Vous êtes sur la page 1sur 90

Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Pengetahuan tentang bahan bangunan khususnya bangunna jalan raya
merupakan sangat penting bagi mereka yang berkecimpung didunia konstruksi.
Pengetahuan tentang bahan bangunan ini meliputi : macam – macamnya, sifat -
sifatnya, bahan dasrnya, cara memproduksinya, syarat – syarat yang harus
dipenuhi pengunaan dalam konstruksi perkerasan jalan
Aspal merupakan salah satu bahan yang sering digunakan dalam pembutan
konstruksi perkerasan jalan khusunya pada lapis permukaan karena kelebihan
yang dimilikinya antara lain, memiliki sifat elastis bila menerima beban
kendaraan, memiliki skin resistence, mampu menahan bising, dan nyaman.
Sehinnga untuk mendapatkan sifat yang diinginkan dari aspal tersebut
maka, perlu dilakukan perencanaan campuran. Untuk mendapatkan persentase
agregat dan aspal yang digunakan dalam aspal tersebut. Dalam melakukan
perencanaan campuran diperlukan data karakteristik dari bahan penyusun agar
diperoleh hasil komposisi yang tepat
Penggunaan bahan bangunaan ini haruslah proporsional dengan katalain
adanya kesesuaian pelaksanaan dengan perencanaan. Hal ini gunannya untuk
menghindari kesalah dalam proses pelaksanaan sehingga umur rencana jalan
tersebut tidak sesuai dengan umur rencana. Untuk menghasilkan suatu campuran
aspal panas yang bekualitas perlu diadakan Pemeriksaan terhadap bahan – bahan
penyususn acampuran tersebut. Mengingat banyaknya hal yang memungkinkan
dapat mempengaruhi kualitas dari campuran aspal panas maka pemilihan bahan
dan cara pengujiaan tidaklah mudah untuk dikerjkan dalam hal ini kualitas dan
faktor ekonomis dari bahan harus diperhatikan.

KELOMPOK III Page 1


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN PENULISAN

1.2.1 Maksud Penulisan

1. Agar dapat menambah wawasan mahasiswa agar lebih memahami


karakterisrik bahan campuran aspal panas.
2. Untuk mengetahui secara detail bagaimana karakteistik dari bahan capuran
aspal panas terhadap penggunaanya dalam konstruksi jalan raya, baik mutu,
kualitas, komposisi, dan campurannya.
3. Agar mahasiswa dapat menentukan apakan bahan campuran aspal panas
tersebut memenuhi persyaratan yang telah ditentukan sehingga mampu
mengambil keputusan layak atau tidaknya bahan tersebut untuk digunakan
dalam campuran aspal panas.

1.2.2 Tujuan Penulisan


Guna memenuhi syarat kelulusan Praktek Laboratorium Aspal pada
Fakultas Teknik prodi Sipil Universitas Fajar. Untuk nantinya dapat diterapkan
di lapangan. Dan untuk memperoleh gambaran tentang proses dan langkah-
langkah yang harus ditempuh untuk mendapatkan aspal yang bermutu baik, dan
sesuai dengan rencana, serta menentukan proporsi campuran berdasarkan sifat-
sifat material penyusun Aspal. Sekaligus membuktikan hasil dari perencanaan
suatu mutu aspal.

1.3. METODE PENULISAN


Sebagai upaya untuk menyajikan laporan praktikum ini secara ilmiah,
objektif dan sistematis, maka dalam penggarapannya harus melalui tahapan-
tahapan dengan selalu mengacu pada pendekatan keilmuan, yang sekaligus
sebagai dasar teori pada pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di
Laboratorium Prodi Teknik Sipil UNIFA, antara lain :
1. Pengambilan sampel dan sekaligus pemeriksaan material
2. Pengolahan data
3. Analisa perencanaan dan hasil
4. Kajian pustaka

KELOMPOK III Page 2


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
1.4 Sistematika Penulisan
Laporan Laboratorium Aspal ini, disusun dengan sistematika penulisan
sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pengantar penulisan laporan yang memuat : Latar
Belakang Masalah, Maksud dan Tujuan Penulisan, Metode Penulisan dan
Sistematika Penulisan.
BAB II : TEORI DASAR
Bab ini secara singkat memaparkan teori-teori dasar tentang Agregat
kasar, Agregat halus, dan Aspal serta pencampurannya.
BAB III : PELAKSANAAN PERCOBAAN AGREGAT
Bab ini membahas tentang proses jalannya pelaksanaan praktikum di
laboratorium yang meliputi percobaaan daricpengujian bahan agregat
Halus, Kasar, dan Aspal.
BAB IV : PELAKSANAAN PERCOBAAN MIX DESAIN DAN MARSHALL
Bab ini membahas tentang proses jalannya pelaksanaan praktikum di
laboratorium yang meliputi percobaaan daripengujian Mix Desain Dan
Marshall.
BAB VII : PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil diskusi kelompok menyangkut analisa
hasil yang sudah diperoleh dari pelaksanaan praktikum Laboratorium
Aspal dan memberikan saran- saran untuk hasil yang telah didapat dari
praktek Laboratorium Aspal.

KELOMPOK III Page 3


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
BAB II
TEORI DASAR
2.1 AGREGAT KASAR
Menurut SNI 1970-2008, agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil
disintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri
pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 4,75 mm (No.4) sampai 40 mm
(No. 1½ inci).
Berdasarkan ASTM C33 Agregat kasar terdiri dari kerikil atau batu pecah dengan
partikel butir lebih besar dari 5 mm atau antara 9,5 mm dan 37,5 mm.

2.2 AGREGAT HALUS


Agregat halus atau pasir adalah batuan berbutir halus yang terdiri atas
butiran sebesar 0,15 mmsampai 4,75 mm. Pasir berasal dari penghancuran batuan
baik secara alamiah maupun penghancuran dengan bantuan manusia.Pasir
merupakan bahan bangunan yang berfungsi antara lain sebagai bahan campuran
adukan beton. Maka dari itu mutu dari pasir sangat perlu diperhatikan.
Untuk itu, pasir yang akan dipakai dalam adukan beton harus memenuhi
syarat-syarat tertentu seperti tercantum dalam peraturan beton
bertulang Indonesia (PBI) tahun 1971. Menurut PBI (N I2) pasal 33 Ayat 3
syarat-syarat yang harus dipenuhi agregat halus adalah sebagai berikut :
1. Agregat halus harus terdiri dari butiran tajam dan keras, bersifat kekal artinya
tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca seperti matahari dan hujan.
2. Agregat halus yang mengandung lumpur tidak boleh lebih dari 5% (terhadap
beratkeringnya). Yang dimaksud lumpur adalah bagian yang dapat lolos
ayakan0.063 mm. Bila ternyata kandungan lumpur lebih dari 5% maka agregat
halus tersebut harus dicuci sebelum digunakan sebagai bahan campuran Aspal.

2.3 ASPAL
Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna
hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering juga
disebut bitumen merupakan bahan pengikat pada campuran beraspal yang

KELOMPOK III Page 4


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
dimanfaatkan sebagai lapis permukaan lapis perkerasan lentur. Aspal berasal dari
alam atau dari pengolahan minyak bumi.
Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa
hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai
bahan pengikat dalam perkerasan lentur mempunyai sifat viskoelastis. Aspal
tampak padat pada suhu ruang padahal adalah cairan yang sangaaat kental. Aspal
merupakan bahan yang sangat kompleks, dan secara kimia belum dikarakterisasi
dengan baik. Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon jenuh, dan tak
jenuh, alifatik, dan aromatic yang mempunyai atom karbon sampai 150 per
molekul. Atom-atom selain hidrogen, dan karbon yang juga menyusun aspal
adalah nitrogen, oksigen, belerang, dan beberapa atom lain. Secara kuantitatif,
biasanya 80% massa aspal adalah karbon, 10% hydrogen, 6% belerang, dan
sisanya oksigen, dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan vanadium.
Senyawa-senyawa ini sering dikelaskan atas aspalten (yang massa molekulnya
kecil), dan malten (yang massa molekulnya besar). Biasanya aspal mengandung 5
sampai 25% aspalten. Sebagian besar senyawa di aspal adalah senyawa polar.
2.3.1 SUMBER ASPAL
Aspal merupakan suatu produk berbasis minyak yang merupakan turunan
dari prosespenyulingan minyak bumi, dan dikenal dengan nama aspal keras.
Selain itu, aspal jugaterdapat di alam secara alamiah, aspal ini disebut aspal alam.
Aspal modifikasi saat inijuga telah dikenal luas. Aspal ini dibuat dengan
menambahkan bahan tambah ke dalamaspal yang bertujuan untuk memperbaiki
atau memodifikasi sifat rheologinya sehinggamenghasilkan jenis aspal baru yang
disebut aspal modifikasi.
2.3.2 SIFAT ASPAL
2.3.2.1 Sifat Kimia
Sifat Kimia ditentukan berdasarkan kandungan asplaten dan kandungan malten
(resin, arumated, saturated). Sifat-sifat kimia aspal antara lain :
- Aspalten
- Malten (resin, aromated, saturated)

KELOMPOK III Page 5


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
2.3.2.1 Sifat Fisik,
Sifat Fisik ditentukan berdasarkan: durabilitasnya (penetrasi, titik lembek,
dan daktilitas), Adhesi/ kohesi, Kepekaan terhadap perubahan temperatur, dan
Pengerasan/ Penuaan. Sifat- sifat fisika aspal antara lain :
 Durabilitas (penetrasi, titik lembek, dan daktilitas)
 Adesi dan kohesi
 Kepekaan terhadap perubahan temperature
 Pengerasan dan penuaan

KELOMPOK III Page 6


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
BAB III
3. PENGUJIAN BAHAN AGREGAT HALUS

3.1. PENGUJIAN ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS

3.1.1 Tujuan

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir


(gradasi) agregat kasar dan halus dengan menggunakan saringan.

3.1.2 Teori Ringkas

Analisa saringan dapat dilakukan dengan menggunakan analisa kering atau


analisa basah. Analisa kering mengikuti AASHTO T27-82 sedangkan analisa
basah mengikuti AASHTO T11-82. analisa basah umum digunakan jika agregat
yang ditapis mengandung butir-butir halus sehingga fraksi butir-butir halus dapat
terdeteksi dengan baik. Ukuran besar partikel-partikel agregat halus yaitu agregat
< 4,75 mm menurut ASTM atau < 2 mm dan > 0,075 mm menurut AASHTO (
untuk Pasir ) sedangkan untuk abu batu/ mineral filler, agregat halus yang
umumnya lolos saringan No. 200

Rumus perhitungan :

 Kumulatif tertahan

= Kumulatif tertahan + Berat tertahan

 Persen total tertahan :

= Kumulatif tertahan / brt contoh X 100 %

 Persen lolos :

= 100 - Persen total tertahan

KELOMPOK III Page 7


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
3.1.3 Alat Dan Bahan Yang Digunakan

3.1.3.1 Alat yang Digunakan

a) Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda uji.
b) Satu set saringan : 3/4”; 1/2; 3/8”; no. 4; no. 8; no. 30; no.50; no. 100;
no. 200; pan ( standar ASTM ).
c) Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 ± 5)°
C.
d) Alat pemisah contoh.
e) Mesin pengguncang saringan.
f) Talam-talam.
g) Kuas, sikat kuningan,sendok dan lain-lain.
3.1.3.2 Bahan yang digunakan

Agregat halus (pasir) sebanyak + 1500 gram, diambil dengan cara


perempatan.

Benda uji disiapkan sesuai dengan PB-0208-76 kecuali apabila butiran yang
melalui saringan no.200 tidak perlu diketahui jumlahnya dan bila syarat-
syarat ketelitian tidak menghendaki pencucian.

3.1.4 Prsedur Percobaan

a. a. Ambil contoh pasir pada tempat-tempat tertentu yang dianggap


mewakili dari keseluruhanya dan tempatkan pada sebuah talam.

b. Contoh pasir dikeringkan dalam oven dengan suhu 110 + 5°C selama +
24 jam

c. Keluarkan contoh

d. pasir dari dalam oven dan biarkan sejenak hingga dingin

e. Timbang benda uji sebanyak + 1500 gram (A)

f. Timbang dan catat masing-masing berat saringan dalam kondisi


kosong (B)

KELOMPOK III Page 8


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
g. Masukkan benda uji ke dalam susunan saringan dan saringan dengan
menggunakan mesin penggentar saringan + 15 menit

h. Bersihkan masing-masing saringan dari debu pasir, dengan


menggunakan kuas, kemudian timbang dan catat masing-masing
saringan beserta isinya (C)

i. Hitung berat benda uji yang tertahan pada tiap-tiap saringan (D=C-B)

3.1.5 Spesifikasi

Tabel. 3.1.1 Spesifikasi dengan standarisasi Bina Marga untuk analisa


saringan gradasi IV

NO Ukuran Saringan Persen Lolos


1 3/4 100 - 80
2 1/2 80 - 100
3 3/8 70 - 90
4 4 50 - 70
5 8 35 - 50
6 30 18 - 29
7 50 13 - 23
8 100 8 - 16
9 200 4 - 10

3.1.6 Data Hasil Percobaan


Jenis contoh : Pasir ( 1000 gram )

Tabel. 3.1.2 Data percobaan analisa saringan agragat halus( pasir)

BERAT KOMULATIF Σ PERSEN PERSEN


Saringan Bukaan
TERTAHAN TERTAHAN TERTAHAN LOLOS
No. mm Gram % % %
4 4.8 0 0 0.00 100.00
8 2.4 22 22 2.20 97.80
16 1.2 134 156 15.60 84.40
30 0.6 149 305 30.50 69.50
50 0.3 239 544 54.40 45.60
100 0.15 351 895 89.50 10.50
Pan 0 105 1000 100.00 0.00
JUMLAH 1000

KELOMPOK III Page 9


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
Jenis contoh : Debu Batu ( 1000 gram )

Tabel. 3.1.3. Data percobaan analisa saringan agregat halus (debu batu)

BERAT KOMULATIF Σ PERSEN PERSEN


Saringan Bukaan
TERTAHAN TERTAHAN TERTAHAN LOLOS
No. mm Gram % % %
4 4.8 0 0.00 0.00 100.00
8 2.4 168 168.00 16.80 83.20
16 1.2 254 422.00 42.20 57.80
30 0.6 370 792.00 79.20 20.80
50 0.3 80 872.00 87.20 12.80
100 0.15 84 956.00 95.60 4.40
Pan 0 44 1000.00 100.00 0.00
Jumlah 1000

3.1.7 Analisa Data


Contoh Perhitungan :

Pasir :

 Berdasarkan Tabel 3.1.2


Komulatif tertahan = 22 + 0.0

= 22

 Berdasarkan Tabel 3.1.2


22
Persen total tertahan = ∗ 100%
1000

= 2.20 %

 Berdasarkan Tabel 3.1.2

Persen lolos = 100 % - 2 %

= 97.8 %

KELOMPOK III Page 10


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
Debu Batu :

 Berdasarkan Tabel 3.1.3


Komulatif tertahan = 168 + 0.0

= 168

 Berdasarkan Tabel 3.1.3


168
Persen total tertahan = ∗ 100%
1000

= 16.80 %

 Berdasarkan Tabel 3.1.3


Persen lolos = 100 % - 16.80%
= 83.20 %

3.1.8 Kesimpulan

Dari pemeriksaan dan analisa sampel agregat halus di Laboratorium Jalan


dan Aspal Prodi Sipil Fakultas Teknik UNIFA, maka diperoleh hasil seperti pada
Tabel 3.1.2 dan Tabel 3.2.3

Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan analisa saringan agregat


halus tidak memenuhi spesifikasi ( lihat Tabel 3.1.1)

Agregat halus tersebut mempunyai komposisi ukuran butir yang baik dan
dapat dipakai untuk bahan perkerasan. Sehingga bila pada penggunaannya akan
saling mengisi sehingga tidak terjadi pori (rongga) yang cukup besar.

