Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
2.1 Pengertian
Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien-pasien yang
memiliki atopi, yang sebelumnya sudah tersensitisasi atau terpapar dengan allergen (zat/materi yang
menyebabkan timbulnya alergi) yang sama serta meliputi mekanisme pelepasan mediator kimia ketika terjadi
paparan ulangan dengan allergen yang serupa (Von Pirquet, 1986).
Rhinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala-gejala bersin-bersin, keluarnya cairan dari hidung,
rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar dengan allergen yang mekanisme ini diperantarai oleh
IgE (WHO ARIA tahun 2001).Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung.
(Dipiro, 2005 ).
Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung ( Dorland, 2002 ).
Rhinitis alergi Adalah istilah umum yang digunakan untuk menunjukkan setiap reaksi alergi mukosa hidung,
dapat terjadi bertahun-tahun atau musiman. (Dorland,2002 ).
Rinitis alergi adalah penyakit umum yang paling banyak di derita oleh perempuan dan laki-laki yang berusia
30 tahunan. Merupakan inflamasi mukosa saluran hidung yang disebabkan oleh alergi terhadap partikel, seperti:
debu, asap, serbuk/tepung sari yang ada di udara.
Rhinitis adalah istilah untuk peradangan mukosa. Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi dua:
a. Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan membran mukosa hidung dan sinus-sinus
aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri. Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang pada
suatu waktu dan sering kali terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal musim hujan dan
musim semi.
b. Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang disebabkan oleh infeksi yang
berulang, karena alergi, atau karena rinitis vasomotor.
2.2 Etiologi
Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap sensitisasi yang diikuti oleh reaksi
alergi. Reaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu :
Immediate Phase Allergic Reaction
Berlangsung sejak kontak dengan allergen hingga 1 jam setelahnya
Late Phase Allergic Reaction
Reaksi yang berlangsung pada dua hingga empat jam dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan dapat
berlangsung hingga 24 jam.
Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas :
Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah, tungau, serpihan epitel dari
bulu binatang serta jamur.
Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik atau
perhiasan.
Dengan masuknya allergen ke dalam tubuh, reaksi alergi dibagi menjadi tiga tahap besar :
1. Respon Primer, terjadi eliminasi dan pemakanan antigen, reaksi non spesifik
2. Respon Sekunder, reaksi yang terjadi spesifik, yang membangkitkan system humoral, system selular saja atau
bisa membangkitkan kedua system terebut, jika antigen berhasil dihilangkan maka berhenti pada tahap ini, jika
antigen masih ada, karena defek dari ketiga mekanisme system tersebut maka berlanjut ke respon tersier
3. Respon Tersier , Reaksi imunologik yang tidak menguntungkan
2.3 Klasifikasi
Berdasarkan waktunya Rhinitis Alergi dapat di golongkan menjadi:
1. Rinitis alergi musiman (Hay Fever)
Biasanya terjadi pada musim semi. Umumnya disebabkan kontak dengan allergen dari luar rumah, seperti benang
sari dari tumbuhan yang menggunakan angin untuk penyerbukannya, debu dan polusi udara atau asap.
2. Rinitis alergi yang terjadi terus menerus (perennial)
Disebabkan bukan karena musim tertentu ( serangan yang terjadi sepanjang masa (tahunan)) diakibatkan karena
kontak dengan allergen yang sering berada di rumah misalnya kutu debu rumah, bulu binatang peliharaan serta
bau-bauan yang menyengat
2.4 Patofisiologi
Tepung sari yang dihirup, spora jamur, dan antigen hewan di endapkan pada mukosa hidung. Alergen yang
larut dalam air berdifusi ke dalam epitel, dan pada individu individu yang kecenderungan atopik secara genetik,
memulai produksi imunoglobulin lokal (Ig ) E. Pelepasan mediator sel mast yang baru, dan selanjutnya, penarikan
neutrofil, eosinofil, basofil, serta limfosit bertanggung jawab atas terjadinya reaksi awal dan reaksi fase lambat
terhadap alergen hirupan. Reaksi ini menghasilkan mukus, edema, radang, gatal, dan vasodilatasi. Peradangan
yang lambat dapat turut serta menyebabkan hiperresponsivitas hidung terhadap rangsangan nonspesifik suatu
pengaruh persiapan. (Behrman, 2000).
