Vous êtes sur la page 1sur 59

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hiperlirubin adalah akumulasi berlebihan dari bilirubin didalam darah
(Wong, 2004). Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah.
Pada sebagian neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama
kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 60%
bayi cukup bulan dan pada 80% bayi kurang bulan. Di Jakarta dilaporkan 32,19%
menderita ikterus. Ikterus ini pada sebagian lagi mungkin bersifat patologik yang
dapat menimbulkan gangguan yang menetap atau menyebabkan kematian,
karenanya setiap bayi dengan ikterus harus mendapat perhatian terutama apabila
ikterus ditemukan dalam 24 jam pertama kehidupan bayi atau kadar bilirubin
meningkat lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam.
Proses hemolisis darah, infeksi berat, ikterus yang berlangsung lebih dari 1
minggu serta bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl juga merupakan keadaan yang
menunjukkan kemungkinan adanya ikterus patologik. Dalam keadaan tersebut
penatalaksanaan ikterus harus dilakukan sebaik-baiknya agar akibat buruk ikterus
dapat dihindarkan. Hiperbilirubinemia adalah kondisi dimana terdapat kadar
bilirubin yang tinggi dalam darah. Biasanya terjadi pada bayi baru lahir.
Sesungguhnya hiperbilirubinemia merupakan keadaan normal pada bayi baru lahir
selama minggu pertama, karena belum sempurnanya metabolisme bilirubin bayi.
Ditemukan sekitar 25-50% bayi normal dengan keadaan hiperbilirubinemia (Ika,
2009).

1
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian hiperbilirubinemia ?
2. Apa saja klasifikasi hiperbilirubinemia ?
3. Apa penyebab hiperbilirubinemia ?
4. Bagaimana patofisiologi hiperbilirubinemia ?
5. Apa saja manifestasi klinis hiperbilirubinemia ?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostik hiperbilirubinemia ?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis dan perawatan hiperbilirubinemia ?
8. Apa saja komplikasi hiperbilirubinemia ?
9. Bagimana asuhan keperawatan pada neonatus dengan hiperbilirubinemia ?

C. Tujuan
Tujuan Umum
Menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan kegawatdaruatan pada
neonatus dengan gangguan hiperbilirubinemia
Tujuan Khusus
1. Untuk Mengetahui pengertian hiperbilirubinemia
2. Untuk mengetahui klasifikasi hiperbilirubinemia
3. Untuk mengetahui penyebab hiperbilirubinemia
4. Untuk memahami patofisiologi hiperbilirubinemia
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis hiperbilirubinemia
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik hiperbilirubinemia
7. Untuk memahami penatalaksanaan medis dan perawatan hiperbilirubinemia
8. Untuk mengetahui komplikasi hiperbilirubinemia
9. Untuk memahani bagimana asuhan keperawatan pada neonatus dengan
hiperbilirubinemia

2
D. Manfaat
1. Bagi penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa
dapat meningkatkan pengetahuan tentang askep kegawatdaruratan pada
neonatus dengan gangguan hiperbilirubinemia.
2. Bagi pembaca
Diharapkan bagi pembaca dapat menambah wawasan tentang askep
kegawatdaruratan pada neonatus dengan gangguan hiperbilirubinemia.
3. Bagi pendidikan
Dapat menambah informasi tentang askep kegawatdaruratan pada
neonatus dengan gangguan hiperbilirubinemia.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Anatomi Fisiologi
Hepar adalah organ terbesar dalam tubuh manusia, terletak di sebelah atas
dalam rongga abdomen, disebelah kanan bawah diafragma. Berwarna merah
kecoklatan, lunak dan mengandung amat banyak vaskularisasi. Hepar terdiri dari
lobus kanan yang besar dan lobus kiri yang kecil (Widiyasih, 2009).
Fungsi hepar adalah :
1. Metabolisme karbohidrat, protein dan lemak
2. Sintesa kolesterol dan steroid, pembentukan protein plasma (fibrinogen,
protrombin dan globulin.
3. Penyimpanan glikogen, lemak, vitamin (A, B12, D dan K) dan zat besi
(Ferritin)
4. Detoksikasi menghancurkan hormon – hormon steroid dan berbagai obat-
obatan
5. Pembentukan dan penghancuran sel-sel darah merah, pembentukan terjadi
hanya pada 6 bulan masa kehidupan awal fetus
6. Sekresi bilirubin (pigmen empedu) dari bilirubin unconjugated menjadi
conjugated (Windiyasih, 2009).
Kantung atau kelenjar empedu merupakan kantung berbentuk buah pir
dengan panjang sekitar 7,5 cm dan dapat menampung ± 50 ml cairan empedu.
Cairan empedu adalah cairan kental berwarna kuning keemasan atau kehijauan
yang dihasilkan terus menerus dalam jumlah 500 – 1000 ml/hari, merupakan zat
esensial dalam pencernaan dan penyerapan lemak, suatu media yang dapat
mengekskresikan zat-zat tertentu yang tidak dapat diekskresikan oleh ginjal
(Windiyasih, 2009).
Metabolisme bilirubin terdiri dari empat tahap :

4
1. Produksi. Sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat pemecahan
haemoglobin (menjadi globin dan hem) pada sistem retikulo endoteal (RES).
Hem dipecah oleh hemeoksigenase menjadi bilverdin, dan oleh bilirubin
reduktase diubah menjdai bilirubin. Merupakan bilirubin indirek / tidak
terkonjugasi.
2. Transportasi. Bilirubin indirek kemudian ditransportasikan dalam aliran
darah hepatik. Bilirubin diikat oleh protein pada plasma (albumin),
selanjutnya secara selektif dan efektif bilirubin diambil oleh sel parenkim
hepar atau protein intraseluler (ligandin sitoplasma atau protein Y) pada
membran dan ditransfer menuju hepatosit.
3. Konjugasi. Bilirubin indirek dalam hepar diubah atau dikonjugasikan oleh
enzim Uridin Difosfoglukoronal Acid (UDPGA) atau glukoronil transferase
menjadi bilirubin direk atau terkonjugasi yang bersifat polar dan larut dalam
air.
4. Ekskresi. Bilirubin direk yang terbentuk, secara cepat diekskresikan ke sistem
empedu melalui membran kanalikuler. Selanjutnya dari sistem empedu
dikskresikan melalui saluran empedu ke sistem pencernaan (usus) dan
diaktifkan dan diabsorpsi oleh bakteri / flora normal pada usus menjadi
urobilinogen. Ada sebagian kecil bilirubin direk yang tidak diabsorpsi
melainkan dihidrolisis menjadi bilirubin indirek dan direabsorpsi melalui
sirkulasi enterohepatik.
Menuru Klous dan Fanaraft (1998) dalam bilirubin dibedakan menjadi dua
jenis yaitu:
1. Bilirubin tidak terkonjugasi atau bilirubin indirek atau bilirubin bebas yaitu
bilirubin tidak larut dalam air, berikatan dengan albumin untuk transport dan
komponen bebas larut dalam lemak serta bersifat toksik untuk otak karena bisa
melewati sawar darah otak.
2. Bilirubin terkonjugasi atau bilirubin direk atau bilirubin terikat yaitu bilirubin
larut dalam air dan tidak toksik untuk otak.