KELOMPOK III Page 11


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
3.2. PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT
HALUS
3.2.1 Tujuan

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis (bulk), berat


jenis kering permukaan jenuh (Saturated Surface Dry = SSD), berat jenis semu
(apparent ) dan penyerapan dari agregat halus.

 Berat jenis bulk (bulk specific gravity) ialah perbandingan antara berat agregat
kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan
jenuh pada suhu tertentu.
 Berat jenis permukaan jenuh (SSD) ialah perbandingan antara berat agregat
kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi
agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
 Berat jenis semu (apparent) ialah perbandingan antara berat agregat kering
dengan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan
kering pada suhu tertentu.
 Penyerapan adalah prosentase berat air yang dapat diserap pori terhadap berat
agregat kering

3.2.2 Teori Ringkas


Berat jenis agregat adalah perbandingan antara berat volume agregat dan
berat volume air. Besar jenis agregat penting dalam perencanaan campuran
agregat dengan aspal karena umumnya direncanakan berdasarkan perbandingan
berat dan juga untuk menentukan banyak pori. Agregat dengan berat jenis yang
kecil mempunyai volume yang besar sehingga berat yang sama membutuhkan
jumlah aspal yang banyak disamping itu agregat dengan kadar pori yang besar
membutuhkan jumlah aspal yang banyak.
Ada 3 berat jenis yang dapat ditentukan berdasarkan manual PB 0202-76
atau AASHTO T 85-81.
 Berat jenis bulk (bulk specifik gravity)

KELOMPOK III Page 12


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
Ialah berat jenis dimana volume yang diperhitungkan adalah seluruh
volume pori yang ada ( volume pori yang dapat diresapi air dan volume
pori yang tak dapat diresapi air ).
 Apparent specific graviti (Berat jenis apparent)
Jika volme yang diperhitungkan adalah volume partikel dan bagian yang
dapat diresapi air, maka disebut berat jenis apparent. Penggunaan berat
jenis ini dapat diperhitungkan jika dianggap aspal dapat meresapi seluruh
bagian yang dapat diresapi air.

 Effective specific gravity (Berat jenis effective)


Pada kenyataannya aspal yang digunakan secara normal hanya akan
meresapi sebagian dari pori yang dapat diresapi oleh air itu. Dengan
demikian sebaiknya menggunakan berat jenis Effective.

Rumus perhitungan :

 BJ Bulk (atas dasar kering oven ) :

A
BJ ko 
B  500  C

 BJ Bulk (kering permukaan ) :


B
BJ kp 
B  500  C

 BJ Semu :
A
BJ s 
B AC

 Penyerapan air :
500  A
PA  x100%
A

KELOMPOK III Page 13


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
Keterangan :

A = Berat contoh kering oven

B = Berat contoh kering permukaan

C = Berat contoh dalam air

PA = Penyerapan air

3.2.3 Alat Dan Bahan Yang Digunakan


3.2.3.1 Alat Yang Digunakan
a) Timbangan dengan kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0,1 gram
b) Piknometer dengan kapasitas 500 ml.
c) Kerucut terpancung (cone), diameter bagian atas (40 ± 3) mm, diameter
bagian bawah (90 ± 3) mm dan tinggi (75 ±3) mm dibuat dari logam
tebal minimum 0,8 mm.
d) Batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata, berat (340
±15) gram, diameter permukaan penumbuk (25 ± 3) mm.
e) Saringan No. 4.
f) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110 ± 5)°C.
g) Pengukur suhu dengan ketelitian pembacaan 1°C.
h) Talam, Bejana tempat air.
i) Pompa hampa udara (Vacuum pump) atau tungku.
j) Air suling, Desikator.
3.2.3.2 Bahan Yang Digunakan
Benda uji adalah agregat yang lewat saringan no.4 diperoleh dari
alat pemisah contoh atau cara perempat,sebanyak 1000 gram.

3.2.4 Prosedur Percobaan

a) Ambil contoh pasir sebanyak + 1500 gram dengan cara perempatan

KELOMPOK III Page 14


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
b) Rendam contoh pasir ke dalam air (bak oerendam) selama + 24
jam,untuk mencapai kondisi FFC (free flowing condition)
c) Keluarkan contoh pasir dari bak perendam, hamparkan diatas karung
goni dan gosok permukaanya hingga mencapai kondisi SSD (Saturated
Surface Dry)
d) Contoh pasir dimasukkan ke dala Metal Sand Cone Mold dengan tiga
lapisan, dimana lapisan pertama dan kedua didapatkan masing-masing 8
kali tumbukan, sedangkan lapisan ketiga 9 kali tumbukkan. Proses
pemadatan ini dilakukan untuk membuktikan kondisi SSD, yaitu
apabila cetakan kerucut pasir diangkat perlahan secara vertikal dan
contoh pasir telah mengalami keruntuhan (failure).
e) Timbang dan catat berat picnometer dalam kondisi kosong (A)
f) Masukkan benda uji (pasir SSD) sebanyak 2 x 250 gram (B)
g) Masukkan benda uji ke dalam picnometer, tambahkan air kedalamnya
hinga menjadi 90% dari kapasitas picnometer.
h) Kocok picnometer secara hati-hati dengan posisi agak miring agar
bebas dari gelembung udara.
i) Rendam picnometer yang berisi pasir dan air ke dalam bak perendam
selama 24 jam
j) Timbang dan catat berat picnometer + pasir + air (C)
k) Timbang dan catat berat talam (D)
l) Keluarkan benda uji dari picnometer, lalu tempatkan pada sebuah
talam, kemudian segera masukkan ke dalam oven selama + 24 jam.
m) Isi picnometer dengan air suling sampai mencapai kapasitas sama
dengan kapasitas picnometer + pasir + air, kemudian timbang dan catat
beratnya (E)
n) Keluarkan benda uji dari dalam oven, biarkan sejenak hingga dingin,
kemudian timbang dan catat beratnya (F)
o) Hitung berat benda uji kering oven (G=F-D)

KELOMPOK III Page 15


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
3.2.5 Spesifikasi

Tabel. 3.2.1. Spesifikasi dengan standarisasi Bina Marga

Spesifikasi
No. Pemeriksaan
Min. Max
1 Berat jenis ( atas dasar kering oven ) 2,5
2 Berat jenis ( atas dasar kering permukaan ) 2,5 -
3 Berat jenis semu 2,5 -
4 Penyerapan air 3

3.2.6 Data Hasil Percobaan


Jenis contoh : Pasir Berat Contoh : 500 gram

Tabel. 3.2.2. Data percobaan berat jenis dan penyerapan agregat halus
(pasir

Rata-
No. Contoh I II
Rata
Berat Contoh Kering Oven A 431 435 648.5
Berat Botol + Air Sampai Batas Kalibrasi B 675 665 1007.5
Berat Botol + Berat Contoh + Air Sampai
Batas Kalibrasi C 825 817 1233.5
Berat Jenis Bulk / On Dry Basic (AtasDasar A
1.231 1.250 1.856
Kering Oven ) B+500-C
Berat Jenis Bulk / SSD Basic(AtasDasar Kering 500
1.429 1.437 2.147
Permukaan ) B+500-C
A
Berat Jenis Semu (Apparent SG) 1.534 1.537 2.302
B+A-C
500-
Penyerapan Air (Water Absorption) A*100 0.160 0.149 0.235
A

KELOMPOK III Page 16


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
Tabel. 3.2.3. Data percobaan berat jenis dan penyerapan agregat halus
(debu batu)

Jenis contoh : Debu Batu Berat Contoh : 500 gram

Rata-
No. Contoh I II
Rata
Berat Contoh Kering Oven A 435 433 651.5
Berat Botol + Air Sampai Batas Kalibrasi B 675 665 1007.5
Berat Botol + Berat Contoh + Air Sampai
Batas Kalibrasi C 842 846 1265
Berat Jenis Bulk / On Dry Basic (AtasDasar A
1.306 1.357 1.985
Kering Oven ) B+500-C
Berat Jenis Bulk / SSD Basic(AtasDasar 500
1.502 1.567 2.285
Kering Permukaan ) B+500-C
A
Berat Jenis Semu (Apparent SG) 1.623 1.718 2.482
B+A-C
500-
Penyerapan Air (Water Absorption) A*100 0.149 0.155 0.227
A

3.2.7 Analisa Data


1. Pasir:
Cara perhitungan:
Berat Jenis Bulk A
 =
(atas Dasar Kering Oven) B + 500 - C
431.0
=
675.0 + 500 - 825.0
= 1.231

Berat Jenis Bulk 500


(atas Dasar Kering =
Permukaan) B + 500 - C
500.0
=
675.0 + 500 - 825.0
= 1.429

A
Berat Jenis Semu =
B+A-C

KELOMPOK III Page 17


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018

431.0
=
675.0 + 431.0 - 825.0
= 1.534

500 - A
Penyerapan Air = X 100%
A
500.0 - 431.0
= x 100%
431.0
= 0.160

2. Debu batu

Cara perhitungan:
Berat Jenis Bulk A
 =
(atas Dasar Kering Oven) B + 500 - C
435.0
=
675.0 + 500 - 842.0
= 1.306

Berat Jenis Bulk 500


 (atas Dasar Kering =
Permukaan) B + 500 - C
500.0
=
675.0 + 500 - 842.0
= 1.502

A
 Berat Jenis Semu =
B+A-C
435.0
=
675.0 + 435.0 - 842.0
= 1.623

500 - A
 Penyerapan Air = x 100%
A
500.0 - 435.0
= x 100%
435.0
= 0.149

KELOMPOK III Page 18


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
Tabel. 3.2.4.Rekapitulasi data pemeriksaan berat jenis dan penyerapan
agregat halus
Debu Spesifikasi
No Pemeriksaan Pasir
Batu Min Max
Berat Jenis Bulk / On Dry Basic
1 1.86 1.98 2.50 -
(AtasDasar Kering Oven )
Berat Jenis Bulk / SSD Basic(AtasDasar
2 2.45 2.29 2.50 -
Kering Permukaan )

3 Berat Jenis Semu (Apparent SG) 2.30 2.48 2.50 -

4 Penyerapan Air (Water Absorption) 0.23 0.23 - 3.00

3.2.8 Kesimpulan
Dari pemeriksaan dan analisa sampel agregat halus di
Laboratorium Jalan dan Aspal Prodi Sipil Fakultas Teknik Universitas
Fajar, maka diperoleh :

Untuk Pasir

Berat Jenis Bulk (kering oven) : 1.23

Berat Jenis Bulk (kering permukaan) : 1.43

Berat Jenis Semu : 1.53

Penyerapan Air : 0.23%

Untuk Debu Batu

Berat Jenis Bulk (kering oven) : 1.98

Berat Jenis Bulk (kering permukaan) : 2.29

Berat Jenis Semu : 2.48

Penyerapan Air : 0.23%

KELOMPOK III Page 19


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan berta jenis dan
penyerapan agragat halus memenuhi spesifikasi (lihat Tabel 3.2.4) berat
jenis yang disyaratkan minimal 2,5 dan penyerapan air maksimal 3 %.

Benda uji diatas baik untuk bahan perkerasan karena jumlah porinya
sedikit sehingga tidak mengandung banyak air dan pula akan mudah diikat
oleh aspal.

KELOMPOK III Page 20


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
3.3 PENGUJIAN SAND EQUIVALENT TEST

3.3.1 Tujuan

Untuk mengetahui tingkat prosentase lumpur dari suatu agregat halus atau
pasir.

3.3.2 Teori Ringkas

Sand eqivalen test dilakukan untuk partikel agregat yang lolos saringan
No. 4 sesuai prosedur AASHTO T176-73 (1982). Nilai sand equivalent dari
pertikel agregat yang memenuhi syarat untuk bahan konstruksi perkerasan jalan
adalah > 50 %. Hal ini ditentukan agar supaya kadar lumpur bahan konstruksi
yang akan digunakan pada perkerasan jalan memenuhi standar yang telah
ditentukan.Kadar lumpur pada agregat (bahan konstruksi) sangat berpengaruhi
dalam perencanaan perkerasan jalan.

Rumus perhitungan :

Skala pasir
Nilai S.E = X 100 %
Skala lumpur

3.3.3 Alat Dan Bahan Yang Digunakan

3.3.3.1 Alat yang digunakan

 Tabung sand equivalent ( S.E ).


 Beban equivalent.
 Larutan standar ( stok solusion ).
 Gelas Erlenmeyer.
 Statif.
 Cawan.
 Tin box.
 Saringan No. 4.

