Vous êtes sur la page 1sur 19

LAPORAN PRAKTIKUM AUDIT ENERGI

PENCAHAYAAN
Ditunjukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Audit Energi

Dosen Pembimbing :
Ir. Conny K. Wachjoe M.Eng., Ph.D

Disusun Oleh :
Cipta Tri Satria Bakti
151734006
D4 – Teknik Konservasi Energi

JURUSAN TEKNIK KONVERSI ENERGI


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Cahaya bisa dikatakan sebagai suatu bagian yang mutlak dari kehidupan
manisia. Sejak dimulainya peradaban hingga sekarang, manusia memang sangat
membutuhkan cahaya, dari mulai menciptakan cahaya dari api hingga lampu dari
sumber energi listrik. Setiap hari manusia terlibat pada suatu kondisi lingkungan
kerja yang berbeda-beda dimana perbedaan kondisi tersebut sangat mempengaruhi
terhadap kemampuan manusia. Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya
dengan baik dan mencapai hasil yang optimal apabila lingkungan kerjanya
mendukung. Salah satunya adalah pencahayaan yang baik.
Perkiraan menunjukan bahwa rata-rata pemakaian energi oleh penerangan
adalah 20 - 45% untuk pemakaian energi total oleh bangunan komersial dan sekitar
3 - 10% untuk pemakaian energi total oleh plant industri. Pada pemakaiannya,
pencahayaan merupakan salah satu sector yang dapat di maksimalkan pada
penggunaan energinya. Beberapa dekade terakhir, banyak bermunculan jenis – jenis
lampu lain dengan keunggulannya masing-masing. Untuk mengetahui kinerja dari
berbagai jenis lampu sebagai pencahayaan, dibutuhkan proses Audit energi terhadap
lampu tersebut.
Proses Audit Energi terhadap lampu diperlukan untuk mendapatkan data
yang diperlukan mengenai lampu tersebut, dimulai dari kelistrikan lampu tersebut
dan dari intensitas cahayanya. Dengan begitu dapat diketahui karakteristik –
karakteristik dari berbagai jenis lampu yang diuji dan dapat dibandingkan dengan
standar yang ada sehingga kinerja lampu tersebut dapat dievaluasi.

1.2. Tujuan
Setelah melakukan praktikum, mahasiswa diharapkan dapat :
 Menjelaskan prinsip kerja sistem pencahayaan
 Menjelaskan alat yang diperlukan untuk pengukuran sistem pencahayaan
 Melakukan pengukuran pada sistem pencahayaan
 Menginterpretasi data pengukuran sistem pencahayaan
 Menampilkan profil energi sistem pencahayaan
 Menghitung kinerja sistem pencahayaan
 Mencari peluang penghematan pada sistem pencahayaan
 Melaporkan hasil audit sistem pencahayaan
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Cahaya
Cahaya merupakan suatu bentuk energi yang sangat penting yang dibutuhkan
oleh seluruh makhluk hidup yang ada di bumi. Tanpa adanya cahaya kehidupan di
bumi pun dipastikan tidak dapat berjalan sempurna. Semua makhluk hidup
menggantungkan hidupnya baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap
keberadaan cahaya.
Abu Ali Hasan Ibn Al-Haitham /Alhazen (965-1040), menganggap bahwa
sinar cahaya adalah kumpulan partikel kecil yang bergerak pada kecepatan tertentu.
Lalu, cahaya menurut Newton (1642 - 1727) terdiri dari partikel-partikel ringan
berukuran sangat kecil yang dipancarkan oleh sumbernya ke segala arah dengan
kecepatan yang sangat tinggi. Sementara menurut Huygens ( 1629 - 1695), cahaya
adalah gelombang seperti halnya bunyi. Perbedaan antara keduanya hanya pada
frekuensi dan panjang gelombangnya saja.
Berdasarkan penelitian-penelitian lebih lanjut, cahaya merupakan suatu
gelombang elektromagnetik yang dalam kondisi tertentu dapat berkelakuan seperti
suatu partikel. Gelombang elektromagnetik merupakan gelombang yang tidak
memerlukan medium untuk merambat, sehingga cahaya dapat merambat tanpa
memerlukan medium. Oleh karena itu, cahaya matahari dapat sampai ke bumi dan
memberi kehidupan di dalamnya. Cahaya merambat dengan sangat cepat, yaitu
dengan kecepatan 3 × 108 m/s, artinya dalam waktu satu sekon cahaya dapat
menempuh jarak 300.000.000 m atau 300.000 km.