5
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Menurut Sutrisno (2009) hiperbilirubinemia merupakan suatu keadaan
dimana kadar bilirubin serum total yang lebih dari 10 mg% pada minggu pertama
yang ditandai dengan ikterus pada kulit, sclera dan organ lain. Keadaan ini
mempunyai potensi meningkatkan kern ikterus yaitu keadaan kerusakan pada otak
akibat perlengketan kadar bilirubin pada otak. Hiperbilirubin merupakan gejala
fisiologis (terdapat pada 25 – 50% neonatus cukup bulan dan lebih tinggi pada
neonatus kurang bulan) (Sutrisno, 2009).
Hiperbilirubin adalah meningginya kadar bilirubin pada jaringan
ekstravaskuler sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya
berwarna kuning. Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah
yang kadar nilainya lebih dari normal. Nilai normal : bilirubin indirek 0,3 – 1,1
mg/dl, bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl (Sutrisno, 2009).
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar
bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa
dan alat tubuh lainnya berwarna kuning. (Ngastiyah, 2000)
Hiperblirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah
meningkat. (Bobak, Maternity Health Care, 2002)
Hiperbilirubinemia adalah akumulasi berlebihan dari bilirubin dalam darah.
(Wong, 2004)
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam
darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern-
ikterus bila tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan
keadaan patologis. Brown menetapkan 12 mg% pada bayi cukup bulan, dan
15mg% pada bayi kurang bulan. Uteli menetapkan 10 mg% dan 15mg%. (Harison,
et all, 2000)

6
Kern ikterus ialah ensefalopati billirubin yang biasanya ditemukan pada
neonatus cukup bulan dengan ikterus berat (billirubin indirek lebih dari 20 mg%)
dan disertai penyakit hemolitik berat dan pada autopsy ditemukan bercak bilirubin
pada otak. Kern ikterus secara klinis berbentuk kelainan saraf spastis yang terjadi
secara kronik (Surasmi, 2010; h. 57).
Jadi hiperbilirubinemia merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir
dimana kadar bilirubin serum total lebih dari 10 mg% pada cukup bulan dan
15mg% pada bayi kurang bulan sehingga menyebabkan jaundice pada kulit, sclera,
mukosa dan urine.

B. Klasifikasi

Klasifikasi Ikterus
Tanda / Gejala Klasifikasi
Tanya dan Lihat
Ikterus segera setelah lahir
Mulai kapan ikterus ?
Ikterus pada 2 hari pertama
Daerah mana yang
Ikterus pada usia > 14 hari
ikterus ? Ikterus patologis
Ikterus lutut/ siku/ lebih
Bayinya kurang bulan ?
Bayi kurang bulan
Warna tinja ?
Tinja pucat
Ikterus usia 3-13 hari
Ikterus fisiologis
Tanda patologis (-)

1) Ikterus Fisiologis.
Ikterus fisiologik adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga
yang tidak mempunyai dasar patologis, kadarnya tidak melewati kadar yang
membahayakan atau mempunyai potensi menjadi “kernicterus” dan tidak
menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. Ikterus patologik adalah ikterus

7
yang mempunyai dasar patologis atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai
yang disebut hiperbilirubin.
Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis
adalah ikterus yang memiliki karakteristik sebagai berikut menurut (Hanifah,
1987), dan (Callhon, 1996), (Tarigan, 2003) dalam (Schwats, 2005):
 Timbul pada hari kedua - ketiga.
 Kadar bilirubin indirek setelah 2x24 jam tidak melewati 15 mg% pada
neonatus cukup bulan dan 10 mg% pada kurang bulan.
 Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% perhari.
 Kadar bilirubin direk kurang dari 1 mg%.
 Ikterus hilang pada 10 hari pertama.
 Tidak mempunyai dasar patologis; tidak terbukti mempunyai hubungan
dengan keadaan patologis tertentu
Ikterus yang kemungkinan menjadi patologis atau hiperbilirubinemia
dengan karakteristik sebagai berikut Menurut (Surasmi, 2003) bila:
 Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran.
 Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau > setiap 24 jam.
 Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonatus < bulan dan
12,5 mg% pada neonatus cukup bulan.
 Ikterus disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi enzim
G6PD dan sepsis).
 Ikterus disertai berat lahir < 2000 gr, masa gestasi < 36 minggu, asfiksia,
hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, infeksi, hipoglikemia,
hiperkapnia, hiperosmolalitas darah.

2) Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia.
Menurut (Tarigan, 2003) adalah suatu keadaan dimana kadar
konsentrasi bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai
potensi untuk menimbulkan kern ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan

8
baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown
menetapkan hiperbilirubinemia bila kadar bilirubin mencapai 12 mg% pada
cukup bulan, dan 15 mg% pada bayi kurang bulan. Utelly menetapkan 10
mg% dan 15 mg%.

3) Kern Ikterus.
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada
otak terutama pada korpus striatum, talamus, nucleus subtalamus,
hipokampus, nukleus merah, dan nukleus pada dasar ventrikulus IV.
Kern ikterus ialah ensefalopati bilirubin yang biasanya ditemukan pada
neonatus cukup bulan dengan ikterus berat (bilirubin lebih dari 20 mg%) dan
disertai penyakit hemolitik berat dan pada autopsy ditemukan bercak bilirubin
pada otak. Kern ikterus secara klinis berbentuk kelainan syaraf simpatis yang
terjadi secara kronik.

C. Etiologi
Menurut Peningkatan kadar serum bilirubin disebabkan oleh deposisi
pigmen bilirubin yang terjadi waktu pemecahan sel darah merah. Phototerapi
merupakan terapi untuk hiperbilirubin (Nennisa, 2007).
Etiologi hiperbilirubin antara lain (Anonim, 2008):
1. Peningkatan produksi
1) Hemolisis, misalnya pada inkompalibilitas yang terjadi bila terdapat
ketidaksesuaian golongan darah dan anak pada penggolongan rhesus dan
ABO.
2) Perdarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran
3) Ikatan bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolic
yang terdapat pada bayi hipoksia atau asidosis
4) Defisiensi G6PD (Glukosa 6 Phostat Dehidrogenase)

9
5) Breast milk jaundice yang disebabkan oleh kekurangannya pregnan 3
(alfa), 20 (beta), diol (steroid)
6) Kurangnya enzim glukoronil transferase, sehingga kadar bilirubin indirek
meningkat misalnya pada BBLR
7) Kelainan congenital
2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya
hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya
sulfadiazine.
3. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau
toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti infeksi,
toksoplasmasiss, syphilis.
4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ektra hepatic.
5. Peningkatan sirkulasi enterohepatik, misalnya pada ileus obstruktif.

Menurut Ika (2008) sel-sel darah merah yang telah tua dan rusak akan
dipecah/dihidrolisis menjadi bilirubin (pigmen warna kuning), yang oleh hati akan
dimetabolisme dan dibuang melalui feses. Di dalam usus juga terdapat banyak
bakteri yang mampu mengubah bilirubin sehingga mudah dikeluarkan bersama
feses. Hal ini terjadi secara normal pada orang dewasa. Pada bayi baru lahir,
jumlah bakteri pemetabolisme bilirubin ini masih belum mencukupi sehingga
ditemukan bilirubin yang masih beredar dalam tubuh tidak dibuang bersama feses.
Begitu pula dalam usus bayi terdapat enzim glukoronil transferase yang mampu
mengubah bilirubin dan menyerap kembali bilirubin ke dalam darah sehingga
makin memperparah akumulasi bilirubin dalam badannya. Akibatnya pigmen
tersebut akan disimpan di bawah kulit, sehingga jadilah kulit bayi kuning.
Biasanya dimulai dari wajah, dada, tungkai dan kaki menjadi kuning.

10
11
12
13
D. Manifestasi Klinis
Menurut Surasmi (2003) dalam Anonim (2008) gejala hiperbilirubinemia
dikelompokkan menjadi :
1. Gejala akut : gejala yang dianggap sebagai fase pertama kernikterus pada
neonatus adalah letargi, tidak mau minum dan hipotoni.
2. Gejala kronik : tangisan yang melengking (high pitch cry) meliputi hipertonus
dan opistonus (bayi yang selamat biasanya menderita gejala sisa berupa
paralysis serebral dengan atetosis, gengguan pendengaran, paralysis
sebagianotot mata dan displasia dentalis).
Sedangakan menurut Handoko (2003) gejalanya adalah warna kuning
(ikterik) pada kulit, membrane mukosa dan bagian putih (sclera) mata terlihat saat
kadar bilirubin darah mencapai sekitar 40 µmol/l.
Menurut Medicastore (2009) manifestasi klinik yang sering jumpai pada
anak dengan hiperbilirubin antara lain : Sebagian besar kasus hiperbilirubinemia
tidak berbahaya, tetapi kadang kadar bilirubin yang sangat tinggi bisa
menyebabkan kerusakan otak (keadaannya disebut kern ikterus).
Kern ikterus adalah suatu keadaan dimana terjadi penimbunan bilirubin di dalam
otak, sehingga terjadi kerusakan otak. Biasanya terjadi pada bayi yang sangat
prematur atau bayi yang sakit berat.
Gejalanya berupa:
1) Rasa mengantuk
2) Tidak kuat menghisap
3) Muntah
4) Opistotonus (posisi tubuh melengkung, leher mendekati punggung)
5) Mata berputar-putar ke atas
6) Kejang

14
7) Bisa diikuti dengan kematian. Efek jangka panjang dari kern ikterus adalah
keterbelakangan mental, kelumpuhan serebral (pengontrolan otot yang
abnormal, cerebral palsy), tuli dan mata tidak dapat digerakkan ke atas.

