Vous êtes sur la page 1sur 8

TUGAS AGAMA HINDU

Ajaran Bhakti Sejati dalam Dasar Pembentukan Budi Pekerti


yang Luhur dalam Zaman Globalisasi

Nama anggota :

- Ni Luh Ayu Nanda Suci Lestari (01)


- Dewa Putu Ari Septiarta (05)
- Ni Komang Ariska (06)
- I Komang Adi Cahyana (11)
- Ni Luh Putu Juliyanti (25)
- Ni Luh Noviyanti (30)
- Luh Putu Suwitri Sastradewi (32)
- Ni Putu Septia Utari Dewi (33)
Ajaran Bhakti Sejati dalam Dasar Pembentukan Budi Pekerti
yang Luhur dalam Zaman Globalisasi
Budi pekerti luhur sangat berperan penting di masyarakat. Secara umum budi pekerti
luhur berarti memiliki moral dan perilaku yang baik dalam menjalani hidup ini. Sedangkan
budipekertisendiri berarti perilaku (pekerti) yang dilandasi oleh pemikiran yang baik dan jernih
(budi) dan sesuai dengan local wisdom kita (luhur). Budi pekerti luhur sendiri secara tradisional
mulai ditanamkan sejak masa kecil, baik dalam lingkungan rumah atau sekolah, dan berlanjut ke
lingkungan masyarakat. Jika kita dapat menerapkan budi pekerti luhur maka kita terbentuk
menjadi pribadi baik, berbahasa baik, dalam meningkatkan taraf kejiwaan dan kemajuan batiniah
kita sebagai manusia.

Kedamaian dan kententraman (Kerta Langu), adalah dambaan seluruh mahluk hidup
baik secara komunal maupun secara individual (personal). Demikianlah sabda, instruksi dan
pesan dari isi veda yang harus kita tindak lanjuti dengan sraddha dan rasa bhakti (iman dan
taqwa) yang mantap. Apabila dalam kehidupan ini setiap manusia umumnya dan khususnya
umat Hindu mampu mewujudkan kedamaian itu,maka impian umat manusia untuk menciptakan
suasana sorga di dunia ini dapat diwujudkan.

Tetapi pada kenyataannya banyak manusia yang keliru memaknai hidup khususnya
mereka banyak mendambakan masuk surga tetapi melupakan alam sorgawi di kehidupan nyata
yaitu kehidupannyata di dunia fana ini. Padahal proses kematian yang baik adalah “Hidup yang
baik dulu, baru mati yang baik”, karena dengan kehidupan yang baik disaat hidup dapat
dijadikan modal dasar atau matra untuk mendapatkan pencapaian kehidupan yang lebih baik di
saat ini maupun di dunia akhirat.

Namun pada fenomena dewasa ini, ternyata kentraman, keharmonisan, serta kedamaian
semakin mahal bagi sebagian besar individu atau kelompok umat manusia dalam kehidupannya.
Padahal dalam sebuah pengakuan, hampis setiap orang di dunia ini mengakui dan diakui dirinya
sebagai orang yang beragama. Dan seharusnya dengan status itu secara kotinyu selalu berupaya
untuk mewujudkan kesalehan dan keharmonisan serta kedamaian di dunia ini. Tetapi pada
kenyataaannya tidak sedikit orang-orang beragama di belahan dunia ini jasmani dan rohaninya
tidak harmonis serta yang paling ironis sikap dan tindakannya justru tidakmencerminkan orang
orang beragama.

Hal tersebut dikarenakan di era globalisasi masa kini umat manusia dihadapkan kepada
serangkaian baru yang tidak terlalu berbeda dengan apa yang dialami sebelumnya dan cenderung
akan semakin berat permasalahan hidup yang akan dihadapi. Tidak seperti jaman dulu kehidupan
manusia lebih tentram maka kita sebagai manusia dijaman era globalisasi seharusnya pandai
pandai untuk menghadapi persoalan dalam hidup. Salah satu persoalan yang dianggap berat
adalah perbedaan antara umat manusia baik dibidang agama, etnis, ras, dan lain lain. masalah ini
bukan perkara mudah untuk menciptakan keharmonisan, kedamaian, serta ketertiban di dunia
untuk hidup sebagai umatmanusia walaupunkitatau bahwa kita sama sama ciptaan tuhan tetapi
jika kitatidakmemilikikepandaian,kearifan, dan kebijaksanaan dalam mengapresiasi sederatan
perbedaan perbedaan. Maka yang akan timbul adalah konflik baik konflik individu maupun
konfilk komunal.