Fenomena pancaran cahaya dari suatu benda bisa terjadi dari fenomena:
a. Pijar, zat padat dan cair memancarkan radiasi yang dapat dilihat bila dipanaskan
sampai suhu 1000K. Intensitas meningkat dan penampakan menjadi semakin
putih jika suhu naik.
b. Muatan Listrik, Jika arus listrik dilewatkan melalui gas maka atom dan molekul
memancarkan radiasi dimana spektrumnya merupakan karakteristik dari elemen
yang ada.
c. Electro luminescence, Cahaya dihasilkan jika arus listrik dilewatkan melalui
padatan tertentu seperti semikonduktor atau bahan yang mengandung fosfor.
d. Photoluminescence, Radiasi pada salah satu panjang gelombang diserap,
biasanya oleh suatu padatan, dan dipancarkan kembali pada berbagai panjang
gelombang. Bila radiasi yang dipancarkan kembali tersebut merupakan
fenomena yang dapat terlihat maka radiasi tersebut disebut fluorescence atau
phosphorescence.

2.2. Intensitas Cahaya


2.2.1. Intensitas Cahaya (Luminous Intensity)
Menurut sejarah, sumber cahaya buatan adalah lilin (candela).
Candela dengan singkatan Cd ini merupakan satuan Intensitas Cahaya (I) dari
sebuah sumber yang memancarkan energi cahaya ke segala arah.

Gambar 1. Contoh Lilin menyinari buku

2.2.2. Fluks Cahaya (Luminous Flux)


Adalah jumlah cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya.
Lambang fluks cahaya adalah F atau Φ dan satuannya dalam lumen (lm).
Satu lumen adalah fluks cahaya yang dipancarkan dalam 1 steradian dari
sebuah sumber cahaya 1 cd pada pemukaan bola dengan jari-jari R = 1m.

Gambar 2. Fluks Cahaya

Jika fluks cahaya dikaitkan dengan daya listrik maka : Satu watt
cahaya dengan panjang gelombang 555mU sama nilainya dengan 680 lumen.
Jadi dengan Lamda = 555mU, maka 1 watt cahaya = 680 lumen.
2.2.3. Luminasi (Luminance)
Adalah suatu ukuran terangnya suatu benda baik pada sumber cahaya
maupun pada suatu permukaan. Luminasi yang terlalu besar akan
menyilaukan mata (contoh lampu pijar tanpa amatur). Luminasi suatu
sumber cahaya dan suatu permukaan yang memantulkan cahayanya adalah
intensitasnya dibagi dengan luas semua permukaan. Sedangkan luas semua
permukaan adalah luas proyeksi sumber cahaya pada suatu bidang rata yang
tegak lurus pada arah pandang, jadi bukan permukaan seluruhnya.
Luminansi dapat di tulis dengan persamaan :
I
L=
As
Dimana :
L = Luminasi (cd/m2) As = Luas semua permukaan (m2)
I = Intensitas cahaya (dc)

2.2.4. Iluminasi (Iluminance)


Iluminasi sering di sebut juga intensitas penerangan atau kekuatan
penerangan atau dalam BSN di sebut Tingkat Pencahayaan pada suatu bidang
adalah fluks cahaya yang menyinari permukaan suatu bidang. Lambang
iluminasi adalah E dengan satuan lux (lx).
Tingkat pencahayaan digunakan untuk menentukan kualitas
pencahayaan pada setiap ruangan sesuai dengan fungsinya. Tingkat
pencahayaan ini juga dapat dilakukan dengan cara pengukuran langsung
menggunakan alat ukur luxmeter, sehingga dapat langsung diketahui nilai
tingkat pencahayaan pada suatu bidang kerja tertentu.