Penilaian ikterus (secara klinik)


Pengamatan ikterus lebih baik dilakukan dalam pencahayaan matahari
dengan menekan sedikit kulit yang akan diamati untuk menghilangkan warna
karena pengaruh sirkulasi darah. Secara klinis, ikterus dapat dinilai dengan rumus
Kramer.

Kadar bilirubin
Daerah Luas icterus
(mg%)
1 Kepala dan leher 5
2 Daerah 1 (+) badan bagian atas 9
3 Daerah 1,2 (+) badan bagian bawah dan 11
tungkai
4 Daerah 1,2,3 (+) lengan dan kaki bagian 12
dengkul
5 Daerah 1,2,3 4, (+) tangan dan kaki 16
Gambar Derajat Kremer Ikterus

15
E. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan bilirubin serum
Pada bayi yang cukup bulan bilirubin mencapai puncak kira-kira 6
mg/dl, antara 2 dan 4 hari kehidupan. Apabila nilainya di atas 10 mg/dl, tidak
fisiologis.
Pada bayi dengan prematur, kadar bilirubin mencapai puncaknya 10-12
mg/dl, antara 5 dan 7 hari kehidupan. Kadar bilirubin yng lebih dari 14 mg/dl
adalah tidak fisiologis. Dari Brown AK dalam text books of pediatric 1996:
ikterus fisiologis pada bayi cukup bulan, bilirubin indirek munculnya ikterus
2-3 hari dan hilang 4-5 hari dengan kadar bilirubin yang mencapai puncak 10-
12 mg/dl. Sedangakan pada bayi dengan premature , bilirubin indirek muncul
3-4 hari dan hilang 7-9 hari dengan kadar bilirubin mencapa puncak 15
mg/dl/hari. Pada ikterus patologis meningkatnya bilirubin lebih dari 5
mg/dl/hari dan kadar bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl. Maisets, 1994 dalam
Whaley dan Wong 1999: meningkatnya kadar serum total lebih dari 12-13
mg/dl
2) Ultrasound untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu

16
F. Penatalaksanaan Medis dan Perawatan
Alogaritma Evaluasi Bayi Baru Lahir dengan Hiperbilirubinemia

17
18
19
1. Perawatan (Sutrisno, 2009)
1) Pengawasan antenatal yang baik.
2) Menghindari obat yang meningkatkan ikterus pada masa kematian dan
kelahiran, misal : sulfa furokolin.
3) Pencegahan dan pengobatan hipoksin pada neonatus dan janin.
4) Penggunaan fenobarbital pada ibu 1 – 2 hari sebelum partus.
5) Pemberian makanan sejak dini (pemberian ASI).
6) Pencegahan infeksi.
7) Melakukan dekompensasi dengan foto terapi.
8) Tranfusi tukar darah.
9) Breast feeding. Pemberian breast feeding secara dini segera setelah
dijumpai ikterik pada mukosa, kulit dan konjungtiva pada neonatus, hal
ini dapat mengurangi terjadinya ikterus fisiologik pada neonatus. Hal ini
mungkin sekali disebabkan karena dengan pemberian ASI yang dini itu
terjadi pendorongan gerakan usus, dan meconium lebih cepat
dikeluarkan,sehingga peredaran Enterohepatik bilirubin berkurang.

Menurut Hidayat (2008) perawatan untuk anak yang mendapatkan


tranfusi tukar antara lain :
1) Mempertahankan intake cairan dengan menyediakan cairan per oral atau
cairan parenteral melalui intravena, memantau output diantaranya jumlah
dan warna urine serta feses, mengkaji perubahan status hidrasinya dengan
memantau temperatur tiap 2 jam
2) Menutup mata dengan kain yang tidak tembus cahaya, mengatur posisi
setiap 6 jam, mengkaji kondisi kulit, menjaga integritas kulit selama

20
terapi dengan mengeringkan daerah yang basah untuk mengurangi iritasi
serta mempertahankan kebersihan kulit
3) Mencegah peningkatan kadar birirubin dengan cara meningkatkan verja
enzim dengan pemberian phenobarbital 1-2 2 mg/KGB, mengubah
bilirubin yang tidak larut ke dalam air menjadi larut dalam air dengan
melakukan fototerapi atau dengan cara pembuangan kadar bilirubin darah
dengan tranfusi darah

2. Pengobatan
Berdasarkan pada penyebabnya maka manajemen bayi dengan
hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek
dari hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan :
1) Menghilangkan anemia
2) Menghilangkan antibody maternal dan eritrosit teresensitisasi
3) Meningkatkan badan serum albumin
4) Menurunkan serum bilirubin

Metode terapi hiperbilirubinemia meliputi : fototerapi, transfuse


pangganti, infuse albumin dan therapi obat (Anonim, 2008)
1) Fototherapi
Fototerapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan
transfuse pengganti untuk menurunkan bilirubin. Memaparkan neonatus
pada cahaya dengan intensitas yang tinggi (a bound of fluorescent light
bulbs or bulbs in the blue light spectrum) akan menurunkan bilirubin
dalam kulit. Fototerapi menurunkan kadar bilirubin dengan cara
memfasilitasi ekskresi bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika
cahaya yang diabsorpsi jaringan merubah bilirubin tak terkonjugasi
menjadi dua isomer yang disebut fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak
dari jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam

21
darah fotobilirubin berikatan dengan albumin dan di kirim ke hati.
Fotobilirubin kemudian bergerak ke empedu dan di ekskresikan kedalam
duodenum untuk di buang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh hati.
Hasil fotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi bilirubin
dapat dikeluarkan melalui urine. Fototerapi mempunyai peranan dalam
pencegahan peningkatan kadar bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah
penyebab kekuningan dan hemolisis dapat menyebabkan anemia.Secara
umum fototerapi harus diberikan pada kadar bilirubin indirek 4-5 mg/dl.
Noenatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus
difototerapi dengan konsentrasi bilirubin 5 mg/dl. Beberapa ilmuwan
mengarahkan untuk memberikan fototerapi profilaksasi pada 24 jam
pertama pada bayi resiko tinggi dan berat badan lahir rendah.
Dengan penyinaran bilirubin dipecah menjadi dipyrole yang
kemudian dikeluarkan melalui ginjal dan traktus digestivus. Hasil
perusakan bilirubin ternyata tidak toksik untuk tubuh dan dikeluarkan dari
tubuh dengan sempurna. Penilaian Ikterus menurut Kramer, dimulai dari
kepala, leher dan seterusnya. Dan membagi tubuh bayi baru lahir dalam
lima bagian bawah sampai tumut, tumit-pergelangan kaki dan bahu
pergelanagn tangan dan kaki seta tangan termasuk telapak kaki dan
telapak tangan. Cara pemeriksaannya ialah dengan menekan jari telunjuk
ditempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung, tulang dada,
lutut dan lain-lain. Kemudian penilaian kadar bilirubin dari tiap-tiap
nomor disesuaikan dengan angka rata-rata didalam gambar di bawah ini :

22
Tabel hubungan kadar bilirubin dengan ikterus

Derajat Perkiraan kadar bilirubin


Daerah ikterus
ikterus Aterm Prematur
Kepala sampai leher 5,4
1 -
Kepala, badan sampai dengan umbilicus
2 9,4
Kepala, badan, paha, sampai dengan lutut
3
Kepala, badan, ekstremitas sampai dengan 8,9
4 tangan dan kaki 11,4
11,8
5 Kepala, badan, semua ekstremitas sampai 13,3
dengan ujung jari 15,8

Secara klinis menurut Kramer, timbulnya ikterus secara sefalokaudal.

