Vous êtes sur la page 1sur 30

MAKALAH ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN

KEBIJAKAN

Disusun oleh :
Kelompok 5

Itsna Faizah Ulfa (101511535005)


Nenda Puspita Sari (101511535007)
Intan Putri Rahayu (101511535018)
Yuli Astuti (101511535022)
Savitri Camelia (101511535035)
Saiful Azis Setyawan (101511535040)
Nahda Ruce Triyanti (101511535041)

Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Airlangga
Banyuwangi
2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
sesuai dengan yang diharapkan. Makalah dengan judul “Manajemen Strategis dan
Operasional”inidibuat dengan tujuan memberikan pemahaman mengenai manajemen dan
sebagai salah satu tugas mata kuliah Administrasi Kebijakan Kesehatan (AKK). Proses
pembuatan makalah ini tidak akan mampu terselesaikan dengan baik tanpa bantuan
beberapa orang yang turut berperan. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak Dr. drg. Setya Haksama selaku dosen pembimbing mata kuliah
AKK
2. Bapak Diansanto Prayoga, S. KM., M. Kes. selaku dosen pembimbing
mata kuliah AKK PDD Unair di Banyuwangi
3. Teman-teman FKM PDD Banyuwangi yang selalu memberikan dukungan
dan semangat
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih belum
sempurna, baik dari segi penulisan, bahasan, ataupun penyusunannya. Oleh karena itu
penulis mengharapkan adanya masukan berupa kritik dan saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Banyuwangi, 26 Mei 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 5

1.1Latar Belakang ..........................................................................................................5

1.2Rumusan Masalah .....................................................................................................6

1.2.1Bagaimana Pengertian, Konsep dan Pendekatan Kebijakan, Siklus Kebijakan, Isu


Publik?................................................................................................................................ 6

1.2.2 Bagaimana Pengertian, Tahapan Analisis dan Permasalahan Isu Publik? ................ 6

1.2.3 Bagaimana Tujuan, Peran dan Fungsi Kebijakan?.................................................... 6

1.2.4 Bagaimana Kebijakan Di Bidang Kesehatan Masyarakat dan Implementasi


Kebijakan? .......................................................................................................................... 6

1.3 Tujuan ......................................................................................................................6

1.3.1 Mengetahui Pengertian, Konsep dan Pendekatan Kebijakan, Siklus Kebijakan, Isu
Publik...................................................................................................................................6

1.3.2 Pengertian, Tahapan Analisis dan Permasalahan Isu Publik..................................... 6

1.3.3 Mengetahui Tujuan, Peran dan Fungsi Kebijakan .................................................... 6

1.3.4 Mengetahui Kebijakan Di Bidang Kesehatan Masyarakat dan Implementasi


Kebijakan ........................................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................7

2.1 Pengertian, Konsep dan Pendekatan Kebijakan, Siklus Kebijakan, Isu Publik .......7

2.1.1 Pengertian, Konsep dan Pendekatan Kebijakan ........................................................ 7

2.1.2 Konsep Pendekatan Kebijakan .................................................................................. 8

2.1.3 Pendekatan Kebijakan................................................................................................9

2.1.4 Siklus Kebijakan ..................................................................................................... 13

2.1.5 Isu Publik................................................................................................................. 16

2.2 Pengertian, Tahapan Analisis dan Permasalahan Isu Publik ............................... 117

2.2.1 Pengertian Permasalahan Publik ........................................................................... 117

3
2.2.2 Tahapan Analisis Permasalahan Isu Publik ............................................................ 18

2.2.3 Permasalahan Isu Publik ......................................................................................... 20

2.3 Tujuan, Peran dan Fungsi Kebijakan .....................................................................21

2.3.1 Tujuan Kebijakan .................................................................................................... 21

2.3.2 Peran dan fungsi Kebijakan..................................................................................... 21

2.4 Kebijakan Di Bidang Kesehatan Masyarakat dan Implementas Kebijakan ..........22

2.4.1 Contoh Kebijakan Bidang Kesehatan Masyarakat .................................................. 22

2.4.2 Implementasi Kebijakan .......................................................................................... 25

BAB III PENUTUP .......................................................................................................29

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................30

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebijakan di Indonesia yaiitu kebijakan Negara yang bersifat fundamental
dan strategis untuk mencapai tujuan nasional/negara sesuai dengan amanat UUD
1945 GBHN. Kewenangan dalam pembuat kebijaksanaan adalah MPR, dan Presiden
bersama-sama dengan DPR. Bentuk kebijaksanaan nasional yang dituangkan dalam
peraturan perundangundangan dapat berupa : UUD 1945, Ketetapan MPR, Undang-
Undang, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) dibuat oleh
Presiden dalam hal kepentingan memaksa setelah mendapat persetujuan DPR.
Namun, kebijakan pemerintah saat ini memiliki berbagai masalah antara lain
Masalah reformasi, Masalah ekonomi, Masalah religiusitas, Masalah kepatuhan
sosial, Masalah Kerusakan Lingkungan, dan Masalah Kesehatan.

Masalah utama yang terjadi di Indonesia adalah masalah kesehatan.


Permasalahan kesehatan di setiap Negara berbeda, antara Negara maju dengan
Negara berkembang, dan juga letak astronomis dan geografis Negara tersebut
mempengaruhi permasalahan yang ada. Di Indonesia terdapat kebijakan yang dibuat
oleh pemerintah adalah kebijakan dibidang kesehatan yang diatur dalam UU No. 36
Tahun 2009. Tujuan dibuatnya kebijakan kesehatan melalui undang-undang tesebut
ialah pembangunan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan
sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Masalah utama
kesehatan yang terjadi yaitu kurang gizi, AKI tinggi, penyakit infeksi, dan kurangnya
kesadaran tentang menerapkan pola hidup bersih dan sehat serta ketergantungan
tinggi bahan baku obat-obatan dan peralatan medis. Kondisi sosial di Indonesia
sangat mempengaruhi dalam bidang kesehatan masyarakatnya. Hal seperti ini
merupakan sebuah tantangan yang harus di hadapi oleh para ahli dibidangnya. Maka
dari itu penting bagi kita, mempunyai pengetahuan tentang kebijakan, peran, fungsi,
serta implementasi baik secara umum maupun dalam bidang kesehatan. Agar dapat
mengembangkan potensi diri sebaik mungkin dalam pengabdian di masyarakat.