Gambar 2. Iluminasi
Nilai Iluminasi dapat diketahui dari persamaan :

𝐹
𝐸=
𝐴
Keterangan :
E : Intensitas penerangan (lux) F : Fluks cahaya (luman)
A : Luas bidang kerja (m2)

2.2.5. Efikasi
Adalah rentang angka perbandingan antara fluks cahaya (lumen)
dengan daya listrik suatu sumber cahaya (watt), dalam satuan lumen/watt.
Efikasi juga disebut fluks cahaya spesifik. Tabel berikut ini menunjukkan
efikasi dari macam-macam lampu. Efikasi ini biasanya didapat pada data
katalog dari suatu produk lampu. Nilai efikasi ini berbanding lurus dengan
efisiensi lampu, sesuai persamaan berikut :

𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 (𝑐𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎) 𝐸 (𝑖𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑐𝑎ha𝑦𝑎𝑎𝑛)


𝑒𝑓𝑓 = =
𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 (𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡) 𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑐𝑎h𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛

𝑃
Dimana: Daya Pencahayaan =
𝐴

Untuk mengetahui daya pencahayaan (efikasi) didapatkan dari nilai


tingkat pencahayaan dari luxmeter dibagi dengan daya terukur yang
ditunjukan oleh voltmeter dan amperemeter.

2.3. Jenis – Jenis Pencahayaan


Jenis pencahayaan yang sering kita gunakan adalah lampu yang
menggunakan energy listrik. Berikut jenis-jenis lampu yang biasa digunakan :

 Lampu Pijar
Dikembangkan Thomas Alfa Edison, memakai filamen tungsten, sejenis
kawat pijar dalam bola kaca terisi gas nitrogen, kripton, argon, hidrogen. Lampu
pijar ini memakai energi lebih banyak daripada lampu TL dengan tingkat cahaya
setara. Biasanya kebanyakan orang memakai bohlam ini karena cahaya yang
dihasilkan. Warna kuning bohlam ini terasa hangat. Dan orang memakai bohlam ini
karena harganya yang murah. Cahaya yang dihasilkan lampu pijar ini berwarna
kuning.
Efikasi : 12 - 17 lumen/Watt
Temperatur lampu : hangat (2500-2700K)
Umur lampu : 1000-2000 jam (3-4 Bulan)
 Lampu Fluorescent (Lampu TL)
Sering disebut lampu neon. Sekarang ini lampu neon bentuknya bervariasi,
ada yang memanjang umum, berbentuk ulir atau spiral, dan ada yang berbentuk
vertikal dengan fitting (instalasi KAP lampu) persis lampu pijar. Lampu TL lebih irit
energi dibandingkan lampu pijar, dan lebih terang.
Efficacy = 45 - 60 lumens/Watt
Suhu Warna = Hangat, Menengah
Umur Lampu = 7000-10.000 jam

 Lampu Halogen
Lampu halogen biasanya memiliki reflektor (cermin dibelakangnya) untuk
memperkuat cahaya yang keluar. Fittingnya biasanya khusus, namun saat ini ada
pula yang dengan jenis fitting biasa. Lampu jenis ini merupakan lampu spot yang
baik. Lampu spot adalah lampu yang cahayanya mengarah ke satu area saja,
misalnya lampu untuk menerangi benda seni secara terfokus. Lampu ini baik untuk
digunakan sebagai penerangan taman untuk membuat kesan dramatis dari
pencahayaan terpusat seperti menerangi patung, tanaman, kolam atau area lainnya.
Jenis lampu ini sebenarnya merupakan lampu filamen yang sudah berhasil
dikembangkan menjadi lebih terang, namun juga kebutuhan energi (watt) yang
relatif sama.
Efficacy = 18 - 24 lumens/Watt
Suhu Warna = 3000 – 6000 K
Umur Lampu = 2000 - 4000 jam
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1. Waktu dan Tempat