“Na sā sakha yo na dadāti sākhye”

Terjemahan :

‘Dia bukanlah seorang sahabat yang sejati yang tidak menolong seorang teman yang
memerlukan pertolongan’ (Rgveda X.117.4).

Konflik individu misalnya masih banyak orang yang stress atau gangguan jiwa dan kasus
bunuh diri. Sedangkan contoh konflik komunal : banyak terjadi konflik horizontal di berbagai
belahan dunia, pertengkaran antara orang tua dan anak,antara suami dan istri, pelecehan,
diskriminasi, dan lain lain. Adapun konflik lainya yang disebabkan oleh penanaman ajaran ajaran
dan doktrin doktrin yang eksklusivisme dan sehingga tak jarang ada manusia yang dikekang,
dipasung dan lain lain. Kemudian konflik yang lain juga yang disebabkan oleh karena
kecendrungan bagi beberapa orang untuk mengejar dunia matrial atau kemewahan. Ketidak
seimbangan itu menyebabkan degredasi moralsemakin meningkat sikap dan karakter karakter
ketuhanan pada setiap individu seperti cinta kasih saying, pelayanan danlain lain semakin
memprihatinkan.

Untuk menyelesaikan permasalahan ini kita harus dapat membangun kesadaran dimulai
dari diri sendiri lalu lingkungan keluarga dan selanjutnya dilingkungan masyarakat melalui
menanamkanajaran Nawa Wida Bhakti untuk menumbuhkan karakter di lingkungan keluarga ini
dikarenakan beberapa hal ini di antaranya seperti berikut.

Pertama, kehidupan di lingkungan keluarga dewasa ini juga seolah olah semakin digiring
untuk meningggalkan jati dirinya sebagai anggota masyarakat yang religius dengan berbagai
aktivitas ritual keagamaannya, sehingga kualitas iman dan taqwa (sradha bhakti) yang selama ini
dijunjung tinggi semakin lama semakin tergeser oleh pola kehidupan yang global dan modern.

Kedua lingkungan keluarga merupakan tempat berlangsungnya proses pembelajaran, dan


pembekalan pengetahuan yang paling awal. Dalam kitab suci Veda dan susastra suci Veda yang
lainnya menguraikan pentingnyaajaran bhakti dan swadharma orang tua terhadap anak dan
begitu pula sebaliknya. Dalam kitab Manavadharmasastra dijelaskan bahwa secara nonfisik
suami istri masing masing mengupayakan agar jalinan cinta kasih dan kasih saying,
kesetian,mencari nafkah,dan seterusnya. Selanjutnya orangtuawajib membesarkan
bertanggungjawab atas anaknya sampai menyelenggarakan pernikahan. Selanjutnya dalam kitab
Sarasamucaya juga diajarkan tiga kewajiban orang tua yaitu : Pertama, Sarirakrta, yaitu
kewajibanorang tua dengan menumbuhkan jasmani anaknya dengan baik. Kedua, Prannadatta,
yaitu orang tua wajib membangun atau memberikan pendidikan kerohanian kepada
anaknya.Ketiga, Annadatta, yaitu kewajiban orang tua untukmemberikan pendidikan kepada
anaknya untuk mendapatkan makanan (anna) salah satu kebutuhan yang paling esensial.

Demikian pula dalam Kekawin Niti Sastra disebutkan syarat syarat orang yang dapat
disebut orang tua yakni apabila telah melakukan 5 kewajiban yang disebut Panca Wida yaitu :

1. Sang ametuaken, artinya yang menyebabkan kita lahir.


2. Sang anyangaskara, artinya orangtua mempunyai tanggung jawabmenyucikan anak
melalui upacara sarira samskara.
3. Sang mangupadyaya, artinya bertangguh jawab pada pendidikan anak – anaknya disebut
ayah.
4. Sang maweh bijojana, artinya emberikan keluarganya makan dan kebutuhan- kebutuhan
material lainnya.
5. Sang matulung urip rikalaning baya : artinya kewajiban seorang ayah melindungi nyawa
dan ancaman bahaya terhadap anaknya.

