Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Cari
boeyberusahasabar
Iklan
Report this ad
Asas-Asas Umum Pengelolaan Keuangan Negara Dalam Mendukung Terwujudnya Good Governance
Dalam Penyelenggaraan Negara
oleh :
Wulandari, SH, Made Sugi Hartono , SH , Ade Pupi Prameswari S.Pol, Doviana Faranthia, SH
Zulkarnain B. Hakim, SH, Helmy Boemiya, SH
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia adalah negara yang luas dan besar yang terdiri dari beberapa pulau-pulau dan di
kelilingi oleh lautan-lautan sehingga dapat disebut sebagai negara kepulauan (archipelago state). Namun
negara kita dapat bersatu dengan suatu ideology Pancasila yang disepakati bersama oleh para pendiri
bangsa kita. Kemudian negara Indonesia memiliki pandangan hidup dan tujuan hidup dalam bernegara
yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dalam arti pandangan hidup tersebut berimplikasi pada keuangan negara dalam rangka pencapaian
tujuan negara. Adapun tujuan negara Indonesia tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea ke-empat adalah melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial.[1]
Pencapaian tujuan negara selalu terikat dengan keuangan negara sebagai bentuk pembiayaan terhadap
penyelenggaraan pemerintahan negara yang dilakukan oleh penyelenggara negara. Tanpa keuangan
negara, tujuan negara tidak dapat terselenggara sehingga hanya berupa cita-cita hukum belaka. Untuk
mendapatkan keuangan negara sebagai bentuk pembiayaan tujuan negara, harus tetap berada dalam
bingkai hukum yang diperkenankan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945[2].
Pengelolaan keuangan negara yang ditujukan agar bisa digunakan penyelenggaran pemerintahan secara
rutin itu cukup banyak menggunakan sumber dana. Sumber dana tersebut diperoleh baik dari dalam
maupun luar negeri yang dikelola secara ketat oleh pemerintah berdasarkan konsepsional dan
konstitusional ditetapkan dalam pasal 23 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945[3].
Ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut yang
merupakan sumber hukum keuangan negara yang memerlukan penjabaran lebih lanjut dalam bentuk
Undang-Undang, yakni dalam hal ini Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2004 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggung Jawaban Keuangan
Negara, Undang-Undang No 15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Undang-
Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang di tetapkan setiap tahun[4].
Undang-undang yang disebutkan diatas merupakan dasar hukum operasional keuangan negara yang
untuk mengelola keuangan negara. Agar tujuan negara dapat tercapai. Sekalipun demikian untuk tidak
membuat kebijakan yang menyimpang, kita perlu mengetahui dasar-dasar atau asas-asas umum
pengelolaan keuangan negara dalam mendukung terwujudnya good governance dalam penyelenggaran
negara. Pengelolaan keuangan negara kita hingga tahun ini dapat dikatakan cukup berhasil dimana
neraca keuangannya surplus[5]:
Neraca pembayaran tahun 2012 diperkirakan masih mencatat surplus sebesar US$60 juta di tengah
ketidakpastian ekonomi global. Meski neraca transaksi berjalan kembali mencatat defisit tetapi bisa
tertutupi oleh neraca finansial dan modal. Menteri Keuangan Agus D.W. Martowardojo mengatakan,
neraca pembayaran Indonesia sepanjang tahun 2012 ini masih bisa mengalami surplus, meskipun
surplus yang diperoleh akan jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Di mana,
pada tahun 2012, triwulan II mengalami defisit sebesar US$2,8 miliar dan kembali bangkit pada triwulan
III dengan mencatat surplus sebesar US$0,8 miliar.
Semoga pengelolaan keuangan negara kita tetap berpedoman pada asas-asas umum pengelolaan negara
serta dapat mewujudkan pemerintahan yang baik. Kemajuan bangsa Indonesia di bidang ekonomi dapat
memacu kemajuan di bidang yang lainnya. Dari permasalahan di atas, penulis tertarik menulis mengenai
asas-asas umum pengelolaan keuangan negara dalam mendukung terwujudnya good governance dalam
penyelenggaraan negara.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asas-asas Umum Pengelolan Keuangan Negara dalam Penyelenggaraan Negara di Indonesia?
Bagaimana Pengelolan Keuangan Negara yang baik demi terwujudnya Good Governance?