Percobaan ini dilaksanakan pada :
Waktu : 13.00 – 15.00 WIB
Tanggal : Kamis, 8 Maret 2018
Tempat : Lab Konservasi Energi, Gedung U Politeknik Negeri Bandung

3.2. Alat dan Bahan


1. Rangkaian Percobaan Penerangan Lampu
2. Lampu (Jenis Pijar, Halogen, TL)
3. Alat Ukur Pencahayaan (Luxmeter)
4. Alat Ukur Kelistrikan (Ampermeter, Voltmeter, Wattmeter)
5. Alat ukur panjang (Meteran)

3.3. Prosedur Kerja


1. Siapkan alat ukur dan table pengamatan!
2. Ukur luas ruangan! Dan Identifikasi kondisi ruangan! Termasuk kondisi cuaca,
armature yang digunakan, jumlah lampu, jenis lampu dan daya lampu terpasang,
serta grouping/pengelompokan lampu.
3. Ukur intensitas pencahayaan alami (lampu off) dan di beberapa titik!
4. Ukur intensitas pencahayaan total (lampu on) di beberapa titik!
5. Ukur daya listrik yang dibutuhkan untuk pencahayaan!
6. Pencatatan data setiap lampu dilakukan dalam waktu 3 meenit sebanyak 6 kali
pengukuran

3.4. Pertanyaan
1. Buat profil keenergian dari hasil pengukuran!
2. Hitunglah nilai intensitas pencahayaan dan daya pencahayaan!
3. Hitunglah nilai efitasi setiap kelakuan beban dan rata-rata beban!
4. Tentukan baseline dari kondisi yang diperoleh!
5. Bandingkan dengan nilai intensitas pencahayaan dan daya pencahayaan
berdasarkan SNI 03-6197-2000!
6. Analisis parameter hasil pengukuran yang diperoleh!
7. Carilah peluang penghematan dari sistem pencahayaan!
8. Buatlah laporan audit energi pencahayaan!
BAB IV
DATA HASIL PERCOBAAN

4.1. Data Spesifikasi Lampu


Nama : Philips R63
Jenis : Lampu Halogen
Daya : 60 W
Tegangan : 240 V

4.2. Data Ruangan


Panjang : 1,5 m
Lebar : 0,63 m
Tinggi : 0,68 m
Luas : 0,945 m2
Kondisi Ruang : Dinding berwarna putih di ± 90% bagian. Dan dinding menutupi
Bagian bawah, atas dan belakang ruang. Sisanya terbuka
Kondisi Lampu : Lampu bersih

4.3. Data Percobaan


1. Data hasil Pengukuran dan Perhitungan Lampu
(Perhitungan Daya Pencahayaan dan Intensitas Pencayaan dan Efikasi sudah
terlampir di Lampiran 1)
Iluminasi (Lux) P/A E
V P 2
Waktu I (mA) PF (W/m ) (lmn/W
(Volt) (kW) Kanan Tengah Kiri Rata-Rata )
Lampu Halogen II
13.53 224.36 218.75 0.048 0.9773 119 2340 284 914.33 50.793 18.001
13.56 224.03 218.74 0.0479 0.9774 130 2340 257 909.00 50.687 17.933
13.59 224.3 218.56 0.0478 0.9773 135 2360 248 914.33 50.582 18.076
14.02 224.17 218.39 0.0479 0.9772 120 2380 212 904.00 50.687 17.834
14.05 224.21 218.56 0.0478 0.977 136 2380 232 916.00 50.582 18.109
14.08 224.28 218.41 0.0479 0.9772 131 2340 227 899.33 50.687 17.742
Rata-
224.22 218.57 0.0479 0.9772 128 2356 243 909.5 50.670 17.949
Rata