5
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana Pengertian, Konsep dan Pendekatan Kebijakan, Siklus Kebijakan, Isu
Publik?
1.2.2 Bagaimana Pengertian, Tahapan Analisis dan Permasalahan Isu Publik?
1.2.3 Bagaimana Tujuan, Peran dan Fungsi Kebijakan?
1.2.4 Bagaimana Kebijakan Di Bidang Kesehatan Masyarakat dan Implementasi
Kebijakan?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk Mengetahui Pengertian, Konsep dan Pendekatan Kebijakan, Siklus
Kebijakan, Isu Publik
1.3.2 Untuk Mengetahui Pengertian, Tahapan Analisis dan Permasalahan Isu Publik
1.3.3 Untuk Mengetahui Tujuan, Peran dan Fungsi Kebijakan
1.3.4 Untuk Mengetahui Kebijakan Di Bidang Kesehatan Masyarakat dan Implementasi
Kebijakan

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian, Konsep dan Pendekatan Kebijakan, Siklus Kebijakan, Isu Publik
2.1.1 Pengertian Kebijakan
Beberapa pengertian dan konsep kebijakan menurut para ahli, diantaranya
yaitu:

1. Menurut Eulau dan Pewitt (1973)

“policy is a statute, characterized by consistent and repeatable


behavior both of which make or implement policies”. Artinya,
kebijakan adalah sebuah ketetapan yang berlaku, dicirikan oleh
perilaku yang konsisten dan berulang baik dari yang membuat atau
yang melaksanakan kebijakan tersebut.

2. Menurut Titmuss (1974)

“policies are the principles that govern the actions and directed
to specific purposes. A policy is a statute that sets out principles to
guide the way to action created in a planned and consistent to achieve
certain goals. Right” Artinya, kebijakan adalah prinsipprinsip yang
mengatur tindakan dan diarahkan pada tujuan tertentu. Kebijakan
adalah suatu ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk
mengarahkan cara bertindak yang dibuat secara terencana dan
konsisten untuk mencapai tujuan tertentu.

3. Menurut Carl Friedrich

“policy is an action that leads to the goal proposed by a person,


group or government in a given environment in connection with
certain constraints while seeking peluangpeluang to achieve goals or
realize the desired goals.” Artinya, kebijakan adalah suatu tindakan
yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok
atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu sehubungan dengan

7
adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluangpeluang
untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.

4. Carl J Federick sebagaimana

“policy as a series of actions / activities proposed by a person,


group or government in a particular environment where there are
obstacles (difficulties) and opportunities for the implementation of the
policy proposals in order to achieve certain goals”. Artinya, kebijakan
sebagai serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan seseorang,
kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana
terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kesempatan-
kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut
dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

5. Menurut Heinz Eulau dan Kenneth Prewith

“policy is the right decisions that characterized the consistency


and repeatability of the behavior of those who abide by the decisions.
By giving rewards and sanctions”. Artinya, kebijakan adalah
keputusan tetap yang dicirikan konsistensi dan pengulangan tingkah
laku dari mereka yang mematuhi keputusan-keputusan. Dengan cara
memberi hadiah dan sanksi.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa pada hakikatnya kebijakan


mencakup pertanyaan: what, why, who, where, dan how. Semua
pertanyaan itu menyangkut tentang masalah yang dihadapi lembaga-
lembaga yang mengambil keputusan yang menyangkut isi, prosedur
yang ditentukan, strategi, waktu keputusan itu diambil, dan
dilaksanakan.

2.1.2 Konsep Pendekatan Kebijakan

Menurut Thomas Dye kebijakan sebagai pilihan pemerintah untuk


melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Sementara Lasswel dan
Kaplan melihat kebijakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan,
menyebutkan kebijakan sebagai program yang diproyeksikan berkenaan

8
dengan tujuan, nilai dan praktek. Sedangkan menurut Tjokroamidjojo
kebijaksanaan pemerintah dapat diartikan setiap keputusan yang
dilaksanakan oleh pejabat pemerintah atau Negara atas nama instansi yang
dipimipinnya (Presiden, Menteri, Gubernur, Sekjen dan seterusnya) dalam
rangka melaksanakan fungsi umum pemerintah atau pembangunan, untuk
mengatasi pembangunan tertentu atau mencapai tujuan tertentu atau dalam
rangka melaksanakan produk-produk keputusan atau peraturan
perundang-undangan yang telah ditentukan dan lazimnya dituangkan
dalam bentuk undang-undang atau dalam bentuk keputusan formal. Kedua
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan mengandung arti:

(1) hasil produk keputusan yang diambil dari komitmen bersama,

(2) adanya formulasi,

(3) pelaksanaannya adalah orang-orang dalam organisasi,

(4) adanya prilaku yang konsisten bagi para pengambil keputusan.

Kebijakan atau policy penggunaannya sering disama artikan dengan


istilah-istilahlain seperti tujuan (goals), program, keputusan, undang –
undang, ketentuan – ketentuan, usulan –usulan atau rancangn besar.
Sedangkan pengertian policy menurut perserikatan bangsa –bangsa adalah
pedoman untuk bertindak, meliputi pedoman yang bersifat sederhana
sampai dengan yang kompleks, bersufat umum atau khusus, berdasarkan
luas maupun sempit, transparan maupun kabur (tidak jelas), terinci
maupun global. Dengan demikian, pengertian kebijakan dapat diartikan
sebagai serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu dengan
diikuti dan dilaksanakan oleh seorang atau sekelompok pelaku guna
memecahkan masalah tertentu baik bersifat militer dan non militer, dengan
memproyeksikan program – program.

9
2.1.3 Pendekatan Kebijakan
Melakukan pendekatan atau lobi (lobbying) dengan para pembuat
keputusan agar mereka menerima commited dan akhirnya mereka bersedia
mengeluarkan kebijakan atau keputusan-keputusan untuk membantu dan
mendukung program yang akan dilaksanakan. Kegiatan ini disebut
advokasi. Dengan kata lain, advokasi dapat diartikan sebagai upaya
pendekatan (approaches) terhadap orang lain yang dianggap mempunyai
pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang
dilaksanakan. Dalam pendidikan kesehatan para pembuat keputusan baik
baik di tingkat pusat maupun daerah disebut sasaran tersier. Bentuk
kegiatan advokasi bias dilakukan secara formal dan informal.