PEMBAHASAN
Keuangan dalam suatu penyelenggaraan pemerintahan memiliki peran sentral, sebab merupakan urat
nadi dalam pembangunan suatu negara serta sangat menentukan keberlangsungan perekonomian baik
dalam waktu sekarang ini maupun di masa akan datang. Mengikuti pemikiran Rene Stours sebagaimana
yang dikutip oleh Adrian Sutedi menyatakan bahwa hakekat atau falsafah keuangan negara dalam hal ini
APBN adalah The Constitutional Right which a nation possesses to authorize public revenue and
expenditure does not originates from the fact that the members of nation contribute the payments. This
right is based in a loftier idea. The idea of sovereignty. Jadi, dapat dipahami bahwa pada hakekatnya
public revenue and expenditure APBN adalah kedaulatan[6].
Perihal pembahasan pengertian keuangan negara, dapat dilakukan melalui pendekatan Undang-Undang
dengan merujuk pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Pengertian
keuangan negara menurut undang-undang ini adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu, baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik
negara yang berkaitan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Pada dasarnya, substansi
mengenai pengertian keuangan negara dapat dilihat dari perspektif luas maupun sempit. Keuangan
negara dalam arti luas mencakup: pertama, anggaran pendapatan dan belanja negara, kedua, anggaran
pendapatan dan belanja daerah, dan terakhir keuangan negara pada badan usaha milik negara atau
badan usaha milik daerah. Sementara keuangan negara dalam arti sempit hanya mecaup keuangan
negara yang dikelola oleh tiap-tiap badan hukum dan dipertanggungjawabkan masing-masing[7].
Ketika berbicara mengenai keuangan negara, pada saat yang bersamaan terdapat pembahasan mengenai
lingkup keuangan negara yang dilihat dari perspektif yuridis formal. Di dalam Pasal 2 Undang-Undang
tentang Keuangan Negara diatur bahwa ruang lingkup keuangan negara yaitu:
Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman;
Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum, pemerintahan negara dan membayar
tagihan pihak ketiga;
Penerimaan negara;
Pengeluaran negara;
Penerimaan daerah;
Pengeluaran daerah;
Kekayaan negara atau kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat
berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang
dipisahkan pada perusahaan negara atau perusahaan daerah;
Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaran tugas pemerintahan
dan atau kepentingan umum;
Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah.
Pada dasarnya, pemerinatahan negara melibatkan usaha-usaha yang disebut sebagai pengelolaan
keuangan negara. Pengelolaan keuangan negara dapat dipahami sebagai keseluruhan kegiatan pejabat
pengelola keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban yang secara eksplisit disebut sebagai ruang lingkup
pengelolaan keuangan negara.
Dalam rangka menciptakan suatu pengelolaan keuangan negara yang baik tentu berdasarkan pada asas-
asas hukum yang mendasarinya. Tujuannya ialah menciptakan suatu bingkai kerja untuk meningkatkan
pelayanan dalam pengelolaan keuangan negara. Asas-asas pengelolaan keuangan negara dalam konteks
kehidupan bernegara di Indonesia mengalami perkembangan apabila menjadikan undang-undang
keuangan negara sebagai batu pijakan. Sebelum UUKN berlaku terdapat beberapa asas yang digunakan
dalam pengelolaan keuangan negara dan diakui kekuatan berlakunya dalam pengelolaan keuangan
negara selanjutnya. Adapun asas-asas pengelolaan keuangan negara yang dimaksud adalah:
Asas kesatuan, yaitu menghendaki agar semua pendapatan dan belanja negara disajikan dalam satu
dokumen anggaran;
Asas universalitas, yaitu mengharuskan agar setiap transaksi keuangan ditampilkan secara utuh dalam
dokumen anggaran;
Asas tahunan membatasi masa berlakunya angaran untuk suatu tahun tertentu;dan
Asas spesialitas, yaitu mewajiban agar kredit anggaran yang disediakan terinci secara jelas
peruntukannya[8].
Perkembangan selanjutnya dengan berlakunya UUKN terdapat penambahan asas baru dalam
pengelolaan keuangan negara. Adapun asas-asas pengelolaan keuangan negara menurut UUKN yaitu:
Asas akuntabilitas berorientasi pada hasil adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir dari kegiatan pengelolaan keuangan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat
sebagai pemegang kedaulatan tertinggi nagara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-udangan
yang berlaku;
Asas proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban
pengelolaan keuangan negara;
Asas profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian berasarkan kode etik dan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Asas keterbukaan dan pengelolaan keuangan negara adalah asas yang membuka diri terhadap hak
masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang pengelolaan
keuangan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan
rahasia negara;
Asas pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri adalah aas yang memberikan
kebebasan bagi badan pemeriksa keuangan untuk melakukan pemeriksaan keuangan nagara dengan
tidak boleh dipangaruhi oleh siapapun[9].