Ajaran bhakti sejati dapat menumbuhkan karakter ketuhanan di lingkungan keluarga


sebagai modal dasar guna mewujudkan kasalehan dan keharmonisan sosial sebagai berikut :

Bhakti sosial adalah salah satu ajaran agama Hindu yng dapat dipedomani untuk
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap aturan keimanan , aturan upacara agama yang
bersumber dari ajaran agama yang anutnya serta dapat di pedomani dalam upaya melakukan
penyembuhan di saat mengalami goncangan kejiwaan oleh manusia di lingkungan keluarga.
Nawa Wida Bhakti adalah salah satu ajaran agama dalam kitab Bhagavata Purana, VII.5.23,
yang menyebutkan bahwa ada 9 cara berbhakti terhadap Tuhannya.

Konsep Bhakti Sejati ini dapat dimaknai dalam kehidupan soSial tau arah gerak putaran
secara horizontal yaitu sujud, hormat,, pengabdian, cinta kasih sayang , memberikan pelayanan
antara manusia dalam akan tercipta karakter di lingkungan keluarga. Pada saat nantinya dapat
dijadikan sebagai modal dasar umum yang lebih luas dihuni oleh individu-individu yang telah
ditanami nilai–nilai Nawa Wida Bhakti, individu yang bermoralitas, serta memiliki budi pekerti
yang luhur melalui proses pembinaan, pendidikan dan pedalaman atau penghayatan sejak awal
lingkungan keluarga. Sebagai berikut :

1. Sravanam adalah bhakti sejati dengan jalan mendengar. Dalam ajaran bhakti
mendengar,masyarakat kita untuk selalu berupaya membudayakan untuk mendengar,baik
secara vertikal antara manusia dengan Tuhan-nya melalui sabda-sabda sucinya, maupun
secara horizontal antar sesamanya dan lingkungannya.
2. Wandanam adalah bhakti sejati dengan jalan membaca,menyimak dan
mempelajari,mendalami serta menghayati dan memaknai ajaran yang bersumber dari
aturan keimanan,aturan kebajikan, dan aturan yang lainnya bersumber dari sabda-sabda
suci Tuhan dan susastra suci. Arah gerak vertikal ajaran ini mengajarkan selalu
meluangkan waktu untuk membaca, menyimak dan mempelajari, mendalami serta
menghayati dan memaknai kitab suci dan susastra suci serta ilmu pengetahuan yang
lainnya tentang Tuhan sebagai pedoman hidup. Arah gerak horizontal ajaran ini
mengajarkan tentang selalu membaca, menyimak dan mempelajari,mendalami serta
menghayati dan memaknai situasi, untuk menuju arah gerak yang lebih baik.
3. Kirtanam adalah bhakti sejati dengan jalan melantunkan Gita/zikir (nyanyian atau
kidung suci memuja dan memuji nama suci dan kebesaran Tuhan), bhakti ini juga
diarahkan menjadi dua arah gerak vertikal maupun horizontal. Arah gerak vertikal
melakukan bhakti Kirtanam untuk menumbuhkan dan membangkitkan nilai-nilai spiritual
yang ada dalam jiwa setiap individu manusia. Arah gerak horizontal manusia berusaha
selalu untuk melantunkan bhakti Kirtanam yang dapat menyejukan perasaan hati orang
lain dan lingkungannya.
4. Smaranam adalah bhakti sejati dengan jalan mengingat. Arah gerak vertikal ajaran
ini mengajarkan dalam menjalani dan menata kehidupan ini masyarakat manusia
sepatutnya selalu melatih diri untuk mengingat nama-nama Tuhan dengan segala
kemahakuasaan Tuhan,intruksi dan pesan atau amanat dari sabda suci Tuhan kepada
umat manusia yang diajadikan pedoman dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat.
Arah gerak horizontal ajaran ini mengajarkan tentang mengingat tragedy dan penderitaan
manusia,musibah dan bencana alam. Harapan mengingat tragedy tersebut bertujuan untuk
sebagai bekal untuk mengevaluasi dan menreflesikan diri akan indahnya kebhinekaan dan
pluralisme apabila masyarakat manusia mampu mengkemasnya dalam satu bingkai yaitu
bingkai kebersamaan,persatuan,dan kedamaian.
5. Pada sevanam adalah bhakti sejati dengan jalan menyembah,sujud,hormat di kaki
Padma. Arah gerak vertical dari ajaran ini mengajarkan kita tentan selalu sujud dan
hormat kepada tuhan, hormat dan sujud terhadap intruksi dan pesan/amanat dari hokum
tuhan. Arah gerak horizontal dari ajaran ini mengajar kita untuk selalu menghormati para
pahlawan,pemerintah,peraturan perundang-undangan yang telah dijadikan dan disepakati
sebagai sumber hukum ,para pemimpin dan tidak kalah pentingnya juga hormat/sujud
kepada ibu pertiwi.
6. Sakhynam adalah bhakti sejati dengan jalan kasih persahabatan,mentaati hukum dan
tidak merusak sistem hukum. Arah vertical dan horizontal dari ajaran ini mengajarkan
kita tentang selalu berusaha melatih diri untuk tidak merusak sistem hukum, dan selau
dijalan kasih persahabatan.
7. Dahsyam adalah bhakti sejati dengan jalan mengabdi,pelayanan ,dan cinta kasih
saying dengan tulus ikhlas kepada tuhan. Arah gerak vertical dari ajaran ini mengajarkan
kita tentang selalu melatih diri da secara tulus ikhlas menghaturkan ,mengabdikan
,pelayanan kepada tuhan. Arah gerak horizontal dari ajaran ini mengajarkan kita tentang
selalu memberikan cinta kasih sayang dengan tulus ikhlas untuk kepentingan bersama
tentang kemanusian,kelestarian lingkungan hidup dan kedamaian.
8. Arcanam adalah bhakti sejati dengan jalan penghormatan terhadap simbol-simbol
atau nyasa tuhan,seperti arca,pratima,pelinggih. Arah gerak vertical dari ajaran ini
mengajrkan kita tentang untuk selalu menghaturkan cinta kasih sayang,rasa hormat dan
sujud dengan tulus ikhlas kepada tuhan dengan iman dan taqwa. Arah gerak horizontal
dari ajaran ini mengajarkan kita selalu belajar untuk memberikan
pelayanan,pengabdian,cinta kasih sayang ,penguatan dan pemberian penghargaan kepada
orang lain.
9. Sevanam adalah bhakti sejati dengan jalan berlindung dan penyerahan diri secara
tulus ikhlas kepada tuhan. Arah geak vertikal dan horizontal dari ajaran ini mengajarkan
kita tentang selalu berpasrah diri dengan kesadaran dan keyakinan yang mantap untuk
selalu berjalan dijalan tuhan.
A. Objektif