Histamin merupakan mediator penting pada gejala alergi di hidung. Histamine bekerja langsung pada reseptor
histamine selular, dan secara tidak langsung melalui refleks yang berperan pada bersin dan hipersekresi. Melalui
saraf otonom, histamin menimbulkan gejala bersin dan gatal, serta vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas
kapiler yang menimbulkan gejala beringus encer dan edema local reaksi ini timbul segera setelah beberapa menit
pasca pajanan allergen.
Kurang lebih 50% Rhinitis alergik merupakan manifestasi reaksi hipersensitifitas tipe I fase lambat, gejala
Gejala rhinitis alergik fase lambat seperti hidung tersumbat, kurangnya penciuman, dan hiperreaktivitas lebih
diperankan ooleh eosinofil.
2.7 Penatalaksanaan
1. Terapi yang paling ideal adalah dengan menghindari kontak dengan allergen penyebab
2. Pengobatan, penggunaan obat antihistamin H-1 adalah obat yang sering dipakai sebagai lini pertama pengobatan
rhinitis alergi atau dengan kombinasi dekongestan oral. Obat Kortikosteroid dipilih jika gejala utama sumbatan
hidung akibat repon fase lambat tidak berhasil diatasi oleh obat lain
3. Tindakan Operasi (konkotomi) dilakukan jika tidak berhasil dengan cara diatas
4. Penggunaan Imunoterapi.
2.8 Pencegahan
Beberapa langkah/tips berikut ini dapat membantu anda bahkan jika anda tidak tahu jenis pollen apa yang
membuat anda alergi. Jika anda tahu tipe pollen apa yang membuat anda alergi itu lebih bagus lagi.
Tetaplah berada di dalam ruangan/rumah pada waktu pollen sangat banyak di udara. Umumnya pollen sedikit di
udara hanya beberapa saat setelah matahari terbit. Mereka kemudian jumlahnya makin banyak dan paling banyak
pada tengah hari dan sepanjang siang. Jumlahnya kemudian berkurang menjelang matahari terbenam.
Tutuplah jendela dan pintu, baik pada siang maupun malam hari. Gunakan AC untuk membantu mengurangi jumlah
pollen yang masuk ke dalam rumah anda. Jangan gunakan kipas dengan buangan keluar (exhaust fan) karena
dapat membawa lebih banyak pollen masuk ke dalam rumah anda.
Potonglah rumput di halaman rumah sesering mungkin.
Cegah membawa pulang pollen masuk ke rumah setelah anda bepergian:
- Segeralah mandi dan ganti baju dan celana yang anda pakai di luar.
- Keringkan pakaian anda dengan mesin pengering, jangan jemur di luar.
Berliburlah ke tempat lain pada saat musim pollen sedang berlangsung di tempat anda ke tempat di mana tanaman
yang membuat anda alergi tidak tumbuh.
Jangan keluar rumah pada saat hujan atau hari berangin.
Hindari aktivitas yang membat anda terpapar dengan mold, seperti berkebun (terutama saat bekerja dengan
kompos), memotong rumput.
Buanglah jauh-jauh dari rumah anda daun-daun yang berguguran, potongan rumput, dan kompos.
Di daerah yang berudara lembab mold di dalam rumah dapat mencetuskan serangan asthma, rhinitis alergika
dan dermatitis alergika. Beberapa langkah berikut dapat membantu:
Bersihkan kamar mandi, bathtubs, shower stalls, shower curtains, dan karet-karet jendela paling sedikit sebulan
sekali dengan disinfektan atau cairan pemutih. Gunakan pemutih dengan hati-hati, karena dapat membuat hidung
anda teriritasi. Jika hidung anda teriritasi, gejala alergi anda dapat memburuk.