2) Transfusi Pengganti
Transfuse pengganti atau imediat didindikasikan adanya faktor-faktor :
a) Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu
b) Penyakit hemolisis berat pada bayi baru lahir
c) Penyakit hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama
d) Kadar bilirubin direk labih besar 3,5 mg/dl di minggu pertama
e) Serum bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl pada 48 jam pertama
f) Hemoglobin kurang dari 12 gr/dl
g) Bayi pada resiko terjadi kern Ikterus

Transfusi pengganti digunkan untuk:


a) Mengatasi anemia sel darah merah yang tidak susceptible (rentan)
terhadap sel darah merah terhadap antibody maternal

23
b) Menghilangkan sel darah merah untuk yang tersensitisasi (kepekaan)
c) Menghilangkan serum ilirubin
d) Meningkatkan albumin bebas bilirubin dan meningkatkan keterikatan
dangan bilirubin
Pada Rh Inkomptabilitas diperlukan transfuse darah golongan O
segera (kurang dari 2 hari), Rh negative whole blood. Darah yang dipilih
tidak mengandung antigen A dan antigen B. setiap 4 -8 jam kadar
bilirubin harus di cek. Hemoglobin harus diperiksa setiap hari sampai
stabil

3) Therapi Obat
Phenobarbital dapat menstimulus hati untuk menghasilkan enzim yang
meningkatkan konjugasi bilirubin dan mengekskresikannya. Obat ini efektif
baik diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu
sebelum melahirkan. Penggunaan Phenobarbital pada post natal masih
menjadi pertentangan karena efek sampingnya (letargi). Coloistrin dapat
mdngurangi bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine sehingga
menurunkan siklus enterohepatika

4) Pemberian makanan sejak dini (pemberian ASI).


Pada jaundice ASI, kadang pemberian ASI harus dihentikan selama 1-2
hari. Segera setelah kadar bilirubin mulai menurun, ASI boleh kembali
diberikan. Pemberian ASI harus sering dilakukan untuk mencegah dehidrasi
dan mempermudah pembuanagn bilirubin ke fese. Setidaknya ASi harus
diberikan tiap 3 jam. Jika bayi sulit menghisap, dilakukan pemompaan ASI,
baru diberikan kepada bayi. Pemberian cairan selain ASI (misal air, air gula,
dll) tidak akan membantu. jadi kunci utama adalah pemberian ASI.

24
G. Komplikasi
1. Bilirubin enchepalopathy (komplikasi serius)
2. Kernikterus; kerusakan neurologis, cerebral palsy, retardasi mental,
hiperaktif, bicara lambat, tidak ada koordinasi otot dan tangisan yang
melengking.

25
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

PENGKAJIAN NEONATUS
Instruksi : Beri tanda silang (x) pada istilah yang tepat / sesuai dengan data-data
dibawah ini. Gambarkan semua temuan abnormal secara objektif, gunakan kolom
data tambahan bila perlu.
1. Reflek :
Moro ( ) Mengenggam ( ) Mengisap ( X )
2. Tonos / aktifitas
a. Aktif ( ) Tenang ( ) Letargi ( ) Kejang ( X )
b. Menangis keras ( ) Lemah ( X ) Melengking ( ) Sulit menangis ( )
3. Kepala / leher
a. Fontanel anterior Lunak ( ) Tegas ( ) Datar ( )
Menonjol ( ) Cekung ( )
b. Sutura sagitalis Tepat ( ) Terpisah ( ) Menjauh ( )
c. Gambaran wajah Simetris ( ) Asimetris ( )
d. Molding Caput succedanum ( ) Cephalotoma ( )
4. Mata
Bersih ( ) Sekresi ( ) Ikterik ( X )
5. THT
a. Telinga ( ) Normal ( ) Abnormal ( )
b. Hidung ( )
6. Abdomen
a. Lunak ( ) Tegas ( ) Datar ( ) Kembang ( )
b. Lingkar perut…….cm
c. Liver Kurang 2 cm ( ) Lebih 2 cm ( )

26
7. Toraks
a. Simetris ( ) Asimetris ( )
b. Klavikula normal( ) Abnormal ( )
8. Paru-paru
a. Suara nafas kanan kiri sama ( ) Tidak sama ( )
b. Bunyi nafas di semua lapang paru terdengar ( ) tidak terdengar ( )
menurun ( )
c. Suara nafas bersih ( ) Ronchi ( ) Rales ( ) Sekresi ( )
d. Respirasi spontan ( ) alat bantu :
9. Jantung
a. Bunyi normal ( ) Frekuensi :
b. Murmur ( )
c. Waktu pegisian kapiler :
10. Ekstremitas
a. Gerakan bebas ( ) ROM terbatas ( ) Tidak terkaji ( )
Nadi perifer Keras Lemah Tidak ada
Brakial kanan
Brakial kiri
Femoral kanan
Femoral kiri
11. Umbilikus
Normal ( ) Abnormal ( )
Inflamasi ( ) Drainase ( )
Jumlah pembuluh darah :
Ekstremitas atas Normal ( ) Abnormal ( ) sebutkan :
Ekstremitas bawah Normal ( ) Abnormal ( ) sebutkan :
Panggul Normal ( ) Abnormal ( ) tidak terkaji ( )

27
12. Genital
Perempuan normal ( ) Laki-laki normal ( ) Abnormal ( )
13. Anus Paten( ) Imperforata ( )
14. Kulit
a. Warna pink ( ) Pucat ( ) Jauundice ( X )
Sianosis pada kuku ( ) Sirkumoral ( )
Periorbital ( ) Seluruh tubuh ( X )
b. Kemerahan (rash) ( )
c. Tanda lahir :
15. Suhu

a. Lingkungan : Inkubator ( X ) Boks terbuka ( ) Pengaturan suhu ( X )

b. Suhu kulit : suhu tubuh tidak stabil (hipo/hipertermi)

B. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko cedera b.d abnormal tes darah : peningkatan bilirubin.
2. Risiko kekurangan volume cairan b.d medikasi: fototerapi
3. Ansietas b.d krisis situasional.

C. Intervensi Keperawatan

Nursing Diagnosis Nursing Outcomes Nursing Interventions


Risiko cedera b.d Bayi baru lahir dapat Fototerapi: neonatus
abnormal tes darah: beradaptasi pada 1. Mereview riwayat ibu dan
peningkatan lingkungan ekstrauteri anak terhadap faktor
bilirubin. dengan kematangan resiko terjadinya
fisiologi: hiperbilirubinemia (mi:
Indikator: Rh atau ABO

28
 Tingkat billirubin dalam inkompatibiliti,
rentang normal. policitemia, sepsis,
prematur dan
malpresentasi)
2. Tempatkan bayi pada
ruang isolasi
3. Jelaskan pada keluarga
prosedur fototerapi dan
perawatannya
4. Memakaikan penutup
mata untuk menghindari
tekanan yang berlebihan
5. Tempatkan cahaya
fototerapi di atas bayi
dengan tepat
6. Cek intensitas cahaya.
7. Pantau tanda-tanda vital
sesuai protokol atau
kebutuhan
8. Rubah posisi bayi setiap 4
jam atau sesuai dengan
protokol
9. Pantau tingkat serum
bilirubin, sesuai protokol
atau atas permintaan
praktisi.
10. Melaporkan nilai lab pada
praktisi primer

29
11. Pantau status neurologis
setiap 4 jam atau sesuai
protokol
12. Dorong keluarga untuk
berpartisipasi dalam
terapi cahaya
13. Instruksikan keluarga
untuk foto terapi di rumah
dengan tepat
Risiko kekurangan Selama bayi dalam progran Manajemen cairan:
volume cairan b.d medikasi fototerapi 1. Timbang berat badan
medikasi: fototerapi keseimbangan cairan dapat setiap hari
dipertahankan. 2. Pantau status hidrasi (mis:
Indikator: kelembaban membran
 Keseimbangan masukan mukosa, keadekuatan
dan haluaran selama 24 nadi, tekanan darah
jam ortostatik) dengan tepat
 Berat badan stabil 3. Pantau tanda-tanda vital
 Hidrasi kulit baik 4. Pantau pencernaan

 Membran mukosa makanan dan cairan dan

lembab. hitung masukan kalori

 Serum elekrolit DBN setiap hari dengan tepat.

