Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
KAJIAN PUSTAKA
suplai darah ke otot jantung karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner
jenis, yaitu stable coronary artery disease (SCAD) dan acute coronary syndrome
(ACS). Penyakit jantung koroner stabil (SCAD) merupakan salah satu bagian dari
penyakit jantung koroner yang ditandai dengan manifestasi klinis berupa adanya
bersifat sementara, akibat dari iskemia/hipoksia, yang secara umum dapat dipicu oleh
olahraga yang berlebihan, emosi, maupun stress yang terjadi secara berulang maupun
tidak nyaman pada dada (angina pectoris) yang berlangsung singkat dan membaik
iskemia/infark miokard yang terjadi akibat penurunan jumlah aliran darah koroner
yang berlangsung dengan tiba-tiba. Penanda/ marker utama dari ACS adalah
asupan oksigen yang tersedia, yang umumnya disebabkan oleh obstruksi arteri
koroner. Ketidakseimbangan ini juga dapat disebabkan oleh beberapa kondisi lain
seperti peningkatan kebutuhan oksigen pada kondisi pembatasan aliran darah akibat
adanya lesi miokard, insufisiensi koroner oleh penyebab lain (contoh : angina
vasospastik, coronary embolism (emboli koroner), arteritis koroner; dapat dipicu juga
oleh penyebab non koroner seperti hipotensi, anemia parah, hipertensi, takikardia,
lain yang tidak berhubungan langsung (contoh : stress kardiomiopati, emboli paru,
gagal jantung berat, dan sepsis). Berdasarkan peningkatan segmen ST/ ST-segment
bila tidak ditemukan peningkatan segmen ST dan dinyatakan sebagai STEMI apabila
atau sesak pada daerah dada depan (namun dapat juga menyebar ke daerah
leher, bahu, rahang, maupun lengan). Angina pada umumnya dipicu oleh
aktivitas yang berat atau stress emosional. Beberapa orang dapat mengalami
gejala lain seperti perut terasa tidak nyaman, sesak nafas, atau mual. Angina
adalah gejala utama dari iskemik miokard yang umumnya disebabkan oleh
penyempitan pembuluh darah arteri koroner sehingga suplai aliran darah kaya
oksigen menuju jantung menjadi terhambat. The Health Survey for England,
pada tahun 2006 melaporkan sekitar 8% pria dan 3% wanita berusia 55 sampai
64 tahun sudah pernah mengalami angina, sedangkan untuk wanita dan pria
sebanyak 14% dan 8%. Diperkirakan hampir dua juta orang di Inggris sudah
Gejala yang umum timbul pada angina stabil adalah rasa tidak nyaman pada
daerah dada. Rasa nyeri yang timbul dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori,
yang terdiri dari lokasi, karakteristik, durasi, dan hubungannya dengan aktivitas
bawah atau gigi, diantara tulang belikat atau dapat pula terasa pada lengan
Rasa tidak nyaman tersebut sering dijelaskan sebagai tekanan, rasa sesak/
dalam durasi waktu yang singkat, biasanya tidak lebih dari 10 menit atau
bahkan kurang dari 1 menit pada sebagian besar kasus. Namun apabila nyeri
saat berada di daerah berudara dingin, dan gejala akan menghilang dalam
stress emosional
(probable)
Non anginal chest pain Kurang atau hanya memenuhi 1 dari 3 karakteristik
tersebut
2.3 CLOPIDOGREL
penting untuk mencegah terjadinya agregasi platelet/ event trombotik akut sekaligus
kardiovaskular akut (infark miokard dan kematian). Salah satu antiplatelet yang
bioaktivasi oleh hepar untuk dapat berubah menjadi bentuk aktifnya. Metabolit aktif
dengan reseptor P2Y12 pada permukaan platelet, sehingga reseptor tidak dapat
melalui metabolisme hepatik. Clopidogrel yang diberikan melalui rute oral akan
diabsorbsi, sebanyak 85% dari clopidogrel akan diubah menjadi bentuk metabolit
tersisa akan mengalami 2 tahap transformasi untuk menjadi metabolit aktif. Pada
tahap kedua dengan bantuan enzim CYP3A4/5, CYP2B6, CYP2C19, atau CYP2C9
irreversible dengan reseptor P2Y12 pada permukaan platelet, yang akan menghambat
aktivasi platelet selama masa hidup platelet (~10 hari). Pada kondisi normal reseptor
akan mengaktivasi kompleks glikoprotein (GP) IIb/IIIa secara lemah dan sementara.