Bentuk kegiatan advokasi antara lain adalah sebagai berikut :

1. Lobi politik (political lobbying)

Lobi adalah berbincang-bincang secara informal dengan


para pejabat untuk menginformasikan dan membahas masalah dan
program kesehatan yang akan dilaksanakan. Langkah-langkah
yang akan dilaksanakan dimulai dari penyampaian masalah
kesehatan yang ada, dampak dari masalah kesehatan, kemudian
solusi untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut. Pada saat lobi
harus disertai data yang akurat (evidence based) tentang masalah
kesehatan tersebut.

2. Seminar dan atau presentasi

Seminar atau persentasi menyajikan masalah kesehatan di


hadapan para pembuat keputusan baik lintas program maupun
lintas sektoral. Penyajian masalah kesehatan disajikan secara
lengkap dengan data dan ilustrasi yang menarik, serta rencana
program dan pemecahannya. Kemudian masalah tersebut dibahas
bersama-sama dan pada akhirnya akan diperoleh komitmen dan
dukungan terhadap program yang akan dilaksanakan.

10
3. Media

Advokasi media adalah melakukan kegiatan advokasi


dengan menggunakan media, khusunya media massa (media cetak
dan media elektronik). Masalah kesehatan disajikan dalam bentuk
tulisan dan gambar, berita, diskusi interaksif, dan sebagainya.
Media massa mempunyai kemampuan yang kuat untuk
membentuk opini publik dan dapat mempengaruhi bahkan
merupakan tekanan (pressure) terhadap para penentu kebijakan
dan para pengambil keputusan.

4. Perkumpulan (asosiasi) peminat

Asosiasi atau perkumpulan orang-orang yang mempunyai


minat atau keterkaitan terhadap masalah tertentu, termasuk juga
perkumpulan profesi. Misalnya perkumpulan masyarakat peduli
AIDS, kemudian kelompok ini melakukan kegeiatan-kegiatan
untuk menanggulangi AIDS. Kegiatan tersebut dapat memberikan
dampak terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil para birokrat
di bidang kesehatan dan para pejabat lain untuk peduli HIV/AIDS.

Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan para penentu


kebijakan atau para pembuat keputusan sehingga mereka
memberikan dukungan, baik kebijakan, fasilitas, maupun dana
terhadap program yang ditawarkan. Oleh sebab itu, ada beberapa
hal yang dapat memperkuat argumentasi pada saat melakukan
advokasi, yaitu sebagai berikut :

1) Meyakinkan (credible)

Program yang ditawarkan harus meyakinkan para


penentu kebijakan dan pembuat keputusan. Oleh karena
itu, harus didukung oleh data dari sumber yang dapat
dipercaya. Dengan kata lain program yang diajukan harus
didasari oleh permasalahan yang utama dan factual artinya
masalah tersebut memang ditemukan di lapangan dan

11
penting untuk segera diatasi. Kalau tidak diatasi akan
membawa dampak yang lebih besar dari masyarakat.

2) Layak (feasible)

Program yang diajukan harus tersebut secara teknis,


politik, dan ekonomi harus memungkinkan atau layak.
Layak secara teknis artinya program tersebut dapat
dilaksanakan dengan sarana dan prasarana yang tersedia.
Layak secara politik artinya program yang diajukan tidak
akan membawa dampak politik pada masyarakat. Layak
secara ekonomi artinya program tersebut didukung oleh
dana yang cukup, dan apabila program tersebut merupakan
program layanan, maka masyarakat mampu membayarnya.

3) Relevan (relevant)

Program yang diajukan tersebut minimal harus


mencakup dua kriteria yaitu memenuhi kebutuhan
masyarakat dan benar-benar dapat memecahkan masalah
yang dirasakan masyarakat. Oleh sebab itu semua program
harus ditujukan untuk menyejahterakan masyarakat dengan
cara membantu pemecahan masalah masyarakat dan
memenuhi kebutuhan masyarakat.

4) Penting (urgent)

Program yang diajukan tersebut harus mempunyai


urgensi yang tinggi dan harus segera dilaksanakan, kalau
tidak akan menimbulkan masalah yang lebih besar lagi.
Oleh sebab itu, program yang diajukan adalah program
yang paling penting di antara program-program yang lain.

12
5) Prioritas tinggi (high priority)

Program mempunyai prioritas tinggi apabila


feasible baik secara teknis, politik maupun ekonomi,
relevan dengan kebutuhan masyarakat dan mampu
memecahkan masalah kesehatan masyarakat.

2.1.4 Siklus Kebijakan


Membentuk kebijakan bukanlah hal yang mudah, dikarenakan harus
memahami terlebih dahulu masalah atau isu isu yang ada di dalam masyarakat.
Pembuatan kebijakan harus sesuai dengan permasalahan secara langsung,
supaya dampak yang di hasilkan membawa pengaruh dalam permasalahan
tersebut. Disini sebagai contoh permasalahannya adalah kasus Euthanashia.
Euthanasia adalah tindakan mengurangi rasa sakit atau penderitaan yang
dialami seseorang yang akan meninggal. Euthanasia menjadi isu yang
kontroversial karena menimbulkan perdebatan panjang baik secara etika
maupun dari sudut pandang agama. Bagi mereka yang setuju dengan
penjalanan Euthanashia maka akan sepenuhnya mendukung adanya
Euthanasia, namun sebaliknya bagi mereka yang menolak adanya Euthanasia
maka dengan keras menentang adanya Euthanasia. Maka dari itu siklus
kebijakan terutama di dalam bidang kesehatan harus dengan teliti membuat
suatu kebijakan.

Penjelasan komponen dalam Siklus kebijakan, yaitu :

1. Masalah

Permasalahan adalah adanya kasus Euthanashia untuk


mengambil nyawa seseorang yang hidupnya di bantu oleh peralatan
medis, dan dia tidak memberikan tanda tanda untuk bisa sadar kembali.