 Hematokrit DBN 5. Observasi tanda hidrasi


(mis: tekanan fontanel,
turgor kulit jelek,
penurunan berat badan)
6. Dorong masuk makanan 8
kali setiap hari

30
7. Kelola terapi IV dengan
tepat
Ansietas b.d krisis Selama bayi dalam Mengurangi cemas:
situasional. perwatan, koping adaptif 1. Jelaskan semua prosedur,
keluarga meningkat. meliputi sensasi yang
 Mengidentifikasi mungkin dialami selama
kefektifan pola koping prosedur
 Verbalisasi 2. Sediakan informasi faktual
pengontrolan perasaan tentang diagnosis,
 Verbalisasi penerimaan penanganan dan prognosis
stuasi 3. Dukung klien untuk

 Menggunakan perilaku menemani anak dengan

yang dapat mengurangi cara yang tepat

stres 4. Dengarkan dengan penuh

 Melaporkan penurunan perhatian

pikiran negatif 5. Bantu klien untuk


mengidentifikasikan situasi
yang menciptakan cemas

31
D. TINDAKAN PADA NEONATUS HIPERBILIRUBINEMIA
1. Fototerapi

Terapi sinar ini dimulai pada tahun 1958 oleh Cremer, dimana bayi disinari
dengan cahaya bilirubin. Cahaya yang diarahkan ke kulit bayi menyebabkan suatu
perubahan kimia pada molekul bilirubin didalam jaringan bawah kulit. Dengan
adanya perubahan ini, maka bilirubin bias segera dibuang tanpa harus diubah
terlebih dahulu oleh hati. Jika kadar bilirubin sangat tinggi, dilakukan terapi ganti,
dimana darah bayi dibuang untuk membuang bilirubin dan diganti dengan darah
segar.
Kriteria Alat
a. Menggunakan panjang gelombang 425-475 nm.
b. Intensitas cahaya yag biasa digunakan adalah 6-12 mwatt/cm2 per nm.
c. Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm diatas bayi.
d. Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah, terdiri dari biru
(F20T12), cahaya biru khusus (F20T12/BB) atau daylight fluorescent tubes.
Prosedur Pemasangan Fototerapi
a. Pengertian
Terapi sinar dengan gelombang cahaya 425-475 nm.
b. Tujuan
Untuk menurunkan kadar bilirubin didalam jaringan dan serum dengan cara
menyinari seluruh permukaan tubuh/kulit bayi, sehingga dapat memecah
bilirubin jadi larut dalam air dan dapat dikeluarkan bersama urin.

32
c. Prosedur
1) Indikasi
Fototerapi biasanya dilakukan bila kadar bilirubin direk sudah mencapai
setengah dari transfusi tukar.
2) Persiapan
1. Orangtua: dijelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan, tujuan dan
kegunaan fototerapi.
2. Alat fototerapi siap dipakai, yaitu:
Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi
dengan baik.
 Ganti tabung/lampu fluoresens yang telah rusak atau berkedip-kedip
(flickering)
 Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung
tersebut.
 Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan,
walaupun tabung masih bisa berfungsi.
 Gunakan linen putih pada basinet atau incubator, dan tempatkan
tirai putih disekitar daerah unit fototerapi ditempatkan untuk
memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi.
3. Lingkungan: pertahankan suhu kamar 28-30oC, dengan cara
mengangatkan ruangan tempat unit fototerapi ditempatka, sehingga
suhu dibawah lampu 28-30oC.
4. Klien/bayi:
 Perawat cuci tangan
 Lepaskan baju dan popok bayi
 Pastikan suhu bayi dala batas normal
5. Pasang plester non alergi di pelipis kanan dan kiri bayi

33
6. Pasang penutup mata dengan bahan yang tidak tembus sinar, tempelkan
plester penutup mata diatas plester yang dipelipis. Pada saat menutup
mata bayi dengan penutup mata, pastikan lubang hidung bayi tidak ikut
tertutup.
3) Pelaksanaan
a. Baringkan bayi di bawah fototerapi dengan jarak 35-50 cm: jika berat
badan bayi 2 kg atau lebih,tempatkan bayi dalam keadaan telanjang
pada basinet/ boks bayi, bila bayi kurang dari 2 kg, tempatkan bayi dala
incubator.
b. Hidupkan fototerapi
c. Catat tangga dan jam awal penggunaan fototerapi. Pencatatan dilakukan
berkesinambungan.
d. Observasi warna kulit bayi tiap 8 jam: catat warna dan keadaan kulit.
e. Ubah posisi tidur: telentang/tengkurap tiap 3 jam.
f. Monitor suhu untuk mencegah hipotermi dan hipertermi: ukur suhu bayi
dan suhu udara di bawah sinar fototerapi setiap 3 jam. Bila suhu bayi
lebih dari 37,5oC, sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara
dipindahkan bayi dari unit fototerapi sampai suhu bayi antara 36,5oC-
37,5oC.
g. Cukupi kebutuhan cairan bay cairan bayi, yaitu:
 Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ad libitum, paling
urang setiap 3 jam.
 Selama menyusui, pindahkan bayi dari unit fototerapi dan lepaskan
penutup mata.
 Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan cairan atau
makanan lain (seperti: pengganti ASI, air, air gula,dan lain-lain),
tidak ada manfaatnya.

34
 Bila bayi menerima cairan per IV/infuse atau ASI yang telah
dipompa (ASI perah), tingkatkan volume total per hari selama bayi
masih di terapi sinar.
 Bila bayi menerima cairan per IV/infuse atau makanan melalui
NGT, jangan pindahkan bayi dari sinar fototerapi.
h. Lepaskan penutup mata pada setiap touching time dan nilai keadaan
mata.
i. Laksanakan parent-infant bounding.
j. Informasikan keadaan bayi setiap hari kepada orangtua.
k. Kolaborasi dengan dokter dalam pemeriksaan dan hasil pemeriksaan
bilirubin.
l. Matikan lampu selama proses pengambilan darah atau matikan lampu
sebentar untuk mengetahui apakah bayi mengalam sianosis sentral
(lidah dan bibir biru) bila bayi sedang menerima oksigen.
m. Fototerapi dihentikan bila nilai bilirubin dalam batas normal.
n. Bila kadar bilirubin mendekai jumlah indkasi transfusi tukar,
persiapkan untuk tindakn tersebut seperti memindahkan bayi ke pusat
atau rumah sakit yang siap untuk tatalaksana transfusi tukar. Sertakan
conth darah ibu dan bayi.
Prosedur Pemberhentian Fototerapi
a. Pengertian
Pemberhentian pemberian fototerapi karena kadar bilirubin serum sudah dalam
batas normal.
b. Tujuan
Untuk menghindari efek samping fototerapi dan pemborosan.
c. Prosedur
1) Indikasi

35
Biasanya diindikasikan bila kadar bilirubin <12mg% utuk bai cukup bulan
dengan berat diatas 3000 gram dan <10mg% untuk bayi kurang bulan
dengan berat badan kurang dari 2500mg%.
2) Persiapan
Gunakan alcohol swab bila perlu untuk melepaskan plester (untuk bayi
yang tidak alergenis).
3) Pelaksanaan
 Berritahu kedua orangtua
 Cuci tangan
 Matikan lampu fototerapi
 Lepaskan penutup mata dengan hati-hati dan bila perlu gunakan
alcohol swab untuk melepaskan plester di pelipis kanan dan kiri.
 Nilai keadaan kulit dan mata bayi
 Pakaikan baju dan popok, bila perlu dibedong
 Catat di lembar pengawasan khusus, tangal, jam, saat fototerapi
dihentikan dan lamanya terapi sinar
 Catat tanggal, jam dan jumlah pemakaian lampu fototerapi pada
format yang tersedia
 Cuci tangan
 Kembalikan alat fototerapi ke tempatnya
 Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa
kembali bayi bila bai bertambah kuning (untuk bayi yang sudah
pulang ke rumah).

