Vous êtes sur la page 1sur 37

ASUHAN KEPERAWATAN PADA INFEKSI POST PARTUM

Tugas ini guna melengkapi mata kuliah Keperawatan Maternitas dosen


pengampu Ibu Chori Elsera S.kep.,Ns.,M.Kep.

Disusun oleh :
1. Diah Mahareni (1602097)
2. Heni Apriani (1602109)
3. Savirda Kiki (1602122)

DIII KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis telah berhasil menyelesaikan makalah
ini yang Alhamdullilah tepat pada waktunya.Terima kasih juga tidak luput saya
ucapkan kepada Ibu Chory Elsera,S.Kep,Ns.,M.Kep yang telah memberikan tugas
serta bimbingan-bimbingannya dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini.
Makalah ini berisikan tentang “Asuhan Keperawatan pada Infeksi Post Partum”.
Diharapkan juga semoga makalah ini nantinya dapat memberikan pengetahuan
serta manfaat kepada kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat saya
harapkan.Akhir kata semoga Allah SWT senantiasa memberi petunjuk dan
hidayah-Nya kepada kita semua. Amin

Klaten, November 2017

Penyusun

ii
2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN .................................................................................................. 5
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 5
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 5
C. Tujuan ..................................................................................................................... 6
BAB II ..................................................................................................................... 7
KONSEP DASAR................................................................................................... 7
A. Pengertian ............................................................................................................... 7
B. Etiologi.................................................................................................................... 7
C. Patofisiologi ............................................................................................................ 8
D. Manifestasi Klinis ................................................................................................... 9
E. Klasifikasi ............................................................................................................... 9
F. Pengobatan infeksi kala nifas ................................................................................ 22
G. Pengobatan kemoterapi dan antibiotika infeksi nifas............................................ 22
H. KOMPLIKASI ...................................................................................................... 22
I. PENATALAKSANAAN ...................................................................................... 23
BAB III ................................................................................................................. 26
KONSEP KEPERAWATAN ................................................................................ 26
A. Pengkajian ............................................................................................................. 26
B. Diagnosa Keperawatan ......................................................................................... 31
BAB IV ................................................................................................................. 36
PENUTUP ............................................................................................................. 36
A. KESIMPULAN ..................................................................................................... 36
B. SARAN ................................................................................................................. 37

iii
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 37

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi nifas merupakan morbiditas dan mortalitas bagi ibu pasca
bersalin. Derajat komplikasi masa nifas bervariasi. Asuhan masa nifas
diperlukan dalam periode masa nifas karena merupakan masa kritis baik
ibu maupun bayi. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan
terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24
jam pertama pasca persalinan (Saifuddin, 2006).
Penanganan umum selama masa nifas antara lain antisipasi setiap
kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam proses persalinan) yang
dapat berlanjut menjadi penyulit atau komplikasi dalam masa nifas,
memberikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang
mengalami infeksi nifas, melanjutkan pengamatan dan pengobatan
terhadap masalah atau infeksi yang dikenali pada saat kehamilan maupun
persalinan, jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum
terlampau, memberi catatan atau intruksi untuk asuhan mandiri di rumah,
gejala-gejala yang harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan
dengan segera serta memberikan hidrasi oral atau IV secukupnya
(Saifuddin, 2006).

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengkajian pada ibu nifas dengan gangguan infeksi?


2. Bagaimana diagnosa keperawatan pada ibu nifas dengan gangguan
infeksi?
3. Bagaimana rencana tindakan pada ibu nifas dengan gangguan infeksi?

5
C. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengkajian pada ibu nifas dengan gangguan
infeksi
2. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan pada ibu nifas dengan
gangguan infeksi
3. Untuk mengetahui rencana tindakan pada ibu nifas dengn gangguan
infeksi

6
BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian
Infeksi adalah berhubungan dengan berkembang-biaknya
mikroorganisme dalam tubuh manusia yang disertai dengan reaksi tubuh
terhadapnya (Zulkarnair Iskandar, 1998)

Infeksi pasca partum (sepsis puerperal atau demam setelah


melahirkan) ialah infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28
hari setelah abortus atau persalinan (Bobak,2004)

Infeksi postpartum adalah semua peradangan yang disebabkan oleh


masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genetalia pada waktu
persalinan dan nifas (prawihardjo, 2005)

B. Etiologi
Menurut (Ambarwati dan Wulandari, 2009:122-123) :
1. Berdasarkan masuknya kuman kedalam alat kandungan.
a. Ektogen (kuman datang dari luar)
b. Autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh)
c. Endogen (dari jalan lahir sendiri)
2. Berdasarkan kuman yang sering menyebabkan infeksi.
a. Streptococcus Haemolyticus Aerobik
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang
ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama,
tangan penolong.
b. Staphylococcus aureus
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan
sebagai penyebab infeksi dirumah sakit.
c. Eschericia coli

7
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan
infeksi terbatas.
d. Clostridium welchii
Kuman aerobik yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada
abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah
sakit.
Faktor predisposisi infeksi postpartum :
1. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti
pendarahan, dan kurang gizi atau malnutrisi
2. Partus lama, terutama partus dengan ketuban pecah lama
3. Tindakan bedah vaginal yang menyebabkan perlukaan jalan lahir
4. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah
5. Anemia, hygiene, kelelahan
6. Proses persalinan bermasalah

C. Patofisiologi
Reaksi tubuh dapat berupa reaksi local dan dapat pula terjadi reaksi
secara umum. Pada infeksi dengan reaksi umum akan melibatkan saraf dan
metabolic pada saat itu terjadi reaksi ringan limporetikularis diseluruh
tubuh, berupa proliferasi sel fagosit dan sel pembuat antibody (limfosit B).
Kemudian reaksi local yang disebut inflamasi akut, reaksi ini terus
berlangsung selama menjadi proses pengrusakan jaringan oleh trauma.
Bila penyebab pengrusakan jaringan bisa diberantas, maka sisa jaringan
yang rusak disebut debris akan difagositosis dan dibuang oleh tubuh
sampai terjadi resolusi dan kesembuhan. Bila trauma berlebihan, reaksi sel
fagosit kadang berlebihan sehingga debris yang berlebihan terkumpul
dalam suatu rongga membentuk abses atau berkumpul di jaringan tubuh
yang lain membentuk flagman (Peradangan yang luas dijaringan ikat).
(Sjamsuhidajat,R,1997).