Rumah harus ada aliran udara yang baik dan kering.
Gunakan exhaust fan di kamar mandi dan dapur.
Jangan gunakan karpet.
Oleh karena orang dewasa menghabiskan 1/3 waktu mereka dan anak-anak menghabiskan ½ dari waktu mereka
di kamar tidur, maka penting agar tidak ada alergen di kamar tidur. Jangan gunakan kasur, bantal dan guling yang
diisi dengan kapuk.
2.9 Komplikasi
1. Polip hidung. Rinitis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan kekambuhan polip hidung.
2. Otitis media. Rinitis alergi dapat menyebabkan otitis media yang sering residif dan terutama kita temukan pada
pasien anak-anak.
3. Sinusitis kronik
Otitis media dan sinusitis kronik bukanlah akibat langsung dari rinitis alergi melainkan adanya sumbatan pada
hidung sehingga menghambat drainase
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
KASUS :
Nn. R umur 18 tahun dirawat di ruang THT Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Jambi hari kedua, ketika
dilakukan pengkajian oleh perawat didapat data hidung meler, bersin-bersin, mata merah berair yang tidak
berhenti-henti, lapisan hidung membengkak warna merah kebiruan, mudah tersinggung, nafsu makan menurun,
dan susah tidur, klien bernafas melalui mulut.
A. Pengkajian
DS :
Nn. R mudah tersinggung
Nn. R mengatakan nafsu makan menurun
Nn. R mengatakan susah tidur
DO :
Hidung meler
Bersin-bersin
Lapisan hidung membengkak, warna merah kebiruan
Klien bernapas melalui mulut
B. Analisa data
C. NCP
no Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
1 Bersihan jalan nafas Bersihan jalan - Auskultasi bunyi napas. - Obstruksi jalan napas dan
tidak efektiif b.d nafas kembali Catat adanya bunyi napas, mis dapat atau tak di
akumulasi mucus efektif ; mengi, krekels, ronki manevestasikan adanya
DS : - Kh : menujukkan bunyi napas adventisius.
DO : hidung meler, perilaku untuk - Adanya beberapa derajat
bersin-bersin, klien memperbaiki - Kaji/pantau frekuensi dan dapat ditemukan pada
bernapas melalui mulut. bersihan jalan pernapasan penerimaan atau selama
nafas. stres atau adanya infeksi
Mis : akut. Penafasan dapat
mengeluarkan melambat dan frekunsi
sekret ekspirasi memanjaga
inspirasi memendek.
- Peningian kepala tempat
tidur mempermudah fungsi
pernapasan dengan
mengunakn grafitasi
- Kaji pasien untuk posisi yang
nyaman mis : peninggian - Pencetus tipe reaksi alergi
kepala tempat tidur, duduk pernapasan yang dapat
pada persandaran tempat tidur. mentreger episode akut
- Pertahankan polusi
lingkungan minimum mis : - hidrasi membantu
debu asap dan bulu bantal menurunkan kekentalan
yang berhubunggan dengan sekret, mempermudah
kondisi individu pengeluaran.
- tingkatkan masukan caian
3000 /hari sesuai jantung,
memberikan air hangat.
2 Gangguan pola istirahat Perbaikan pola - Tentukan kebiasan tidur - Mengakaji perlunya dan
b.d penyumbatan pada tidur atau istirahat biasanya dan perubahan yang mengidentifikasi intervensi
hidung Kh : terjadi yang tepat
DS : Klien tampak bisa - Berikan tempat tidur yang - Meningakatkkan
klien mengatakan susah tidur nyaman dan beberapa milik kenyamanan tridur serta
tidur. Tidak sering pribadi mis : bantal, guling. dukungan
Klien mengatakan mata terbangun pada - Buat rutinitas tidur baru yang fisiologis/psikologis
berair tak ada henti- malam hari dimasukkan dalam pola lama - bila rutinitas
hentinya dan ling kungan baru. barumenggandung aspek
DO : sebanyak kebiasaan
bersin-bersin lama,stres dan ansietas yang
hidung meler berhubungan dapat
- Tingkatkan regimen berkurang
kenyamanan waktu tidur . - Meningkatkan efek
- instruksikan tindakan relaksasi.
relaksasi.