36
2. Tranfusi Tukar

Pengertian
Transfusi tukar adalah tindakan menukar darah neonates dengan darah yang berasal
dari donor, atau tindakan mengeuarkan darah bayi dan menggantikannya dengn
darah baru. Transfusi tukar diperkenalkan pertama kali oleh Dr. Alfred Hart pada
tahun 1924.
Tujuan
Mengganti darah untuk memperbaiki keadaan bayi dan mempertahankan biirubin
serum pada tingkat yang tidak menimbulkan keracunan pada saraf oleh sebab
apapun, yang pada intinya tujuan dari transfusi tukar ini adalah:
a. Untuk menurunkan konsentrasi bilirubin
b. Memperbaiki anemia dengan cara mengganti eritrosit yang dapat dihemolisis
c. Membuang antibody yang enyeabkan hemolisis
d. Embuang toksin pada sepsis
Indikasi Transfusi Tukar
a. Hiperbilirubinemia
b. Penyakit hemolisis pada neonates
c. Koagulasi Intravaskuler secara menyeluruh (DIC)
d. Hiperkalemi yang tidak berhasil denan pengobatan (Calsium Glukonas,
Natriumbikarbonas, insulin)
e. Hipermagnesia disertai gangguan nafa yang berat
f. Gangguan metabolic yang berakibat asidosis berat

37
g. Sepsis
Persiapan
a) Persiapan Umum
1. Dokter memberikan penjelasan pada orangtua mengenai rencana transfusi
tukar terhadap bayinya.
2. Ijin operasi/tindakan dari orangtua.
b) Personil
Operator yang melaksanakan tindakan transfusi tukar ini adalah dokter/dokter
anak.
Ada dua asisten: bisa dokter, perawat, atau bidan yang trampil
 Asisten Pertama:
Untuk mencatat jumlah darah yang masuk dan keluar.
Mencatat obat-obatan yang diberikan selama transfusi tukar.
 Asisten Ke Dua:
Menyiapkan perlengkapan tindakan.
Memasukkan sample darah untuk pre dan post transfusi sesuai dengan
program pengobatan.
c) Pemeriksaan Laboratorium
Bayi : darah lengkap, golongan darah dan tes Coomb
Ibu : golongan darah atau Rh, Kadar Hb bila perlu
Ayah : golongan darah atau Rh
d) Persiapan Alat
Alat-alat yang biasa dipersiapkan antara lain:
1. Baki steril berisi: spuit 20 cc, spuit 1 cc, treeway stopcock, umbilical set,
feeding tube/umbilical catheter, bengkok, botol-botol steril, benang dan
jarum, infuse set, blood transfusi set, masker, sarung tangan.
2. Obat-obatan: calcium glukonas 10%, NaCl 0,9%, Heparin, cairan infuse
sesuai instruksi dokter.

38
3. Lain-lain: stetoskop, thermometer, jam, kertas dan pulpen, alat suction,
oksigen, alat EKG.
Proses Transfusi Tukar
Penggantin 5 ml darah bayi dengan daarah yang sudah dihangatkan, dilaksanakan
setiap 3 menit pelan-pelan. Pencatat waktu hendaknya diaktifkan selama proses
dilaksanakan.
Tempat darah/bag tidak boleh diperas untuk menghindari penggumpalan, bahaya
emboli. Selama proses, bag pelan-pelan digerakkan agar dapat mempertahankan
hematokrit, dan keketaannya dapat terjamin.
Setelah setengah kebutuhan sudah dikerjakan, diberikan 1 ml Calcium Glukonas
10%, karena pengawet darah di dalam bag darah yaitu Citrat Buffer akan mengikat
Calcium, dan akan menurunkan level ionized calcium, yang pada gilirannya akan
menyebabkan hipokalsemia. Pemberiannya lewat arteri umbilikalis atau pembuluh
darah perifer, bukan lewat kateter pada vena yang sama.
Pada tahap akhir pengambilan darah bayi, diperiksakan ke laboratorium untuk
pemeriksaan pasca transfusi tukar.
Komplikasi Transfusi Tukar
Selama Proses:
 Emboli
 Gangguan keseimbangan cairan
 Aritmia
 Asidosis
 Sesak nafas
 Hiperkalemia
 Anemia atau polisitemia
 Fluktuasi tekanan darah serebral
Sesudah Proses
 Infeksi

39
 Hipokalsemia
 Hipoglikemia
 Hipernatremia
 Trombositopenia
 Gangguan pembekuan darah
 Necrotizing Entero Colitis (NEC)
 Infeksi melalui donor darah
Jadi, hal-hal yang harus diperhatikan pada bayi setelah transfusi tukar adalah:
 Observasi tanda vital
 Perhatikan perdarahan pada umbilical
Perhatikan apakah ada tanda-tanda emboli atau thrombus dengan tanda-tanda sianotik
pada kaki dan parise pada kedua kaki

40
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hiperbilirubinemia merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir dimana
kadar bilirubin serum total lebih dari 10 mg% pada cukup bulan dan 15mg% pada
bayi kurang bulan sehingga menyebabkan jaundice pada kulit, sclera, mukosa dan
urine.
Klasifikasi Hiperbilirubinemia terbagi menjadi Ikterus Fisiologis, Ikterus
Patologis/Hiperbilirubinemia, Kern Ikterus.
Etiologi hiperbilirubin antara lain (Anonim, 2008) : Peningkatan produksi,
Hemolisis, Perdarahan tertutup , Ikatan bilirubin dengan protein terganggu ,
Defisiensi G6PD (Glukosa 6 Phostat Dehidrogenase), Breast milk jaundice ,
Kurangnya enzim glukoronil transferase, Kelainan congenital, Gangguan
transportasi , Gangguan fungsi hati , Gangguan ekskresi, Peningkatan sirkulasi
enterohepatik.
Gejalanya berupa: Rasa mengantuk, Tidak kuat menghisap, Muntah,
Opistotonus (posisi tubuh melengkung, leher mendekati punggung), Mata
berputar-putar ke atas, Kejang bisa diikuti dengan kematian.
Pemeriksaan diagnostik terdiri dari Pemeriksaan bilirubin serum dan
Ultrasound untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu.
Penatalaksanaan Medis dan Perawatan meliputi perawatan, pengobatan
terdiri dari fototherapi, transfusi pengganti, terapi obat serta Pemberian makanan
sejak dini (pemberian ASI).
Komplikasi yang terjadi yaitu Bilirubin enchepalopathy (komplikasi serius),
Kernikterus; kerusakan neurologis, cerebral palsy, retardasi mental, hiperaktif,
bicara lambat, tidak ada koordinasi otot dan tangisan yang melengking.

41
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat kami mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca agar pada pembuatan makalah kami selanjutnya akan jauh lebih baik.
Untuk kurang dan lebihnya kami mohon maaf karena kami masih pada tahap
pembelajaran.

42
Daftar Pustaka

Anonim. (2009). Hiperbilirubin. http://www.tanyadokter.com/disease.asp


?id=1001356. Diakses tanggal 19 Agustus 2017

Anonim. (2008). Hiperbilirubinnemia. http://one.indoskripsi.com/. Diakses tanggal 19


Agustus 2017

Donagh, D, Antony, Maisels, J. (2008). Fototerapi Pada Ikterik Neonatus.


http://megamedline.multiply.com/journal/item/13/. Diakses tanggal 19
Agustus 2017

Ika, (2008). Hiperbilirubinemia. http://www.miisonline.org/2008/11/20/. Diakses


tanggal 19 Agustus 2017

Hidayat, A,A. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Cetakan I. Jakarta :


Penerbit Buku Salemba Medika.