8
D. Manifestasi Klinis
1. Rasa nyeri serta panas pada area genital dan kadang perih bila buang
air kecil
2. Lochea bertambah banyak, berwarna merah atau coklat dan berbau
(lochea berbau tidak selalu menyertai endometritis sebagai gejala)
3. Sakit kepala, kurang tidur dan kurang nafsu makan
4. Suhu badan meningkat sekitar 38⁰C dan nadi <100x/menit
5. Bila luka yang terinfeksi tertutup oleh jahitan dan getah radang tidak
dapat keluar, demam bisa naik sampai 39⁰-40⁰C kadang disertai
menggigil
6. Jika infeksi tidak meluas maka suhu berangsur-angsur menurun pada
hari ke 7-10

E. Klasifikasi
Jenis-jenis infeksi postpartum:
1. Infeksi payudara
a. Mastitis
1) Pengertian
Infeksi payudara (Mastitis) adalah suatu infeksi pada jaringan
payudara. Pada infeksi yang berat atau tidak diobati bisa
terbentuk abses payudara
2) Etiologi
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak
ditemukan pada kulit yang normal.
Bakteri sering kali berasal dari mulut bayi dan masuk kedalam
saluran air susu melalui sobekan atau retakan dikulit (biasanya
pada putting susu).
Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan
paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah melahirkan.
Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada
beberapa minggu pertama setelah melahirkan.

9
Pada wanita pasca menopause, infeksi payudara berhubungan
dengan peradangan menahun dari saluran air susu yang terletak
dibawah putting susu. Perubahan hormonal didalam tubuh
wanita menyebabkan penyumbatan saluran air susu oleh sel-sel
kulit yang mati. Saluran yang tersumbat ini menyebabkan
payudara lebih mudah mengalami infeksi.
3) Tanda dan gejala
a) Nyeri payudara
b) Benjolan pada payudara
c) Pembengkakan salah satu payudara
d) Jaringan payudara bengkak, nyeri bila ditekan,
kemerahan dan teraba hangat
e) Nipple Discharge (Keluar cairan dari putting susu
biasanya mengandung nanah)
f) Gatal-gatal
g) Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang
sama dengan payudara yang terkana
h) Demam
4) Diagnosa
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil. pemeriksaan
fisik. Jika tidak sedang menyusui, bisa dilakukan mamografi
atau biopsi payudara.
5) Pengobatan
Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15-20
menit, 4x sehari. Diberikan antibiotic untuk mencegah
pembengkakakn, sebaiknya dilakukan pemijatan dan
pemompaan air susu pada payudara yang terkena.
a) Berikan klosaisin 500mg setiap 6 jam selama 10 hari. Bila
diberikan sebelum terbentuk abses biasanya keluhan akan
berkurang.
b) Sangga payudara

10
c) Kompres dingin
d) Bila diperlukan berikan parasetamol 500mg per oral setiap
4 jam
e) Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada PUS
f) Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
6) Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya mastitis bisa dilakukan beberapa
tindaka berikut:
a) Menyusui secara bergantian kanan dan kiri
b) Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran,
kosongkan payudara dengan cara memompanya
c) Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk
mencegah robekan atau luka pada putting susu
d) Minum banyak cairan
e) Menjaga kebersiha putting susu
f) Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui
b. Bendungan ASI
1) Pengertian
Bendungan asi adalah pembendungan air susu karena
penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar yang tidak
dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada
putting susu (Mochtar, 1998)
Menurut huliana (2003) payudara bengkak terjadi karena
hambatan aliran darah vena atau saluran kelenjar getah bening
akibat asi terkumpul pada payudara. Kejadian ini timbul karena
produksi yang berlebihan, sementara kebutuhan bayi pada hari
pertama lahir masih sedikit.
2) Etiologi
Faktor predisposisi terjadinya bendungan asi antara lain:
a) Faktor hormone
b) Hisapan bayi

11
c) Pengosongan payudara
d) Cara menyusui
e) Faktor gizi
f) Kelainan pada putting susu
3) Patofisiologi
Gejala yang biasa terjadi pada bendungan asi antara lain :
Payudara penuh terasa panas, berat dan keras, terlihat
mengkilat meski tidak kemerahan.
ASI biasanya mengalir tidak lancar namun ada pula payudara
yang terbendung pembesaran, membengkak dan sangat nyeri.
Putting susu teregang menjadi rata.
ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengeyut
untuk menghisap bayi. Ibu kadang-kadang menjadi demam,
tapi biasanya akan hilang pada 24 jam (Mochtar, 1998)
4) Penatalaksanaan
Upaya pencegahan untuk bendungan ASI adalah :
a) Menyusui dini, susi bayi sesegera mungkin (setelah 30
menit) setelah dilahirkan
b) Susi bayi tanpa jadwal atau ondemand
c) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi
melebihi kebutuhan bayi.
d) Perawatan payudara pasca persalinan.
Upaya pengobatan untuk bendungan ASI adalah :
a) Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek
b) Keluarkan sedikit ASI sehingga putting lebih mudah
ditangkap dan dihisap oleh bayi.
c) Rujuk apabila keadaan tidak membaik
2. Infeksi Parineal
a. Pengertian