- Berikan sedative sesuai - Membantu menginduksi
indikasi tidur
- Membantu pasien agar
mudah beristirahat
3 Gangguan nutrisi Nutrisi terpenuhi- Jelaskan tentang manfaat - Dengan pemahaman klien
kurang dari kebutuhan sesuai dengan makan bila dikaitkan dengan akan lebih kooperatif
b.d Nafsu makan kebutuhan tubuh kondisi klien saat ini mengikuti aturan
menurun Kh : - Anjurkan agar klien - Untuk menghindari
Ds : klien mengatakan - Nafsu makan memakan makanan yang makanan yang justru dapat
nafsu makan menurun membaik tersedia di RS mengganggu proses
Do : - - Keadaan umum penyembuhan klien.
membaik - Higiene oral yang baik
- Klien tampak mau- Lakukan dan ajarkan akan meningkatkan nafsu
makan perawatan mulut sebelum dan makan klien
sesudah makan serta sebelum
dan sesudah
intervensi/periksaan peroral.
- tingkakan lingkungan yang - makana adalah bagian dari
menenangkan untuk makan peristiwa sosial, dan nafsu
dengan teman jika makan dapat meningkat
memungkinkan. dengan sosialisasi
- Makanan hangat dapat
- Berikan makanan dalam meningkatkan nafsu makan.
keadaan hangat - membantu memenuhi
kebutuhan dan
- berikan makanan selingan meningkatkan pemasukan
(mis; keju, biskuit, sup, buah- - Meningkatkan pemenuhan
buahan)yang tersedia dalam sesuai dengan kondisi klien
24 jam
- Kolaborasi tentang
pemenuhan diet klien
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall.2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis Edisi 9. Jakarta : EGC
Doengoes, Mariliynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC
21. Definisi
Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung. (Dipiro, 2005 )
Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung. ( Dorland, 2002 )
Rinitis adalah suatu inflamasi membran mukosa hidung dan mungkin dikelompokan baik sebagai rinitis alergik
atau non-alergik. (Keperawatan Medikal-Bedah: Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2002)
2. Etiologi
Beberapa hal yang pada umumnya menjadi penyebab rinitis antara lain :
Alergi
Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap sensitisasi yang diikuti oleh reaksi alergi.
Reaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu :
- Immediate Phase Allergic Reaction : Berlangsung sejak kontak dengan allergen hingga 1 jam setelahnya.
- Late Phase Allergic Reaction : Reaksi yang berlangsung pada dua hingga empat jam dengan puncak 6-8 jam
setelah pemaparan dan dapat berlangsung hingga 24 jam.
Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas :
Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah, tungau, serpihan epitel dari
bulu binatang serta jamur
Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur, coklat, ikan dan udang
Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin atau sengatan lebah
Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik atau
perhiasan
Dengan masuknya allergen ke dalam tubuh, reaksi alergi dibagi menjadi tiga tahap besar :
Respon Primer,terjadi eliminasi dan pemakanan antigen, reaksi non spesifik
Respon Sekunder,reaksi yang terjadi spesifik, yang membangkitkan system humoral,system selular saja atau bisa
membangkitkan kedua system terebut, jika antigen berhasil dihilangkan maka berhenti pada tahap ini, jika antigen
masih ada, karena efek dari ketiga mekanisme system tersebut maka berlanjut ke respon tersier
Respon Tersier ,Reaksi imunologik yang tidak meguntungkan.
Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi dua:
b. Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan membran mukosa hidung dan sinus-sinus
aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri. Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang
pada suatu waktu dan sering kali terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal musim
hujan dan musim semi.
c. Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang disebabkan oleh infeksi
yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis vasomotor.