Hidayat, A.A. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan,
Cetakan I. Jakarta : Penerbit Buku Salemba Medika

Muhaj, K. (2009). Askep Anak Ikterus Hiperbilirubin.


http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/01/., Diakses tanggal 19 Agustus 2017

Nennisa, (2007). Asuhan Keperawatan Dengan Hiperbilirubin.


http://nennisa.files.wordpress.com/2007/08/.pdf. Diakses tanggal 19 Agustus
2017

Sartika, D. (2008). Hiperbilirubinemia. http://www.imc-


malaysia.org/index.php?option=com_. Diakses tanggal 19 Agustus 2017

43
Sutrisno, 92009). Hiperbilirubinemia. http://trisnoners.blogspot.com/2008/03. html.
Diakses tanggal 19 Agustus 2017

Speer, K.M. (2008). Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik dengan Clinical


Pathways (terjemahan). Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Schwartz, M.W. (2005). Pedoman Klinis Pediatri (terjemahan). Cetakan I. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC

Suriayadi dan Yuliani, R. (2001). Buku Pegangan Praktik Klinik Asuhan keperawatan
Pada Anak. Edisi 1. Jakarta : Penerbit CV Sagung Seto

Windyasih. (2008). Hiperbilirubinemia.http://winddyasih.blogspot.com/2008/


10/hiperbilirubinemia.html. Diakses tanggal 19 Agustus 2017

Wong, D/L. (2004). Pedoman Klinis Keperawatan pediatric (terjemahan). Edisi 4.


Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

44
Lampiran 1

FORMAT PENGKAJIAN NEONATUS

Tanggal Praktek :
Tanggal Pengkajian :
Tanggal klien masuk RS : No. RM :

DATA BAYI / KELUARGA


Nama Bayi : BB / PB :
Jenis Kelami : Apgar Score :
Tanggal lahir / usia : Anak ke :
Nama ibu : Nama ayah :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Pendidikan : Pendidikan :
Alamat :
Dx Medis :

PENGKAJIAN NEONATUS
Instruksi : Beri tanda silang (x) pada istilah yang tepat / sesuai dengan data-data
dibawah ini. Gambarkan semua temuan abnormal secara objektif, gunakan kolom
data tambahan bila perlu.
1. Reflek :
Moro ( ) Mengenggam ( ) Mengisap ( )
2. Tonos / aktifitas
a. Aktif ( ) Tenang ( ) Letargi ( ) Kejang ( )
b. Menangis keras ( ) Lemah ( ) Melengking ( ) Sulit menangis ( )

45
3. Kepala / leher
a. Fontanel anterior Lunak ( ) Tegas ( ) Datar ( )
Menonjol ( ) Cekung ( )
b. Sutura sagitalis Tepat ( ) Terpisah ( ) Menjauh ( )
c. Gambaran wajah Simetris ( ) Asimetris ( )
d. Molding Caput succedanum ( ) Cephalotoma ( )
4. Mata
Bersih ( ) Sekresi ( )
5. THT
a. Telinga ( ) Normal ( ) Abnormal ( )
b. Hidung ( )
6. Abdomen
a. Lunak ( ) Tegas ( ) Datar ( ) Kembang ( )
b. Lingkar perut…….cm
c. Liver Kurang 2 cm ( ) Lebih 2 cm ( )
7. Toraks
a. Simetris ( ) Asimetris ( )
b. Klavikula normal( ) Abnormal ( )
8. Paru-paru
a. Suara nafas kanan kiri sama ( ) Tidak sama ( )
b. Bunyi nafas di semua lapang paru terdengar ( ) tidak terdengar ( )
menurun ( )
c. Suara nafas bersih ( ) Ronchi ( ) Rales ( ) Sekresi ( )
d. Respirasi spontan ( ) alat bantu :
9. Jantung
a. Bunyi normal ( ) Frekuensi :
b. Murmur ( )
c. Waktu pegisian kapiler :

46
10. Ekstremitas
a. Gerakan bebas ( ) ROM terbatas ( ) Tidak terkaji ( )
Nadi perifer Keras Lemah Tidak ada
Brakial kanan
Brakial kiri
Femoral kanan
Femoral kiri
11. Umbilikus
Normal ( ) Abnormal ( )
Inflamasi ( ) Drainase ( )
Jumlah pembuluh darah :
Ekstremitas atas Normal ( ) Abnormal ( ) sebutkan :
Ekstremitas bawah Normal ( ) Abnormal ( ) sebutkan :
Panggul Normal ( ) Abnormal ( ) tidak terkaji ( )
12. Genital
Perempuan normal ( ) Laki-laki normal ( ) Abnormal ( )
13. Anus Paten( ) Imperforata ( )
14. Kulit
a. Warna pink ( ) Pucat ( ) Jauundice ( )
Sianosis pada kuku ( ) Sirkumoral ( )
Periorbital ( ) Seluruh tubuh ( )
b. Kemerahan (rash) ( )
c. Tanda lahir :
15. Suhu

b. Lingkungan : Inkubator ( ) Boks terbuka ( ) Pengaturan suhu ( )

c. Suhu kulit :

47
RIWAYAT PRENATAL ( ANC )
1. Jumlah kunjungan :
2. Bidan / dokter :
3. Pend-kes yang didapat :
4. HPHT :
5. Kenaikan BB selama hamil :
6. Komplikasi hamil :
7. Komplikasi obat :
8. Obat-obatan yang didapat :
9. Pengobatan yang didapat :
10. Riwayat hospitalisasi :
11. Golongan darah ibu :
12. Kehamilan direncanakan/tidak :

PEMERIKSAAN KEHAMILAN ( MATERNAL SCREENING )


1. Rubella :
2. Hepatitis :
3. GO :
4. Herpes :
5. HIV :
6. Sebutkan :

RIWAYAT PERSALINAN ( INTRA NATAL )


1. Awal persalinan :
2. Lama persalinan :
3. Komplikasi persalinan :
4. Terapi yang diberikan :
* Jenis dan jumlah :
* Lama pemberian :

48
1. Lama antara ruptur vagina dan saat partus :
2. Jumlah cairan ketuban :
3. Anestesi yang diberikan :
4. Ada / tidak mekonium :

CATATAN MONITORING FETUS


1. Indikasi dilakukan monitoring :
2. Monitoring internal / eksternal :
3. Pola FHR (Fetal Heart Rate ) :
4. Analisa gas darah :

RIWAYAT KELAHIRAN
1. Lama kala II :
2.Cara melahirkan: Pervaginam ( )
Bantuan forceps/ vacum ( )
Caesar ( )
3.Tempat melahirkan: RS/ Rumah bersalin ( )
Rumah ( )
Tempat lain ( )
4.Anestesi yang didapat :
5.Obat-obatan :
6.Pola FHR kala II :
7. Presentasi : distosia bahu ( ) compound ( )

RIWAYAT POSNATAL
1. Usaha nafas dengan bantuan ( ) tanpa bantuan ( )
2. Apgar score 5 menit pertama ( ) 5 menit kedua ( )
3. Kebutuhan resusitasi
I. Jenis :

49
II. Lama:
4. Adanya trauma lahir ( )
5. Adanya narkosis ( )
6. Keluarnya urine ( )
7. Prosedur yang dilakukan :
* Aspirasi gaster ( )
* Suction ( )
* Lain-lain ( )

RIWAYAT SOSIAL
1. Struktur keluarga (Genogram 3 generasi)
2. Budaya : Suku……………… Agama………………
Bahasa utama…………….
3. Perencanaan makanan bayi :
4. Problem sosial yang penting :
*Perbedaan bahasa ( )
*Kurangnya sistem pendukung sosial ( )
*Riwayat penyalahgunaan zat adiktif ( )
*Lingkungan rumah kurang memadai ( )
*Keuangan ( )
*Lain-lain ( )
5. Hubungan orang tua dan bayi:
Ibu Tingkah laku Ayah
Menyentuh
Memeluk
Berbicara
Berkunjung
Memanggil nama