2. Akar Masalah

Akar permasalahan pada kasus Euthanashia adalah seseorang


yang mengalami sakit terlalu lama, seperti sese orang yang sedang
koma bertahun tahun dan tidak menunjukkan tanda tanda untuk sadar
kembali maka, dari pihak keluarga akan menempuh jalan

13
menggunakan Euthanashia untuk menghentikan penderitaan orang
yang sedang sakit.

3. Opsi Kebijakan

Pengertian dari opsi kebijakan sendiri adalah pilihan atau


kandidat kebijakan yang akan di gunakan atau di pilih untuk dijadikan
suatu kebijakan yang berkaitan dengan kasus Euthanasia. Opsi
kebijakan yang dapat di gunakan sebagai kandidat untuk kasus
Euthanashia adalah:

a. Perencanaan kesehatan supaya berkurangnya kasus Euthanashia.


b. Penentuan kurun waktu berapa lama setelah orang itu tidak
sadarkan diri atau koma untuk di perbolehkan keluarga menempuh
jalan dengan menggunakan jalan Euthanasia.

Antara dua kandidat atau pilihan kebijakan tersebut maka dapat


di pilih salah satu yang cocok untuk di pergunakan dalam kasus
Euthanasia

4. Kebijakan Terpilih

Kebijakan terpilih adalah dari beberapa kandidat atau pilihan


kebijakan di ambil salah satu untuk di jadikan suatu kebijakan baru
yang di tujukan pada Euthanasia. Kebijakan yang terpilih menurut
kami adalah Penentuan kurun waktu berapa lama setelah pasien itu
tidak sadarkan diri atau koma,di perbolehkan keluarga untuk
menempuh jalan Euthanashia, karena adanya kurun waktu dapat
mempertimbangkan antara pengambilan keputusan untuk melakukan
Euthanasia terhadap pasien, contohnya pihak keluarga diperbolehkan
menempuh jalan Euthanasia setelah 3 tahun pasien tidak sadarkan diri.

Siklus Kebijakan menurut policy cycles oleh Muller, Ragnar.,&


Schumann, Wolfgang

Siklus kebijakan adalah sebuah konsep yang telah


dikembangkan dari ilmu menganalisis kebijakan dan didasarkan pada

14
pemahaman dalam keadaan normal perbedaan dapat dibuat antara fase
yang berbeda di proses pembuatan kebijakan yaitu proses pengambilan
keputusan yang mengarah ke pelaksanaan nilai-nilai otoriatif, atau bisa
digunakan untuk menganalisis perkembangan item kebijakan.

Dalam pengambilan keputusan untuk menciptakan sebuah


kebijakan sering melibatkan para ahli dibidangnya. Kebijakan yang
dibuat juga harus memperhatikan berbagai aspek agar kebijakan
tersebut dapat diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat. Salah satu
aspek yang harus diperhatikan yaitu siklus kebijakan. Siklus kebijakan
bisa diartikan sebagai proses dalam pengambilan kebijakan. Beberapa
ilmuwan politiktelah mengidentifikasi sebanyak tujuh tahapan dalam
proses kebijakan, tetapi render paling konvensional hanya
mengutipempat tahapan. Tahapan biasanya diatur secara berurutan,
seperti yang digambarkan di bawah ini.

Terdapat delapan langkang siklus kebijakan yang


dikembangkan secara rinci dalam The Handbook The Australian
Policy Handbook by Peter Bridgman and Glyn Davis yaitu :

1. identifikasi masalah

15
2. analisis kebijakan

3. Konsultasi (yang menembus seluruh proses)

4. pengembangan instrumen kebijakan

5. koordinasi Bangunan dan koalisi

6. Desain Program: Keputusan pembuatan

7. Kebijakan Pelaksanaan

8. Kebijakan Evaluasi

2.1.5 Isu Publik


Isu dalam pemahamannya memiliki makna yang berbeda-beda. Dalam
pembicaraan sehari-hari isu sering diartikan sebagai kabar burung dalam
pemahamannya bagi orang awam, sedangkan dalam analisis kebijakan publik
(public policy analysis) dalam makna yang terkandung bukanlah seperti apa
yang umum dipahami oleh orang awam. Sekalipun harus diakui dalam
berbagai literatur istilah isu itu tidak pernah dirumuskan dengan jelas, namun
sebagai suatu “technical term”, utamanya dalam konteks kebijakan publik,
muatan maknanya lebih kurang sama dengan apa yang kerap disebut sebagai
masalah kebijakan (policy problem). Isu bukan hanya mengandung makna
adanya masalah atau ancaman, tetapi juga peluang-peluang bagi tindakan
positif tertentu dan kecenderungan-kecenderungan yang dipersiapkan sebagai
memiliki nilai potensial yang signifikan
Dun dan Wahab mengatakan bahwa: “Isu kebijakan dengan lazimnya
merupakan produk atau fungsi dari adanya perdebatan baik tentang rumusan,
rincian, penjelasan, maupun penilaian atas suatu masalah tertentu”.
Sedangkan menurut pemahaman dari Alford dan Friedland
dalamWahab yang menyatakan bahwa: “Isu merupakan kebijakan-kebijakan
alternatif, atau suatu proses yang dimaksudkan untuk menciptakan kebijakan
baru, atau kesadaran suatu kelompok mengenai kebijakan-kebijakan tertentu
yang dianggap bermanfaat bagi mereka.”

16
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas maka isu merupakan
masalah bahwa yang timbul dari adanya perbedaan permasalahan yang
memiliki potensi yang berbeda-beda dalam penanganannya di suatu masalah.
Singkatnya timbulnya isu kebijakan publik terutama karena telah terjadi
konflik atau perbedaan persepsi diantara para aktor atau situasi problematik
yang dihiadapi oleh masyarakat pada waktu tertentu.

2.2 Pengertian, Tahapan Analisis dan Permasalahan Isu Publik


2.2.1 Pengertian Permasalahan Publik
Masalah adalah suatu kondisi atau keadaan yang tidak diinginkan atau
menimbulkan ketidakpuasan baik pada individu, kelompok atau keseluruhan
masyarakat.