Asas-asas pengelolaan keuangan negara apabila dilakukan fusi sebelum dan setelah diberlakukannya
UUKN dapat dijadikan pedoman bagi pengelola keuangan negara sehingga mampu menjalankan tugas
dan kewajibannya yang baik. Perlu dicermati bahwa asas pengelolaan keuangan negara bukanlah
merupakan aturan hukum sehingga tidak mempunyai kekuatan mengikat melainkan secara moral dapat
dijadikan pedoman dalam pengelolaan keuangan negara. Meskipun demikian, janganlah diartikan bahwa
pengelolaan keuangan negara dapat serta merta menyimpangi asas-asas pengelolaan keuangan negara
tersebut sehingga tercipta pengelolaan keuangan negara yang baik dan menghindari kerugian negara.
Sejak terjadinya krisis moneter dan krisis kepercayaan yang mengakibatkan equality perubahan dramatis
pada tahun 1998, Indonesia telah memulai berbagai inisiatif yang dirancang untuk mempromosikan
good governance, akuntabilitas dan partisipasi yang lebih luas. Good governance dipandang sebagai
paradigma baru dan menjadi cirri yang perlu adadalam sistem administrasi publik.
Menurut doktrin ilmu hukum administrasi terdapat 13 asas-asas umum pemerintahan yang baik, hal itu
seperti yang pernah diungkapkan Crince Le Roy dan ditambahkan oleh Kuntjoro Purbopranoto, yaitu :
Asas meniadakan akibat-akibat suatu keputusan yang batal (principle of undoig the consequences of
annulled decision)
Asas perlindungan atas pandangan hidup (cara hidup) pribadi (principle of protecting the personal way
of life)
Namun menurut Muchsan, asas pemerintahan yang baik dan dapat berjalan di Indonesia hanya ada 5,
yaitu :
Asas ini menghendaki dihormatinya hak yang telah diperoleh seseorang berdasarkan keputusan badan
atau pejabat Tata Usaha Negara.
Asas ini menjelaskan bahwa badan atau pejabat Tata Usaha Negara harus memberikan kesempatan
seluas-luasnya untuk memperoleh informasi yang benar dan adil, sehingga dapat pula memberi
kesempatan yang luas untuk menuntut keadilan dan kebenaran. Degan asas ini, badan atau pejabat Tata
Usaha Negara harus menghargai hak dari warga masyarakat untuk menggunakan upaya-upaya hukum
melalui administrative beroep maupun melalui badan-badan peradilan.
Asas kecermatan
Badan atau pejabat Tata Usaha Negara senantiasa harus bertindak secara hati-hati agar tidak
meimbulkan kerugian terhadap warga masyarakat.
Asas keseimbangan
Menurut asas ini dalam hal penjatuhan sanksi atau hukuman, haruslah seimbang nilainya dengan bobot
pelanggaran atau kesalahan sehingga akan memenuhi keadilan.
Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance dalam penyelenggaraan negara, pemerintah
Indonesia perlu mengelola dan menyelenggarakan keuangan negara secara profesional, terbuka, dan
bertanggung jawab sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Aturan pokok Keuangan Negara telah dijabarkan ke dalam asas-asas umum, yang meliputi baik asas-asas
yang telah lama dikenal dalam pengelolaan keuangan negara, yaitu :
Asas tahunan
Asas universalitas
Asas kesatuan
Asas spesialitas
Asas akuntabilitas
Asas profesionalitas
Asas proporsionalitas
Asas keterbukaan
Pengelolaan keuangan negara sebagaimaa tertuang dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara bahwa asas umum pengelolaan keuangan negara dalam rangka
mendukung terwujudnya good governance dalam penyelenggaraan negara, pengelolaan keuagan negara
perlu diselenggarakan secara tertib, taat, efektif, efisien, transparan, dan bertanggung jawab sesuai
dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Sesuai dengan amanat Pasal 23 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, UUKN
telah menjabarkan aturan pokok yang ditetapkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 tersebut kedalam asas-asas umum dalam pengelolaan keuangan negara, seperti asas
tahunan, asas universalitas, asas kesatuan, dan asas spesialisasi maupn asas-asas sebagai pencerminan
best practice (penerapan kaidah-kaidah yang baik) dalam pengelolaan keuangan negara.
Anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) merupakan alat utama pemerintah untuk
mensejahterakan rakyatnya sekaligus alat pemerintah untuk mengelola perekonomian negara. Sebagai
alat pemerintah, APBN bukan hanya menyangkut keputusan ekonomi, namun juga menyangkut
keputusan politik.
Dalam konteks ini, DPR dengan hak legislasi, penganggaran, dan pengawasan yang dimilikinya perlu lebih
berperan dalam mengawal APBN sehingga APBN benar-benar dapat secara efektif menjadi instrument
untuk mensejahterakan rakyat dan mengelola perekonomian negara dengan baik. Dalam
penyelenggaraan pemerintahan negara diperlukan suatu undang-undang dan asas-asas umum yang
berlaku secara universal. Begitu juga dengan pengelolaan keuangan negara, dimana sistem pengelolaan
keuangan negara disusun secara berkesinambungan (sustainable).
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ruang lingkup pengelolaan keuangan negara meliputi perencanaan, pelaksanaan , pengawasan, dan
pertanggung jawaban keuangan negara. Dalam pengelolaan keuangan negara tersebut terdapat asas-
asas yang menjadi pedoman yakni asas kesatuan, asas universalitas, asas tahunan, asas spesialitas.
Perkembangan selanjutnya dengan berlakunya UUKN terdapat penambahan asas baru dalam
pengelolaan keuangan negara. Adapun asas-asas pengelolaan keuangan negara menurut UUKN yaitu:
asas akuntabilitas, asas proporsionalitas, asas profesioalitas, asas keterbukaan, dan asas pemeriksaan
keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri.
Asas-asas umum tersebut diperlukan guna menjamin terselenggaranya pengelolaan keuangan negara
dalam rangka mewujudkan good governance. Asas-asas umum pengelolaan keuangan negara pada
dasarnya dijiwai oleh asas-asas umum pemerintahan yang baik (good governance). Dalam
penyelenggaraan pemerintahan negara diperlukan suatu undang-undang dan asas-asas umum yang
berlaku secara universal. Begitu juga dengan pengelolaan keuangan negara, dimana sistem pengelolaan
keuangan negara disusun secara berkesinambungan (sustainable).
B. Saran
Dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan negara di negara Indonesia hendaknya berdasar pada
ketentuan-ketentuan yang telah ada, yakni Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
Tahun 1945, Pancasila, Asas-asas pengelolaan keuangan negara. Sehingga diharapkan kedepannya,
pengelolaan keuangan negara di Indonesia dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah dicita-citakan
oleh bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Abdullah, Rozali, 2007. Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung.
Jakarta:RajaGrafindo Persada.
Atmdja, Arifin P. Soeria, 1986, Mekanisme Pertanggung Jawaban Keuangan Negara (Suatu Tinjauan
Yuridis), Jakarta:Gramedia.
Huda, Ni’matul, 2007. Pengawasan Pusat Terhadap Daerah Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
daerah. Yogyakarta:FH UII Press.
Soehino, 2004. Hukum Tata Negara Perkembangan Otonomi Daerah edisi 2. Yogyakarta:BPFE-Yogyakarta.
______, 2009. Otonomi Daerah (Filosofi, Sejarah Perkembangan dan Problematika). Yogyakarta:Pustaka
Pelajar.
B. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah
C. Sumber Lain
Sekretariat Jenderal MPR RI. 2012. Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.
Jakarta:Setjen MPR RI.
[2] Muhammad Djafar Saidi, 2008, Hukum Keuagan Negara, Jakarta, Rajawali Pers, hlm 8.
[3]Arifin P. Soeria Atmadja, 1986, Mekanisme Pertanggung Jawaban Keuangan Negara (Suatu Tinjauan
Yuridis), Jakarta, Gramedia, hlm 3.
[6] Adrian Sutedi, 2012, Hukum Keuangan Negara, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.10.
ADVERTISEMENT
Iklan
Report this ad
Share this:
TwitterFacebook
Terkait
Dengan 2 komentar
Iklan
Report this ad
« Sebelumnya
Berikutnya »
Iklan
Report this ad
Tinggalkan Balasan
Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *
Komentar
Nama *
Surel *
Situs Web
Kirim Komentar
Report this ad
Iklan
Report this ad
Ikuti
:)