Ikatan antara reseptor P2Y12 dengan ADP juga akan menstimulasi rilis granul-granul
platelet yang mengandung lebih banyak ADP yang selanjutnya akan semakin
meningkatkan aktivasi (GP) IIb/IIIa. Ketika (GP) IIb/IIIa sudah teraktivasi, maka
(GP) IIb/IIIa akan mengikat fibrinogen yang larut dan faktor von Willebrand yang
akan memicu agregasi platelet. Berdasarkan proses terjadinya agregasi platelet, dapat
terlihat bahwa penghambatan ikatan antara reseptor P2Y12 dengan ADP oleh
clopidogrel memberikan efek yang signifikan terhadap penurunan aktivasi platelet
yang pada akhirnya juga mengurangi bahkan mencegah agregasi platelet (Libertas
Academia, 2010)
clopidogrel berlangsung melalui dua tahap yang dikatalisis oleh enzim CYP2C19,
terlibat meningkatkan peluang untuk terjadinya variasi genetik. Gen CYP2C19, yang
merupakan anggota dari CYP450, memiliki tingkat polimorfisme yang tinggi, yang
allel), CYP2C19*2 dan CYP2C19*3 (loss of function allel), dan CYP2C19*17 (gain
of function allel). Adanya polimorfisme genetik pada gen penyusun enzim CYP2C19
clopidogrel, sehingga jumlah metabolit aktif yang dihasilkan menurun dan berujung
dengan penurunan efek antiplateletnya. Suatu studi yang dilakukan terhadap 8 orang
memiliki daya inhibisi agregasi platelet 30% dan 37% lebih rendah dibandingkan
cukup tinggi pada ras Asia, yaitu sekitar 29-35% (SA Scott et al, 2013).
pasien terhadap terapi antiplatelet. Terdapat tiga jenis ketegori tes yang umum
digunakan untuk memonitor efek terapi clopidogrel. Kategori pertama adalah tes
platelet.,
Test fenotip dilakukan untuk mengukur reaktivitas platelet pada pasien yang
sedang menggunakan clopidogrel. Terdapat beberapa jenis test yang dapat dilakukan
untuk mengetahui reaktivitas platelet, seperti rapid point of care platelet function
sebagai tes fenotip karena tes-tes tersebut bertujuan untuk mengetahui keadaan
Light transmission aggregometry ditemukan pada awal tahun 1960 dan sampai
saat ini masih digunakan sebagai standar utama untuk tes fungsi platelet. Meskipun
tes ini sangat banyak digunakan, namun tes ini kurang terstandarisasi dengan baik
dan terdapat variasi yang luas dalam praktiknya di laboratorium ( Jennings et al,
Sampel darah yang sudah diberi buffer sitrat yang telah dikumpulkan
disentrifuge untuk memperoleh plasma yang kaya akan platelet dan plasma
kaya akan platelet (platelet rich plasma/PRP) tabung berisi darah utuh harus
yang selalu berputar tanpa berhenti pada suhu ruangan. PPP (platelet poor
Pada akhir proses sentrifugasi sebanyak 2/3 bagian dari PRP dan PPP
harus diambil secara hati-hati dengan menggunakan pipet plastik dan tidak
boleh menyentuh lapisan keruh dan sel-sel darah merah. PRP dan PPP
dan disimpan pada suhu ruangan. PRP selanjutnya dibiarkan selama 30 menit
Cattano et al 2007). Analisis PRP dengan jumlah platelet <150 x 109/L masih
dan ristocetin. Tambahan agonis lain yang dapat digunakan antara lain
adalah epinephrine (0.5-10 µM), ADP (0.5-20 µM), dan collagen (1.0-
5.0µg/ml).
c) Prosedur LTA
cahaya)
2.4.2
1.5 POLYMERASE CHAIN REACTION
Penemuan terkait fungsi dan peran DNA dalam kehidupan, dahulu menjadi suatu
rangsangan luar biasa bagi munculnya berbagai penelitian genetik dan banyak ahli
biologi terkenal terutama Delbruck, Chargaff, Crick, dan Monod turut berkontribusi
pada masa kejayaan ilmu genetika. Pada tahun 1971-1973 penelitian genetik
biologi. Suatu metode baru yang disebut sebagai teknologi DNA rekombinan atau
genetic engineering berhasil ditemukan. Adapun inti dari teknologi DNA rekombinn
ini adalah gene cloning. .Teknologi DNA rekombinan ini memungkinkan proses
Polymerase Chain Reaction (PCR) ditemukan oleh Kary Mullis pada tahun 1985.