Berdasarkan penyebabnya :
Rhinitis alergi
Rinitis alergi adalah penyakit umum yang paling banyak di derita oleh perempuan dan laki-laki yang berusia 30
tahunan. Merupakan inflamasi mukosa saluran hidung yang disebabkan oleh alergi terhadap partikel, seperti:
debu, asap, serbuk/tepung sari yang ada di udara.
Rhinitis alergi Adalah istilah umum yang digunakan untuk menunjukkan setiap reaksi alergi mukosa hidung, dapat
terjadi bertahun-tahun atau musiman. (Dorland,2002 )
Rhinitis alergi musiman (Hay Fever),
Biasanya terjadi pada musim semi.Umumnya disebabkan kontak dengan allergen dari luar rumah, seperti benang
sari dari tumbuhan yang menggunakan angin untuk penyerbukannya, debu dan polusi udara atau asap.
Gejala :
Hidung, langit-langit mulut, tenggorokan bagian belakang dan mata terasa gatal, baik secara tiba-tiba maupun
secara berangsur-angsur. Biasanya akan diikuti dengan mata berair, bersin-bersin dan hidung meler. Beberapa
penderita mengeluh sakit kepala, batuk dan mengi (bengek); menjadi mudah tersinggung dan deperesi; kehilangan
nafsu makan dan mengalami gangguan tidur. Terjadi peradangan pada kelopak mata bagian dalam dan pada
bagian putih mata (konjungtivitis). Lapisan hidung membengkak dan berwarna merah kebiruan, menyebabkan
hidung meler dan hidung tersumbat.
Rhinitis alergi yang terjadi terus menerus (perennial)
Disebabkan bukan karena musim tertentu ( serangan yang terjadi sepanjang masa (tahunan)) diakibatkan karena
kontak dengan allergen yang sering berada di rumah misalnya kutu debu rumah, bulu binatang peliharaan serta
bau-bauan yang menyengat.
Gejala :
Hidung, langit-langit mulut, tenggorokan bagian belakang dan mata terasa gatal, baik secara tiba-tiba maupun
secara berangsur-angsur. Biasanya akan diikuti dengan mata berair, bersin-bersin dan hidung meler. Beberapa
penderita mengeluh sakit kepala, batuk dan mengi (bengek); menjadi mudah tersinggung dan deperesi; kehilangan
nafsu makan dan mengalami gangguan tidur. Jarang terjadi konjungtivitis. Lapisan hidung membengkak dan
berwarna merah kebiruan, menyebabkan hidung meler dan hidung tersumbat. Hidung tersumbat bisa
menyebabkan terjadinya penyumbatan tuba eustakiusdi telinga, sehingga terjadi gangguan pendengaran, terutama
pada anak-anak. Bisa timbul komplikasi berupa sinusitis (infeksi sinus) dan polip hidung.
Rhinitis non alergi
Rhinitis non allergidisebabkanoleh :infeksisalurannapas (rhinitis viral dan rhinitis bakterial,
masuknyabendaasingkedalamhidung, deformitasstruktural, neoplasma, danmassa,
penggunaankronikdekongestan nasal, penggunaankontrasepsi oral, kokaindan anti hipertensif.
Gejala :
o Kongesti nasal
o Rabas nasal (purulent dengan rhinitis bakterialis)
o Gatalpada nasal
o Bersin-bersin
o Sakitkepala
Rhinitis vasomotor
Rhinitis vasomotor adalah terdapatnya gangguan fisiologik lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh
bertambahnya aktivitas parasimpatis.
Penyebab :
Belum diketahui, diduga akibat gangguankeseimbangan vasomotor.