12
Masuknya bibit penyakit kedalam tubuh melalui robekan dan
serambi liang segama waktu bersalin, sehingga luka terasa nyeri
dan mengeluarkan nanah.
b. Etiologi
Disebabkan oleh keadaan yang kurang bersih dan tindakan
pencegahan infeksi yang kurang baik.
c. Tanda dan gejala
1) Nyeri pada luka
2) Luka pada parineal yang mengeras
3) Demam
4) Keluar PUS atau cairan
5) Kemerahan
6) Berbau busuk
d. Penatalaksanaan
1) Bila didapati PUS dan cairan pada luka, buka jahitan dan
laakukan pengeluaran serta kompres antiseptic
2) Daerah jahitan yang terinfeksi dihilangkan dan lakukan
debridement.
3) Bila infeksi sedikit tidak perlu antibiotic.
4) Bila infeksi relative superficial, berikan ampisilin 500mg per
oral selama 6 jam dan metonitdeazol 500mg per oral 3x per
hari selama 3 hari.
5) Bila infeksi dalam dan melibatkan otot dan menyebabkan
nekrosis, beri pennisilin G 2 juta U IV setiap 4 jam.
6) Ampisilin unj 1gram 4x perhari. Ditambah dengan gentamisin
5mg/kg berat badan per hari IV sekali ditambah.
7) Metronidazol 500mg IV setiap 8 jam, sampai bebas panas
selama 24 jam. Bila ada jaringan nekrotik yang harus dibunag,
lakukan jahitan sekunder 2-4 minggu setelah infeksi membaik.
8) Berikan nasihat kebersihan dan pemakaian pembalut yang
bersih dan sering diganti.

13
e. Pelaksanaan
1) Jika terdapat PUS atau cairan, buka dan derain luka tersebut
2) Angkat kulit yang nekrotik dan jahitan subkutis dan lakukan
debridement.
3) Jika infeksi hanya supericial dan tidak meliputi jaringan dalam
atau akan timbulnya abses dan berikan antibiotic.
4) Ampisilin 500mg per oral 4x sehari selama 5 hari
5) Jika infeksi cukup dalam meliputi otot dan menimbulkan
nekrotik atau berikan kombinasi antibiotika sampai pasien
bebas panas 48 jam.
a) Penisilin G sebanyak 2 juta unit I.V setiap 6 jam
b) Ditambah gentamisin 5mg per kgBB I.V setiap 24 jam
c) Ditambah metromedazol 500mg per oral 3x sehari selama 5
hari
d) Jika sudah bebas demam 48 jam berikan :
 Ampisilin 500mg per oral 4 kali sehari selama 5
hari.
 Ditambah metronidazole 400mg per oral 3x sehari
selama 5 hari
 Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh
lokia yang sedikit dan tidak berbau.
 Untuk mengatasinya biasanya dilakukan pemberian
antibiotic, tetapi harus segera diberikan sesegera
mungkin agar hasilnya efektif. Dapat pula
diklakukan biakan untuk menentukan jenis bakteri,
sehingga dapat diberikan antibiotic yang tepat.
3. Infeksi uterus
a. Endometeritis ( lapis dalam Rahim)
Endometeritis adalah infeksi pada indometerium (lapisan dalam
dari Rahim). Infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan dari infeksi

14
pada serfik atau infeksi tersendiri dan terdapat benda asing dalam
Rahim(Anonym, 2008).
Endometritis adalah infeksi yang berhubungan dengan kelahiran
anak , jarang terjadi pada wanitan yang mendapetkan perawatan
medis yang baik yang telah mengalami persalinan melalui vagina
yang tidak berkomplikasi. Infeksi pasca lahir yang paling sering
terjadi adalah endometritis yaitu infeksi pada indometrium atau
pelapis Rahim yang menjadi peka setelah lepasnya plasenta, lebih
sering terjadi proses kelahiran Caesar , setelah proses kelahiran
yang terlalu lama atau pecahnya membrane yang terlalu dini. Juga
sering terjadi apabila ada plasenta yang tertinggal dirahim,
mungkin pula terjadi infeksi pada luka pada leher Rahim, vagina
dan vulfa.
Tanda dan gejalanya akan berbeda bergantung dari asal infeksi,
sedikit demam, nyeri yang samar-samar pada perut bagian bawah
dan kadang-kadang keluar dari vagina berbau tidak enak yang khas
menunjukkan adanya infeksi pada indometrium.pada infeksi karena
luka biasanya terdapat nyeri dan nyeri tekan pada daerah luka,
kadang berbau busuk, pengeluaran kental,nyeri pada perut atau sisi
tubuh, gangguan buang air kecil. Kadang-kadang tidak terdapat
tanda yang jelas kecuali suhu tubuh yang meninggi. maka dari itu
setiap perubahan suhu tubuh paska lahir harus dilakukan
pemeriksaan.
Infeksi indometrium dapat dalam bentuk akut dengan gejala yaitu
nyeri abdomen bagian bawah , mengeluarkan keputihan, kadang-
kadang terdapat pendarahan dapat terjadi penyebaran seperti
neometritis (infeksi otot Rahim) , parametritis (infeksi sekitar
Rahim) ,salpingitis (infeksi saluran tuba) , oovoritis (infeksi indung
telur), dapat terjadi sebsis (infeksi menyebar), pembentukan
pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau indung telur
(Anonym 2008)