2. Data Hasil Pengukuran Cahaya Alami


Lux
Kanan Tengah Kiri Rata-Rata
65 67 62 64,67
4.4. Grafik Hasil Percobaan

Grafik Hubungan Tegangan terhadap Waktu


225
224.8
224.6
224.4
Tegangan (Volt)

224.2
224
223.8
223.6
223.4
223.2
223
0 5 10 15 20
Waktu (menit)

Grafik Hubungan Arus terhadap Waktu


219
218.9
218.8
218.7
Arus (mA)

218.6
218.5
218.4
218.3
218.2
218.1
218
0 5 10 15 20
Waktu (menit)

Grafik Hubungan Daya Aktif terhadap Waktu


0.0481

0.048
Daya Aktif (kW)

0.0479

0.0478

0.0477

0.0476
0 5 10 15 20
Waktu (menit)
Grafik Hubungan PF terhadap Waktu

0.97745

0.97735

0.97725
PF

0.97715

0.97705

0.97695

0.97685
0 5 10 15 20
Waktu (menit)

Grafik Hubungan Iluminasi terhadap Waktu


926.00

921.00

916.00
Iluminasi (lux)

911.00

906.00

901.00

896.00

891.00
0 5 10 15 20
Waktu (menit)

Grafik Hubungan Efikasi terhadap Waktu


18.4
18.3
18.2
Efikasii (lumen/watt)

18.1
18
17.9
17.8
17.7
17.6
17.5
17.4
0 5 10 15 20
Waktu (menit)
BAB V
ANALISIS DATA

Percobaan yang dilakukan bertujuan untuk mengukur parameter yang ada pada
sistem pencahayaan sehingga dapat diketahui kinerjanya. Objek dari sistem pencahayaan ini
adalah lampu dimana lampu yang digunakan pada percobaan ini adalah jenis lampu halogen
60 Watt. Dari beberapa sumber yang didapat, lampu halogen memiliki efikasi sebesar 18 –
24 Lum/Watt.
Parameter yang di ukur dari proses audit ini antara lain adalah tegangan, arus, daya
aktif dan faktor daya yang didapat dari pengukuran voltmeter, ampermeter, dan wattmeter
yang di tampilkan didalam display. Lalu diukur juga intensitas pencahayaan rata – rata
dengan mengukurnya di 3 titik dan luas ruang pencahayaan menggunakan lux meter.
Kemudian data luas ruang pencahayaan diukur dengan meteran panjang. Data diambil
sebanyak 6 kali dengan frekuensi 3 menit sekali. Hal ini dimaksudkan agar diketahui
karakteristik parameter terhadap waktu.
Dari parameter yang didapat, dicari kinerja sistem pencahayaan tersebut yaitu daya
pencahayaan dan efikasi. Daya pencahayaan merupakan perbandingan antara daya yang
dibutuhkan dengan luas ruang pencahayaan dengan satuan Watt/m2. Sedangkan efikasi
merupakan perbandingan intensitas penerangan dengan daya pencahayaan dengan satuan
Lum/watt. 2 parameter kinerja tersebut merupakan standar yang sesuai dengan yang
dicantumkan pada SNI 03-6197-2000 tentang Konservasi energi pada sistem pencahayaan.
Setelah data yang didapatkan di buat kedalam grafik, didapatkan seluruh
karakteristik parameter memiliki hubungan yang berubah-ubah terhadap waktu, namun
dengan kecenderungan menurun. Hal ini disebabkan karena proses pembacaan alat ukut
tidak pada waktu yang sama dan dengan nilai yang berubah-ubah. Selanjutnya penurunan
parameter ini menunjukan bahwa waktu berbanding terbalik dengan parameter yang didapat
seperti tegangan, arus, daya, faktor daya, daya pencahayaan dan efikasi.
Data yang didapatkan kemudian di rata-ratakan dan didapatkan nilai rata-rata data
pengukuran lampu halogen, seperti yang tercantum dalam tabel berikut :