Keseimbangan vasomotor ini dipengaruhi berbagai hal :
o Obat-obatan yang menekan dan menghambat kerja saraf simpatis, seperti: ergotamin, klorpromazin, obat
antihipertensi, dan obat vasokontriktor lokal.
o Faktor fisik, seperti iritasi asap rokok, udara dingin, kelembapan udara yang tinggi, dan bau yang merangsang
o Faktor endokrin, seperti : kehamilan, pubertas, dan hipotiroidisme
o Faktor psikis, seperti : cemas dan tegang ( kapita selekta)
Rhinitis medikamentosa
Rhinitis medikamentosa adalah suatu kelainan hidung berupa gangguan respon normal vasomotor sebagai akibat
pemakaian vasokonstriktor topical (obat tetes hidung atau obat semprot hidung) dalam waktu lama dan berlebihan.
Tanda dan gejala :
Penderita mengeluh hidungnya tersumbat terus menerus dan berair. Pada pemeriksaan konka dengan secret hidung
yang berlebihan. Apabila diuji dengan adrenalin, adema konka tidak berkurang.
Rhinitis atrofi
Rhinitis Atrofi adalah satu penyakit infeksi hidung kronik dengan tanda adanya atrofi progesif tulang dan mukosa
konka.
Penyebab
Belum jelas, beberapa hal yang dianggap sebagai penyebabnya seperti infeksi oleh kuman spesifik, yaitu spesies
Klebsiella, yang sering Klebsiella ozanae, kemudian stafilokok, sreptokok, Pseudomonas aeruginosa, defisiensi
Fe, defisiensi vitamin A, sinusitis kronik, kelainan hormonal, dan penyakit kolagen. Mungkin berhubungan
dengan trauma atau terapi radiasi.
Tanda dan geajala :
Keluhan subyektif yang sering ditemukan pada pasien biasanya nafas berbau (sementara pasien sendiri menderita
anosmia), ingus kental hijau, krusta hijau, gangguan penciuman, sakit kepala, dan hidung tersumbat.
Pada pemeriksaan THT ditemukan rongga hidung sangat lapang, konka inferior dan media hipotrofi atau atrofi
secret purulen hijau dan krusta berwarna hijau.
3. Manifestasi Klinik
Bersin berulang-ulang, terutama setelah bangun tidur pada pagi hari (umumnya bersin lebih dari 6 kali).
Hidung tersumbat.
Hidung meler. Cairan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan alergi biasanya bening dan encer, tetapi dapat
menjadi kental dan putih keruh atau kekuning-kuningan jika berkembang menjadi infeksi hidung atau infeksi
sinus.
Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorok.
Badan menjadi lemah dan tak bersemangat.
Gejala klinis yang khas adalah terdapatnya serangan bersin yang berulang-ulang terutama pada pagi hari,
atau bila terdapat kontak dengan sejumlah debu. Sebenarnya bersin adalah mekanisme normal dari hidung untuk
membersihkan diri dari benda asing, tetapi jika bersin sudah lebih dari lima kali dalam satu kali serangan maka
dapat diduga ini adalah gejala rhinitis alergi.
Gejala lainnya adalah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak. Hidung tersumbat, mata gatal dan
kadang-kadang disertai dengan keluarnya air mata.
Tanda dan gejala rinitis adalah rongesti nasal, nafas nasal (purulen dengan renitis bakterialis ) gatal pada
nasal, dan bersin-bersin. Sakit kepala dapat saja terjadi, terutama jika terdapat juga sinusitis. (Smeltzer, Suzanne
C. 2002. Hal 548).
Antihistamin
Antihistamin yang sering digunakan adalah antihistamin oral. Antihistamin oral dibagi menjadi dua yaitu generasi
pertama (nonselektif) dikenal juga sebagai antihistamin sedatif serta generasi kedua (selektif) dikenal juga sebagai
antihistamin nonsedatif.
Efek sedative antihistamin sangat cocok digunakan untuk pasien yang mengalami gangguan tidur karena rhinitis
alergi yang dideritanya. Selain itu efek samping yang biasa ditimbulkan oleh obat golongan antihistamin adalah
efek antikolinergik seperti mulut kering, susah buang air kecil dan konstipasi. Penggunaan obat ini perlu
diperhatikan untuk pasien yang mengalami kenaikan tekanan intraokuler, hipertiroidisme, dan penyakit
kardiovaskular.