Masalah publik adalah masalah-masalah yang memiliki dampak sangat


luas bagimasyarakat dan mencakup konsekuensi-konsekuensi tertentu bagi orang-
orang yang tidak secara langsung terlibat dengan masalah tersebut. Menurut
Theodore Lowi (1964), masalah publik dapat dibedakan kedalam:

1. Masalah prosedural, dan masalah substantif


2. Berdasarkan asal-usul masalah
3. Berdasarkan jumlah orang yang dipengaruhi serta hubungannya
antara satu dengan yang lain

Charles O. Jones (1996) menyatakan bahwa “masalah” adalah kebutuhan-


kebutuhan manusia yang perlu di atasi, sedangkan “issu” adalah masalah-masalah
umum yang bertentangansatu sama lain (Contraversial Public Problems). Charles
“Jones menyatakan bahwa not all problems become public, not all public
problems became issues, and not all issues are acted on in government.” (tidak
semua masalah dapat menjadi masalah umum/public, dan tidak semua masalah
public dapat menjadi issu, dan tidak semua issu dapat menjadi agenda
pemerintah).

Isu kebijakan publik sangat penting dibahas untuk membedakan istilah


yang dipahami awamdalam perbincangan sehari-hari yang sering diartika sebagai
”kabar burung”. Isu dalam sebuahkebijakan sarat memiliki lingkup yang luas

17
yang meliputi berbagai persoalan yang ada di tengahmasyarakat. Oleh karenanya
Sekalipun harus diakui dalam pelbagai literatur istilah isu itu tidak pernah
dirumuskan dengan jelas, namun sebagai suatu "technical term'” utamanya dalam
konteks kebijakan publik, muatan maknanya lebih kurang sama dengan apa yang
kerap disebut sebagai "masalah kebijakan" (policy problem). Dalam analisis
kebijakan publik, konsep ini menempati posisisentral. Hal ini mungkin ada
kaitannya dengan fakta, bahwa proses pembuatan kebijakan publik apa pun pada
umumnya berawal dari adanya awareness of a problem (kesadaran akan adanya
masalah tertentu).

2.2.2 Tahapan Analisis Permasalahan Isu Publik


1. Menurut Efrey Liker
“analysis is a time to gather evidence, to find the source of a problem,
which is the root”. Artinya, analisa merupakan waktu untuk
mengumpulkan bukti, untuk menemukan sumber suatu masalah, yaitu
akarnya.
2. Menurut Anne Gregory
“analysis is the first step of the planning process”. Artinya, analisis
adalah langkah pertama dari proses perencanaan.
3. Menurut Robert J. Schreiter tahun 1991
“analysis is reading the text, which melikalisasikan signs put signs in
dynamic interaction, and the messages are delivered”. Artinya,
analisa merupakan membaca teks, yang melikalisasikan tanda-tanda
yang menempatkan tanda-tanda itu dalam interaksi yang dinamis, dan
pesan-pesan yang disampaikan

18
Tipe analisis kebijakan dikategorikan menjadi dua tipe yaitu:

1. Tipe analisis akademis. Tipe analisis ini berfokus pada hubungan antara
faktor determinan utama dengan isi kebijakan dan berusaha untuk
menjelaskan hakikat, karakteristik dan profil kebijakan dan bersifat
komparatif baik dari segi waktu maupun segi subtansi.
2. Tipe analisis terapan. Tipe analisis ini lebih memfokuskan diri pada
hubungan isi kebijakan dengan dampak kebijakan serta lebih berorientasi
pada evaluasi kebijakan dan bertujuan untuk menemukan alternatif lebih
baik dan bisa menggantikan kebijakan yang sedang dianalisis.

Analisis Permasalahan Isu Publik

Dalam pembuatan kebijakan hendaknya didasarkan pada analisis


kebijakan yang baik, sehingga dapat menghasilkan kebijakan yang baik pula. Ada
tiga hal pokok yang perlu diperhatikan dalam analisis Permasalahan Isu Publik
yaitu :

19
1. Fokus utamanya adalah mengenai penjelasan kebijakan bukan mengenai
anjuran kebijakan yang pantas.
2. Sebab-sebab dan konsekuensi dari kebijakan-kebijakan publik diselidiki
dengan teliti dan dengan menggunakan metodologi ilmiah.
3. Analisis dilakukan dalam rangka mengembangkan teoriteori umum yang
dapat diandalkan tentang kebijakan-kebijakan publik dan pembentuknya.
Sehingga dapat diterapkannya terhadap lembaga-lembaga dan bidang-
bidang kebijakan yang berbeda. Dengan demikian analisis kebijakan dapat
bersifat ilmiah dan relevan bagi masalah-masalah politik dan sosial

2.2.3 Permasalahan Isu Publik


Makna isu publik kurang lebih sama dengan “masalah kebijakan”.
Dalam kajian kebijakan publik, konsep ini menempati posisi netral. Sebab
proses kebijakan publik pada umumnya berawal dari adanya kesadaran akan
adanya masalah tertentu.
Dilihat dari peringkatnya, isu dapat dikategorikan menjadi empat,
yaitu:

1) Isu Utama, adalah isu yang amat penting untuk diselesaikan dan harus
secepatnya diselesaikan. Jika isu ini berlanjut akan menyebabkan
dampak yang mengancam.

2) Isu Sekunder, adalah isu yang penting namun tingkatannya masih


dibawah isu utama. Namun harus diselesaikan juga, meski dampaknya
tidak separah isu utama.

3) Isu Fungsional, adalah isu yang cukup penting dan perlu diselesaikan.

4) Isu Minor, adalah isu yang tidak terlalu penting dan tidak begitu
mengancam, namun juga harus diselesaikan.

Kategori di atas menjelaskan kepentingan suatu isu tergantung atas


peringkat yang dimilikinya.. Namun, perlu kiranya diketaui bahwa kategori
diatas hendaknya tidak dipahami secara kaku. Sebab dalam prakteknya,
masing-masing peringkat isu tadi dapat tumpang tindih, atau suatu isu
sekunder suatu saat dapat menjadi isu utama.

20
Kriteria isu yang mendapatkan respon dari pembuat kebijakan, antara lain:
1) Isu tersebut telah mencapai suatu titik krisis tertentu, sehingga praktis
tidak dapat diabaikan begitu saja. Atau telah dipersepsikan sebagai
ancaman serius yang jika tidak diselesaikan akan mendatangkan
masalah baru di kemudian hari.