KELOMPOK III Page 21


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018

 Sumbat karet.

3.3.3.2 Bahan Percobaan

Pasir yang telah lolos saringan no.4 yang agak padat.

3.3.4 Prosedur Percobaan

Masukkan pembebanan equivalent pada tabung Elenmeyer dalam kondisi kosong

kemudian dicatat letak tera putih pada posisi strip.

a) Mengambil pasir yang lolos saringan No. 4 secukupnya, dan dimasukkan


ke dalam tin box sampai penuh, kemudian diratakan dan ditekan dengan
tangan sehingga rata permukaan.
b) Memasukkan larutan standar ke dalam tabung S.E setinggi 5 strip ( skala
tabung S.E ).
c) Memasukkan contoh yang telah ditakar tadi ke dalam tabung S.E, dan
dibiarkan selama 10 menit.
d) Mengocok tabung tersebut dengan arah mendatar sebanyak 90 kali,
dimana perhitungan dilakukan satu arah.
e) Memasukkan slang ke dalam tabung S.E dan kran dibuka sehingga larutan
standar equivalent masuk ke dalam tabung S.E sampai skala 15.
f) Kemudian membaca skala yang berada di atas permukaan lumpur, setelah
didiamkan selama 20 menit.
g) Selanjutnya memasukkan skala beban equivalent secara perlahan-lahan
sampai beban tersebut berhenti.
h) Membaca skala setelah pembebanan.
i) Menghitung nilai S.E

KELOMPOK III Page 22


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
3.3.5. Spesifikasi
Tabel. 3.3.1. Spesifikasi dengan standarisasi Bina Marga

Spesifikasi
No. Pemeriksaan
Min. Max
1 Kadar lumpur pasir 50% -

3.3.6 Data Hasil Percobaan

Tabel. 3.3.2. Data percobaan pengujian sand equivalent test


No. Uraian
I II
1. Tera tinggi tangkai penunjuk ke
dalam gelas ukur (gelas dalam 10.2 10.8
keadaan kosong).
2. Baca skala lumpur.
(Pembacaan skala permukaan
4.6 4.4
lumpur dilihat pada dinding gelas
ukur).
3. Pembacaan skala beban pada
gelas ukur (beban dimasukkan 13.8 13.6
pada gelas keadaan kosong).
4. Pembacaan skala pasir.
3.6 2.8
(Pembacaan 3 - Pembacaan 1)
5. Nilai Sand Equivalent
Skala Pasir (4) 78.26 63.64
× 100%
Skala Lumpur (2)

6. Rata-rata nilai Sand Equivalent (%) 70.95

3.3.7 Analisa Data


Contoh I

 Pembacaan skala pasir = Pembacaan skala beban pada gelas ukur –


Tera tinggi tangkai penunjuk beban.

KELOMPOK III Page 23


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
= 13.8 – 10.2

= 3.6

 Nilai Sand Equivalent Test


Berdasarkan
4,6
Nilai Sand Equivalent Test = x 100 %
3.6

= 78.26 %

Contoh II

 Pembacaan skala pasir = Pembacaan skala beban pada gelas ukur –


Tera tinggi tangkai penunjuk beban.
= 13.6 - 10.8

= 2.8

 Nilai Sand Equivalent Test


Berdasarkan rumus II.5
4.4
Nilai Sand Equivalent Test = x 100 %
2.8

= 63.64 %

Rata-rata Nilai Sand Equivalent Test = (78.26 % + 63.64 %)/2

= 70.95 %

KELOMPOK III Page 24


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
3.3.8 Kesimpulan

Dari pemeriksaan dan analisa sampel agregat halus di Laboratorium


Jalan dan Aspal Prodi Sipil Fakultas Teknik Universitas Fajar, maka
diperoleh :

Nilai Sand Equivalent Test (Kadar Lumpur agregat) : 70.95 %

Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan kadar lumpur agregat


halus (pasir) memenuhi spesifikasi ( lihat Tabel 3.3.2) yang disyaratkan
lebih besar dari 50 %.(AASHTO T-176)

Jumlah kadar Lumpur 29.05% maka pada benda uji Agregat Halus
tidak terlalu banyak

sehingga tidak berpengaruh pada daya ikat antar agregat dan juga
aspal sehingga dapat dipakai sebagai bahan perkerasan.

KELOMPOK III Page 25


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
4. PENGUJIAN BAHAN AGREGAT KASAR

4.1 ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR


4.1.1 Tujuan

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir


(gradasi) agregat kasar dan halus dengan menggunakan saringan.

4.1.2 Teori Ringkas

Gradasi agregat mempengaruhi besarnya rongga antar butir yang akan


menentukan stabilitas dan kemudahan dalam proses pelaksanaan. Gradasi agregat
diperoleh dari hasil analisa saringan dengan menggunakan 1 set saringan dimana
yang paling kasar diletakkan diatas dan yang paling halus diletakkan paling
bawah. 1 set saringan dimulai dari pan dan diakhiri dengan penutup. Jika agregat
kasar itu “bersih”, tidak / sedikit sekali mengandung butiran halus dapat
digunakan analisa kering. Berdasarkan besar partikel-partikel agregat kasar,
agregat > 4.75 mm menurut ASTM atau > 2 mm AASHTO.

Rumus perhitungan :

 Kumulatif tertahan

= Kumulatif tertahan + Brt tertahan

 Persen total tertahan

= Kumulatif tertahan / brt contoh x 100 %

 Persen lolos

= 100 - % total tertahan

4.1.3 Alat Dan Bahan Yang Digunakan

KELOMPOK III Page 26


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
4.1.3.1 Alat yang digunakan

a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda


uji.
b. Satu set saringan : 3/4”; 1/2; 3/8”; no. 4; no. 8; no. 30; no.50;
no. 100; no. 200; pan ( standar ASTM ).
c. Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanaskan sampai
(110 ± 5 )° C.
d. Alat pemisah contoh.
e. Mesin pengguncang saringan.
f. Talam-talam.
g. Kuas, sikat kuningan, sendok dan lain-lain

4.1.3.2 Bahan yang digunakan

aggregat kasar sebanyak + 2500 gram

4.1.4 Prosedur Percobaan

a. Ambil aggregat kasar sebanyak + 2500 gram dengan cara


perempatan

b. Keringkan dalam oven selama + 24 jam

c. Keluarkan benda uji dari dalam oven, biarkan sejenak hingga


dingin

d. Timbang benda uji sebanyak 1500 gram (A)

e. Timbang Dan catat berat masing-masing saringan dalam kondisi


kosong (B), kemudian susun seperti susunan tersebut diatas.

f. Masukkan benda uji ke dalam susunan saringan tersebut dan


lakukan penyaringan sampai tidak ada lagi yang lolos pada tiap-
tiap saringan.

g. Timbang dan catat berat dari masing-masing saringan beserta


isinya (C)

KELOMPOK III Page 27


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
h. Hitung berat benda uji yang tertahan di atas tiap-tiap saringan

4.1.5 Spesifikasi

Tabel 4.1.1. Spesifikasi dengan standarisasi Bina Marga analisa saringan


gradasi IV

NO Ukuran Saringan Persen Lolos


1 3/4 100
2 1/2 80 - 100
3 3/8 70 - 90
4 4 50 - 70
5 8 35 - 50
6 30 18 - 29
7 50 13 - 23
8 100 8 - 16
9 200 4 - 10

4.1.6 Data Hasil Percobaan

Tabel 4.1.2. Data analisa saringan Agregat kasar

BERAT KOMULATIF Σ PERSEN PERSEN


Saringan Bukaan
TERTAHAN TERTAHAN TERTAHAN LOLOS
No. mm Gram % % %
1 25 0 0 0.00 100.00
3'4 20 19 19 1.27 98.73
3'8 10 742 761 50.73 49.27
4 4.8 570 1331 88.73 11.27
8 2.4 90 1421 94.73 5.27
Pan 0 79 1500 100.00 0.00
Jumlah 1500

4.1.7 Analisa Data

Contoh Perhitungan :

KELOMPOK III Page 28


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
Dari Tabel 4.1.2 Kumulatif Tertahan = 19 + 0

= 19

19
Dari Tabel 4.1.2, Persentase Tertahan = ∗ 100%
1500

= 1,27 %

Dari Tabel 4.1.2 Persentase Lolos = 100 % - 1.27 %


= 98.73 %

4.1.8 Kesimpulan

Dari pemeriksaan dan analisa sampel agregat kasar di Laboratorium Jalan


dan Aspal Prodi Teknik Sipil Universitas Fajar, maka diperoleh hasil seperti pada
Tabel 4.1.2.

Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan analisa saringan agregat


kasar tidak memenuhi spesifikasi ( lihat Tabel 4.1.1)

Agregat kasar tersebut mempunyai komposisi ukuran butir yang baik dan
dapat dipakai untuk bahan perkerasan. Sehingga bila pada penggunaannya akan
saling gisi sehingga t

4.2 PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT


KASAR

KELOMPOK III Page 29


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
4.2.1 Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan berat jenis (bulk), berat jenis
permukaan jenuh (Saturated Surface Dry = SSD), berat jenis semu (apparent)
dari agregat kasar.
4.2.2 Teori Ringkas
Berat jenis agregat adalah perbandingan antara berat volume agregat dan
berat volume air. Besar jenis agregat penting dalam perencanaan campuran
agregat dengan aspal karena umumnya direncanakan berdasarkan perbandingan
berat dan juga untuk menentukan banyak pori. Agregat dengan berat jenis yang
kecil mempunyai volume yang besar sehingga berat yang sama membutuhkan
jumlah aspal yang banyak disamping itu agregat dengan kadar pori yang besar
membutuhkan jumlah aspal yang banyak.
Ada 3 berat jenis yang dapat ditentukan berdasarkan manual PB 0202-
76 atau AASHTO T 85-81.

 Berat jenis bulk (bulk specifik gravity)


Ialah berat jenis dimana volume yang diperhitungkan adalah seluruh volume
pori yang ada (volume pori yang dapat diresapi air dan volme pori yang tak
dapat diresapi air).

 Apparent specific gravity (Berat jenis apparent)


Jika volume yang diperhitungkan adalah volume partikel dan bagian yang
dapat diresapi air, maka disebut berat jenis apparent. Penggunaan berat jenis
ini dapat diperhitungkan jika dianggap aspal dapat meresapi seluruh bagian
yang dapat diresapi air.

 Effective specific gravity (Berat jenis effective)


Pada kenyataannya aspal yang digunakan secara normal hanya akan meresapi
sebagian dari pori yang dapat diresapi oleh air itu. Dengan demikian
sebaiknya menggunakan berat jenis efektif.

Rumus perhitungan :

KELOMPOK III Page 30


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
 BJ Bulk ( kering oven ) :

A
BJ KO 
BC

 BJ Bulk (kering permukaan ) :

B
BJ KP 
BC

 BJ Semu :

A
BJ S 
AC

 Penyerapan air :

BA
PA  x100%
A

Keterangan :

A = Berat contoh kering oven

B = Berat contoh kering permukaan

C = Berat contoh dalam air

PA = Penyerapan air

4.2.3 Alat dan Bahan yang digunakan

4.2.3.1 Peralatan Percobaan


1. Keranjang kawat dengan ukuran 3,35 mm atau 2,36 mm (no.6 atau
no.8) dengan kapasitas kira-kira 5 kg.

KELOMPOK III Page 31


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
2. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk
pemeriksaan.
3. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitiaan 0,1 % dari berat
contoh yang ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung
keranjang.
4. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110 ± 5)°C.
5. Alat pemisah contoh.
6. Saringan no. 4 .

4.2.3.2 Benda Uji

Benda uji adalah agregat yang tertahan saringan no.4 diperoleh dari alat
pemisah contoh atau cara perempat, sebanyak 2,5 kg.

4.2.4 Prosedur Percobaan


a) Mencuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain
yang melekat pada permukaan.
b) Mengeringkan benda uji dalam oven pada suhu 105°C sampai berat
tetap.
c) Mendinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1-3 jam,kemudian
ditimbang dengan ketelitian 0,5 gram (A).
d) Merendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24 ± 4 jam.
e) Mengeluarkan benda uji dari air, di lap dengan kain penyerap sampai
selaput air pada permukaan hilang (SSD),untuk butiran yang besar
harus satu persatu. Kemudian timbang untuk kering permukaan (B)
f) Menimbang benda uji dalam keranjang (C), batunya digoncangkan
untuk mengeluarkan udara yang tersekap dan beratnya ditentukan
dalam air. Suhu air diukur untuk penyesuaian perhitungan pada suhu
standar (25°C).

4.2.5. Spesifikasi
Tabel. 4.2.1. Spesifikasi dengan standarisasi Bina Marga

KELOMPOK III Page 32


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018

Spesifikasi
No. Pemeriksaan
Min. Max
1 Berat jenis ( atas dasar kering oven ) 2,5
2 Berat jenis ( atas dasar kering permukaan ) 2,5 -
3 Berat jenis semu 2,5 -
4 Penyerapan air 3

4.2.6 Data Hasil Percobaan

Tabel. 4.2.2. Data hasil perc. berat jenis dan penyerapan agregat kasar.