Iluminasi (Lux) P/A E


V P 2
Waktu I (mA) PF (W/m ) (lmn/W
(Volt) (kW) Kanan Tengah Kiri Rata-Rata )
Lampu Halogen II
- 224.22 218.57 0.0479 0.9772 128 2356 243 909.5 50.670 17.949

Data rata-rata pengukuran ini kemudian dibandingkan dengan data standar yang
telah tercantum dalam SNI sebagai pembanding, karena ini merupakan percobaan di Lab
Konservasi Energi, maka akan dibandingkan dengan data standar pada lembaga pendidikan
yang ditunjukan dengan tabel berikut :

Fungsi Ruangan Intensitas Pencahayaan (Lux)


Ruang Kelas 250
Perpustakaan 300
Laboratorium 500
Ruang Gambar 750
Kantin 200

Dari data rata-rata yang didapatkan, nilai intensitas pencahayaan sebesar 909,5 lux.
Hal ini menunjukan bahwa intensitas pencahayaan lampu halogen sudah melebihi standar
yang ditetapkan SNI. Nilai standar intensitas pencahayaan yang didapatkan memang harus
lebih tinggi, namun nilai yang didapat memiliki selisih yang cukup jauh karena sangat tinggi.
Sehingga sudah seBeberapa hal yang menyebabkan nilai intensitas pencahayaan sangat
tinggi antara lain adalah :
 Kondisi dinding yang ± 90% berwarna putih sehingga penyerapan cahaya sedikit
dan pemantulan cahaya bisa maksimal
 Jarak pengukuran yang relative dekat dibandingkan standar. Pengukuran yang
digunakan berjarak 0,68 m sedangkan standar pengukuran ± 2m
 Intensitas pencahayaan yang diukur merupakan total dari pencahyaan dari lampu
dan pencahayaan alami

Lalu untuk standar daya pencahayaan, karena tidak ada data untuk ruangan lembaga
pendidikan, kita asumsikan menggunakan ruangan yang serupa yang ditunjukan dengan
tabel berikut :

Fungsi Ruangan Daya Pencahayaan maks(watt/m2)


Ruang Kantor 15
Auditorium 25
Daerah umum/ tempat
20
perkumpulan
Industri 20

Dari data rata-rata yang didapatkan, nilai daya pencahayaan sebesar 50,67 watt/m2.
Hal ini menunjukan bahwa daya pencahayaan lampu halogen sudah melebihi standar SNI.
Penunjukan daya pencahayaan yang melebihi SNI menandakan lampu yang digunakan
kurang memenuhi standar konservasi energy untuk sistem pencahayaan. Karena semakin
kecil nilai daya pencahayaan maka akan semakin baik dalam menghemat energi.
Lalu untuk nilai effikasi rata-rata yang didapatkan adalah 17,949 lum/watt,
sedangkan standar untuk lampu halogen adalah 18-24 lum/watt dengan rata rata 20 lum/watt
sehingga nilai yang diperoleh daru praktek masih dibawah standar yang ada.
Nilai intensitas pencahayaan lampu sudah melebihi SNI sedangkan nilai daya
pencahayaan lampu kurang baik karena melebihi SNI. Dan nilai efikasi juga kurang dari
standar. Peluang penghematan sistem pencahayaan yang didapat antara lain :
1. Mengurangi daya pencahayaan dengan mengurangi nilai intensitas pencahayaan,
karena intensitas pencahayaan sudah melebihi standar. Contoh untuk diruang kelas
intensitas bisa dikurangi dari 909,5 lux menjadi 250 lux, sehingga daya bisa turun.
2. Memaksimalkan pencahayaan alami dengan sistem jendela yang baik (ukuran
diperbesar, dibersihkan dari kotoran). Contoh di ruang kelas, karena intensitas
pencahayaan merupakan total dari lampu dan alami, maka apabila intensitas
pencahayaan alami meningkat maka yang dari lampu bisa diturunkan sehingga daya
pencahayaan bisa berkurang.
3. Menggunakan lampu sesuai dengan penggunaan sehingga lampu harus dipadamkan
apabila tidak digunakan, bisa menggunakan control manual atau otomatis
4. Untuk penghematan jangka panjang dan penghematan high cost, lampu bisa diganti
dengan yang lebih hemat energi karena tujuan penggunaan lampu halogen adalah
untuk pencahayaan terpusat atau spotlamp.