sequencing DNA. Jika dahulu untuk melakukan kloning digunakan molekul DNA
yang kemudian dimasukkan dalam host berupa plasmid bakteri dimana molekul DNA
rekombinan akan bereplikasi. Proses ini membutuhkan waktu yang cukup panjang
diinginkan, selain itu gen yang sudah berhasil direplikasi di dalam host akan sulit
untuk ditentukan keberadaannya, karena jumlahnya yang banyak dan bercampur dari
gen-gen lain yang dimiliki oleh host. Namun sekarang, dengan adanya PCR, peneliti
cukup dengan menggunakan DNA yang telah digabung dengan beberapa reagen
kemudian ditempatkan dalam tabung pada thermal cycler dan selanjutnya molekul
DNA mendapat perlakuan sesuai dengan program yang pada akhirnya akan
menghasilkan DNA yang diharapkan dalam jumlah yang besar (Brown, 2010).
akan menempel pada masing- masing pita yang telah terpisah (single strand). Primer
berfungsi sebagai pembatas daerah yang akan diamplifikasi. Dengan adanya primer
pada kedua untai DNA template, maka proses PCR ini dimungkinkan untuk
cara agar amplifikasi hanya terjadi pada DNA target, dan meminimalkan amplifikasi
pada DNA non target. Dalam proses amplifikasi juga selalu menggunakan enzim
DNA polymerase dari Thermus aquaticus, yang bersifat thermostable sehingga tahan
PCR merupakan proses dengan siklus berulang pada suhu yang berbeda yang
meliputi tahapan denaturation, annealing, dan extension. Untai ganda DNA template
oleh komposisi basa penyusun DNA. Semakin tinggi kandungan basa G dan C,
semakin tinggi pula suhu denaturasi yang dibutuhkan karena terdapat 3 ikatan
hidrogen antara basa G dan C, sedangkan basa A dan T hanya memiliki 2 ikatan
hydrogen. Semakin banyak jumlah ikatan hidrogennya maka semakin tinggi pula
Tahap kedua, yaitu penempelan primer pada region tertentu DNA target. Kondisi
dan C, dan konsentrasi primer sendiri. Suhu optimal penempelan primer adalah suhu
sintesis DNA baru yang dikatalisa oleh enzim DNA polymerase (Taq polymerase).
Suhu optimum Taq polymerase umumnya adalah 720C. Panjang untaian DNA yang
1. DNA template
DNA kromosom atau DNA plasmid yang mengandung fragmen DNA target
lisis sel. Prinsip metode lisis sel adalah perusakan dinding sel tanpa merusak
DNA, oleh karena itu dilakukan dengan cara memecah dinding sel
pada sampel. Beberapa komponen buffer yang sering digunakan seperti 5mM
dibutuhkan buffer untuk menjaga pH dan kekuatan ionik bagi kerja enzim
polymerase. Ion Mg2+ berperan sebagai kofaktor bagi enzim polymerase yang
3. Primer
ukuran primer lebih dari 30 basa, tidak terjadi spesifitas secara bermakna,
basa (G+C) primer sebaiknya sama atau lebih besar dari kandungan (G+C)
DNA target, selain itu urutan nukleotida pada ujung 3’ sebaiknya G atau C
5. Enzim Polymerase
940C, dimana ikatan hydrogen antara 2 pita DNA pecah sehingga DNA
2. Kemudian suhu diturunkan hingga 50-600C. Pada suhu ini merupakan suhu
yang optimal untuk penggabungan kedua pita kembali dalam larutan yang
Primer-primer tersebut akan menempel pada posisi spesifik dari DNA pita
untai tunggal.
DNA polymerase) yang menempel pada satu ujung end masing-masing primer
dan membentuk pita DNA baru yang melengkapi DNA template sehingga
akan terjadi proses penempelan (annealing) dan sistesis DNA baru. Siklus ini
Karena keunggulannya ini teknik PCR menjadi teknik yang dianggap paling
1. Posisi pada proses penempelan primer harus diketahui secara tepat agar dapat
membuat primer yang sesuai dengan gen yang akan diperbanyak, sehingga
PCR, sehingga jika dibutuhkan gen yang utuh, harus dilakukan dengan cara kloning
negatif, sehingga pada saat ditempatkan pada daerah bermuatan listrik akan bergerak
menuju ke kutub positif. Perpindahan dari molekul tergantung pada bentuk dan
sehingga molekul DNA harus melaluinya untuk mencapai kutub positif. Molekul
DNA yang lebih kecil akan lebih cepat untuk melewati gel, sehingga metode ini dapat
digunakan untuk memisahkan molekul DNA dengan ukuran molekul yang berbeda.
pewarnaan pita DNA dengan menggunakan Ethidium bromide (EtBr) untuk membaca