Rata-
No. Contoh I II
Rata
Berat Contoh Kering Oven A 2466 2450 3691
Berat Contoh Kering Permukaan B 2520 2508 3774
Berat Contoh Dalam Air C 1575 1557 1566
Berat Jenis Bulk / On Dry Basic (AtasDasar A
2.61 2.58 2.59
Kering Oven ) B-C
Berat Jenis Bulk / SSD Basic(AtasDasar B
2.67 2.64 2.65
Kering Permukaan ) B-C
A
Berat Jenis Semu (Apparent SG) 2.77 2.74 2.76
A-C
B-
Penyerapan Air (Water Absorption) A*100 2.19 2.37 2.28
A

4.2.7. Analisa Data


Sampel 1

Berat Jenis Bulk A


 =
(atas Dasar Kering Oven) B-C
2466.0
=
2520.0 - 1575.0
= 2.610

Berat Jenis Bulk B


(atas Dasar Kering =
Permukaan) B-C
2520.0
=
2520.0 - 1575.0

KELOMPOK III Page 33


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018

= 2.667

A
Berat Jenis Semu =
A–C
2466.0
=
2466.0 - 1575.0
= 2.768

B–A
Penyerapan Air = x 100%
A
2520.0 - 2466.0
= x 100%
2466.0
= 2.190 %
Sampel 2

Berat Jenis Bulk A


(atas Dasar Kering =
Oven) B + 500 - C
486.0
=
745.0 + 500 - 1060.0
= 2.627

Berat Jenis Bulk 500


(atas Dasar Kering =
Permukaan) B + 500 - C
500.0
=
745.0 + 500 - 1060.0
= 2.703

A
Berat Jenis Semu =
B+A-C
486.0
=
745.0 + 486.0 - 1060.0
= 2.842

500 - A
Penyerapan Air = X 100%
A
500.0 - 486.0
= x 100%
486.0
= 2.881 %

KELOMPOK III Page 34


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018

Rata-rata

2.57  2.63
 Berat Jenis Bulk ( atas dasar kering Oven ) =
2
= 2.60

264  2.70
 Berat Jenis Bulk (atas dasar kering Permukaan ) =
2
= 2.67

2.75  2.84
 Berat Jenis Semu =
2
= 2.80

2.56  2.88
 Penyerapan air =
2
= 2.72 %

Tabel 4.2.3. Rekapitulasi data pemeriksaan berat jenis dan penyerapan


agregat kasar

Hasil Spesifikasi
No. Pemeriksaan
Pemeriksaan Min. Max
1 Berat jenis (atas dasar kering oven) 2.60 2.5
2 Berat jenis (atas dasar kering Permukaan) 2.67 2.5 -
3 Berat jenis semu 2.80 2.5 -

4 Penyerapan air 2.72 - 3.0

KELOMPOK III Page 35


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
4.2.8 Kesimpulan
Dari pemeriksaan dan analisa sampel agregat kasar di Laboratorium Jalan
dan Aspal Prodi Sipil Fakultas Teknik Universitas Fajar, hasil pengolahan dan
tercantum pada tabel I.1.3 diatas antara lain:

Berat Jenis Bulk (kering oven) : 2.60

Berat Jenis Bulk (kering permukaan) : 2.67

Berat Jenis Semu : 2.80

Penyerapan Air : 2.72 %

Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan berat jenis dan penyerapan
agragat kasar tidak memenuhi spesifikasi (lihat Tabel 4.3.3.) berat jenis yang
disyaratkan minimal 2,5 dan penyerapan air maksimal 3 %.

Hasil pemeriksaan diatas memberikan asumsi bahwa bahan agregat


tersebut dapat digunakan. Mengingat jumlah pori pada sample (agregat kasar)
cukup kecil sehingga daya ikat antar agregat dengan aspal kuat serta tidak
diperlukan banyak aspal pengisi pori.

KELOMPOK III Page 36


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
4.3 PENGUJIAN KEAUSAN AGREGAT KASAR
4.3.1 Tujuan

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan ketahanan agregat kasar


terhadap keausan dengan menggunakan mesin Los Angeles. Keausan tersebut
dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus lewat saringan No. 12
terhadap berat semula, dalam persen.

4.3.2 Teori Ringkas


Ketahanan agregat terhadap penghancuran (degradasi) diperiksa dengan
menggunakan percobaan Abrasi Los Angeles (Abrasion Los Angeles Test ).

Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan mesin-mesin Los Angeles,


Agregat yang telah disiapkan sesuai gradasi dan berat yang ditetapkan,
dimasukkan bersama bola baja kedalam Los Angeles, lalu diputar dengan
kecepatan 30/33 rpm selama 500 putaran. Nilai akhir dinyatakan dalam persen
yang merupakan hasil perbandingan antara berat benda uji semula – berat benda
uji tertahan pada saringan No.12 dengan berat benda uji semula.

Rumus perhitungan :

( Berat A – Berat B )
x 100 %
Keausan = ........................................ I.5
Berat A

Keterangan :

A = Berat sebelum keausan (gram)

B = Berat sesudah keausan (gram)

KELOMPOK III Page 37


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
4.3.3 Alat dan Bahan yang digunakan

4.3.3.1 Peralatan Percobaan


a) Mesin Los Angeles.
Mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya
dengan diameter 71 cm (28”) panjang dalam 50 cm (20”). Silinder
bertumpu pada dua poros pendek yang tak menerus dan berputar pada
poros mendatar. Silinder berlubang untuk memasukkan benda uji.
Penutup lubang terpasang rapat sehingga permukaan dalam silinder
tidak terganggu. Dibagian dalam silinder terdapat bilah baja melintang
penuh setinggi 8,9 cm (3,56 “).

b) Saringan ¾”, ½”, 3/8”, no.12 seperti tercantum dalam daftar no.1.
c) Timbangan,dengan ketelitian 5 gram.
d) Bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm (1 7/8”) dari berat
masing –masing antara 390 gram sampai 445 gram.
e) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(100 ± 5)°C.
4.3.3.2. Benda Uji

a) Berat dan gradasi benda uji sesuai daftar no.1.


b) Benda uji dibersihkan dan dikeringkan dalam oven pada suhu ( 110 ±
5)°C sampai berat tetap.

Daftar no.1

Ukuran saringan Berat dan gradasi benda uji (gram)

Lewat Tertahan A B C D E F G
(mm) (mm)

76.2 63.5 2500


63.5 50.8 2500
50.8 38.1 5000 5000

KELOMPOK III Page 38


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
38.1 25.4 1250 5000 5000
25.4 19.05 1250 5000
19.05 12.7 1250 2500
12.7 9.51 1250 2500
9.51 6.35 2500
6.35 4.75 2500
4.75 2.36 5000

Jumlah Bola 12 11 8 6 12 12 12

Berat bola (Gram) 5000 4584 3330 2500 5000 5000 5000

+ 25 + 25 + 20 + 15 + 25 + 25 + 25

4.3.4 Prosedur Percobaan


a) Menyaring benda uji (Agregat kasar) yang lolos Saringan ¾” tertahan
Saringan ½” sebanyak 2500 gram dan yang lolos Saringan ½” tertahan
Saringan 3/8” sebanyak 2500 gram
b) Memasukkan benda uji yang telah ditimbang (A atau C) dan bola-bola
baja ke dalam mesin Los Angeles.
c) Memutar mesin dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm, 500 putaran
untuk gradasi A,B,C dan D, 1000 putaran untuk gradasi E,F dan G.
d) Setelah selesai pemutaran, mengeluarkan benda uji dari mesin
kemudian disaring dengan saringan No. 12. Butiran yang tertahan di
atasnya dicuci bersih, selanjutnya dikeringkan dalam oven dengan suhu
( 110 ± 5)°C sampai berat tetap. Dan timbang (B atau D )

4.3.6 Spesifikasi

Tabel 4.3.1. Spesifikasi dengan standarisasi Bina Marga

KELOMPOK III Page 39


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018

Spesifikasi
No. Pemeriksaan
Min. Max

1 Keausan rata - rata - 40%

4.3.7 Data Hasil Percobaan

Tabel 4.3.2. Data percobaan keausan agregat kasar

4.3.8 Analisa Data

Berdasarkan Tabel 4.3.2 :

5000.00  4130
Keausan 1  x 100 % = 17.40 %
5000.00

Berdasarkan Tabel 4.3.2:

KELOMPOK III Page 40


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
5000.00  4880
Keausan 2  x 100 % = 2.40 %
5000.00

( Keausan I  Keausan II )
Rata  rata 
2
17.40 %  2.40 %

2
= 18.60 %

4.3.4 Kesimpulan

Dari pemeriksaan dan analisa sampel agregat kasar di Laboratorium Jalan


dan Aspal Prodi Sipil Fakultas Teknik Universitas Fajar, maka diperoleh

Keausan Agregat Kasar rata-rata : 18.60 %

Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan keausan agregat kasar


memenuhi spesifikasi ( lihat Tabel 4.3.1) keausan yang disyaratkan maksimal 40
%.

Sampel agregat ini kuat untuk melawan gaya yang akan diberikan ketika
dipakai pada perkerasan. Dengan kata lain besar permukaan sample dapat
memikul beban yang diterima melalui gesakan antara bahan dengan kuat.

KELOMPOK III Page 41


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
4.4 INDEKS KEPIPIHAN

4.4.1. Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui bentuk dari agregat yang
akan dipergunakan pada proses pekerjaan jalan

4.4.2. Teori Ringkas

Partikel agregat berbentuk pipih dapat merupakan hasil dari mesin


pemecah batu ataupun memang merupakan sifat dari agregrat tersebut yang jika
dipecahkan cenderung berbentuk pipih. Agregat pipih yaitu Agregat yang lebih
tipis dari 0,6 kali diameter rata-rata. Indek kepipihan (flakiness index) adalah berat
total Agregat yang lolos slot dibagi dengan berat total agregat yang tertahan pada
ukuran nominal tertentu.

Agregat berbentuk pipih mudah pecah pada waktu pencampuran,


pemadatan ataupun akibat beban lalu lintas, oleh karena itu banyaknya agregat
pipih ini dibatasi dengan menggunakan nilai indeks kepipihan yang disyaratkan.

Agregat berbentuk lonjong dapat ditemui di sungai-sungai atau bekas


endapan sungai. Agregat dikatakan lonjong jika ukuran terpanjangnya > 1,8 kali
diameter rata-rata. Indeks kelonjongan (elongated index) adalah perbandingan
dalam persen dari berat agregat lonjong yang tertahan terhadap berat total.

Rumus perhitungan :

Indeks kepipihan = ( B +C ) x 100 %

Keterangan :

B = Agregat Berbentuk Panjang (gram)

C = Agregat Berbentuk Pipih (gram)

KELOMPOK III Page 42


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
4.4.3. Alat Dan Bahan Yang Digunakan
4.4.3.1 Alat Yang Digunakan

a) Saringan ; 3/4”, 1/2”, dan 3/8”.


b) Alat pengukur kepipihan
c) Timbangan dengan ketelitiaan 0,01gram.
d) Talam – talam.

4.4.3.2 Bahan Yang Digunakan


a) Agregat disaring dan tertahan ½” sebanyak 500 gram.
b) Agregat disaring dan tertahan 3/8” sebanyak 500 gram.

4.4.4. Prosedur Percobaan


a) Ambil benda uji sebanyak kurang lebih 1000 gr yang telah dikeringkan
dalam oven (A)

b) Ukur panjang (P), lebar (L), dan tebal (T) dari masing-masing butir
agregat, lalu masukkan dalam klasifikasinya.

P > 3L Panjang

L > 3T Pipih

P > 3L dan L < 3T Baik

c) Timbang agregat yang terbentuk panjang (B) dan yang berbentuk pipih
(C)

4.4.5 Spesifikasi
Tabel 4.4.1. Spesifikasi dengan standarisasi Bina Marga

KELOMPOK III Page 43


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
4.4.6 Data Hasil Percobaan
Tabel 4.4.2. Data percobaan 1 indeks kepipihan

Ukuran Berat Berat Ter- Total


Nomor

Gradasi Thickness Gauge Lolos Slot tahan Slot Berat


Saringan Lebar Panjang (Gram) (Gram) (Gram)

(mm) (mm) A B C

I 3/4" - 1/2" 6.67 38.2 69 431 500


II 1/2" - 3/8" 4.8 25.4 79 421 500

Total 148 852 1000

Indeks Total Berat A 148


= x 100 % x 100% = 14.80%
Kepipihan Total Berat C 1000

Tabel 4.4.3. Data percobaan indeks kepipihan

Ukuran Berat Berat Ter- Total


Nomor

Gradasi Thickness Gauge Lolos Slot tahan Slot Berat


Saringan Lebar Panjang (Gram) (Gram) (Gram)

(mm) (mm) A B C

I 3/4" - 1/2" 6.67 38.2 54 446 500


II 1/2" - 3/8" 4.8 25.4 79 421 500

Total 133 867 1000

Indeks Total Berat A 133


= x 100 % x 100% = 13.30%
Kepipihan Total Berat C 1000

4.4.7 Analisa Data


Berdasarkan :
Contoh I

148
Indeks kepipihan  x 100 %
1000

 14.80 %

KELOMPOK III Page 44


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
Contoh II

133
Indeks kepipihan  x 100 %
1000

 13.30 %

14.80 %  13.30 %
Rata – rata 
2

 14.05 %

4.4.9. Kesimpulan
Dari pemeriksaan dan analisa sampel agregat kasar di Laboratorium
Jalan dan Aspal Prodi Sipil Fakultas Teknik Fajar, maka diperoleh :

Indeks Kepipihan : 14.05 %

Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan kepipihan agregat


kasar memenuhi spesifikasi ( lihat Tabel 4.4.1) yang disyaratkan maksimal
25 %.

Sampel yang diuji mempunyai butiran yang baik karena jumlah


kepipihan cukup kecil. Hal ini berarti sampel dapat memikul beban secara
penuh dan ikatan antar agregat akan kuat.

idak terjadi yang cukup besar.

KELOMPOK III Page 45


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
PENGUJIAN BAHAN ASPAL

5.1 PENGUJIAN PENETRASI ASPAL SEBELUM KEHILANGAN


BERAT

5.1.1 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi aspal keras
atau lembek (solid atau semi solid) dengan memasukkan jarum penetrasi ukuran
tertentu kedalam aspal pada suhu tertentu.

5.1.2 Teori Ringkas


Pemeriksaan penetrasi aspal bertujuan untuk memeriksa tingkat kekerasan
aspal. Pemeriksaan dilakukan dengan memasukkan jarum penetrasi berdiameter 1
mm dengan menggunakan beban seberat 50 gr sehingga diperoleh beban gerak
seberat 100 gram (berat jarum + beban) selama 5 detik pada temperatur 25˚C.
Besarnya penetrasi diukur dan dinyalakan dalam angka yang merupakan
kelipatan 0.1 mm.