50
Kontak mata

a. Orang terdekat yang dapat dihubungi :


b. Orang tua berespon terhadap penyakit : ya ( ) tidak ( )
Respon:
c. Orangtua berespon terhadap hospitalisasi : ya ( ) tidak ( )
Respon:
d. Anak yang lain :
No. Nama anak Jenis Riwayat Jenis imunisasi
kelamin persalinan

e. Data tambahan :
Reflek- reflek pada bayi :
- Rooting
- Suching
- Ekstrusion
- Kremastrik
- Babinski
- Glabellar
- Moro, dll

51
DATA LABORATORIUM

TERAPI

52
Lampiran 2

PENANGANAN HIPERBILIRUBINEMIA PADA ANAK


DI IGD

No. Dokumen No. Revisi Halaman


................... .................. 1/5
Ditetapkan
STANDAR Tanggal terbit Direktur,
OPERASIONAL
PROSEDUR .....................
(SMF...............)
Dr. AGUNG BASUKI, M.Kes
NIP. 19600504 198902 1 002
1. Prosedur yang mengatur tentang penatalaksanaan
hiperbilirubinemia pada anak.
2. Hiperbilirubinemia/ Ikterus adalah pewarnaan kuning
di kulit, konjungtiva dan mukosa yang terjadi karena
meningkatnya kadar bilirubin dalam darah.
3. Ikterus akan nyata apabila didapatkan kadar bilirubin
dalam darah > 5 mg% ( 85 µmol/L).
4. Ikterus fisiologis
 Awitan terjadi setelah 24 jam
Pengertian
 Memuncak pada 3 – 5 hari
 Bayi cukup bulan rata-rata memiliki kadar bilirubin
serum puncak 5 – 6 mg/dl
 Ikterus fisiologis berlebihan jika bilirubin serum
puncak 7 – 15 mg/dl pada bayi cukup bulan
5. Ikterus Patologis
 Awitan terjadi sebelum 24 jam
 Tingkat kenaikan > 0,5 mg/dl/jam
 Tingkat CutOff

53
 > 12 mg/dl pada bayi cukup bulan
 > 10 mg/dl pada bayi premature

PENANGANAN HIPERBILIRUBINEMIA PADA ANAK


DI IGD

No. Dokumen No. Revisi Halaman


................... .................. 2/5
 Ikterus bertahan
 > 8 hari pada bayi cukup bulan
 > 14 hari pada bayi prematur
6. Pemeriksaan :
 Pemeriksaan klinis ikterus dapat dilakukan pada
bayi baru lahir dengan menggunakan pencahayaan
yang memadai.
 Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat dengan
sinar lampu dan bisa tidak terlihat dengan
Pengertian penerangan yang kurang.
 Ikterus muncul pertama di daerah wajah, menjalar
ke arah kaudal tubuh, dan ekstremitas.
 Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan
untuk memastikan warna kulit dan jaringan
subkutan:
 Hari 1, tekan pada ujung hidung atau dahi;
 Hari 2, tekan pada lengan atau tungkai;
 Hari 3 dan seterusnya, tekan pada tangan dan
kaki.

54
 Pembagian Ikterus menurut Kramer
 Derajat I, daerah kepala dan leher, perkiraan
bilirubin 5,0 mg/dl
 Derajat II, daerah badan atas, perkiraan bilirubin
9,0 mg/dl
 Derajat III, daerah badan bawah hingga tungkai,
perkiraan bilirubin 11,4 mg/dl
 Derajat IV, daerah lengan, kaki bawah, dan
lutut, perkiraan bilirubin 12,4 mg/dl

PENANGANAN HIPERBILIRUBINEMIA PADA ANAK


DI IGD

No. Dokumen No. Revisi Halaman


................... .................. 3/5
 Derajat V, telapak tangan dan kaki, perkiraan
bilirubin 16,0 mg/dl
 Pemeriksaan penunjang
Pengertian
 Kadar bilirubin serum total
 Pemeriksaan darah rutin

1. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.


2. Pasien mendapatkan penanganan yang sesuai dengan
prosedur yang berlaku di RSUD Bangil.
Tujuan
3. Memperlancar proses pelayanan antara Instalasi Gawat
Darurat dengan Unit Rawat Inap RSUD Bangil.

A. Standar Pelayanan Minimal RSUD Bangil.


Kebijakan
B. Wewenang untuk melakukan prosedur adalah :

55
1. Dokter Spesialis Anak.
2. Dokter IGD.

1. Membedakan ikterus fisiologis atau patologis dari


anamnesis
2. Tentukan derajat ikterus menurut pembagian teori
Kramer
3. Jika tingkat ikterus kelihatannya terlalu tinggi untuk usia
bayi atau curiga patologis, lakukan pengukuran bilirubin
serum total
Prosedur 4. Tata laksana berdasarkan macam ikterus:
a. Ikterus fisiologis
 Ikterus fisiologis tidak memerlukan penanganan
khusus dan dapat rawat jalan dengan nasehat
untuk kembali jika ikterus berlangsung lebih dari
2 minggu.

PENANGANAN HIPERBILIRUBINEMIA PADA ANAK


DI IGD

No. Dokumen No. Revisi Halaman


................... .................. 4/5
 Jika bayi dapat menghisap, anjurkan ibu untuk
menyusui secara dini dan ASI ekslusif lebih
sering minimal setiap 2 jam.
Prosedur
 Letakkan bayi ditempat yang cukup mendapat
sinar mata hari pagi selama 30 menit selama 3-4
hari. Jaga agar bayi tetap hangat.

56
b. Ikterus patologis
 Lakukan pemeriksaan darah lengkap, bilirubin
serum total, atau pemeriksaan penunjang lain
yang diperlukan.
 Pasang jalur parenteral
 Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan
dan kalori yang sesuai dengan kebutuhan anak.
 Jika anak tidak dapat menyusu, berikan ASI
melalui pipa nasogastrik atau dengan gelas dan
sendok.
 Kelola faktor risiko (asfiksia dan infeksi) karena
dapat menimbulkan ensefalopati biliaris.
 Konsul Dokter Spesialis Anak untuk menentukan
tatalaksana khusus.
 Tindakan khusus
 Fototerapi: Dilakukan apabila telah
ditegakkan hiperbilirubin patologis
dan berfungsi untuk menurunkan
bilirubin dalam kulit melalui tinja dan
urine dengan oksidasi foto.

PENANGANAN HIPERBILIRUBINEMIA PADA ANAK


DI IGD

No. Dokumen No. Revisi Halaman


................... .................. 5/5

57
 Pemberian fenobarbital: Mempercepat
konjugasi dan mempermudah
ekskresi. Namun pemberian ini tidak
efektif karena dapat menyebabkan
gangguan metabolic dan pernafasan
baik pada ibu dan bayi.
 Memberi substrat yang kurang untuk
transportasi/ konjugasi, misalnya
pemberian albumin karena akan
mempercepat keluarnya bilirubin dari
ekstravaskuler ke vaskuler sehingga
bilirubin lebih mudah dikeluarkan
Prosedur dengan transfusi tukar.
 Terapi transfusi: digunakan untuk
menurunkan kadar bilirubin yang
tinggi.
Terapi obat-obatan, misalnya obat
phenorbarbital/ luminal untuk
meningkatkan bilirubin di sel hati
yang menyebabkan sifat indirect
menjadi direct, selain itu juga berguna
untuk mengurangi timbulnya bilirubin
dan mengangkut bilirubin bebas ke
organ hati.

 Kern ikterus/ ensefalopati biliaris

Komplikasi  Tuli Sensorineural


 Serebral Palsi Koreoatetoid

58
 Abnormalitas daya pandang
Unit yang Bagian llmu Penyakit Anak
menangani
Instalasi Gawat Darurat, Unit Rawat Inap, Komite Medik.
Unit terkait
Kepustakaan:

Rohsiswatmo R. 2013. Indikasi Terapi Sinar pada Bayi Menyusui yang Kuning. Buku
Indonesia Menyusui. IDAI. Diunduh dari [http://idai.or.id/public-
articles/klinik/asi/indikasi-terapi-sinar-pada-bayi-menyusui-yang-kuning.html].
diakses tanggal 9 Mei 2015.

59

Vous aimerez peut-être aussi