2) Isu tersebut telah mencapai tingkat partikularitas tertentu yang dapat


menimbulkan dampak yang bersifat dramatis.

3) Isu tersebut telah mencapai emosi tertentu yang menyangkut


kepentingan orang banyak.

4) Isu tersebut telah mencapai dampak yang meluas.

2.3 Tujuan, Peran dan Fungsi Kebijakan


2.3.1 Tujuan Kebijakan
Tujuan Kebijakan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan untuk hidup secara aman damai dan sejahtera. Tujuan kebijakan
dalam bidang kesehatan adalah upaya hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya
masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai penduduk yang hidup
dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik
Indonesia. Adapun tujuan utama yaitu :
1. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri
dalam bidang kesehatan.
2. Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan.
3. Peningkatan status gizi masyarakat.
4. Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).
5. Pengembangan keluarga sehat sejahtera

21
2.3.2 Peran dan fungsi Kebijakan
Peran dan fungsi kebijakan adalah sebagai pengatur dan sebagai pedoman
dalam menjalankan program-program yang telah di buat oleh pemerintah yang
berwenang. Pada kebijakan kesehatan, peran dan fungsi kebijakan kesehatan
itu sama namun dalam lingkup yang meliputi bidang kesehatan. Bidang
kesehatan tidak bisa lepas dari aspek politik dan pemerintahan, maka dari itu
setiap pengajuan program kerja tidak boleh melenceng dari kebijakan-
kebijakan yang sudah ada. Begitupun kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
yang dibuat tidak boleh merugikan salah satu pihak. Dalam strategi kesehatan
menurut Ottawa charter salah satunya “Build healthy public policy” yang
berarti pemerintah seharusnya membuat kebijakan yang berorientasi pada
aspek kesehatan. Contohnya saja kebijakan pemerintah tentang kelengkapan
berkendara sepeda motor bahwa setiap pengendara sepeda motor wajib
menggunakan helm hal ini menunjukkan bahwa peraturan dan kebijakan yang
tidak berhubungan langsung dengan bidang kesehatan tetapi berorientasi pada
kesehata khususnya keselamatan para pengendara. Pembangunan kesehatan
yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia
yang produktif secara sosial dan ekonomis.

2.4 Kebijakan Di Bidang Kesehatan Masyarakat dan Implementas Kebijakan


2.4.1 Contoh Kebijakan Bidang Kesehatan Masyarakat
Pemerintah memiliki banyak kebijakan, contoh kebijakan pemerintah
di bidang kesehatan yaitu:

1. Menyelenggarakan Jamkesmas
Penggadaan jamkesnas ini sangat di hargai oleh masyarakat,
terutama masyarakat miskin. Para masyarakat sangat senang, karena
dengan jamkesnas ini biaya untuk perawatan di rumah sakit tidak di
bayar oleh masyarakat yang kurang mampu.Pada awal
penyelenggaraan program ini pemerintah sedikit mengalami kesulitan.
Karena banyak kita ketahui masyarakat banyak yang melakukan
penipuan, karena mengaku bahwa mereka adalah orang yang kurang

22
mampu sehingga mereka dapat berobat secara gratis. Dan ini dapat
menghalangi hak warga yang memang benar-benarr mengalami
kesulitan dalam hal biaya pengobatan dan perawatan di rumah sakit.

2. Menyelenggarakan ASKES

Askes merupakan asuransi kesehatan. Askes ini dapat di miliki


oleh siapa pun dengan cara gajinya di potong oleh pemerintah . cara
ini di gunakan sehingga gaji yang di potong sedikitnya dapat menjadi
tabungan, sehinnga dapat membantu meringankan biaya perawatan di
rumah sakit. Askes dapat berlaku di rumah sakit negeri maupun
swasta.cara untuk memeperoleh askes yaitu foto copy ktp, kartu
pegawai, daftar gaji, akte kelahiran. Biaya perawatan untuk askes
gratis. Askes hampir sama dengan jamkesnas tapi kalau jamkesnas
hanya di berikan untuk orang yang tidak mamou sedangkan askes
untuk orang yang memiliki pekerjaan.

3. Melakukan penyemprotan terhadap bibit penyakit

Penyakit sangat cepat penyebaran dan pertumbuhannya. Sehingga


pemerintah setiap 3 atau 6 bulan melakukan penyemprotan di setiap
wilayah secara bergiliran untuk memusnahkan bibit penyakit.
Penyemprotan biasanya di lakukan di selokan air, di tempat sampah ,
di kandang hewan peliharaan dan di rumah masyarakat. Selain
melakukan penyemprotan, pemerintah juga biasanya melakukan
pemeriksaan terhadap masyarakat agar tidak terjangkit wabah
penyakit dan apabila ada warga yang terjangkita penyakit agar di
tangani dengan cepat, agar tidak menula ke warga yang lain.Selain itu,
pola hidup sehat dan bersih harus di lakukan oleh warga agar tidak
mudah terserang penyakit.

23
4. Mendirikan panti rehabilitasi

Panti rehabilitasi merupakan tempat bagi orang yang tersandung


kasus narkoba. Dimana di tempat ini para pecandu di asuh dan di ajari
untuk jera dari narkoba. Hal-hal yang biasa di lakukan yaitu dengan
melakukan olahraga, mengerjakan pekerjaan rumah, dan melakukan
terapi. Waktu yang biasanya di butuhkan untuk menyembuhkan para
pecandu sekitar 3 sampai 6 bulan, terkadang lebih juga. Ini semua
tergantung dari kemauan para pecandu untuk terbebas dari narkoba ini.
Seperti yang kita ketahui bahwa narkoba ini sanagt berbahay bagi
kesahatan manusia. Narkoba dapat menyerang semua organ tubuh
secara perlahan dan bias menyebabakann kematia jika terlambat untuk
memperoleh narkoba ini. Ketika orang memakai narkoba dapat
membuat mereka menjadi menghayal dan menenangkan pikiran
mereka yang sedang mengalami banyak masalah. Namun cara ini
sangat fatal, jika kita tertimpa musibah sebaiknya kita cerita kepada
teman atau pergi ke sebuah tempat untuk menyegarkan kembali
pikiran kita.Pemakaian narkoba dapat membuat orang menjadi gila
dan menjadi seorang pencuri, karena apabila kehabisan narkoba para
pemakai mengamuk dan mengambil semua barang- barang yang ada
di rumahnya untuk di jual agar bias membeli narkoba. Sebenarnya
narkoba di gunakan untuk membius pasien yang akan di operasi ,
namun dengan aturan dosis yang tepat.