Rumus perhitungan :

N Nr   N
2
Nr 
2

Sx 
1 2

 N 1

Ket : Sx : Standard deviasi

N1 : Penetrasi rata-rata untuk sampel 1

N2 : Penetrasi rata-rata untuk sampel 2

Nr : Penetrasi rata-rata untuk ke-N sampel

N : Jumlah Sampel

5.1.3 Alat Dan Bahan Yang Digunakan


5.1.3.1 Alat yang digunakan

KELOMPOK III Page 46


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
a) Alat Penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum naik turun
tanpa gesekan dan dapat mengukur presentasi sampai 0,1mm.
b) Pemegang jarum seberat (47,5 ± 0,05)gr yang dapat dilepas dengan
mudah dari alat penetrasi untuk penerangan.
c) Pemberat dari (50 ±0,05)gr dan (100 ± 0,05)gr masing-masing
dipergunakan untuk pengukuran penetrasi dengan beban 100 gr dan
200 gr.
d) Jarum penetrasi dibuat dari stainless steel mutu 440C,atau HRC 54
sampai 60. Ujung jarum harus berbentuk kerucut terpancung.
e) Termometer
f) Cawan contoh terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan
dasar yang rata-rata berukuran sebagai berikut :
Tabel 4.1.1. Ukuran Cawan

Penetrasi Diameter Dalam

Di bawah
200
55 mm 35 mm
200
70 mm 45 mm
sampai
300

g) Bak perendam (Waterbath) Terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang
dari 10 liter dan dapat menhan suhu tertentu dengan ketelitian lebih
kurang 0,1°C.Bejana dilengkapi dengan pelat dasar berlubang-
lubang,terletak 50 mm diatas dasar bejana dan tidak kurang dari 100
mm dibawah permukaan.
h) Tempat air untuk benda uji ditempatkan dibawah alat penetrasi.
Tempat tersebut mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml,dan tinggi
yang cukup untuk merendam benda uji tanpa bergerak.
i) Pengukuran waktu.

KELOMPOK III Page 47


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
j) Untuk pengukuran penetrasi dengan alat otomatis, kesalahan alat
tersebut tidak boleh melebihi 0,1 detik.
k) Termometer.
5.1.3.2 Bahan yang digunakan

Contoh dipanaskan perlahan serta diaduk hingga cukup cair untuk dapat
dituangkan. Pemanasan contoh untuk ter tidak lebih dari 60°C diatas titik lembek
dan untuk bitumen tidak lebih dari 90°C diatas titik lembek. Waktu pemanasan
tidak boleh lebih dari 30 menit. Contoh diaduk perlahan agar udara tidak masuk
kedalam contoh. Setelah contoh cair merata segera dituangkan kedalam tempat
contoh dan didiamkan hingga dingin. Tinggi contoh dalam tempat tersebut tidak
kurang dari angka penetrasi ditambah 10 mm. Kita buat 2 benda uji (duplo).
Benda uji ditutup agar bebas dari debu dan didiamkan pada suhu ruang selama 1
sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 jam sampai 2 jam untuk benda uji
besar.

5.1.4 Prosedur Percobaan


a) Meletakan Benda uji dalam tempat air yang kecil dan kita masukkan
tempat air tersebut dalam bak perendam yang telah berada pada suhu
yang telah ditentukan. Benda uji didiamkan dalam bak tersebut selama
1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 sampai 2 jam untuk
benda uji besar.
b) Memeriksa pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan baik
dan jarum penetrasi dibersihkan dengan toluena atau pelarut lain
kemudian jarum tersebut dikeringkan dengan lap bersih, kemudian
jarum dipasang pada pemegang jarum.
c) Meletakkan pemberat 50 gram diatas jarum untuk memperoleh beban
sebesar (100 ± 0,1)gr.
d) Memindahkan tempat air dari bak perendam kebawah alat penetrasi.
e) Menurunkan jarum perlahan-lahan sehingga jarum tersebut menyentuh
permukaan benda uji. Kemudian angka 0 diatur pada arloji
penetrometer, sehingga jarum penunjuk berimpit dengannya.

KELOMPOK III Page 48


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
f) Melepaskan pemegang jarum dan serentak stopwach dijalankan selama
jangka waktu (5 ± 0,1) detik.
g) Memutar arloji penetrometer dan kita baca angka penetrasi yang
berimpit dengan jarum penunjuk. Kemudian dibulatkan hingga angka
0,1 mm terdekat (N1,2)
h) Melepaskan jarum dari pemegang jarum dan kita siapkan untuk
pekerjaan berikutnya.
i) Melakukan pekerjaan a sampai g diatas tidak kurang dari 3 kali untuk
benda uji yang sama dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan
berjarak satu sama lain dan dari tepi dinding lebih dari 1 cm. (N).
j) Menghitung: N rata-rata = ( N1 + N2 + N3 ) / 3
Sx = { [( N1-Nr )2 +(N2-Nr )2+(N3-Nr )2 ]/( N-1
) }0.5

X = N rata-rata ± Sx

Xmax = N rata-rata + Sx

5.1.5 Spesifikasi
Tabel. 4.1.2. Spesifikasi dengan standarisasi AASTHO dan Bina Marga

Spesifikasi Penet.60
Pemeriksaan Satuan
Min. Max
Penetrasi Aspal Sebelum 60 79 0,1 mm
kehilangan berat

5.1.6 Data Hasil Percobaan


Jenis Contoh : Aspal

Sumber Contoh : Laboratorium Jalan Dan Aspal Unifa

Tabel. 4.1.3. Data yang diperoleh dari percobaan yang dilakukan di


Laboratorium Jalan dan Aspal Jurusan Sipil Universitas
Fajar

KELOMPOK III Page 49


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018

5.1.7 Analisa Data


Sebelum Kehilangan Berat
Dari tabel diketahui data-data sebagai berikut :

N1 = 95.80

N2 = 96.60

N3 = 95.00

95.80 + 96.00 + 95.00

Maka : Nrata-rata =

= 95.6

Menghitung standar deviasi

Sx = ( 95.80 – 95.6 )2 + ( 96.00 – 95.6 )2 + ( 95.00 – 95.6 )2

(3–1)

= 1.01

X1 = 95.6 – 1.01 = 694.59

X2 = 95.6 + 1.01 = 96.61

KELOMPOK III Page 50


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018

Tabel 4.1.4 Rekapitulasi data pemeriksaan penetrasi aspal sebelum


kehilangan berat

5.1.8 Kesimpulan

Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan penetrasi aspal


sebelum kehilangan berat antara lain :

Untuk minimumnya diperoleh : 694.59

Untuk maksimumnya diperoleh : 96.61

Memenuhi spesifikasi AASTHO dan Bina Marga seperti pada Tabel


4.1.2 yang disyaratkan minimal 60 dan maksimal 79.

Benda uji tersebut dapat digunakan di daerah yang memiliki


karakteristik cuaca yang panas dan lalu lintas dengan volume tinggi,
sehingga cocok di pakai di Indonesia.

KELOMPOK III Page 51


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
5.2 PENGUJIAN PENETRASI ASPAL SETELAH KEHILANGAN
BERAT

5.2.1 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi aspal keras atau
lembek (solid atau semi solid) dengan memasukkan jarum penetrasi ukuran
tertentu kedalam aspal pada suhu tertentu.

5.2.2 Teori Ringkas


Pemeriksaan penetrasi aspal bertujuan untuk memeriksa tingkat kekerasan
aspal. Pemeriksaan dilakukan dengan memasukkan jarum penetrasi berdiameter 1
mm dengan menggunakan beban seberat 50 gr sehingga diperoleh beban gerak
seberat 100 gram (berat jarum + beban) selama 5 detik pada temperatur 25˚C.
Besarnya penetrasi diukur dan dinyalakan dalam angka yang merupakan kelipatan
0.1 mm.

Rumus perhitungan :

(N 1
) (
Nr 2 + N 2 Nr )
2

Sx =
( N 1)

Ket : Sx : Standard deviasi

N1 : Penetrasi rata-rata untuk sampel 1

N2 : Penetrasi rata-rata untuk sampel 2

Nr : Penetrasi rata-rata untuk ke-N sampel

N : Jumlah Sampel

5.2.2 Alat Dan bahan Yang Digunakan

5.2.2.1 Alat yang digunakan

KELOMPOK III Page 52


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
a. Alat Penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum naik turun
tanpa gesekan dan dapat mengukur presentasi sampai 0,1mm.
b. Pemegang jarum seberat (47,5 ± 0,05)gr yang dapat dilepas dengan
mudah dari alat penetrasi untuk penerangan.
c. Pemberat dari (50 ±0,05)gr dan (100 ±0,05)gr masing-masing
dipergunakan untuk pengukuran penetrasi dengan beban 100 gr dan
200 gr.
d. Jarum penetrasi dibuat dari stainless steel mutu 440C, atau HRC 54
sampai 60. Ujung jarum harus berbentuk kerucut terpancung.
e. Cawan contoh terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan
dasar yang rata-rata berukuransebagai berikut :

Tabel 4.2.1. Ukuran Cawan

Penetrasi Diameter Dalam

Di bawah 200 55 mm 35 m

200 sampai 300 70 mm 45 m

f. Bak pendam (Waterbath). Terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang
dari 10 liter dan dapat menhan suhu tertentu dengan ketelitian lebih
kurang 0,1°C. Bejana dilengkapi dengan pelat dasar berlubang-lubang,
terletak 50 mm diatas dasar bejana dan tidak kurang dari 100 mm
dibawah permukaan.
g. Tempat air untuk benda uji ditempatkan dibawah alat penetrasi.
Tempat tersebut mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml, dan tinggi
yang cukup untuk merendam benda uji tanpa bergerak.
h. Pengukuran waktu.
i. Untuk pengukuran penetrasi dengan alat otomatis, kesalahan alat
tersebut tidak boleh melebihi 0,1 detik.
j. Termometer.
5.2.2.2 Bahan yang digunakan

KELOMPOK III Page 53


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
Contoh dipanaskan perlahan-lahan serta diaduk hingga cukup cair untuk
dapat dituangkan. Pemanasan contoh untuk ter tidak lebih dari 60°C diatas titik
lembek dan untuk bitumen tidak lebih dari 90°C diatas titik lembek. Waktu
pemanasan tidak boleh lebih dari 30 menit. Contoh diaduk perlahan-lahan agar
udara tidak masuk kedalam contoh.Setelah contoh cair merata segera dituangkan
kedalam tempat contoh dan didiamkan hingga dingin. Tinggi contoh dalam
tempat tersebut tidak kurang dari angka penetrasi ditambah 10 mm. Kita buat 2
benda uji (duplo).Benda uji ditutup agar bebas dari debu dan didiamkan pada suhu
ruang selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 jam sampai 2 jam
untuk benda uji besar.

5.2.3 Prosedur Percobaan


a) Meletakkan benda uji dalam tempat air yang kecil dan kita masukkan
tempat air tersebut dalam bak perendam yang telah berada pada suhu
yang telah ditentukan.Benda uji didiamkan dalam bak tersebut selama
1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 sampai 2 jam untuk
benda uji besar.
b) Memeriksa pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan baik
dan jarum penetrasi dibersihkan dengan toluena atau pelarut lain
kemudian jarum tersebut dikeringkan dengan lap bersih,kemudian
jarum dipasang pada pemegang jarum.
c) Meletakkan pemberat 50 gram diatas jarum untuk memperoleh beban
sebesar (100 ± 0,1) gram.
d) Memindahkan tempat air dari bak perendam kebawah alat penetrasi.
e) Menurunkan jarum perlahan-lahan sehingga jarum tersebut menyentuh
permukaan benda uji.Kemudian angka 0 diatur pada arloji
penetrometer,sehingga jarum penunjuk berimpit dengannya.
f) Melepaskan pemegang jarum dan serentak stopwach dijalankan selama
jangka waktu (5 ± 0,1) detik.

KELOMPOK III Page 54


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
g) Memutar arloji penetrometer dan kita baca angka penetrasi yang
berimpit dengan jarum penunjuk.Kemudian dibulatkan hingga angka
0,1 mm terdekat (N1,2)
h) Melepaskan jarum dari pemegang jarum dan kita siapkan untuk
pekerjaan berikutnya.
i) Melakukan pekerjaan a sampai g diatas tidak kurang dari 3 kali untuk
benda uji yang sama dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan
berjarak satu sama lain dan dari tepi dinding lebih dari 1 cm (N).
j) Menghitung: Nrata-rata = ( N1 / N2 ) / 2
Sx = { [( N1-Nr )2 +(N2-Nr )2+(N3-Nr )2 ]/( N-1 ) }0.5

X = N rata-rata ± Sx

Xmax = N rata-rata + Sx

Xmin = N rata-rata - Sx

5.2.4 Spesifikasi
Tabel. 4.2.2. Spesifikasi dengan standarisasi AASTHO dan Bina Marga

Spesifikasi Penet.60
Pemeriksaan Satuan
Min. Max
Penetrasi Aspal Setelah 75 - % semula
kehilangan berat

5.2.5 Data Hasil Percobaan


Jenis Contoh : Aspal

Sumber Contoh : Laboratorium Jalan Dan Aspal UNHAS

Tabel 4.2.3. Data yang diperoleh dari percobaan yang dilakukan di


Laboratorium Jalan dan Aspal Jurusan Sipil Universitas
Hasanuddin

KELOMPOK III Page 55


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018

5.2.6 Analisa Data


Setelah Kehilangan Berat
Dari tabel diketahui data-data sebagai berikut :

N1 = 64.60

N2 = 64.80

N3 = 66.20

64.60 + 64.80 + 66.20

Maka : Nrata-rata =

= 65.2

Menghitung standar deviasi dengan rumus 3.1

Sx = ( 64.60– 65.2)2 + ( 64.80– 65.2)2 + ( 66.20– 65.2)2

(3–1)

= 0.31

X1 = 65.2 - 0.31 = 64.89

X2 = 65.2 + 0.31 = 65.51

KELOMPOK III Page 56


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
Menghitung perbandingan penetrasi setelah dan sebelum kehilangan berat

X 1 sebelum kehilangan berat


X min  x 100 %
X 1 setelah kehilangan berat

Xmin = ( 66.92/ 64.89 ) x 100 %

= 103.12%

X 2 sebelum kehilangan berat


X max  x 100 %
X 2 setelah kehilangan berat

Xmax = ( 68.94 / 65.51) x 100 %

= 105.23 %

Tabel 4.2.4. Rekapitulasi data pemeriksaan penetrasi aspal setelah


kehilangan berat

5.2.7 Kesimpulan
Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan penetrasi aspal Setelah
kehilangan berat antara lain :

Untuk minimumnya diperoleh : 103.12

Untuk maksimumnya diperoleh : 105.23

Benda uji yang digunakan memenuhi spesifikasi AASTHO dan Bina


Marga seperti pada Tabel 4.2.2 yang disyaratkan minimal 75.