Antihistamin sangat efektif bila digunakan 1 sampai 2 jam sebelum terpapar allergen. Penggunaan antihistamin
harus selalu diperhatikan terutama mengenai efek sampingnya. Antihistamin generasi kedua memang memberikan
efek sedative yang sangat kecil namun secara ekonomi lebih mahal.
Dekongestan
Dekongestan topical dan sistemik merupakan simpatomimetik agen yang beraksi pada reseptor adrenergic pada
mukosa nasal, memproduksi vasokonstriksi. Topikal dekongestan biasanya digunakan melalui sediaan tetes atau
spray. Penggunaan dekongestan jenis ini hanya sedikit atau sama sekali tidak diabsorbsi secara sistemik (Dipiro,
2005). Penggunaan obat ini dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan rhinitis medikamentosa (rhinitis
karena penggunaan obat-obatan). Selain itu efek samping yang dapat ditimbulkan topical dekongestan antara lain
rasa terbakar, bersin, dan kering pada mukosa hidung. Untuk itu penggunaan obat ini memerlukan konseling bagi
pasien.
Sistemik dekongestan onsetnya tidak secepat dekongestan topical. Namun durasinya biasanya bisa lebih panjang.
Agen yang biasa digunakan adalah pseudoefedrin. Pseudoefedrin dapat menyebabkan stimulasi sistem saraf pusat
walaupun digunakan pada dosis terapinya (Dipiro, 2005). Obat ini harus hati-hati digunakan untuk pasien-pasien
tertentu seperti penderita hipertensi. Saat ini telah ada produk kombinasi antara antihistamin dan dekongestan.
Kombinasi ini rasional karena mekanismenya berbeda.
Nasal Steroid
Merupakan obat pilihan untuk rhinitis tipe perennial, dan dapat digunakan untuk rhinitis seasonal. Nasal steroid
diketahui memiliki efek samping yang sedikit.
Obat yang biasa digunakan lainnya antara lain sodium kromolin, dan ipatropium bromida.
Operatif : Konkotomi merupakan tindakan memotong konka nasi inferior yang mengalami hipertrofi berat.
Lakukan setelah kita gagal mengecilkan konka nasi inferior menggunakan kauterisasi yang memakai AgNO3 25%
atau triklor asetat.
Imunoterapi : Jenisnya desensitasi, hiposensitasi & netralisasi. Desensitasi dan hiposensitasi membentuk blocking
antibody. Keduanya untuk alergi inhalan yang gejalanya berat, berlangsung lama dan hasil pengobatan lain belum
memuaskan. Netralisasi tidak membentuk blocking antibody dan untuk alergi ingestan.
b. Riwayat kesehatan.
- Keluhan Utama.
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala sinus dan tenggorokan.
- Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien masuk rumah sakit dengan keadaan klien mengeluh hidung tersumbat, pilek yang sering kambuh, demam,
pusing, ingus kental di hidung, nyeri di antara dua mata, penciuman berkurang, bersin pada malam hari atau pagi
harii terutama pada suhhu udara dingin, saat menyapu lantai/ membersihkan tempat tidur, klien mengeluh
mengganggu tidur dan aktivitas yang dilakukannya. Klien tampak lemas karena hidung yang tersumbat.
- Riwayat kesehatan dahulu.
Klien memiliki riwayat penyakit perdarahan pada hidung atau trauma pada hidung. Klien juga memilki riwayat
penyakit THT.
- Riwayat kesehatan keluarga.
Ayah klien juga menderita penyakit yang sama dengan klien.
c. Pemeriksaan fisik.
1. Keadaan umum.
Klien tampak pilek keluar ingus dari hidung klien.
2. Head to toe.
Telinga.
Inspeksi :
Bentuk dan ukuran : normal.
Tidak terdapat benjolan.