5. Melakukan penanaman seribu pohon

Pohon merupakan tempat berlindung. Gerakan seribu pohon


sangat berguna untuk kesehatan. Karena apabila pohon tidak ada,
maka udara kotor itu tidak ada yang menyerap dan dapat menjadi
sebuah polusi udara yang dapat menjadi toksin dan menyebabkan
penyakit. Karena pohon akan mengubah karbondioksida menjadi
oksigen. Dimana oksigen sangat di butuhkan oleh manusia untuk
bernapas. Dimana karbondioksida di gunakan untuk membantu proses
fotosintesis sehingga dapat menghasilkan oksigen.pemerintah tekah

24
banyak melakukan npenanaman pohon ke setiap daerah. Tapi
penanaman ini biasanya di lakukan di hutan maupun di pegunungan
guna untuk mencegah banjir dan longsor, karena di hutan maupun
gunung banyak pohon yang di tebang secara liar dan di rusak begitu
saja oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan tidak peduli
terhadap kelestarian lingkungan.

6. Mengadakan program imunisasi

Imunisasi biasanya di berikan kepada bayi ketika mereka lahir.


Pemberian imunisasi ini berguna untuk membarikan perlindungan
terhadap berbagai penyakit.selain itu pemberian imunisasi juga untuk
kekebalan tubuh, menjaga imun tubuh dan membuat para anak
menjadi tumbuh besar dan menjadi anak yang sehat. Banyak anak
khususnya di Indonesia mengalami penyakit akibat tidak melakukan
imunisasi. Namun dalam pemberian imunisasi ini harus berhati-hati
dan sesuai takarannya. Apanila berlebihan akan menyebabkan
kematian. Usaha pemerintah dalam hal ini sangat di dukung oleh
badan kesehatan, karena memberikan kesadaran kepada para ornag tua
untuk melakukan imunisasi setiap bulan kepada para bayi. Dan
pemberian imunisasi ini di berikan secara gratis.

2.4.2 Implementasi Kebijakan


Implementasi kebijakan merupakan proses kegiatan adminsitratif yang
dilakukan setelah kebijakan ditetapkan dan disetujui. Kegiatan ini terletak di
antara perumusan kebijakan dan evaluasi kebijakan. Implementasi kebijakan
mengandung logika top down, maksudnya menurunkan atau menafsirkan
alternatif-alternatif yang masih abstrak atau makro menjadi alternatif yang
bersifat konkrit atau mikro. Implementasi kebijakan melibatkan menempatkan
kebijakan yang ditempuh berlaku. keberhasilan pelaksanaan tergantung pada
tiga unsur, yaitu :

1. Pertama, kebijakan harus diturunkan dari presiden atau negara dan pejabat
pemerintah daerah kepada instansi yang tepat dalam birokrasi
pemerintahan. Dengan demikian, kebijakan yang dirancang untuk

25
menegakkan keselamatan lalu lintas dengan menebang pada jumlah
pengemudi mabuk akan diwariskan kepada aparat penegak hukum untuk
implementasi. Bila tidak ada lembaga yang ada memiliki kemampuan
untuk melaksanakan kebijakan yang diberikan, lembaga baru harus
didirikan dan dikelola. Hal ini tercermin paling jelas dalam "sup alfabet"
lembaga yang dibentuk oleh Franklin D. Roosevelt di bawah New Deal.
2. Unsur kedua penting untuk implementasi kebijakan yang efektif adalah
interpretasi yang jelas. Dengan kata lain, maksud legislatif harus
diterjemahkan ke dalam aturan operasi dan pedoman. Terlalu banyak
ambiguitas dalam tahap ini dapat menyebabkan keterlibatan pengadilan
yang akan memaksa legislator untuk memperjelas tujuan mereka dan
berarti untuk implementasi kebijakan. Pengadilan dapat menolak
pelaksanaan kebijakan di mana niat legislatif tidak dapat secara efektif
diterjemahkan ke dalam aturan operasi yang sesuai dan pedoman.
3. Elemen terakhir yang diperlukan dalam implementasi kebijakan yang
efektif juga sulit untuk dicapai. Dedikasi sumber daya untuk menerapkan
kebijakan di bawah elemen pertama harus bergabung dengan koordinasi
kebijakan dengan operasi yang sedang berlangsung. Dengan kata lain,
sebuah inisiatif baru atau instansi tidak harus menimbulkan persaingan
yang berlebihan atau ketidaksetujuan dengan inisiatif atau lembaga yang
ada.

Selain unsur-unsur tersebut, implementasi kebijakan lebih lanjut


bisa rumit ketika kebijakan diturunkan ke lembaga tanpa banyak arah.
perumusan kebijakan seringkali merupakan hasil kompromi dan
penggunaan simbolik politik. Oleh karena itu, pelaksanaan membebankan
sejumlah besar baik kebijaksanaan dan kebingungan dalam lembaga yang
mengelola kebijakan. Selain itu, ketidakmampuan birokrasi, kebodohan,
dan skandal dapat mempersulit proses implementasi kebijakan.