Benda uji dapat dipergunakan di wilayah Indonesia yang memiliki


karakteristik cuaca yang panas. Dimana umumnya di Indonesia dipergunakan
aspal dengan penetrasi 60 dan 80.

KELOMPOK III Page 57


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
5.3 PENGUJIAN PENURUNAN BERAT ASPAL
5.3.1 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menetapkan penurunan berat aspal
dengan cara pemanasan dan tebal tertentu,yang dinyatakan dalam persen berat
semula.

5.3.2 Teori Ringkas


Pemeriksaan dilakukan unuk mengetahui pengurangan berat akibat
penguapan bahan-bahan yang mudah menguap dalam aspal. Aspal setebal 5 cm
dipanaskan sampai 163 ° selama 1,5 jam di dalam oven. Penurunan berat yang
besar menunjukkan banyaknya bahan-bahan yang hilang karena penguapan. Aspal
tersebut akan cepat mengeras dan menjadi rapuh. Pemeriksaan dapat dilanjutkan
dengan menentukan penetrasi / viskositas aspal dari contoh aspal yang telah
mengalami pemanasan.

Rumus yang digunakan :

W1 = W2 =C–E

W1% = W2% = ( W1 / C ) x 100 %

Wr% = W1% + W2%

Sx = {[ (W1% – Wr% )2 +(W2% – Wr% )2 ]/(N–1)}0.5

W = Wr % ± Sx

Wmax = Wr % + Sx

Wmin = Wr % - Sx

Ket : Sx : Standard Wr : Penurunan berat untuk ke-N


deviasi sampel

W1 : Penurunan berat

KELOMPOK III Page 58


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
untuk sampel 1 Wmax : Penurunan Berat Maximum

W2 : Penurunan berat Wmin : Penurunan Berat Minimum


untuk sampel 2

N : Jumlah Sampel

5.3.3 Alat Dan Bahan Yang Digunakan


5.3.3.1 Alat yang digunakan
a) Termometer
b) Oven yang dilengkapi dengan :
 Pengatur suhu untuk memanasi sampai (180 ± 1)°C
 Pinggan logam berdiameter 25 cm,menggantung dalam oven
pada poros vertikal dan berputar dengan kecepatan 5 sampai 6
putaran permenit.
c) Cawan
Logam atau gelas berbentuk silinder,dengan dasar yang rata.Ukuran
dalam diameter 55 mm dan tinggi 35 mm.

d) Neraca analitik,dengan kapasitas (200±0,001) gram.

5.3.3.2`Bahan yang digunakan

a) Persiapan
Contoh minyak atau aspal diaduk serta dipanaskan bila perlu untuk
mendapatkan campuran yang merata.

b) Contoh dituangkan kedalam cawan kira-kira (50,0±0,5) gram dan


setelah dingin ditimbang dengan ketelitian 0,01 gram.
c) Benda uji yang diperiksa harus bebas air.
d) Benda uji disiapkan dalam bentuk ganda (duplo).

KELOMPOK III Page 59


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
5.3.4 Prosedur Percobaan
a) Menimbang benda uji dengan tin box (B) yang sudah ditimbang
terlebih dahulu (A) sebelum di oven.
b) Meletakkan benda uji diatas pinggan setelah oven mencapai suhu
(163±1)oC.
c) Memasang termometer pada dudukannya sehingga terletak pada jarak
1,9 cm dari pinggir pinggang dengan ujung 6mm diatas pinggang.
d) Mengambil benda uji dari oven setelah 5 jam sampai 5 jam 15 menit.
e) Mendinginkan benda uji pada suhu ruang ,kemudian ditimbang dengan
ketelitian 0,01 gram (D).
f) Menghitung :
W1 = W2 =C–E
W1% = W2% = ( W1 / C ) x 100 %

Wr % = W1% + W2%

Sx = {[ (W1% – Wr % )2 +(W2% – Wr % )2 ]/(N–1)}0.5

W = Wr % ± Sx

Wmax = Wr % + Sx

Wmin = Wr % - Sx

5.3.5 Spesifikasi
Tabel. 4.3.1. Spesifikasi dengan standarisasi AASTHO dan Bina Marga

Spesifikasi Penet.60
Pemeriksaan Satuan
Min. Max

Penurunan berat Aspal - 0,4 % berat

KELOMPOK III Page 60


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
5.3.6 Data Hasil Percobaan
Jenis Contoh : Aspal

Tabel 4.3.2. Data Hasil Percobaan

Sumber Contoh : Laboratorium Jalan Dan Aspal UNIFA

Keterangan :

A = Berat tin box

B = Berat (tin box + aspal) sebelum dioven

C = Berat aspal sebelum dioven

D = Berat (tin box + aspal) setelah dioven

E = Berat aspal setelah dioven

F = Jumlah penurunan berat (C – E)

G = Prosentase penurunan berat aspal (F/C x 100%)

5.3.7 Analisa Data


Menghitung Penurunan Berat Aspal (F):

Dengan rumus 3.3 ;

W1 = 58.71 – 58.40 = 0.31 gram

W2 = 57.58 – 59.90 = 2.32 gram

KELOMPOK III Page 61


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
Menghitung Penurunan Berat Aspal dalam persen :

Dengan rumus ;

0.20

W1 = x 100 % = 0.34 %
58.71

0.15

W2 = x 100 % = 0.26 %
57.58

Prosentase Kehilangan Berat Aspal rata-rata :

Dengan rumus ;

( 0.34 + 0.26 )

Wr = = 0.47 %

Perhitungan Standar Deviasi

Dengan rumus ;

( 0.34 – 0.47 )2 + ( 0.26 – 0.47)2

Sd =

( 2 – 1)

= 0.34

Batas Prosentase Kehilangan Berat

Dengan rumus ;

KELOMPOK III Page 62


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018

W = ( 0.47  0.34 ) %

Wmax = ( 0.47 + 0.34 ) % = 0.81 %

Wmin = ( 0.47 – 0.34 ) % = 0.13 %

Tabel 4.3.3. Rekapitulasi data pemeriksaan penurunan berat aspal

5.3.8 Kesimpulan
Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan penurunan berat aspal
mengalami penurunan berat 0.35 %, sehingga memenuhi spesifikasi
AASTHO dan Bina Marga seperti pada Tabel 4.3.1 yang disyaratkan
maksimal 0.4 %.

Aspal yang telah dipanaskan (proses pengeringan / pengovenan) akan


mengalami pengurangan berat. Karena zat-zat yg terkandung didalamnya
mengalami penguapan. Batas penurunan berat aspal masih memenuhi
spesifikasi yaitu maksimum 0.4 %.

KELOMPOK III Page 63


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
5.4 PENGUJIAN TITIK LEMBEK
5.4.1 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik lembek aspal dan ter
yang berkisar antara 30°C sampai 200°C.
Yang dimaksud dengan titik lembek suhu pada saat bola baja dengan berat
tertentu, mendesak turun suatu lapisan aspal atau ter yang tertahan dalam cincin
berukuran tertentu,sehingga aspal atau ter tersebut menyentuh pelat dasar yang
terletak dibawah cincin pada tinggi tertentu,sebagai akibat kecepatan pemanasan
tertentu.

5.4.2 Teori Ringkas


Temperatur pada saat dimana aspal mulai menjadi lunak tidaklah sama
pada setiap hasil produksi aspal walaupun mempunyai nilai penetrasi yang sama.
Oleh karena itu temperatur tersebut dapat diperiksa dengan mengikuti proses dure
PA-0302-76 atau AASHTO T53-81. Pemeriksaan menggunakan cincin yang
terbuat dari kuningan dan bola baja. Titik lembek ialah suhu dimana suatu lapisan
aspal dalam cincin yang diletakkan horizontal didalam larutan air atau kliserine
yang dipanaskan secara teratur menjadi lembek karena beban bola baja dengan
diameter 9,53 mm sebesar ± 3,5 gram yang diletakkan di atasnya sehingga lapisan
aspal tersebut jatuh melalui jarak 25,4 mm (1 inch)
Titik lembek aspal bervariasi antara 30° C sampai 200° C. 2 aspal
mempunyai penetrasi yang sama belum tentu mempunyai titik lembek yang sama.
Aspal dengan titik lembek yang lebih tinggi kurang peka terhadap perubahan
temperatur dan lebih baik untuk bahan pengikat konstruksi perkerasan.
Rumus yang digunakan :
T rata-rata = 1/2 ( T1 + T2 )

Sx = { [ ( T1 – Tr )2 +( T2 – Tr )2 ] / ( N – 1 ) }0.5

T = T rata-rata ± Sx

T max = T rata-rata + Sx

KELOMPOK III Page 64


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
T min = T rata-rata - Sx

Ket : Sx : Standard deviasi Tr : Titik lembek untuk ke -N


sampel
T1 : Titik lembek untuk sampel
1 Tmax : Titik Lembek Maximum

T2 : Titik lembek untuk sampel Tmin : Titik Lembek Minimum


2

N : Jumlah Sampel

5.3.3 Alat Dan Bahan Yang digunakan

5.3.3.1Alat yang digunakan

a) Cincin Kuningan
b) Bejana gelas tahan pemanasan mendadak dengan diameter dalam 8,5
cm tinggi sekurang-kurangnya 12 cm.
c) Dudukan benda uji Alat pengarah bola.
d) Bola baja, diameter 9.53 mm; berat 3,45 sampai 3,55 gram
e) Termometer
f) Alat Pemanas
g) Stopwatch

5.3.3.2 Bahan yang digunakan

Aspal

5.3.4 Prosedur Percobaan

5.3.4.1 Benda Uji


a) Panaskan contoh perlahan-lahan dan aduk terus-menerus sampai cair
merata setelah cair lalu dituangkan dalam dua buah cincin yang
diletakkan diatas kaca yang telah diberi sabun/detergen.

KELOMPOK III Page 65


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
b) Contoh didiamkanselama kurang lebih 30 menit sampai mencapai suhu
ruang.
5.3.4.2 Langkah-langkah percobaan
a) Pasang dan atur benda uji diatas kedua dudukanya dan letakkan pengarah
bola keatasnya. Kemudian masukkan seluruh peralatan tersebut kedalam
bejana gelas. Isi bejana dengan air suling dengan suhu 5°C dan tinggi
permukaan air berkisar antara 101,6 – 108 mm, letakkan termometer
yang sesuai untuk pekerjaan ini diantara kedua benda uji. Atur jarak
antara permukaan pelat dasar dengan dasar benda uji sehingga menjadi
25,4 mm.
b) Panaskan bejana sehingga kenaikan suhu menjadi 5°C/menit
c) Catat suhu dan waktu pada saat bola menyentuh pelat dasar.

5.3.5 Spesifikasi
Tabel. 4.4.1. Spesifikasi dengan standarisasi AASTHO dan Bina Marga

Spesifikasi Penet.60
Pemeriksaan Satuan
Min. Max
o
Titik lembek aspal 44 48 C

5.3.6 Data Hasil Percobaan


Jenis Contoh : Aspal

Tabel 4.4.2. Pemeriksaan Pengujian Titik Lembek Aspal

KELOMPOK III Page 66


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018

Keterangan : * = suhu titik lembek (benda uji menyentuh plat dasar)

5.3.7 Analisa
Dari tabel diketahui data-data sebagai berikut :

T1 = 46 °C

T2 = 49 °C

Maka dengan:

Trata-rata = 1/2 ( 46 + 49)

= 70.5 °C

Menghitung Standar Deviasi dengan rumus 3.11

Sx = ( 70.5 – 46 )2 + ( 70.5 – 49)2

(2 - 1)

= 1.11

Temperatur titik lembek aspal = ( 50 ± 2,828 ) °C

T Min = 46 – 1.11 = 44.89 °C

KELOMPOK III Page 67


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
T Max = 49 + 1.11 = 47.89 °C

Tabel 4.4.3. Rekapitulasi data pemeriksaan titk lembek aspal

Hasil Pemeriksaan Spesifikasi


Pemeriksaan Satuan
Min Max Min. Max

Titik lembek aspal 44.89 47.89 44 48 °C

5.3.8 Kesimpulan
Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan titik lembek aspal,
diperoleh :

Titik lembek rata-rata = 50 oC

Dengan demikian memenuhi spesifikasi AASTHO dan Bina Marga seperti


pada tabel 4.4.1 yang disyaratkan minmal 44oC dan maksimal 48oC.

Benda uji cukup memiliki kepekaan terhadap perubahan temperatur karena


memiliki titik lembek yang tidak terlalu tinggi.

KELOMPOK III Page 68


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
5.4 PENGUJIAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR ASPAL

5.5.1 Tujuan

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik nyala dan titik bakar
dari semua jenis minyak bumi kecuali minyak bakar dan bahan lainnya yang
mempunyai titik nyala open cup kurang dari 79°C.

5.5.2 Teori Ringkas

Titik nyala adalah suhu pada saat nyala singkat pada suatu titik diatas
permukaan aspal.

Titik bakar adalah suhu terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik pada


suatu titik diatas permukaan aspal.

Pemeriksaan titik nyala dan titik bakar untuk aspal yang berguna untuk menentukan suhu dimana aspal terlihat
menyala singkat dipermukaan aspal (titik nyala), dan suhu pada saat terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik. Aspal
disiapkan dalam cleveland open cup yang berbentuk cawan dari kuningan dan diletakkan pada plat pemanas.

Titik nyala dan titik bakar perlu diketahui untuk memperkirakan temperatur maksimum pemanasan aspal
sehingga aspal tidak terbakar. Pemeriksaan harus dilakukan dalam ruang gelap sehingga dapat segera diketahui timbulnya
nyala pertama.

