 1,27 %
4.1.8 Kesimpulan
Agregat kasar tersebut mempunyai komposisi ukuran butir yang baik dan
dapat dipakai untuk bahan perkerasan. Sehingga bila pada penggunaannya akan
saling gisi sehingga t
Rumus perhitungan :
A
BJ KO
BC
B
BJ KP
BC
BJ Semu :
A
BJ S
AC
Penyerapan air :
BA
PA x100%
A
Keterangan :
PA = Penyerapan air
Benda uji adalah agregat yang tertahan saringan no.4 diperoleh dari alat
pemisah contoh atau cara perempat, sebanyak 2,5 kg.
4.2.5. Spesifikasi
Tabel. 4.2.1. Spesifikasi dengan standarisasi Bina Marga
Spesifikasi
No. Pemeriksaan
Min. Max
1 Berat jenis ( atas dasar kering oven ) 2,5
2 Berat jenis ( atas dasar kering permukaan ) 2,5 -
3 Berat jenis semu 2,5 -
4 Penyerapan air 3
Tabel. 4.2.2. Data hasil perc. berat jenis dan penyerapan agregat kasar.
Rata-
No. Contoh I II
Rata
Berat Contoh Kering Oven A 2466 2450 3691
Berat Contoh Kering Permukaan B 2520 2508 3774
Berat Contoh Dalam Air C 1575 1557 1566
Berat Jenis Bulk / On Dry Basic (AtasDasar A
2.61 2.58 2.59
Kering Oven ) B-C
Berat Jenis Bulk / SSD Basic(AtasDasar B
2.67 2.64 2.65
Kering Permukaan ) B-C
A
Berat Jenis Semu (Apparent SG) 2.77 2.74 2.76
A-C
B-
Penyerapan Air (Water Absorption) A*100 2.19 2.37 2.28
A
= 2.667
A
Berat Jenis Semu =
A–C
2466.0
=
2466.0 - 1575.0
= 2.768
B–A
Penyerapan Air = x 100%
A
2520.0 - 2466.0
= x 100%
2466.0
= 2.190 %
Sampel 2
A
Berat Jenis Semu =
B+A-C
486.0
=
745.0 + 486.0 - 1060.0
= 2.842
500 - A
Penyerapan Air = X 100%
A
500.0 - 486.0
= x 100%
486.0
= 2.881 %
Rata-rata
2.57 2.63
Berat Jenis Bulk ( atas dasar kering Oven ) =
2
= 2.60
264 2.70
Berat Jenis Bulk (atas dasar kering Permukaan ) =
2
= 2.67
2.75 2.84
Berat Jenis Semu =
2
= 2.80
2.56 2.88
Penyerapan air =
2
= 2.72 %
Hasil Spesifikasi
No. Pemeriksaan
Pemeriksaan Min. Max
1 Berat jenis (atas dasar kering oven) 2.60 2.5
2 Berat jenis (atas dasar kering Permukaan) 2.67 2.5 -
3 Berat jenis semu 2.80 2.5 -
Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan berat jenis dan penyerapan
agragat kasar tidak memenuhi spesifikasi (lihat Tabel 4.3.3.) berat jenis yang
disyaratkan minimal 2,5 dan penyerapan air maksimal 3 %.
Rumus perhitungan :
( Berat A – Berat B )
x 100 %
Keausan = ........................................ I.5
Berat A
Keterangan :
b) Saringan ¾”, ½”, 3/8”, no.12 seperti tercantum dalam daftar no.1.
c) Timbangan,dengan ketelitian 5 gram.
d) Bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm (1 7/8”) dari berat
masing –masing antara 390 gram sampai 445 gram.
e) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(100 ± 5)°C.
4.3.3.2. Benda Uji
Daftar no.1
Lewat Tertahan A B C D E F G
(mm) (mm)
Jumlah Bola 12 11 8 6 12 12 12
Berat bola (Gram) 5000 4584 3330 2500 5000 5000 5000
+ 25 + 25 + 20 + 15 + 25 + 25 + 25
4.3.6 Spesifikasi
Spesifikasi
No. Pemeriksaan
Min. Max
5000.00 4130
Keausan 1 x 100 % = 17.40 %
5000.00
( Keausan I Keausan II )
Rata rata
2
17.40 % 2.40 %
2
= 18.60 %
4.3.4 Kesimpulan
Sampel agregat ini kuat untuk melawan gaya yang akan diberikan ketika
dipakai pada perkerasan. Dengan kata lain besar permukaan sample dapat
memikul beban yang diterima melalui gesakan antara bahan dengan kuat.
4.4.1. Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui bentuk dari agregat yang
akan dipergunakan pada proses pekerjaan jalan
Rumus perhitungan :
Keterangan :
b) Ukur panjang (P), lebar (L), dan tebal (T) dari masing-masing butir
agregat, lalu masukkan dalam klasifikasinya.
P > 3L Panjang
L > 3T Pipih
c) Timbang agregat yang terbentuk panjang (B) dan yang berbentuk pipih
(C)
4.4.5 Spesifikasi
Tabel 4.4.1. Spesifikasi dengan standarisasi Bina Marga
(mm) (mm) A B C
(mm) (mm) A B C
148
Indeks kepipihan x 100 %
1000
14.80 %
133
Indeks kepipihan x 100 %
1000
13.30 %
14.80 % 13.30 %
Rata – rata
2
14.05 %
4.4.9. Kesimpulan
Dari pemeriksaan dan analisa sampel agregat kasar di Laboratorium
Jalan dan Aspal Prodi Sipil Fakultas Teknik Fajar, maka diperoleh :
5.1.1 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi aspal keras
atau lembek (solid atau semi solid) dengan memasukkan jarum penetrasi ukuran
tertentu kedalam aspal pada suhu tertentu.
Rumus perhitungan :
N Nr N
2
Nr
2
Sx
1 2
N 1
N : Jumlah Sampel
Di bawah
200
55 mm 35 mm
200
70 mm 45 mm
sampai
300
g) Bak perendam (Waterbath) Terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang
dari 10 liter dan dapat menhan suhu tertentu dengan ketelitian lebih
kurang 0,1°C.Bejana dilengkapi dengan pelat dasar berlubang-
lubang,terletak 50 mm diatas dasar bejana dan tidak kurang dari 100
mm dibawah permukaan.
h) Tempat air untuk benda uji ditempatkan dibawah alat penetrasi.
Tempat tersebut mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml,dan tinggi
yang cukup untuk merendam benda uji tanpa bergerak.
i) Pengukuran waktu.
Contoh dipanaskan perlahan serta diaduk hingga cukup cair untuk dapat
dituangkan. Pemanasan contoh untuk ter tidak lebih dari 60°C diatas titik lembek
dan untuk bitumen tidak lebih dari 90°C diatas titik lembek. Waktu pemanasan
tidak boleh lebih dari 30 menit. Contoh diaduk perlahan agar udara tidak masuk
kedalam contoh. Setelah contoh cair merata segera dituangkan kedalam tempat
contoh dan didiamkan hingga dingin. Tinggi contoh dalam tempat tersebut tidak
kurang dari angka penetrasi ditambah 10 mm. Kita buat 2 benda uji (duplo).
Benda uji ditutup agar bebas dari debu dan didiamkan pada suhu ruang selama 1
sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 jam sampai 2 jam untuk benda uji
besar.
X = N rata-rata ± Sx
Xmax = N rata-rata + Sx
5.1.5 Spesifikasi
Tabel. 4.1.2. Spesifikasi dengan standarisasi AASTHO dan Bina Marga
Spesifikasi Penet.60
Pemeriksaan Satuan
Min. Max
Penetrasi Aspal Sebelum 60 79 0,1 mm
kehilangan berat
N1 = 95.80
N2 = 96.60
N3 = 95.00
Maka : Nrata-rata =
= 95.6
(3–1)
= 1.01
5.1.8 Kesimpulan
5.2.1 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi aspal keras atau
lembek (solid atau semi solid) dengan memasukkan jarum penetrasi ukuran
tertentu kedalam aspal pada suhu tertentu.
Rumus perhitungan :
(N 1
) (
Nr 2 + N 2 Nr )
2
Sx =
( N 1)
N : Jumlah Sampel
Di bawah 200 55 mm 35 m
f. Bak pendam (Waterbath). Terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang
dari 10 liter dan dapat menhan suhu tertentu dengan ketelitian lebih
kurang 0,1°C. Bejana dilengkapi dengan pelat dasar berlubang-lubang,
terletak 50 mm diatas dasar bejana dan tidak kurang dari 100 mm
dibawah permukaan.
g. Tempat air untuk benda uji ditempatkan dibawah alat penetrasi.
Tempat tersebut mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml, dan tinggi
yang cukup untuk merendam benda uji tanpa bergerak.
h. Pengukuran waktu.
i. Untuk pengukuran penetrasi dengan alat otomatis, kesalahan alat
tersebut tidak boleh melebihi 0,1 detik.
j. Termometer.
5.2.2.2 Bahan yang digunakan
X = N rata-rata ± Sx
Xmax = N rata-rata + Sx
Xmin = N rata-rata - Sx
5.2.4 Spesifikasi
Tabel. 4.2.2. Spesifikasi dengan standarisasi AASTHO dan Bina Marga
Spesifikasi Penet.60
Pemeriksaan Satuan
Min. Max
Penetrasi Aspal Setelah 75 - % semula
kehilangan berat
N1 = 64.60
N2 = 64.80
N3 = 66.20
Maka : Nrata-rata =
= 65.2
(3–1)
= 0.31
= 103.12%
= 105.23 %
5.2.7 Kesimpulan
Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan penetrasi aspal Setelah
kehilangan berat antara lain :
W1 = W2 =C–E
W = Wr % ± Sx
Wmax = Wr % + Sx
Wmin = Wr % - Sx
W1 : Penurunan berat
N : Jumlah Sampel
a) Persiapan
Contoh minyak atau aspal diaduk serta dipanaskan bila perlu untuk
mendapatkan campuran yang merata.
Wr % = W1% + W2%
W = Wr % ± Sx
Wmax = Wr % + Sx
Wmin = Wr % - Sx
5.3.5 Spesifikasi
Tabel. 4.3.1. Spesifikasi dengan standarisasi AASTHO dan Bina Marga
Spesifikasi Penet.60
Pemeriksaan Satuan
Min. Max
Keterangan :
Dengan rumus ;
0.20
W1 = x 100 % = 0.34 %
58.71
0.15
W2 = x 100 % = 0.26 %
57.58
Dengan rumus ;
( 0.34 + 0.26 )
Wr = = 0.47 %
Dengan rumus ;
Sd =
( 2 – 1)
= 0.34
Dengan rumus ;
W = ( 0.47 0.34 ) %
5.3.8 Kesimpulan
Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan penurunan berat aspal
mengalami penurunan berat 0.35 %, sehingga memenuhi spesifikasi
AASTHO dan Bina Marga seperti pada Tabel 4.3.1 yang disyaratkan
maksimal 0.4 %.
Sx = { [ ( T1 – Tr )2 +( T2 – Tr )2 ] / ( N – 1 ) }0.5
T = T rata-rata ± Sx
T max = T rata-rata + Sx
N : Jumlah Sampel
a) Cincin Kuningan
b) Bejana gelas tahan pemanasan mendadak dengan diameter dalam 8,5
cm tinggi sekurang-kurangnya 12 cm.
c) Dudukan benda uji Alat pengarah bola.
d) Bola baja, diameter 9.53 mm; berat 3,45 sampai 3,55 gram
e) Termometer
f) Alat Pemanas
g) Stopwatch
Aspal
5.3.5 Spesifikasi
Tabel. 4.4.1. Spesifikasi dengan standarisasi AASTHO dan Bina Marga
Spesifikasi Penet.60
Pemeriksaan Satuan
Min. Max
o
Titik lembek aspal 44 48 C
5.3.7 Analisa
Dari tabel diketahui data-data sebagai berikut :
T1 = 46 °C
T2 = 49 °C
Maka dengan:
= 70.5 °C
(2 - 1)
= 1.11
5.3.8 Kesimpulan
Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan titik lembek aspal,
diperoleh :
5.5.1 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik nyala dan titik bakar
dari semua jenis minyak bumi kecuali minyak bakar dan bahan lainnya yang
mempunyai titik nyala open cup kurang dari 79°C.
Titik nyala adalah suhu pada saat nyala singkat pada suatu titik diatas
permukaan aspal.
Pemeriksaan titik nyala dan titik bakar untuk aspal yang berguna untuk menentukan suhu dimana aspal terlihat
menyala singkat dipermukaan aspal (titik nyala), dan suhu pada saat terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik. Aspal
disiapkan dalam cleveland open cup yang berbentuk cawan dari kuningan dan diletakkan pada plat pemanas.
Titik nyala dan titik bakar perlu diketahui untuk memperkirakan temperatur maksimum pemanasan aspal
sehingga aspal tidak terbakar. Pemeriksaan harus dilakukan dalam ruang gelap sehingga dapat segera diketahui timbulnya
nyala pertama.
a) Thermometer 400°C
b) Cawan cleveland open cup
c) Plat pemanas (Hot Plate)
d) Batang nyala bunsen yang dapat diatur dan memberikan nyala
dengan diameter 3,2 – 4,8 mm dengan panjang tabung 7,5 cm
2. Benda Uji
a) Panaskan contoh aspal keras 148°C dan 176°C sampai cukup cair
b) Isi cawan cleveland dengan aspal yang telah cair sampai pada
garis dan hilangkan gelembung udara yang ada dipermukaan
dengan cara membakar bagian atas secara perlahan.
5.4.5 Spesifikasi
Tabel. 4.5.1. Spesifikasi dengan standarisasi AASTHO dan Bina Marga
Spesifikasi Penet.60
No. Pemeriksaan Satuan
Min. Max
1 Titik nyala aspal 200 - °C
2 Titik bakar aspal 200 - °C
Tabel 4.5.3. Rekapitulasi data pemeriksaan titik nyala dan titik bakar
aspal
Hasil Spesifikasi
No. Pemeriksaan Satuan
Pemeriksaan Min. Max
1 Titik nyala aspal 300 200 - °C
2 Titik bakar aspal 310 200 - °C
5.4.8 Kesimpulan
Dalam pemeriksaan titik nyala dan titik bakar aspal rata-rata diperoleh :
Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat aspal dan berat air
dengan suling dengan isi yang sama pada suhu 25° C atau 15.6° C, yaitu
dilakukan dengan cara mengggantikan berat air dengan berat aspal dalam
wadah yang sama ( yang sudah diketahui volumenya berdasarkan konversi
Spesifikasi Penet.80
Pemeriksaan Satuan
Min. Max
( 75 – 45 )
Bj (1) =
( 90 – 45 ) – ( 100 – 75 )
= 1.500 gr/cc
( 98.95 – 40.1 )
Bj (2) =
= 1.059 gr/cc
5.5.8 Kesimpulan
Dalam pemeriksaan berat jenis aspal diperoleh :
6.1 Tujuan
Mix design bertujuan untuk menentukan komposisi agregat dalam
campuran, berat aspal dalam campuran, berat jenis dan penyerapan campuran,
yang diperlukan dalam pembuatan dan perhitungan hot mix.
Benda uji di buat dengan kadar aspal 4 % - 7 % dengan jumlah benda uji
tiap-tiap kadar aspal sebanyak 3 buah. Gradasi yang digunakan adalah Gradasi IV.
1. Diketahui gradasi ideal yang akan digunakan dari persyaratan gradasi yang
ditentukan pada Tabel 6.1
2. Gambar empat persegi panjang dengan ukuran (10 x 20) cm.
3. Garis diagonal dibuat dari ujung kiri bawah keujung kanan atas.
Stability ( Stabilitas )
Stability adalah kemampuan lapis aspal beton untuk menahan deformasi
atau perubahan bentuk akibat beban lalu lintas yang bekerja pada lapis
perkerasan tersebut.
Tabel 6.1 Data Berat aspal dan berat agregat untuk briket benda uji
Berat Agregat (gr) 1056.0 1050.5 1045 1039.5 1034 1028.5 1023
Berat Chipping (gr) ( 43.0% ) 451.72 451.72 449.35 446.99 444.62 442.26 439.89
Berat Pasir (gr) ( 29.0% ) 131.00 304.65 303.05 301.46 299.86 298.27 296.67
Berat Debu batu (gr) ( 28% ) 85.30 294.14 292.60 291.06 289.52 287.98 286.44
= 55 gram
= (100 % - 5 %) x 1100 gr
= 95 gram
= 43 %x 1045 gr
= 449,35 gram
= 29 % x 1045 gr
= 303,05 gram
= 292,60 gram
Aspal Kg
( in
( in air ) (SSD) Stabilty Flow (Kg/mm)
water )
A C D E N Q R
% Berat N
Angka kalibrasi
Q
Total
Campuran
Bulk Bulk
Berat Jenis Agregat (Dry) (SSD) Apparent Absorbsi
A B C D
Chipping ( 43% ) 1.306 1.502 1.623 0.149
Pasir ( 29% ) 1.231 1.429 1.534 0.160
Debu Batu ( 28% ) 1.306 1.502 1.623 0.149
Berat Jenis Aspal = 1,045
Penyerapan
Bj camp. eff - Bj camp. dry
= x Bj Aspal x 100%
Bj camp. eff x Bj camp. dry
1.440 - 1.284
= x 1.065 x 100%
1.440 x 1.284
= 1.970 %
6.10 Kesimpulan
Dari grafik sifat –sifat marshall dan diagram penentuan kadar aspal
optimum didapat kadar aspal 6.35 %.