1.Berikut adalah bagian dari panca wida,kecuali...

a) Sang matulung urip rikalaning baya


b) Sang maweh bijojana
c) Annandatta
d) Sang ametuaken
e) Sang anyangaskara
2. Bhakti sejati dengan jalan penghormatan terhadap simbol-simbol atau nyasa tuhan
disebut..
a. Sravanam
b. Kirtanam
c. Sakhynam
d. Arcanam
e. Sevanam
3. Orang tua wajib membangun atau memberikan pendidikan kerohanian kepada anak
disebut..
a. Annandatta
b. Prannandatta
c. Sarirakrta
d. Wandanam
e. Sakhynam
4. Bhakti sejati dengan jalan membaca, menyimak dan mempelajari,mendalami serta
menghayati dan memaknai ajaran yang bersumber dari aturan keimanan, aturan
kebajikan, dan aturan yang lainnya yang bersumber dari sabda-sabda suci Tuhan dan
susastra suci lainnya, disebut..
a. Wandanam
b. Kirtanam
c. Sakhynam
d. Pada sevanam
e. Sevanam
5. "Dia bukanlah seorang sahabat yang sejati yang tidak menolong seorang teman yang
memerlukan pertolongan". Kalimat ini terdapat pada kitab...
a. Rgveda. X. 53.8
b. Rgveda. X. 17.7
c. Rgveda. X. 117.6
d. Rgveda. X. 117.4
e. Rgveda. X. 53.3
B. Esay

1. Jika kita melanggar prinsip-prinsip budi pekerti luhur, maka kita mengalami banyak hal
yang tidak menguntungkan. Apa saja kah itu?

2. Sebutkan tiga kewajiban orang tua yang harus dilaksanakan dengan rasa bhakti yang
tulus kepada anaknya?

3. Bhagavata purana, VII. 5.23,yang menyebutkan bahwa ada 9 (sembilan) cara berbhakti.
Apa sajakah itu?

Vous aimerez peut-être aussi