5.4.3 Alat Dan Bahan Yang Digunakan


5.4.2.1 Alat yang digunakan
1. Peralatan

a) Thermometer 400°C
b) Cawan cleveland open cup
c) Plat pemanas (Hot Plate)
d) Batang nyala bunsen yang dapat diatur dan memberikan nyala
dengan diameter 3,2 – 4,8 mm dengan panjang tabung 7,5 cm
2. Benda Uji

a) Panaskan contoh aspal keras 148°C dan 176°C sampai cukup cair

b) Isi cawan cleveland dengan aspal yang telah cair sampai pada
garis dan hilangkan gelembung udara yang ada dipermukaan
dengan cara membakar bagian atas secara perlahan.

5.4.4 Prosedur Percobaan

KELOMPOK III Page 69


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
a) Letakkan cawan diatas plat pemanas dan atur sumber pemanas sehingga
terletak dibawah titik tengah cawan
b) Letakkan pembakar titik tengah cawan
c) Letakkan termometer tegak lurus diatas benda uji dengan jarak 6,4 mm
diatas cawan, dan terletak pada satu garis yang menghubungkan titik
tengah cawan dan titik poros nyala bumer. Kemudian aturlah sehingga
poros termometer terletak pada jarak 1/4 diameter cawan dari tepi.
d) Nayalakan bunsen dan atur pemanas sehingga kenaikan suhu teratur 15°C
permenit sampai suhu 56°C dibawah titik nyala perkiraan
e) Aturlah kecepatan pemanasan 5°C - 6°C
f) Putar bagian nyala bunsen melalui permukaan cawan (dari tepi ke tepi
cawan) dalam waktu 1 dtik. Ulangi pekerjaan diatas tiap kenaikan
temperatur 2°C
g) Ulangi prosedur 5 – 6 sampai terlihat nyala singkat pada suatu titik diatas
permukaan benda uji. Baca temperatur dan catat titik nyala yang terjadi.

h) Lanjutkan prosedur 7 sampai terlihat nyala agak lama kurang lebih 3


detik diatas permukaan benda uji. Baca temperatur dan catat titik bakar.

5.4.5 Spesifikasi
Tabel. 4.5.1. Spesifikasi dengan standarisasi AASTHO dan Bina Marga

Spesifikasi Penet.60
No. Pemeriksaan Satuan
Min. Max
1 Titik nyala aspal 200 - °C
2 Titik bakar aspal 200 - °C

5.4.6 Data Hasil Percobaan

KELOMPOK III Page 70


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
Jenis Contoh : Aspal

Tabel 4.5.2. Data Hasil Percobaan

Keterangan : * = titik nyala ; ** = titik bakar

5.4.7 Analisa Data


Dari tabel pemeriksaan data, didapat :

Titik Nyala = 300 0C

Titik Bakar = 310 0C

Tabel 4.5.3. Rekapitulasi data pemeriksaan titik nyala dan titik bakar
aspal

Hasil Spesifikasi
No. Pemeriksaan Satuan
Pemeriksaan Min. Max
1 Titik nyala aspal 300 200 - °C
2 Titik bakar aspal 310 200 - °C

KELOMPOK III Page 71


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018

5.4.8 Kesimpulan
Dalam pemeriksaan titik nyala dan titik bakar aspal rata-rata diperoleh :

Titik Nyala : 300 oC Titik Bakar : 310 oC

Sehingga Benda uji yang digunakan memenuhi spesifikasi AASTHO dan


Bina Marga seperti pada Tabel 4.5.1 yang disyaratkan min. 200oC.

5.5 PENGUJIAN BERAT JENIS ASPAL


5.5.1 Tujuan

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis aspal dengan


alat piknometer.

5.5.2 Teori Ringkas

Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat aspal dan berat air
dengan suling dengan isi yang sama pada suhu 25° C atau 15.6° C, yaitu
dilakukan dengan cara mengggantikan berat air dengan berat aspal dalam
wadah yang sama ( yang sudah diketahui volumenya berdasarkan konversi

KELOMPOK III Page 72


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
berat jenis air sama dengan satu ). Prosedur pemeriksaan mengikuti PA-0307-
76 atau AASHTO T228 – 79.

Rumus yang digunakan :

BJ ( Berat Jenis ) = { ( C – A ) / [ ( B – A ) ( D – C ) ] } ............ 3.15

Ket : A : Berat Piknometer

B : Berat Piknometer + Air Suling

C : Berat Piknometer + Aspal

D : Berat Piknometer + Air Suling + Aspal

5.5.3 Alat dan Bahan yang Digunakan


5.5.3.1 Alat yang digunakan
 Termometer
 Bak perendam yang dilengkapi pengatur suhu dengan ketelitian
(25±0,1)°C.
 Piknometer
 Air suling sebanyak 1000 cm3.
 Bejana gelas
5.5.3.2 Bahan yang digunakan
 Contoh bitumen keras atau ter (aspal) sejumlah 50 gr dipanaskan
sampai menjadi cair dan di aduk untuk mencegah pemanasan
setempat.
 Contoh (benda uji) dituangkan kedalam piknometer yang telah kering
hingga terisi ¾ bagian.

5.5.4 Prosedur Percobaan


a) Isi bejana dengan air suling hingga diperkirakan bagian atas
picnometer yang tidak terendam setinggi 40 cm

KELOMPOK III Page 73


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
b) Kemudian rendam dan jepitlah bejana tersebut dalam bak perendam
hingga terendam 10 cm, suhu bak perendam 25°C (Ruang AC)
c) Besihkan, keringkan dan timbanglah picnometer dengan ketelitian
0,001 gram (A)
d) Angkat bejana dari bak perendam dan isi picnometer dengan air suling,
kemudian tutup picnometer tanpa ditekan.
e) Letakkan picnometer dalam bejana dan tekanlah penutup hingga rapat,
kemudian kembalikan bejana berisi picnometer kedalam bak perendam
dan diamkan selama 20 menit. Kemudian angkat picnometer tersebut
dan keringkan denagn lap kemudian timbang dengan ketelitian 0,01
gram (B)
f) Tuangkan benda uji kedalam picnometer yang telah kering hingga
terisis 3/4 bagian picnometer. Biarkan picnometer sampai dingin
selama 40 menit. Kemudian timbang dengan ketelitian 0,01 gram
(gram)
g) Isi picnometer yang berisi benda uji dengan air suling dan tutuplah
tanpa ditekan, diamkan agar air gelembung udara keluar.
h) Angkat bejana dari bak perendam letakkan picnometer didalamnya dan
tekan penutup hingga rapat.
i) Masukkan dan diamkan bejana dalam bak perendam selama 30 menit
kemudian angkat dan timbang beratnya (D)
5.5.5 Spesifikasi
Tabel. 4.6.1. Spesifikasi dengan standarisasi AASTHO dan Bina Marga

Spesifikasi Penet.80
Pemeriksaan Satuan
Min. Max

Berat jenis aspal 1 - gr / cc

5.5.6 Data Hasil Percobaan


Tabel 4.6.2 Data Hasil Percobaan

KELOMPOK III Page 74


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018

Jenis contoh : Aspal

5.5.7 Analisa Data


Pemeriksaan Berat Jenis Aspal :

Rumus yang digunakan adalah rumus 3.15

( 75 – 45 )

Bj (1) =

( 90 – 45 ) – ( 100 – 75 )

= 1.500 gr/cc

( 98.95 – 40.1 )

Bj (2) =

( 102.1 – 40.1 ) – (105.4 – 98.95 )

= 1.059 gr/cc

Bj Rata-rata = (1.500 + 1.059) / 2

KELOMPOK III Page 75


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
= 1.279 gr/cc

Tabel 4.6.3. Rekapitulasi data pemeriksaan berat jenis aspal

5.5.8 Kesimpulan
Dalam pemeriksaan berat jenis aspal diperoleh :

Berat Jenis Aspal : 1,279

Sehingga Benda uji yang digunakan memenuhi spesifikasi AASTHO


dan Bina Marga seperti pada Tabel 4.6.1 yang disyaratkan minimal 1.

Benda uji memiliki berat jenis yang dapat digunakan dalam


perhitungan analisa campuran.

KELOMPOK III Page 76


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
RANCANGAN MIX DESAIN DAN MARSHALL

6.1 Tujuan
Mix design bertujuan untuk menentukan komposisi agregat dalam
campuran, berat aspal dalam campuran, berat jenis dan penyerapan campuran,
yang diperlukan dalam pembuatan dan perhitungan hot mix.

6.2 Teori Ringkas


Metode rancangan campuran aspal beton yang digunakan adalah
rancangan campuran aspal panas (hot mix) yaitu suatu campuran yang terdiri dari
komponen-komponen agregat yang merupakan komponen terbesar dalam
campuran dan bahan pengikatnya aspal dimana cara pencampurannya melalui
proses pemanasan.

Perencanaan campuran aspal beton yang digunakan adalah berdasarkan


metode Marshall, dengan metode ini kita dapat menentukan jumlah pemakaian
aspal yang tepat sehingga dapat menghasilkan komposisi yang baik antara agregat
dan aspal sesuai dengan persyaratan teknis perkerasan jalan yang ditentukan.

Benda uji di buat dengan kadar aspal 4 % - 7 % dengan jumlah benda uji
tiap-tiap kadar aspal sebanyak 3 buah. Gradasi yang digunakan adalah Gradasi IV.

6.3 Langkah-langkah dalam mix design aspal beton

6.3.1 Komposisi agregat dalam campuran


Dari hasil pemeriksaan gradasi/analisa saringan agregat dibuat grafik yang
didasarkan pada persen lolos untuk masing-masing nomor saringan yang
digunakan. Selanjutnya untuk mendapatkan prosentase masing-masing fraksi
agregat (chipping, pasir dan debu batu) dalam campuran dipakai Metode Grafis
Diagonal, dimana prosedurnya sebagai berikut :

1. Diketahui gradasi ideal yang akan digunakan dari persyaratan gradasi yang
ditentukan pada Tabel 6.1
2. Gambar empat persegi panjang dengan ukuran (10 x 20) cm.
3. Garis diagonal dibuat dari ujung kiri bawah keujung kanan atas.

KELOMPOK III Page 77


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
4. Sisi vertikal menyatakan persen lolos saringan dengan skala 0 di bawah
dan 100 di atas.
5. Dengan melihat spefikasi ideal, tiap-tiap nilai ideal tersebut diletakkan
pada garis diagonal berupa titik.
6. Dari tiap titik pada diagonal ditarik garis vertikal untuk menempatkan
nomor-nomor saringan.
7. Gambar grafik gradasi dari masing-masing fraksi yang akan dicampur.
8. Untuk menentukan prosentase agregat kasar, dilihat dari jarak antara grafik
gradasi kasar terhadap tepi bawah dan jarak grafik sedang terhadap tepi
atas yang harus sama, pada suatu garis lurus.
9. Pada garis tersebut, tarik garis vertikal yang memotong garis diagonal.
Kemudian dari titik potong ini ditarik garis horisontal yang memotong
garis tepi, sehingga didapat prosentase agregat kasar yang diperlukan.
10. Langkah 8 dan 9 diulangi untuk mendapatkan prosentase agregat halus dan
bahan pengisi.

Setelah diperoleh komposisi dari setiap jenis fraksi agregat, dibuat


suatu tabel hasil analisa gabungan agregat, dimana prosentase masing-masing
fraksi yang akan digunakan diperoleh dari hasil perkalian dengan prosentase lolos
untuk masing-masing nomor saringannya. Kemudian dijumlahkan untuk masing-
masing nomor saringan lalu dilihat apakah gradasi tersebut sudah memenuhi
spesifikasi yang diisyaratkan sesuai jenis campuran yang akan dibuat.

Hasil penggabungan agregat diusahakan mendekati “ideal spec”, jika


melalui grafik diagonal belum bagus maka digunakan metode coba-coba (Trial
and Error) yaitu menentukan terlebih dahulu prosentase dari masing-masing
agregat (tanpa mengubah persen lolos) kemudian hasil penggabungan agregat
diperoleh melalui perkalian prosentase dengan persen lolos dari agregat.
Selanjutnya hasil perkalian tersebut masing-masing dijumlahkan dan dilihat
apakah hasilnya mendekati nilai “ideal spec”.

Selanjutnya dibuat grafik penggabungan agregat dan grafik


spesifikasinya, setelah itu dihitung berat masing-masing fraksi yaitu prosentase

KELOMPOK III Page 78


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
fraksi dikali dengan kapasitas mould. Berat masing-masing fraksi campuran ini,
dibagi-bagi lagi berdasarkan ukuran saringan sesuai dengan prosentase tertahan
agregatnya yang akan digunakan untuk pembuatan bricket uji.

6.3.2 Berat aspal dalam campuran


Setelah ditentukan kadar aspal yang akan digunakan dalam campuran,
maka berat aspal dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Berat aspal (gram) = A B

Dimana : A = Kadar aspal ( % )

B = Kapasitas mould (gram)

6.3.3 Berat jenis dan penyerapan campuran


Setelah diperoleh hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan
agregat dan berat jenis aspal, maka berat jenis dan penyerapan dari total
agregat/campuran serta penyerapan aspal dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :

- Berat jenis bulk (Gsb) = P1 + P2 +….. Pn

(bulk spesific gravity) (P1/G1) + (P2/G2) +…….(Pn/Gn)

- Berat jenis semu (Gsa) P1 + P2 +….. Pn


=
(apparent specific gravity) (P1/A1) + (P2/A2) +…….(Pn/An)

- Berat jenis efektif (Gse) = Gsb + Gsa

(effective specific gravity) 2s

Gse - Gsb x Ga x 100%


- Penyerapan aspal (Pba) =
Gse x Gsb

KELOMPOK III Page 79


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
dimana :

Gsb = berat jenis bulk s

Gsa = berat jenis semu/apparent

Gse = berat jenis efektif

Pba = penyerapan aspal

Ga = berat jenis aspal

P1, P2,. .,Pn = persentase berat dari komponen agregat 1, 2,...n

G1,G2,..,Gn = berat jenis bulk dari masing-masing agregat

A1, A2,,An = berat jenis apparent dari masing-masing


agregat

Perencanaan campuran aspal beton yang digunakan adalah berdasarkan


metode Marshall, dengan metode ini kita dapat menentukan jumlah pemakaian
aspal yang tepat sehingga dapat menghasilkan komposisi yang baik antara agregat
dan aspal sesuai dengan persyaratan teknis perkerasan jalan yang ditentukan.
Penentuan kadar aspal yang terbaik (optimum) ditentukan berdasarkan sifat-sifat
Marshall yang dalam percobaan ini menggunakan jenis lapisan perkerasan AC
(asphalt Concret).

Adapun sifat-sifat Marshall, yaitu :

 VIM ( Void In Mix )


VIM merupakan volume pori dalam campuran yang telah dipadatkan atau
banyaknya rongga udara yang berada dalam campuran aspal beton.

 Stability ( Stabilitas )
Stability adalah kemampuan lapis aspal beton untuk menahan deformasi
atau perubahan bentuk akibat beban lalu lintas yang bekerja pada lapis
perkerasan tersebut.

 Flow ( kelelehan plastis )

KELOMPOK III Page 80


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
Flow atau kelelehan plastis merupakan besarnya deformasi yang terjadi
pada campuran aspal beton akibat beban yang bekerja pada perkerasan.

 VMA ( Voids In Mineral Agregat )


VMA merupakan volume pori atau rongga antar butiran agregat suatu
campuran aspal beton yang telah dipadatkan dan menunjukkan persentase
dari volume total sample.

 Voids Filled With Asphalt ( Rongga terisi Aspal )


VFWA merupakan rongga yang terisi aspal dalam campuran aspal beton
yang telah dipadatkan (diluar rongga udara) dan menunjukkan persentase
dari volume total sample.

 Marshall Quotient ( Hasil Bagi Marshall )


Marshall Quotient merupakan hasil bagi antara stabilitas (kekuatan
campuran menahan deformasi atau perubahan bentuk) dengan flow
(kelelehan atau besarnya deformasi yang terjadi pada campuran).

6.4 Alat dan Bahan yang digunakan


6.4.1 Peralatan Percobaan
1. Tiga buah cetakan benda uji yang berdiameter 10,16 cm (4“) dengan
tinggi 7,62 cm (3”) yang dilengkapi dengan pelat alas dan leher sambung
2. Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk yang rata berbentuk
silinder, dengan tinggi jatuh bebas 45,75 cm (18”) dan berat 4,536 kg
3. Alat pengeluar benda uji yang telah dipadatkan yaitu sebuah alat ejector
4. Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau sejenisnya) berukuran
kira-kira 20 x 20 x 45 cm3(8”x8”x8”) yang dilapisi dengan pelat baja
berukuran 30 x 30 x 2,5 cm3 (12” x 12” x 1”) dan diikat pada lantai
beton dengan empat bagian siku
5. Silinder cetakan benda uji
6. Peralatan Marshall test, dilengkapi dengan :
 Kepala penekan berbentuk lengkung

KELOMPOK III Page 81


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
 Cincin penguji yang berkapasitas 3000 kg dilengkapi arloji tekan
dengan perlengkapannya
 Arloji kelelahan dengan perlengkapannya
7. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(200 ± 3) °C
8. Bak perendam (water bath), dilengkapi dengan pengatur suhu minimum
20°C
9. Perlengkapan bantu lainnya, antara lain :
 Panci-panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran
 Pengukur suhu dari logam berkapasitas 250°C dan 100°C dengan
ketelitian 0,5 atau 1% dari kapasitas
 Kompor
 Sendok pengaduk
 Sarung asbes dan karet
 Timbangan yang dilengkapi penggantung benda uji berkapasitas 2 kg
dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapasitas 5 kg dengan
ketelitian 1 gram
 Corong yang terbuat dari aluminium
 Spatula
 Satu set saringan terdiri dari ukuran : ¾, ½, 3/8, No.4, No.8, No.30,
No.50, No.100 dan No.200, serta PAN.

6.4.2 Bahan yang digunakan


Bah yang digunakan adalah chipping,pasir,debu batu,dan aspal yang telah
diperiksa dan memenuhi persyaratan spesifikasi.

KELOMPOK III Page 82


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
Perhitungan Berat Aspal dan Berat Agregat untuk Briket Benda Uji

Tabel 6.1 Data Berat aspal dan berat agregat untuk briket benda uji

Kapasitas Mould = 1100 gr

Kadar Aspal (%) 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7

Berat Aspal (gr) 44 49.5 55 60.5 66 71.5 77

Kadar Agregat = (100% - kadar aspal) 96 95.5 95 94.5 94 93.5 93

Berat Agregat (gr) 1056.0 1050.5 1045 1039.5 1034 1028.5 1023
Berat Chipping (gr) ( 43.0% ) 451.72 451.72 449.35 446.99 444.62 442.26 439.89
Berat Pasir (gr) ( 29.0% ) 131.00 304.65 303.05 301.46 299.86 298.27 296.67
Berat Debu batu (gr) ( 28% ) 85.30 294.14 292.60 291.06 289.52 287.98 286.44

Contoh perhitungan : (Untuk kadar aspal 5,5 %)

Berat Aspal = Kadar Aspal x Kapasitas Mould


= 5 % x 1100

= 55 gram

Kadar Agregat = (100% - Kadar aspal) x Kapasitas mould

= (100 % - 5 %) x 1100 gr

= 95 gram

Berat Chipping = Berat Chipping x Berat Agregat

= 43 %x 1045 gr

= 449,35 gram

Berat Pasir = Berat Pasir x Berat Agregat

= 29 % x 1045 gr

= 303,05 gram

Berat Debu Batu = Berat Debu Batu x Berat Agregat

KELOMPOK III Page 83


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
= 28 % x 1045 gr

= 292,60 gram

6.5 Prosedur Percobaan


1. Masing-masing agregat dikeringkan sampai beratnya tetap pada suhu
(110 ± 5) °C. Setelah dingin agregat dipisah-pisahkan dengan cara
penyaringan kering kedalam fraksi - fraksi yang dikehendaki, lalu
ditimbang sesuai dengan besarnya prosentase perbandingan komposisi
agregat
2. Campuran agregat tersebut, dipanaskan sampai mencapai suhu
pencampuran (170 ± 20)°C dalam panci pencampuran. Sementara itu
aspal juga dipanaskan secara terpisah sampai mencapai suhu
pencampuran
3. Aspal dituangkan kedalam panci pencampuran/agregat yang sudah
dipanaskan tersebut, sesuai dengan beratnya yang telah ditetapkan.
Kemudian diaduk sampai homogen dan terlihat seluruh permukaan
agregat tertutup oleh aspal. Suhu selama pengadukan campuran aspal
diusahakan tetap dipertahankan (150°C), dimana hal ini dikontrol
dengan termometer
4. Campuran aspal yang telah homogen, dipindahkan kedalam cetakan
benda uji (mould) yang telah dibersihkan dan diletakkan pada dasarnya
kertas saring / penghisap lebih dahulu. Pemindahan campuran kedalam
cetakan dilakukan dengan bantuan corong aluminium yang diletakkan
diatas cetakan
5. Campuran didalam cetakan ditusuk-tusuk dengan spatula (sendok
semen) sebanyak 15 kali pada bagian pinggir cetakan secara keliling
dan 10 kali pada bagian dalamnya/tengahnya. Lalu permukaan
campuran diratakan menjadi bentuk yang sedikit cembung dan taruhlah
kertas saring diatasnya
6. Kemudian dilakukan pemadatan dengan penumbukan sebanyak 75 kali
pada masing-masing bagian / sisi atas dan bawah cetakan

KELOMPOK III Page 84


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
7. Benda uji dikeluarkan dengan memakai alat ejector, lalu diletakkan
diatas permukaan rata yang halus,kemudian dibiarkan selama kira-kira
24 jam pada suhu ruang.
8. Tanda pengenal diberikan pada benda uji yang telah dingin sesuai
dengan prosentase kadar aspal, lalu timbang dan diukur tinggi benda uji
dengan ketelitian 0,1 mm.Kemudian benda uji direndam dalam air kira
– kira 24 jam pada suhu ruang.
9. Setelah perendaman 24 jam, benda uji ditimbang dalam air dan beratnya
ditetapkan untuk mendapatkan isi.
10. Benda uji diangkat dan dilap dengan kain sampai mencapai keadaan
kering permukaan jenuh ( SSD = Saturated Surface Dry ), kemudian
ditimbang.
11. Benda uji direndam dalam bak perendaman, pada suhu 60°C selama 30
– 40 menit.
12. Benda uji dikeluarkan dalam bak perendaman, lalu dimasukkan
kedalam cincin penjepit dan diletakkan diatas piston penekan.
13. Sebelum pembebanan dilakukan, kepala penekan beserta benda uji
dinaikkan hingga menyentuh alat cincin penjepit. Pada cincin penjepit
dipasang dial (arloji) kelelehan (flow), jarum dial di stel pada angka nol.
14. Dial stabilitas yang terpasang pada proving ring yang telah ditentukan,
di stel pada angka nol.
15. Benda uji pada kondisi ini telah siap untuk ditekan. Kemudian mesin
dijalankan dengan membuka aliran listrik pada motor penggerak.
16. Mesin dimatikan setelah jarum stabilitas tidak bergerak lagi (telah
mencpai stabilitas maksimum). Kemudian dibaca/dicatat nilai stabilitas
dan flow yang diperoleh. Perlu pula diketahui bahwa waktu benda uji
dari bak perendaman sampai mencapai beban maksimum adalah tidak
boleh lebih dari 30 detik.

6.7 Spesifikasi Lapisan Perkerasan

KELOMPOK III Page 85


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
Kadar aspal optimum ditentukan dengan melakukan pemeriksaan Marshall
di Laboratorium dari beberapa contoh dengan membuat variasi beberapa kadar
aspal optimum ( 4% - 7 % ).

Hasil pemeriksaan kemudian diperiksakan lalu digambarkan dalam grafik.


Kadar aspal optimum adalah kadar aspal yang menghasilkan sifat campuran
terbaik dengan memperhatikan batasan/parameter dari tiap sifat campuran yang
ditetapkan.

Tabel 6.2 Spesifikasi lapisan perkerasan AC

No Sifat-Sifat Marshall Jenis Lapisan Perkerasan (AC)


1 VIM (%) 3-5
2 VFB / VFWA (%) Min. 68
3 Marshall Stability (kg) Min. 800
4 Flow (mm) 2-4
5 Marshall Quotient (kg/mm) Min. 200
6 VMA (%) Min. 14

6.8 Data Hasil Percobaan


Tabel 6. 3 Data Mix Design

Kadar Berat (Gram) Stabilitas - Kelelehan Quotient

KELOMPOK III Page 86


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018

Aspal Kg

Di udara Dlm air K.permukaan Pembacaaan mm Marshall

( in
( in air ) (SSD) Stabilty Flow (Kg/mm)
water )

A C D E N Q R

% Berat N

Angka kalibrasi
Q
Total

Campuran

4 1234 603 1165 817.00 2.80 291.79

4 1232 604 1145 817.00 3.10 263.55

4 1226 606 1165 817.00 2.70 302.59

Rata-Rata 2.87 285.98

4.5 1070.00 563 1084.00 817.00 2.30 355.22

4.5 1085.00 588 1095.00 817.00 1.50 544.67

4.5 1085.00 573 1095.00 817.00 2.10 389.05

Rata – Rata 1.967 429.64

5.0 1095.00 563 1087.00 817.00 2.80 291.79

5.0 1096.00 557 1092.00 817.00 1.50 544.67

5.0 1094.00 549 1082.00 817.00 3.20 255.31

Rata – Rata 183.211 363.92

5.5 1085.00 656 1140.00 817.00 2.80 291.79

5.5 1075.00 642 1135.00 817.00 1.50 544.67

5.5 1096.00 638 1135.00 817.00 3.20 255.31

KELOMPOK III Page 87


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
Rata – Rata 2.500 363.92

6.0 1073.00 556 1083.00 817.00 2.00 408.50

6.0 1088.00 567 1092.00 817.00 1.00 817.00

6.0 1095.00 573 1101.00 817.00 2.00 408.50

Rata – Rata 1.667 544.67

6.5 1070.00 617 1180.00 817.00 4.20 194.52

6.5 1075.00 620 1160.00 817.00 2.40 340.42

6.5 1080.00 617 1174.00 817.00 3.30 247.58

Rata – Rata 3.300 260.84

7 1075.00 566 1070 817.00 3.00 272.33

7 1077.00 569 1070 817.00 4.00 204.25

7 1084.00 574 1080 817.00 3.00 272.33

Rata – Rata 3.333 249.64

6.9 Analisa Data


Perhitungan berat jenis gabungan agregat dan penyerapan agregat

 Berat Jenis Agregat

KELOMPOK III Page 88


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018
Tabel 6.4 Berat jenis gabungan dan penyerapan agregat

Bulk Bulk
Berat Jenis Agregat (Dry) (SSD) Apparent Absorbsi
A B C D
Chipping ( 43% ) 1.306 1.502 1.623 0.149
Pasir ( 29% ) 1.231 1.429 1.534 0.160
Debu Batu ( 28% ) 1.306 1.502 1.623 0.149
Berat Jenis Aspal = 1,045

Berat Jenis Gabungan Agregat


Berat jenis campuran kering
Total Persen Agregat
=
% Cp % Ps % DB
+ +
BJdry Cp BJdry Ps BJdry DB
100
=
43% 29% 28%
+ +
1.306 1.231 1.306
= 1.284

Berat jenis campuran semu


Total Persen Agregat
=
% Cp % Ps % DB
+ +
BJSemu Cp BJSemu Ps BJSemu DB
100
=
43% 29% 28%
+ +
1.623 1.534 1.623
= 1.596

Berat jenis campuran effektif


Bj Campuran Kering + BJ Campuran Semu
=
2
1.2837 + 1.596
=
2
= 1.440

Penyerapan
Bj camp. eff - Bj camp. dry
= x Bj Aspal x 100%
Bj camp. eff x Bj camp. dry

KELOMPOK III Page 89


Laboratorium Aspal Dan Jalan 2018

1.440 - 1.284
= x 1.065 x 100%
1.440 x 1.284
= 1.970 %

6.10 Kesimpulan
Dari grafik sifat –sifat marshall dan diagram penentuan kadar aspal
optimum didapat kadar aspal 6.35 %.

KELOMPOK III Page 90

Vous aimerez peut-être aussi