Adapun penyebab nilai yang didapatkan berbeda dari standar antara lain :
 Pembacaan alat ukur tidak dalam waktu yang sama sehingga tingkat ketelitian
pembaca dapat mempengaruhi hasil
 Pengukuran standar dilakukan pada jarak ± 2m sedangkat pada percobaan
pengukuran relative dekat yaitu 0,63 m
 Kondisi pengukuran standar dilakukan pada ruangan yang belum tentu dominan
berwarna putih sedangkan pada percobaan dilakukan pada ruang yang dominan
putih sehingga banyak pantulan yang terbaca di lux meter.
 Luas ruangan pada percobaan sangat kecil yaitu hanya 0,945 m2
 Adanya intensitas pencahyaan alami yang ikut terukur
BAB VI
PENUTUP

Dari percobaan yang dilakukan, dapat di simpulkan bahwa :


1. Parameter tegangan, arus, daya, faktor daya, daya pencahayaan dan intensitas
pencahayaan berubah-ubah sesuai waktu dengan kecenderungan semakin
menurun
2. Intensitas pencahayaan yang didapat adalah 909,5 lux sehingga sudah melebihi
standar SNI 03-6197-2000
3. Daya pencahayaan yang didapatkan adalah 50,67 sehingga melebihi dengan
standar SNI 03-6197-2000
4. Effikasi lampu yang didapat adalah sebesar 17,949 Lum/watt sehingga nilainya
masih kurang dari standar
5. Dari data yang didapatkan, saran penghematan adalah penurunan daya
pencahayaan dengan mengurangi intensitas pencahayaan lampu atau
penggantian lampu yang lebih hemat energy.
DAFTAR PUSTAKA

HaGe. 2008. Instalasi Penerangan : Teori Dasar Pencahayaan http://dunia-


listrik.blogspot.co.id/2008/12/instalasi-penerangan-teori-dasar.html [12 Maret
2018]
Noname. http://eprints.polsri.ac.id/1467/3/Bab%202.pdf [12 Maret 2018]
Noname.http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/195708071982
112-WIENDARTUN/2-_Cahaya_Mklh.pdf [12 Maret 2018]
Noname. SNI 03-6197-2000: Konservasi Energi Pada Sistem Pencahayaan, Badan
Standarisasi nasional, 2000
Riko. 2018. Pencahayaan. http://rikosibigo.blogspot.co.id/2012/12/dasar-teori-
pencahayaan.html [12 Maret 2018]
Spesifikasi Lampu Spotone Philips 60 W
William, Allison, dkk., Lighting Control in Commercials Buildings,LEUKOS, Vol 8
No.3 January 2012
LAMPIRAN

1. Perhitungan
Untuk data pertama dik, P = 0,048 kW , Iluminasi = 914,33 lux dan A = 0,945 m2
Sehingga :
𝑃 (0,048 𝑥 1000)𝑤
Daya Pencahayaan = = = 50,793 W/m2
𝐴 0,945

𝐼𝑙𝑢𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 914,33
Efikasi = = = 18,001 lumen/watt
𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑐𝑎h𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 50,793

Cara yang sama dilakukan untuk semua data

2. Data Standar
Spesifikasi Lampu Lengkap
Data standar dari SNI 03-6197-2000
3. Gambar-gambar

Vous aimerez peut-être aussi