Tidak terdapat serumen.
Tidak terdapat edema.
Hidung.
Inspeksi.
Tidak terdapat kelainan congenital pada hidung.
Tidak terdapat jarinagn parut dalam hidung.
Tidak terdapat deviasi septum.
Tampak pembengkakan dan hiperemis pada konka hidung.
Tidak tampak udem mukosa.
Mukosa hidung hiperemis.
Terdapat secret.
Palpasi.
Tidak terdapat nyeri tekan.
Tidak ada krepitasi.
Tenggorokan.
Inspeksi.
Mukosa lidah dalam batas normal, tidak terdapat gambaran peta.
Mukosa faring : hiperemis (+), granuler (+), oedem (+).
Ovula : tidak ada kelainan.
Tonsil : tidak membesar, tidak hiperemis.
Detritus (-)
Palpasi.
Pembesaran submandibula (-), nyeri tekan (-)
MANAJEMEN ENERGI
- Tentukan pembatasan aktivitas
fisik pasien
- Monitor pola tidur
- Monitor lokasi
ketidaknyamanan/nyeri
- Bantu pasien membuat jdwal
istirahat
PENGETAHUAN : proses
- Jelaskan apa dan bagaimana
penyakit. Indikator :
aktivitas yang dibutuhkan untuk
- menjelaskan proses terjadinya
membangun energi
penyakit
- Monitor intake nutrisi yang
- mendeskripsikan penyebab atau
adekuat
faktor-faktor pendukung
- mendeskripsikan faktor resiko
- mendeskripsikan akibat
penyakit
Kurangnya pengetahuan- mendeskripsikan tanda dan
berhubungan dengan gejala MEMPERSIAPKAN
3. ketidak tahuan informasi - mendiskripsikan tindakan untuk PERBAIKAN
meminimalkan perkembangan PENGETAHUAN
penyakit Aktivitas:
- mendeskripsikan tindakan- Sediakan lingkungan yang aman
pencegahan komplikasi - Adakan hubungan
- fokus pada masalah pasien yang
spesifik
PENGETAHUAN :- bantu klien untuk menyadarai
KEBIASAAN SEHAT kerentanan untuk komplikasi
Indikator : - beri kesempatan pada klien untuk
- Mendeskripsikan kebiasaan bertanya
pemenuhan nutrisi
- Mendeskripsikan pola tidur1. Mengajarkan proses penyakit
bangun yang efektif Aktivitas:
- Mendeskripsikan efek kesehatan- hargai tingkat pengetahuan
dari penggunaan alkohol, zat pasien
kimia, kafein - jelaskan perjalanan suatu
- Mendeskripsikan keamanan penyakit
penggunaan resep obbta-obatan. - jelaskan tanda-tanda dan gejala
penyakit
PENGETAHUAN : Sumber- jelaskan proses penyakit
tindakan. Indikator : - identifikasi penyebab yang
- Mendeskripsikan tindakan mungkin
dalam keadaan darurat. - sediakan informasi mengenai
- Mendeskripsikan sumber untuk kondisi kepada pasien
perlindungan dalam keadaan- diskusikan pemikiran yang
darurat. ketinggalan yang
direkomendasikan manajemen
(terapi/pengobatan)
- jelaskan komplikasi yang
mungkin terjadi
MENGAJARKAN
MENENTUKAN
PENGOBATAN
Aktivitas:
- informasikan pada pasien dari
yang umum dan berbagai jenis
nama di setiap pengobatan
- informasikan pada pasien
maksud dari tindakan disetiap
pengobatan
- informasikan pada pasien
takaran, perjalanan dan waktu
pengobatan
- evaluasi kemampuan pasien
untuk melakukan pengobatan
sendiri
- informasikan pada pasien akibat
dari pengobatan yang tidak
dilakukan.
- instruksikan pada pasien efek
samping dari pengobatan
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall.2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis Edisi 9. Jakarta : EGC
Doengoes, Mariliynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC