Vous êtes sur la page 1sur 9

Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia melalui
kegiatan pembelajaran. Motivasi belajar merupakan salah satu faktor dalam diri siswa yang
mempengaruhi hasil belajar. Keberadaan motivasi menyebabkan seseorang memiliki keinginan
dan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam
belajar, tidak dapat melakukan aktivitas belajar yang efektif. Dalam hal ini, umumnya guru
biologi dalam menyampaikan pembelajaran masih belum menerapkan strategi pembelajaran
aktif, beberapa guru hanya berorientasi pada pencapaian ranah kognitif. Kurangnya interaksi
antara guru dan siswa, tidak melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran
menyebabkan hasil belajar biologi yang dicapai kurang optimal baik ranah kognitif, afektif,
dan psikomotor. Motivasi belajar biologi siswa masih rendah karena beberapa siswa
menganggap materi biologi identik dengan hafalan. Penyajian kegiatan pembelajaran yang
monoton dan kurang bervariasi menyebabkan kejenuhan pada siswa. Padahal seharusnya
karakteristrik pembelajaran biologi harus mampu mengikutsertakan siswa secara aktif dalam
setiap kegiatan pembelajaran.
Belajar Aktif adalah cara pandang yang menganggap belajar sebagai kegiatan
membangun makna/pengertian terhadap pengalaman dan informasi, yang dilakukan oleh si
pembelajar, bukan oleh si pengajar, serta menganggap mengajar sebagai kegiatan menciptakan
suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar si pembelajar sehingga
berkeinginan terus untuk belajar selama hidupnya dan tidak tergantung pada guru/orang lain
bila mereka mempelajari hal-hal baru.
Dengan belajar aktif, akan terlatih dan terbentuk kompetensi yaitu kemampuan
peserta didik untuk melakukan sesuatu yang sifatnya positif. Pembelajar aktif berusaha sungguh
sungguh untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar pada belajarnya sendiri. Mereka
mengambil peran yang lebih dinamis dalam menentukan bagaimana dan apa yang mereka akan
ketahui, apa yang seharusnya mereka bisa lakukan, dan bagaimana mereka akan
melakukannya.Peran mereka berkembang lebih jauh ke pengelolaan pendidikan diri, dan
memotivasi diri menjadi kekuatan lebih besar di belakang belajar (Glasgow 1996, Doing
Science).
2.2 Pembelajaran “Active Learning” dalam Konteks Pembelajaran Berorientasi pada Aktivitas
Peserta Didik

Pembelajaran “active learning” pada dasarnya merupakan salah satu bentuk atau jenis dari
pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas peserta didik. Pembelajaran berorientasi
pada aktivitas peserta didik mengandung pengertian bahwa sistem pembelajaran menempatkan
peserta didik sebagai subyek didik yang aktif dan telah memiliki kesiapan untuk belajar. Dalam
pandangan psikologi modern belajar bukanlah sekedar menghafalkan sejumlah fakta atau informasi,
akan tetapi merupakan peristiwa mental dan proses berpengalaman. Oleh karena itu, setiap peristiwa
pembelajaran menuntut keterlibatan intelektual-emosional peserta didik melalui asimilasi
(penyesuaian sifat asli yang dimiliki dengan sifat lingkungan sekitar) dan akomodasi(sesuatu
yangg disediakan untuk memenuhi kebutuhan) kognitif untuk mengembangkan pengetahuan,
tindakan serta pengalaman langsung dalam rangka membentuk ketrampilan (kognitif, motorik, dan
sosial), penghayatan serta internalisasi (penghayatan) nilai-nilai dalam pembentukan sikap (Joni,
1980: 2).

Menurut Sanjaya (2007:133-134), ada beberapa asumsi yang mendasari perlunya


pembelajaran berorientasi pada aktivitas peserta didik, antara lain yaitu: Pertama, asumsi
filosofis tentang pendidikan. Secara filosofis, pendidikan merupakan usaha sadar untuk
mengembangkan manusia menuju kedewasaan intelektual, sosial, maupun kedewasaan moral. Oleh
karena itu, proses pendidikan bukan hanya mengembangkan intelektual saja, tetapi mencakup seluruh
potensi yang dimiliki peserta didik. Dengan demikian, hakekat pendidikan atau pembelajaran pada
dasarnya adalah:

PERTAMA:

a. Interaksi manusia
b. Pengembangan dan pembinaan potensi manusia
c. Berlangsung sepanjang hayat
d. Kesesuaian dengan kemampuan dan tingkat perkembangan peserta didik
e. Keselarasan antara kebebasan subyek didik dan kewibawaan pendidik
f. Peningkatan kualitas hidup manusia.

KEDUA, Asumsi tentang peserta didik sebagai subyek pendidikan, yaitu:

a. Peserta didik bukanlah manusia dalam ukuran mini, akan tetapi manusia yang sedang dalam
tahap perkembangan
b. Setiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda
c. Peserta didik pada dasarnya adalah insan yang aktif, kreatif, dinamis dalam menghadapi
lingkungannya
d. Anak didik memiliki motivasi untuk menemui kebutuhannya. Asumsi tersebut
mendeskripsikan bahwa peserta didik bukanlah objek didik yang harus dijejali dengan
informasi, tetapi mereka adalah subyek yang mempunyai potensi, sehingga proses
pembelajaran seharusnya diarahkan untuk mengembangkan. seluruh potensi yang dimiliki
peserta didik.

KETIGA,Asumsi tentang pendidik, yaitu:

a. Pendidik bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar peserta didik


b. Pendidik memiliki kemampuan profesional dalam mengajar
c. Pendidik memiliki kode etik keguruan
d. Pendidik memiliki peran sebagai sumber belajar, pemimpin (organisator) dalam belajar yang
memungkinkan terwujudnya kondisi yang baik bagi peserta didik dalam belajar.

KEEMPAT,Asumsi yang berkaitan dengan proses pembelajaran, yaitu:

a. Bahwa proses pembelajaran direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu sistem


b. Peristiwa belajar akan terjadi manakala peserta didik berinteraksi dengan lingkungan yang
diatur oleh pendidik
c. Proses pembelajaran akan lebih aktif jika menggunakan metode dan teknik yang tepat dan
berdaya guna
d. Pembelajaran memberikan tekanan pada proses dan produk yang seimbang dan
e. inti proses pembelajaran adalah adanya kegiatan belajar siswa secara optimal

2.2 Konsep Pembelajaran Active Learning

Secara pedagogis pembelajaran belajar aktif (active learning) adalah proses pembelajaran
yang tidak hanya didasarkan pada proses mendengarkan dan mencatat. Menurut Bonwell dan Eison
(1991) pembelajaran “belajar aktif” adalah aktivitas intruksional yang melibatkan mahasiswa dalam
melakukan sesuatu dan berpikir tentang apa yang mereka lakukan (instructional activities involving
students in doing things and thinking about what they are doing). Menurut Simons (1997)
pembelajaran “belajar aktif” memiliki dua dimensi, yaitu pembelajaran mandiri (independent
learning) dan bekerja secara aktif (active working). Independent learning merujuk pada keterlibatan
siswa pada pembuatan keputusan tentang proses pembelajaran yang akan dilakukan. Active working
merujuk pada situasi dimana pembelajar ditantang untuk menggunakan kemampuan mentalnya saat
melakukan pembelajaran. Meyers and Jones (1993) menyatakan bahwa “active learning derives from
two basic assumptions: (1) that learning is by its very nature an active process and (2) that different
people learn in different ways." Dengan kata lain, bahwa pembelajaran pada dasarnya adalah
pencarian secara aktif pengetahuan dan setiap orang belajar dengan cara yang berbeda.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran aktif pada prinsipnya
merupakan model pembelajaran yang sangat menekankan aktifitas dan partisipasi peserta didik dalam
proses pembelajaran. Oleh karena itu, peran pendidik dalam model pembelajaran ini tidak dominan
menguasai proses pembelajaran, melainkan lebih berperan untuk memberikan kemudahan (fasilitator)
dengan merangsang peserta didik untuk selalu aktif dalam segi fisik, mental, emosional, sosial, dan
sebagainya. Pendidik memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berinteraksi dengan materi
pembelajaran yang sedang dipelajarinya. Pendidik bukan menyampaikan materi pembelajaran, tetapi
bagaimana menciptakan kondisi agar terjadi proses belajar pada peserta didik sehingga dapat
mempelajari materi pembelajaran sesuai tujuan yang telah ditetapkan.

2.3 Suasana Active Learning dalam Pembelajaran Biologi

Suasana belajar aktif adalah suasana belajar mengajar yang membuat siswa melakukan:

1. Pengalaman: Anak akan belajar banyak melalui berbuat. Pengalaman langsung mengaktifkan
lebih banyak indera daripada hanya melalui mendengarkan.
2. Mengenal benda terapung dan tenggelam akan lebih mantap bila mencoba sendiri secara
langsung daripada hanya mendengarkan penjelasan guru. Demikian pula untuk hal lainnya.
3. Interaksi : Belajar akan terjadi dan meningkat kualitasnya bila terjadi suasana interaksi
dengan orang lain. Interaksi dapat berupa diskusi, saling bertanya dan mempertanyakan,
saling menjelaskan, dll. Pada saat orang lain mempertanyakan pendapat kita atau apa yang
kita kerjakan maka kita terpacu untuk berpikir menguraikan lebih jelas lagi sehingga kualitas
pendapat itu lebih baik.
4. Komunikasi :Pengungkapan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tulisan,
merupakan kebutuhan setiap manusia dalam rangka mengungkapkan dirinya untuk mencapai
kepuasan. Pengungkapan pikiran, baik dalam rangka mengemukakan gagasan sendiri atau
menilai gagasan orang lain, akan memantapkan pemahaman seseorang tentang apa yang
sedang dipikirkan atau dipelajari.
5. Refleksi :Bila seseorang mengungkapkan gagasannya kepada orang lain dan mendapat
tanggapan maka orang itu akan merenungkan kembali (refleksi) gagasannya, kemudian
melakukan perbaikan sehingga memiliki gagasan yang lebih mantap. Refleksi dapat terjadi
sebagai akibat dari interaksi dan komunikasi. Umpan balik dari guru atau siswa lain terhadap
kerja seorang siswa, yang berupa pertanyaan menantang (membua siswa berpikir) dapat
merupakan pemicu bagi siswa untuk melakukan refleksi tentang apa yang sedang dipikirkan
atau dipelajar.
2.4 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Active Learning

1. Kelebihan Model Pembelajaran Active Learning


Penerapan model active learning dalam pembelajaran sangat disesuaikan dengan
karakteristik siswa. Pembelajaran active learning memiliki beberapa kelebihan untuk
mengatasi masalah belajar siswa, sehingga pembelajaran akan mudah untuk dipahami.
lingkungan yang aman, partisipasi oleh seluruh kelompok belajar, setiap orang
bertanggung jawab dalam kegiatan belajarnya sendiri, kegiatan bersifat fleksibel dan ada
relevansinya, reseptif meningkat, partisipasi mengungkapkan proses berpikir mereka,
memberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan, memberi kesempatan untuk
mengambil risiko.
Model pembelajaran active learning dapat membuat siswa aktif sejak awal,
membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap belajar secara
aktif, serta siswa belajar berdasarkan pengalaman sehingga pembelajaran tidak mudah
dilupakan, dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar yang
diharapkan.
2. Kelemahan Model Pembelajaran Active Learning
Penerapan model pembelajaran active learning dalam pembelajaran, agar berjalan
dengan baik, seorang guru harus memperhatikan kendala- kendala atau kelemahan model
tersebut, agar dapat mengantisipasi dan menanganinya saat pembelajaran berlangsung
memerlukan ukuran kelas yang besar, keterbatasan materi dan peralatan yang ada di
sekolah dan keterbatasan waktu. Untuk itu guru dituntut untuk dapat aktif, inovatif serta
efektif dalam penggunaan waktu, penerapan active learning perlu mendapatkan
dukungan dari berbagai pihak agar tercipta suasana pembelajaran yang kondusif, serta guru
harus melakukan perencanaan semaksimal mungkin demi tercapainya tujuan belajar yang
diharapkan.
2.5 Penerapan Metode Active Learning Dalam belajar IPA-BIOLOGI
Idealnya, dalam penerapan Active Learning belajar tidak hanya bertujuan untuk
mencapai penguasaan materi pelajaran, namun juga mempersiapkan siswa untuk bersiap
diri menjadi bagian dari masyarakat. Siswa perlu mengembangkan kemampuan untuk
berinteraksi dengan individu lain, baik siswa maupun guru. guru pembelajaran aktif harus
merancang kegiatan yang melibatkan siswa dalam tugas dan kerjasama. Guru dapat
membentuk kelompok-kelompok siswa secara heterogen sesuai dengan kemampuan
akademis, jenis kelamin, minat, kecerdasan, maupun gaya belajar. Kerja sama yang
dilakukan merupakan kerjasama kolaboratif. Artinya, siswa tidak hanya belajar untuk bekerja
sama saja tetapi juga harus bertanggung jawab kepada teman satu kelompoknya dalam
tercapainya pengetahuan yang merata (Barkley,2005).
Penerapan Active Learning harus mendorong anak untuk berpikir tingkat tinggi.
Kemampuan berpikir yang dikembangkan dalam pembelajaran aktif antara lain: kemampuan
berpikir kritis, berpikir kreatif, dan pemecahan masalah. Berpikir kritis adalah kemampuan
untuk melakukan analisis, menciptakan dan menggunakan kriteria secara obyektif, dan
melakukan evaluasi data. Berpikir kreatif merupakan kemampuan untuk menggunakan
struktur berpikir yang rumit untuk menghasilkan ide yang baru dan orisinal. Sedangkan
kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan berpikir secara kompleks untuk
memecahkan suatu masalah. (Gunawan, 2003). Sebagian guru telah mencoba untuk
mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa melalui adanya penugasan-
penugasan dan pertanyaan evaluasi, namun hanya sebagian siswa saja yang dapat mengikuti.
Pembelajaran berpusat pada siswa berarti adalah pembelajaran yang menjadikan
siswa sebagai subyek belajar. Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber dalam belajar.
Thanh, P (2010) berpendapat tentang karakteristik pemebelajaran yang berpusat pada siswa
antara lain: siswa memiliki tanggung jawab individu pada diri sendiri dan individu lain,
adanya manajemen penugasan, dan pembangunan konsep secara mandiri melalui kelompok
belajar. Wenno, IH (2008) menyatakan karakter guru sains yang menerapkan pembelajaran
berpusat pada siswa antara lain: guru mengakui dan menghargai keunikan masing-masing
siswa, guru memahami bahwa belajar adalah proses konstruktivis, guru dapat menciptakan
iklim pembelajaran yang positif, guru memulai pembelajaran dengan asumsi bahwa semua
siswa dengan kondisinya bersedia untuk belajar serta memiliki minat dan motivasi untuk
mengembangkan pengetahuannya.
Penerapan Active Learning mengharuskan guru untuk terus melakukan pemantauan
proses belajar. Atau sebagai fasilitator, guru berperan untuk membimbing siswa dalam
memecahkan kesulitan. Guru perlu mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi dan juga
sejauh mana siswa menguasai konsep yang menjadi tujuan pembelajaran.Pembelajaran Active
Learning merupakan pembelajaran yang terkait dengan kehidupan nyata atau kontekstual.
Guru biologi mendeskripsikan Active Learning sebagai pembelajaran yang mengajak
siswa untuk terlibat dalam kegiatan yang merangsang proses berpikir. Contoh model
pembelajaran yang dikenal guru adalah pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori
belajar konstruktivis yaitu model pembelajaran inquiry, problem based learning, discovery,
dan project based learning. Kegiatan yang dianggap guru dapat meningkatkan keaktifan
siswa antara lain kegiatan diskusi dan praktikum. Berdasarkan hasil wawancara dapat
diketahui bahwa semua guru pernah melaksanakan pembelajaran aktif, namun terdapat
kendala dalam pelaksanaanya, antara lain: adanya keterbatasan waktu dengan tuntutan
banyaknya materi, terbatasnya sarana dan prasarana, faktor karakter siswa yang tidak terbiasa
aktif. Pandangan guru tersebut masih menganggap bahwa penerapan Active Learning
merupakan sesuatu yang sulit karena memandang suatu proses belajar dengan sintaks yang
panjang dan terbatasnya sarana prasarana.
Berkaitan dengan tidak terbiasanya siswa dengan penerapan Active Learning, guru
dapat mengatasi dengan mengenalkan pembelajaran Active Learning secara bertahap.
Silberman, Mel (1996) telah mengembangkan metode praktis dalam menerapkan
pembelajaran aktif. Dalam jangka panjang siswa akan menyadari adanya manfaat belajar
secara aktif. Cooperstein (2004) menguraikan manfaat dari pembelajaran aktif sebagai
pembelajaran konstruktivis yaitu aktivitas yang dilakukan siswa dalam pembelajaran aktif
dapat membimbing siswa untuk menemukan konsep dan mengembangkan keterampilan.
Konsep yang abstrak menjadi lebih bermakna, dipahami, dan mudah diingat

3.1 Kesimpulan

Pembelajaran active learning menunjukkan bahwa sistem pembelajaran menempatkan peserta


didik sebagai subyek didik yang aktif dan telah memiliki kesiapan untuk belajar. Salah satu hakekat
pendidikan atau pembelajaran pada dasarnya yaitu peserta didik pada dasarnya adalah insan yang
aktif, kreatif, dinamis dalam menghadapi lingkungannya. Model pembelajaran active learning dapat
membuat siswa aktif sejak awal, membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan
sikap belajar secara aktif, namun terdapat kendala untuk menerapkan active learning ini yaitu
keterbatasan materi dan peralatan yang ada di sekolah dan keterbatasan waktu. Namun untuk
menerapkan active learning ini perlu mendapatkan dukungan dari berbagai pihak agar tercipta
suasana pembelajaran yang kondusif, serta guru harus melakukan perencaanaan semaksimal
mungkin demi tercapainya tujuan belajar yang diharapkan.

Macam-macam Model Pembelajaran Active Learning

Active learning mempunyai beberapa macam strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam
proses pembelajaran. Salah satu dari beberapa macam model active learning adalah model active learning
permainan card sort. Selain model active learning permainan card sort ada beberapa macam model active
learning seperti yang dijelaskan oleh Zaini, dkk. (2008: 2) dalam active learning terdapat beberapa
variasi model yang dapat diterapkan, yaitu: (a) Critical Incident Student, (b) Teks Acak, (c) Group
Resume, (d) True Or False, (e) Benar Salah Berantai, (f) Reading Aloud, (g) Snow Balling, (H) Team Quiz,
(I) Index Card Match, (J) Card Sort, dan lain-lain.
Kemudian menurut Warsono & Hariyanto (2012: 43) macam-macam active learning diantaranya:
(a) Fish Bowl, (b) Test Question, (c) Teknik Pembelajaran Kode Jari (Finger Signal), (d) Setiap Siswa
Dapat Jadi Guru, (e) Card Sort (Pilah Kartu), dan lain-lain. Sedangkan menurut Silberman (2006: 169)
mengemukakan bahwa macam-macam active learning antara lain: (a) Pemilahan Kartu (Card Sort), (b)
Turnamen Belajar, (c) Kekuatan Dua Orang, (d) Kuis Tim, dan lain-lain. Berdasarkan pendapat di atas,
terdapat beberapa macam model pembelajaran active learning, peneliti memilih model pembelajaran
active learning permainan card sort karena model pembelajaran ini dipandang sangat tepat untuk
mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di kelas, agar guru dan siswa merasakan kemudahan
dalam proses pembelajaran sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat dengan baik.

Alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah dalam pembelajaran biologi di atas salah
satunya dengan memberikan inovasi dalam pembelajaran berupa strategi yang mampu melibatkan siswa
secara aktif, dapat memotivasi siswa, sebagai mediator, menciptakan suasana belaja mengajar yang baik,
komunikatif, dan menyenangkan sehingga mampu menggali kompetensi yang dimiliki oleh siswa untuk
mencapai hasil belajar yang optimal. Strategi Index Card Match merupakan strategi pengulangan
(peninjauan kembali) materi, sehingga siswa dapat mengingat kembali materi yang telah dipelajarinya.
Strategi pembelajaran ini menuntut siswa untuk menguasai dan memahami konsep melalui pencarian
kartu indeks. Pembelajaran dengan strategi ini dapat memupuk kerjasama siswa dan melatih pola pikir
siswa. Siswa dilatih kecepatan berpikirnya dalam mempelajari suatu konsep atau topik melalui pencarian
kartu jawaban atau kartu soal dengan mendiskusikan bersama pasangannya akan membuat siswa lebih
mengerti dengan konsep materi yang sedang dipelajari.

Strategi Index Card Match cocok diterapkan pada siswa SMA karena strategi ini mengikutsertakan
siswa secara aktif, mengandung unsur permainan sehingga diharapkan siswa tidak bosan dalam belajar
biologi. Selain itu, strategi ini mempunyai peran penting memberikan efek yang menyenangkan yaitu
mampu memberi kesan yang mendalam pada siswa sehingga akan mempermudah dan meningkatkan
motivasi belajar untuk belajar lebih rajin serta memperoleh hasil belajar biologi yang optimal.

Permainan Card Sort

Card sort atau juga bisa disebut dengan sortir kartu dapat digunakan untuk menguji kepahaman siswa.
Cara ini juga efektif untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran. Menurut Silberman
(2006: 169) permainan card sort merupakan aktivitas kerja sama yang digunakan untuk mengerjakan
konsep, karakteristik klasifikasi, fakta tentang benda, atau menilai informasi. Sejalan dengan pendapat
Hosnan (2014: 226) mengemukakan bahwa permainan card sort merupakan kegiatan kolaboratif yang
bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, penggolongan sifat, fakta tentang suatu objek, atau
mengulangi informasi. Kemudian menurut pendapat Warsono & Hariyanto (2012: 47) permainan card
sort merupakan gabungan antara teknik pembelajaran aktif individual dengan teknik pembelajaran
kolaboratif, permainan ini menggunakan kartu indeks. Sedangkan menurut Zaini, dkk. (2008: 50) card
sort merupakan permainan yang melakukan gerak fisik, membantu mendinamiskan kelas yang jenuh atau
bosan. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam model pembelajaran card sort ini
berupa kegiatan kolaboratif yang dilakukan siswa berupa mempelajari kosep, menggolongkan sifat dari
kategori yang berbeda, mengungkap fakta dari suatu objek dan mengulangi informasi yang pernah didapat
oleh siswa. Dengan kondisi tersebut maka siswa akan terdorong untuk berpikir kreatif, serta permainan
card sort ini dapat meningkatkan semangat dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga
materi yang disampaikan oleh guru dapat diterima dengan baik oleh siswa.

2. Kelebihan dan Kelemahan Permainan Card Sort

Permainan card sort yang dilakukan dalam pembelajaran dapat memudahkan guru untuk
menyampaikan materi dan mengatasi masalah siswa seperti kejenuhan dan kurangnya partisipasi siswa.
Menurut Silberman (2013: 130) kelebihan dari card sort antara lain: dapat membantu menggairahkan siswa
yang merasa jenuh atau lelah terhadap pelajaran yang telah diberikan, dapat membina siswa untuk
bekerjasama dan mengembangkan sikap saling menghargai pendapat.

Kelemahan Model Pembelajaran Active Learning

Penerapan model pembelajaran active learning dalam pembelajaran, agar berjalan dengan baik, seorang
guru harus memperhatikan kendala- kendala atau kelemahan model tersebut, agar dapat mengantisipasi
dan menanganinya saat pembelajaran berlangsung. Hosnan (2014: 217) mengemukakan bahwa
kelemahan pembelajaran active learning antara lain: (1) keterbatasan waktu, (2) kemungkinan
bertambahnya waktu untuk model active learning antara lain: (1) siswa sulit untuk mengorientasikan
persiapan, (3) ukuran kelas yang sempit, (4) keterbatasan materi, peralatan kesegala arah dan tidak
terfokus.
Komponen-komponen metode inkuiri
Metode pembelajaran inkuiri memiliki beberapa komponen. Sebagaimana yang dikemukakan
Garton (Ahmad, 2011) bahwa:
Pembelajaran dengan metode inkuiri memiliki 5 komponen yang umum yaitu
1) Question. Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang memancing rasa
ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu fenomena.
2) Student Engangement. Dalam metode inkuiri, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan
dalam menciptakan sebuah produk dalam mempelajari suatu konsep.
3) Cooperative Interaction. Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam
kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan.
4) Performance Evaluation. Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk membuat
sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang
dipecahkan. Melalui produk-produk ini guru melakukan evaluasi.
5) Variety of Resources. Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar, misalnya buku
teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain sebagainya.

Vous aimerez peut-être aussi