Masalah di atas dengan implementasi kebijakan telah


mengakibatkan beberapa ahli menyimpulkan bahwa inisiatif kebijakan
baru akan baik gagal untuk turun tanah atau akan memakan waktu yang

26
cukup untuk ditetapkan. Aspek yang paling mengejutkan dari proses
kebijakan mungkin bahwa kebijakan diimplementasikan sama sekali

Terdapat beberapa pelajaran yang bisa diambil dari kesuksesan


sebuah kebijakan, yaitu:

1) Jika kebijakan publik didesain tidak berdasar kerangka dan acuan teori
yang kuat dan jelas, maka implementasinya akan terganggu.
2) Antara kebijakan dan implementasi harus disusun suatu korelasi yang
jelas sehingga konsekuensi yang diinginkanpun jelas.
3) Implementasi kebijakan publik akan gagal jika terlalu banyak lembaga
yang bermain.
4) Sosialisasi kebijakan kepada mereka yang akan melaksanakan
kebijakan sangatlah penting karena akan sangat mempengaruhi
keberhasilan implementasi.
5) Evaluasi kebijakan secara terus menerus (monitoring) terhadap sebuah
kebijakan sangatlah krusial karena sebuah kebijakan akan berevolusi
menjadi baik dan efisien jika ada evaluasi yang terus menerus dan
berkesinambungan.
6) Untuk berhasil dengan baik, pembuat kebijakan publik harus menaruh
perhatian yang sama terhadap implementasi dan perumusan kebijakan.
7) Prof. Graeme Hugo (2002) menyatakan bahwa terlalu banyak bukti
yang menunjukkan bahwa kebijakan publik di Indonesia sebagian
besar perhatian ditujukan pada bagaimana kebijakan publik dibuat,
bukan pada bagaimana implementasi kebijakan dikelola dan diawasi
dengan baik. Contoh dari hal ini adalah : pemberantasan korupsi, JPS,
maupun bantuan masyarakat miskin. Jika ditinjau dari segi pelayanan,
maka sebagai lembaga yang memberikan pelayanan pendidikan maka
keberhasilan implementasi kebijakan di sekolah dapat pula diukur dari
segi pelayanan yang dihasilkan.

27
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi Kebijakan

Dalam proses implementasi sebuah kebijakan, para ahli mengidentifikasi


berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi sebuah
kebijakan. Dari kumpulan faktor tersebut bisa kita tarik benang merah faktor yang
mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan publik. Faktor-faktor
tersebut adalah:

1. Isi atau content kebijakan tersebut. Kebijakan yang baik dari sisi content
setidaknya mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: jelas, tidak distorsif,
didukung oleh dasar teori yang teruji, mudah dikomunikasikan ke kelompok
target, didukung oleh sumberdaya baik manusia maupun finansial yang baik.
2. Implementator dan kelompok target. Pelaksanaan implementasi kebijakan
tergantung pada badan pelaksana kebijakan (implementator) dan kelompok
target (target groups). Implementator harus mempunyai kapabilitas,
kompetensi, komitmen dan konsistensi untuk melaksanakan sebuah kebijakan
sesuai dengan arahan dari penentu kebijakan (policy makers), selain itu,
kelompok target yang terdidik dan relatif homogen akan lebih mudah
menerima sebuah kebijakan daripada kelompok yang tertutup, tradisional dan
heterogen. Lebih lanjut, kelompok target yang merupakan bagian besar dari
populasi juga akan lebih mempersulit keberhasilan implementasi kebijakan.
3. Lingkungan. Keadaan sosial-ekonomi, politik, dukungan publik maupun
kultur populasi tempat sebuah kebijakan diimplementasikan juga akan
mempengaruhi keberhasilan kebijakan publik. Kondisi sosial-ekonomi sebuah
masyarakat yang maju, sistem politik yang stabil dan demokratis, dukungan
baik dari konstituen maupun elit penguasa, dan budaya keseharian masyarakat
yang mendukung akan mempermudah implementasi sebuah kebijakan.

28
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Policy means a series of concepts and principles is an outline and basic plan in
execution of a job, leadership, and how to act within the scope of government,
organization. The role and function in health policy is as a regulator and as a guide in
implementing health programs. Policy or user policy is often equated confused with other
terms such as objectives (goals), programs, decisions, laws - laws, provisions - provisions,
the proposal rancangn -usulan or large. While understanding the policy according to the
union of the nation -bangsa are the guidelines for action, include guidelines that are simple
to complex, bersufat general or specific, based on the broad and narrow, transparent and
obscure (not clear), detailed and global.

Policy approaches to decision makers so that they receive commited and finally
they are willing to issue a policy or decisions to assist and support programs to be
implemented, as: political lobbying, presentations, Media, associations enthusiasts,
Explanation of components in the policy cycle, namely: Problems, Root of the Problem,
Policy Options, and Selected Policy. Then it is a problem that arises from the difference
in the problems that have the potential to vary in handling in an issue. Problems Seen
from the Public Issues ranking, the issue can be categorized into four, namely:Key Issues,
Secondary Issues, Functional Issue, and Minor Issues. Implementation of the policy is a
process of administrative activities conducted after the policy defined and approved. This
activity is situated between policy formulation and policy evaluation. Examples of Public
Health Policy, the Government has many policies, examples of government policies in
the health sector, as; Organizing Jamkesmas society, Organizing Askes, Establishing the
rehab, spraying against germs, planting a thousand trees, Conducting immunization
program.

29
DAFTAR PUSTAKA
Boundless. “Policy Implementation. “Boundless Political Science. Boundless, 20 May
2016. Retrieved 26 May 2016 from
https://www.boundless.com/politicalscience/textbooks/boundless-political-
science textbook/domestic-policy-15/thepolicy-making-process-95/policy-
implementation516-6175/

Departemen Kesehatan. 2015. “Rencana Strategis Kemenkes Tahun 2015-2019”.


Retrieved 26 May 2016 from http://www.depkes.go.id/resources/download/info-
publik/Renstra2015.pdf

Department of the Navy Total Quality Leadership Office. 2000. Public Policy. Jefferson
Davis Highway : Arlington, Virginia.
Harahap, R. .2014. ”Kebijakan Publik”. Retrieved 26 may 2016 from
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39979/4/Chapter%20II.pdf

Kencana, Desak.2012.”Kebijakan Pemerintah Di Bidang Kesehatan”. Retrieved 26 May


2016 from https://www.scribd.com/doc/112697024/Kebijakan-Pemerintah-Di-
Bidang-Kesehatan

Norton, Sarah dan Waldman, Neil.1992. Content Kanada. 2.nd.ed. Toronto: Holt,
Rinehart Winston. Kanada
Rahim, Supli. 2011. ”Menguak Permasalahan Kebijakan Publik di Negeri Tercinta”
http://www.kompasiana.com/suplieffendirahim/menguak-permasalahan-
kebijakan-publik-di-negeri-tercinta_550996d6a33311af4d2e3a6c

30

Vous aimerez peut-être aussi