15
Terjadinya infeksi endometrium pada saat persalinan, dimana
bekas implantasi plasenta masih terbuka, terutama pada persalinan
terlantar dan dan persalinan dengan tindakan pada saat terjadi
keguguran, saat pemasangan alat Rahim yang kurang legeartis
(Anonym, 2008).
Kadang-kadang lochea tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan
selaput ketuba. Keadaan ini dinamakan lokiametra dan dapat
menyebabkan kenaikan suhu. Uterus pada endometritis agak
membesar, serta nyeri pada perabaan dan lembek.
Pada endometritis yang tidak meluas, penderita merasa kurang
sehat dan nyeri perut pada hari-hari petama. Mulai hari ke 3 suhu
meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari
suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih satu minggu
keadaan sudah normal kembali. Lokia pada endometritis, biasanya
bertambah dan kadang-kadang berbau.
Hal ini tidak boleh dianggap infeksinya berat tetapi infeksi berat
kadang-kadang disertai dengan lokia yang sedikit dan tidak berbau.
Untuk mengatasinya biasanya dilakukan pemberian antibiotic,
tetapi harus segera diberikan sesegera mungkin agar hasilnya
efektif. Dapat pula dilakukan biakkan untuk menentukan jenis
bakteri, sehingga dapat diberikan antibiotic yang tepat.
b. Miometritis adalah radang myometrium. Sedangkan myometrium
adalah tunika muskularis uterus. Gejalanya berupa demam, uterus
nyeri tekan, pendarahan vagina dan nyeri perut bawah, lokhea
berbau, purulent.
Metritis akut biasanya terdapat pada abortus septik atau infeksi
postpartum. Penyakit inin tidak berdiri sendiri akan tetapi
merupakan bagian dari infeksi yang lebih luas yaitu merupakan
lanjutan dari endometritis. Kerokan pada wanita denngan
endometrium yang meradang dapat menimbulkan metritis akut.

16
Pada penyakit ini myometrium menunjukkan reaksi radang berupa
pembengkakan dan iniltarsi sel-sel radang. Perluasan dapat terjadi
lewat jalan limfe atau lewat trombolebitis dan kadang-kadang
dapat terjadi abses.
Metritis kronik adala diagnose yang dahulu banyak dibuat atas
dasar menometroragia dengan uterus lebih besar dari biasa, sakit
pinggang, dan leukore. Akan tetapi pembesaran uterus pada
multipara umumnya disebabkan oleh penambahan jaringan ikat
akibat kehamilan. Tetapi dapat berupa antibiotic spectrum luas
seperti amfisilin 2gr IV per 6 jam, gentamisin 5mg kg/BB,
metrodinasol mg IV per 8 jam, proilaksi anti tetanus, efakuasi hasil
konsepsi.
c. Parametritis (Infeksi daerah disekitar rahim)
Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam
ligamentum latum. Radang ini biasanya unilateral. Tanda dan
gejala suhu tinggi dengan demam tinggi, nyeri unilateral tanpa
gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah.

Penyebab parametritis yaitu :


1) Endometritis dengan 3 cara yaitu :
a) Per continuitatum : Endometritis metritis →
parametritis
b) Lymphogen
c) Haematogen : Phlebitis periphlebitis parametritis →
2) Dari robekan serviks
3) Perforasi uterus oleh alat-alat (sonde, kuret, IUD)
d. Peritonitis
Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi
dapat juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan
sellulitis pelvika. Selanjutnya, ada kemungkinan bahwa abses pda
sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya kerongga peritoneum dan

17
menyebabkan peritonitis umum. Penderita demam, perut bawah
nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Pada pelvioperitonitis bisa
terdapat pertumbuhan abses. Nanah yang biasanya terkumpul dan
kavum douglas harus dikeluarnya melalui rectum atau kandung
kencing.
Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat pathogen
dan merupakan penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi,
nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense
musculaire.
Muka penderita, yang mula-mula kemerah-merahan, menjadi
pucat, mata cekung, kulit muka dingin, terdapat apa yang
dinamakan facies hippocratica. Mortalitas peritonitis umum tinggi.
4. Trombolebitis
a. Pengertian
Trombolebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah
disertai pembentukan pembekuan darah. Trombolebitis cenderung
terjadi pada periode pasca partum pada saat kemampuan
penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen,
dilatasi vena ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan
kepala janin selama kehamilan dan persalinan, dan aktivitas pada
periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan
membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah (Adele
Pillitteri, 2007)
b. Klasifikasi
1) Pelviotrombolebitis
a) Pengertian
Pelviotrombolebitis adalah infeksi nifas yang mengenai
vena-vena dinding uterus dan ligamentum latum, yaitu vena
ovarika dekstra karena infeksi pada tempat implantasi
plasenta terletak dibagian atas uterus; proses biasanya
unilateral. Perluasan infeksi dari vena ovarika dekstra

18
adalah ke vena kafa inferior. Peritoneum yang menutupi
vena ovarika dekstra, mengalami inflamasi dan akan
menyebabkan perisalpingo-ooforitis dan periapendisitis.
Perluasan infeksi dari vena utruna ialah ke vena iliaka
komunis.
b) Etiologi
Disebabkan oleh kurangnya gizi atau mal nutrisi, anemia,
kurang personal hygiene, trauma jalan lahir. Seperti partus
lama atau macet dan periksa dalam yang berlebihan.
c) Tanda dan gejala
(1) Nyeri, yang terdapat pada perut bagian bawah dan/atau
perut bagian samping, timbul pada hari ke 2-3 masa
nifas dengan atau tanpa napas.
(2) Penderita tampak sakit berat dengan gambaran
karakteristik sebagai berikut :
 Menggigil berulang kali. Menggigil inisial
terjadi sangat berat (30-40 menit) dengan
interval hanya beberapa jam saja dan kadang-
kadaang 3 hari. Pada waktu menggigil penderita
tidak panas
 Suhu badan naik turun secara tajam (36⁰C
sampai 40⁰C) yang diikuti dengan penurunan
suhu dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti
pada endometritis)
 Penyakit dapat berlangsung selama 1-3 bulan
 Cenderung berbentuk pus, yang menjalar ke
mana-mana, terutam paru-paru
(3) Gambaran darah
 Terdapat leukositosis (meskipun setelah
endotoksin menyebar ke sirkulasi, dapat segera
terjadi leukopenia)

19
 Untuk membuat kultur darah, darah diambil
pada saat sebelum mulainya menggigil.
Meskipun bakteri ditemukan disalam darah
selama menggigil, kultur darah sangat dibuat
karena bakterinya adalah anaerob.
(4) Pada periksa dalam hamper tidak ditemukan apa-apa
karena yang palin banyak terkena ialah vena ovarika
yang sukar dicapai dalam pemeriksaan.
d) Komplikasi
(1) Komplikasi pada paru-paru : infark, abses, pnemunia
(2) Komplikasi pada ginjal sinistra, nyeri mendadak, yang
diikuti dengan proteinurea dan hematuria
(3) Komplikasi pada persendian, mata dan jaringan
subkutan
e) Penanganan
(1) Rawat inap
Penderita tirah baring untuk pemantauan gejala
penyakit yang mencegah terjadinya emboli pulmonum
(2) Terapi medic
Pemberian antibiotika dan heparin jika terdapat tanda-
tanda atau dugaan adanya emboli pulmonum
(3) Terapi operatif
Pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika
emboli septik terus berlangsung sampai mencapai paru-
paru, meskipun sedang dilakukan heparinisasi
2) Trombolebitis femoralis
a) Pengertian
Trombolebitis femoralis adalah infeksi nifas yang mengenai
pada tungkai, misalnya vena femoralis, vena poplitea, dan
vena safena.

20
b) Penilaian klinik
(1) Keadaan umum tetep baik, suhu badan subfebris
selama 7-10 hari, kemudian suhu mendadak naik
kira-kira pada hari ke10-20, yang disertai dengan
menggigil dan nyeri sekali.
(2) Pada salah satu yang terkena biasanya kaki kiri,
akan memberikan tanda-tanda sebagai berikut:
- Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi
keluar dan sukar bergerak, lebih panas
dibandingkan dengan kaki lainnya,
- Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki
terasa tegang dan keras pada paha bagian atas.
- Nyeri hebat pada paha dan lipatan pada paha.
- Reflektorik akan terjadi spasus arteria sehingga
kaki menjadi bengkak, tegang, putih, nyeri dan
dingin, pulsasi menurun.
- Edema kadang-kadang terjadi sebelum setelah
nyeri pada umumnya terdapat pada paha bagian
atas, tetapi sering dimulai dari jari-jari kaki dan
pergelangan kaki ,kemudian meluas dari bawah
keatas.
- Nyeri pada betis yang akan terjadi sepontan atau
memijit betis atau dengan merenggangkan tendo
akhiles(tanda human).
c) Penanganan
(1) Perawatan.
(2) Kaki ditinggikan untuk mengurangi edema, lakukan
kompres pada kaki. Setelah mobilisasi kaki
hendaknya tetap dibalut plastik atau memakai kaos
kaki panjang yang elastis selama mungkin.

21
(3) Mengingat kondisi ibu yang sangat jelek, sebaiknya
jangan menyusui.
(4) Terapi medic: pemberian antibiotika dan analgentik

F. Pengobatan infeksi kala nifas


Pengobatan infeksi pada nifas antara lain:
1. Sebaiknya dilakukan kultur dari secret vagina dan serviks, luka oprasi
dan darah, serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang
tepat.
2. Memberikan dosis yang cukup dan adekuat.
3. Memberikan antibiotika sepektrum luas sambil menunggu hasil
laboratorium.
4. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh seperti infus, tranfusi
darah, makanan yang mengandung zat-zat yang diberikan tubuh, serta
perawatan lainnya, sesuai yang dijumpai.

G. Pengobatan kemoterapi dan antibiotika infeksi nifas


Infeksi nifas dapat diobati dengan cara sebagai berikut:
1. Pemberian sulfonamide – trisulfa merupakan kombinasi dari sulfadizin
185gr, sulfamerazin 130mg, sulfatiozol 185gr. Dosis 2gr diikuti 1gr 4-
6 jam kemudian per oral.
2. Pemberian penisilin – penisilin prokain 1,2-2,4 juta satuan IM,y
penisilin G 500.000 satuan setiap 6 jam atau medsilin 1gr setiap 6 jam
IM ditambah ampisilin kapsul 4x250gr per oral.
3. Tetrasiklin , eritroisin dan cloramfenicol.
4. Hindari pemberian politerapi antibiotika berlebihan.
5. Lakukan evaluasi penyakit dan pemeriksaan laboratorium.

H. KOMPLIKASI
1. Peritonitis (peradangan selaput rongga perut)
2. Trombolebitis pelvika (bekuan darah didalam vena panggul) dengan
resiki terjadinya emboli pulmonel.

22
3. Syok toksik akibat tingginya kafar racun yang hihasilkan oleh bakteri
dalam darah. Syok toksik bisa menyebabkan kerusakan ginjal yang
berat bahkan kematian.

I. PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan
a) Masa persalinan
1) Hindari pemeriksaan dalam berulang, lakukan bila ada indikasi
dengan sterilitasyang baik, apabila ketuban telah pecah.
2) Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.
3) Jagalah sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat
harus suci hama.
4) Perlukaan – perlukaan jalan lahir karena tindakan baik
pervagina maupun perabdominal dibersihkan, dijahit sebaik-
baiknya dan menjadi tidak sterilitas.
5) Pakaian dan barang-barang atau alat-alat yang berhubungan
dengan penderita harus terjaga kesuci-hamaanya.
6) Perdarahan yang banyak harus dicegah , bila terjadi darah yang
hilang harus segera diganti dengan tranfusi darah
b) Masa nifas
1) Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai terkena infeksi,
begitu pula alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan
dengan alat kandung kencing harus steril.
2) Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam
ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu sehat.
3) Tamu yang berkunjung harus dibatasi.
c) Masa kehamilan:
Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti
anemia, malnutrisi dan kelemahan dan mengobati penyakit-
penyakit yang diderita ibu. Pemeriksaan dalam jangan dilakukan
kalau tidak ada indikasi yang perlu . begitu pula koitus pada hamil
tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-hati

23
karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban, kalau ini terjadi
infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir.
2. Pencegahan infeksi postpartum:
a) Anemia diperbaiki selama kehamilan. Berikan diet yang baik.
Koitus pada kehamilan tua sebaiknya dilarang.
b) Membatasi masiknya kuman dijalan lahir selama persalinan.jaga
persalinan agar tidak berlarut-larut. Selesaikan persalinan dengan
trauma sedikit mungkin. Cegah perdarahan banyak dan penularan
penyakit dari petugas dalam kamar bersalin.
Alat-alat persalinan harus steril dan lakukan pemeriksaan hanya
bila perlu dan atasi indikasi yang tepat
c) Selama nifas, rawat hygiene perlukaan jalan lahir. Jangan merawat
pasien dengan tanda-tanda infeksi nifas bersama dengan wanita
sehat yang berada dalam masa nifas.
3. Penanganan secara umum
a) Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam
proses persalinan) yang dapat berlanjut menjadi penyulit /
komplikasi dalam masa nifas.
b) Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang
mengalami infeksi nifas.
c) Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau
infeksi yang dikenali pada saat kehamilan maupun persalinana.
d) Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampaui.
e) Berikan catatan atau intruksi tertulis untuk asuhan mandiri dirumah
dan gejala-gejala yang harus diwaspadai dan harus mendapat
pertolongan dengan segera.
f) Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir,
dari ibu yang mengalami infeksi pada saat persalinan. Dan berikan
hidrasi oral /IV secukupnya.
4. Pengobatan secara umum.

24
a) Sebaiknya segera dilakukan pembiakan ( kultur) dan secret vagina,
luka oprasi dan darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan anti
biotika yang tepat dalam pengobatan.
b) Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat.
c) Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan
antibiotika spectrum luas (broad spectrum) menunggu hasil
laboratorium.
d) Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus atau
tranfusi darah diberikan, perawatan lainnya sesuai dengan
komplikasi yang dijumpai.
5. Penanganan infeksi post pastum
a) Suhu harus diukur dari mulut sedikitnya 4x sehari.
b) Berikan terapi antibiotika, perhatikan diet. Lakukan tranfusi darah
bila perlu, hati-hati apabila abses, jaga supaya nanah tidak masuk
kedalam rongga perineum.
c) Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus atau
tranfusi darah diberikan perawatan lainnya sesuai dengan
komplikasi yang dijumpai.
d) Penanganan infeksi post partum
(1) Suhu harus diukur dari mulut sedikitnya 4x sehari.
(2) Berikan terapi anti biotik, lakukan tranfusi darah bila perlu,
hati-hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk
kedalam perineum.

25
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas klien
Identitas yang perlu dikaji pada klien dengan infeksi post partum
adalah nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan
dan golongan darah, diagnose medis, status marital, dan alamat.
b. Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab yang perlu dikaji adalah nama, umur,
suku/bangsa, pendidikan terakhir, pekerjaan, agama, hubungan
dengan klien, alamat.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien dengan infeksi post partum
adalah nyeri pada daerah luka.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Merupakan pengembagan dari keluhan utama yang dirasakan klien.
Biasanya nyeri akan bertambah bila bergerak/ mengubah posisi, nyeri
berkurang bila klien diam atau istirahat, nyeri dirasakan seperti diiris-
iris / disayat-sayat, skala nyeri berfariasi dari 2-4 (0-5). Dijabarkan
dengan PQRST.
4. Riwayat Penyakit Terdahulu
Yang perlu dikaji riwayat kesehatan dahulu ada apakah pernah
mengalami oprasi sebelumnya, riwayat penyakit infeksi, alergi obat-
obatan, hipertensi, penyakit system pernafasan, dibabetes militus.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Dikaji dalam keluarga apakah keluarga mempunyai penyakit keturunan
seperti diabetesmilitus, hipertensi, jantung, penyakit kelainan darah
dan riwayat kelahiran kembar dan riwayat penyakit mental.

26
6. Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada klien dengan infeksi post
partum yang perlu diketahui adalah :
a. Keadaan haid
Yang perlu diketahui pada keadaan haid adalah tentang menarche,
siklus haid, hari pertama haid terakhir, jumlah dan warna darah
keluar, encer, menggumpal, lamanya haid, nyeri atau tidak dan
bau.
b. Riwayat kehamilan
Riwayat kehamilan yang perlu diketahui adlah berapa kali
melakukan ANC(ante natal care), sela kehamilan periksa dimana,
perlu diukur tinggi badan dan BB.
c. Riwayat persalinan
Riwayat persalinan yang baru terjadi, jenis persalinan spontan atau
section Caesaria, penyulit selama persalinan.
7. Pola Kebiasaan Sehari-hari menurut Virginia Henderson
a. Respirasi
Frekuensi pernafasan meningkat
b. Nutrisi
Biasanya klien mengalami gangguan dalam memenuhi kebutuhan
nutrisinya. Kebanyakan ibu merasa tidak nafsu makan.
c. Eliminasi
Buang air kecil secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam
8 jam post partum. Kadang-kadang wanita sulit kencing, karena
spincter uretra mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme
oleh iritasi musculus spincter ani selama persalinan. Bila kandung
kemih penuh dan wanita sulit kencng sebaiknya dilakukan
kateterisasi.
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum
terjadi, dapat mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat

27
laksans per oral/ per rektal atau bila belum berhasil diberikan obat
pencahar atau laksatif.
d. Istirahat/tidur
Klien biasanya mengalami gangguan dalam istirahat atau tidurnya
karena nyeri yang dirasakan.
e. Mempertahankan temperature tubuh dan sirkulasi
Pada klien dengan infeksi post partum biasanya mengalami
gangguan dalam hal temperature tubuh, suhu tubuh dapat mencapai
lebih dari 38⁰c.
f. Kebutuhan personal hygiene
Kebersihan diri merupakan pemeliharaan kesehatan untuk diri
sendiri, dimana kebutuhan personal hygiene klien dengan infeksi
post partum dibantu oleh keluarganya.
g. Aktivitas
Pada klien dengan infeksi post partum aktivitasnya terganggu,
pekerjaan atau kegiatan sehari-hari tidak mampu dilakukan
maksimal karena keadaannya yang semakin lemah.
h. Berat dan keseimbangan tubuh
Aktivitas berkurang, tidak bisa berjalan karena nyeri akhibat
adanya trauma persalinan.
i. Kebutuhan berpakaian
Klien dengan infeksi post partum tidak mengalami gangguan
dalam memenuhi kebutuhan berpakaian tersebut.
j. Kebutuhan keamanan
Kebutuhan keamanan ini perlu dipertanyakan apakah klien tetap
merasa aman dan terlindungi oleh kleuarganya. Klien mampu
menghindari bahaya dari lingkungan.
k. Sosialisasi
Bagaimana klien mampu berkomunikasi dengan orang lain dalam
mengekspresikan emosi, kebutuhan, kekhawatiran, dan opini.

28
l. Kebutuhan spiritual
Pada kebutuhan spiritual ini tanyakan apakah klien tetap
menjalankan ajaran agamanya ataukan terhambat karena keadaan
yang sedang dialami.
m. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Klien dengan infeksi post partum biasanya tidak dapat memenuhi
kebutuhan bermain dan rekreasi karena dalam kondisi yang lemah.
n. Kebutuhan belajar
Bagaimana klien berusaha belajar, menemukan atau memuaskan
rasa ingin tau yang mengarah pada perkembangan yang normal,
kesehatan dan penggunaan fasilitas kesehatan yang tersedia.
8. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan post partum normal adalah :
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien biasanya lemah
b. Keadaan
Keadaan klien biasanya composmetis.
c. Pemeriksaan TTV
1) Suhu : meningkat diatas 38⁰c
2) Nadi : meningkat (>90x/menit)
3) Pernafasan : meningkat (>20x/menit)
4) Tekanan darah : normal/menurun 120/80 mmhg
d. Pemeriksaan fisik head to toe
1) Kepala dan rambut
Pada kepala perlu dikaji adalah bentuk kepala, kulit kepala
apakah kotor atau berketombe, rambut apakah tampak
lusuh/kusut, apakah ada laserasi/luka.
2) Wajah
Yang perlu dikaji adalah warna kulit apakah pucat atau tidak,
bentuk wajar apakah lonjong/oral.

29
3) Mata
Bentuk bola mata, ada tidaknya gerak mata, konjungtiva
anemis atau tidak, bentuk mata apakah simetris atau tidak.
4) Hidung
Ada tidaknya septuminasi, polip dan kebersihannya
5) Telinga
Kebersihan/tidaknya kelainan fungsi pendengaran, kelainan
anatomi pada telinga.
6) Mulut,bibir, dan faring
Bentuk bibir apakah simetris/tidak, kelembaban, kebersihan
mulut, ada tidaknya pembesaran tonsil, ada tidaknya kelainan
bicara.
7) Gigi
Jumlah gigi lengkap atau tidak, kebersihan gigi, ada tidaknya
peradangan pada gusi/caries gigi, karang gigi.
8) Leher
Ada tidaknya pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis.
9) Integument
Meliputi warna kulit, apakah pucat atau tidak, kebersihan,
turgor, tekstur kulit.
10) Thorax
Dikaji kesimetrisannya, ada tidaknya suara ronchi, ada tidaknya
kolostrum, apakah putting susu masuk atau tidak, apakah
tampak kotor atau tidak.
11) Payudara
Payudara membesar, areola mamae warnanya lebih gelap,
papilla mame menonjol, keluar ASI.
12) Abdomen
Ada tidaknya distensi abdomen, tinggi fundus uteri masih
setinggi pusat, bagaimana dengan bising usus, apakah ada nyeri
tekan.

30
13) Genetalia
Adakah pengeluaran lochea, bagaimana warnanya banyaknya,
bau serta adkah oedema pada vulva.
14) Ekstremitas atas
Kesimetrisannya, ujung-ujung jari sianosis atau tidak ada
tidaknya oedema.
15) Ekstremitas bawah
Kesimetrisannya, ada tidaknya oedema, sianosis, bagaimana
pergerakkannya, reflek patella.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan (luka episiotomy),
involusi uteri, pembengkakan payudara ditandai dengan klien
mengatakan nyeri pada daerah genetalia, nyeri pada payudara,
payudara bengkak, ekspresi wajah meringis.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan intake tidak adekuat ditandai dengan klien mengatakan tidak
ada nafsu makan.
3. Resiko infeksi : penyebaran/sepsis berhubungan dengan adanya
infeksi, kerusakan kulut atau jaringan yang trauma.
4. Gangguan eliminasi BAK (dysuria) berhubungan dengan trauma
perineum dan saluran kemih.
5. Resiko gangguan proses parenting berhubungan dengan adanya infeksi
post partum.
6. Kurang perawatan diri berhubungan dengan dengan kelemahan :
kelelahan post partum

C. Masalah Keperawatan
1. Nyeri Akut
Definisi : Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang

31
digambarkan sebagai kerusakan (International Association for the
Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan
hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi.
Batasan Karakteristik :
 Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri
untuk pasien yang tidak dapat mengungkapkannya
 Diaforesis
 Dilatasi pupil
 Ekspresi wajah nyeri (mis., mata kurang bercahaya, tampak kacau,
meringis)
 Fokus menyempit ( mis., persepsi waktu, proses berfikir, interaksi
dengan orang dan lingkungan)
 Fokus pada diri sendiri
 Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri
 Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar
instrumen nyeri
 Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktivitas (mis., anggota
keluarga, pemberi asuhan)
 Mengekpresikan perilaku (mis., gelisah, merengek, menangis,
waspada)
 Perilaku distraksi
 Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
 Perubahan selera makan
 Putus asa
 Sikap melindungi area nyeri
 Sikap tubuh melindungi
 Agens cedera biologis (mis., infeksi, iskemia, neoplasma)
Faktor yang berhubungan :
 Agens cedera biologis (misalnya: infeksi, iskemia, neoplasma)

32
 Agen cidera fisik (misalnya: abses, amputasi, luka bakar,
terpotong, mengagkat berat, prosedur bedah, trauma, olahraga
berlebihan)
 Agen cidera kimiawi (misalnya: luka bakar, kapsaisin, metilen
klorida, agen mustard)
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang darai kebutuhan tubuh
Definisi :Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolic
Batasan Karakteristik :
 Berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan ideal
 Bising usus hiperaktif
 Cepat kenyang setelah makan
 Diare
 Gangguan sensasi rasa
 Kehilangan otot pengunyah
 Kelemahan otot untuk menelan
 Kerapuhan kapiler
 Kesalahan informasi
 Kesalahan persepsi
 Ketidakmampuan memakan makanan
 Kram abdomen
 Kurang informasi
 Kurang minat pada makanan
 Membrane mukosa pucat
 Nyeri abdomen
 Penurunan berat badan dengan asupan makan adekuat
 Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
 Sariawan rongga mulut
 Tonus otot menurun
Faktor yang berhubungan :

33
 Faktor biologis
 Faktor ekonomi
 Gangguan psikososial
 Ketidakmampuan makan
 Ketidakmampuan mencerna
 Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient
 Kurang asupan makanan
3. Risiko Infeksi
Definisi : Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme
patogenik yang dapat mengganggu kesehatan.
Faktor Risiko
 Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen
 Malnutrisi
 Obesitas
 Penyakit kronis (mis., diabetes militus)
 Prosedur invasif
Pertahanan Tubuh Primer Tidak Adekuat
 Gangguan integritas kulit
 Gangguan peristalsis
 Merokok
 Pecah ketuban dini
Pertahanan Tubuh Sekunder Tidak Adekuat
 Imunosupresi
 Leukopenia
 Penurunan hemoglobin
 Supresi respons inflamasi
4. Gangguan eliminasi urine
Definisi : Disfungsi eliminasi urine
Batasan karateristik
 Anyang-anyangan

34
 Dysuria
 Dorongan berkemih
 Inkontinensia
 Inkontinensia urine
 Nokturia
 Retensi urine
 Sering berkemih
Faktor yang berhubungan
 Gangguan sensori motoric
 Infeksi saluran kemih
 Obstruksi anatomic
 Peneybab multiple
5.

EVALUASI
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi
dengan criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilannya.
Evaluasi disusun dengan mengunakan SOAP yang operasional dengan
pengertian :
1. S : adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif
oleh klien dan keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
2. O :adalah keadaan objektif yang didefinisikan oleh perawat menggunakan
pengamatan yang objektif setelah implementasi keperawatan.
3. A :adalah merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif
dan objektif klien yang dibandingkan dengan criteria dan standar yang
telah ditentukan mengacu pada tujuan rencana keperawatan klien.
4. P : adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.

35
Adapun evaluasi dari semua tindakan keperawatan mengenai Asuhan
Keperawatan Post Partum Normal (episiotomi) yaitu :
1. Rasa nyeri teratasi
2. Tingkat pengetahuan ibu bertambah mengenai perawatan payudara
3. Pemenuhan ADL terpenuhi.
4. Resiko cidera tidak terjadi

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Infeksi nifas adalah Infeksi luka jalan lahir postpartum biasanya dari
endometrium, bekas insersi plasenta dan juga Infeksi nifas adalah infeksi
bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah melahirkan, ditandai kenaikan
suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama
pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama. Ini disebakan oleh
kuman aerob juga kuman anaerob. Infeksi bisa terjadi melalui tangan
penderita, droplet infeksion, infeksi rumah sakit (hospital infection), dalam
rumah sakit, dan Koitus karena ketuban pecah. Manifestasi yang muncul

36
bergantung pada tempat-tempat infeksi, ada infeksi yang terbatas pada
perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium kemudian bisa menyebar
dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, jalan limfe dan permukaan
endometrium. Bila menyebar maka manifestasi yang muncul juga dapat
memperburuk keadaan penderita

B. SARAN
Supaya tidak terjadi infeksi pada masa nifas, saat hamil cegah jangan
sampai terjadi anemia, malnutrisi, serta munculnya penyakit-penyakit yang
diderita ibu. Sebaiknya juga tidak melakukan, mengurangi, atau melakukan
dengan hati-hati hubungan seksual saat hamil tua karena bisa menyebabkan
pecahnya ketuban dan menjadi jalan masuk kuman penyebab infeksi ke dalam
jalan lahir

DAFTAR PUSTAKA

Sitti Saleha. (2009). “Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas”. Jakarta: Salemba
Medika

37

Vous aimerez peut-être aussi