Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Diajukan oleh:
Kepada
ABSTRACT
ABSTRAK
Kata Kunci: Identifikasi Bakteri, Ruang Rawat Inap Puskesmas Bulili, Infeksi
Nosokomial.
4
PENDAHULUAN
Infeksi nosokomial masih menjadi perhatian di dunia kesehatan karena dapat
merugikan pasien yang dirawat di Rumah Sakit ataupun fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya. Hal ini terbukti dengan tingginya angka infeksi nosokomial di
dunia, yaitu pada negara berkembang sekitar 10 per 100 pasien yang dirawat
menderita infeksi nosokomial, sedangkan pada negara maju sekitar 7 per 100 pasien
yang dirawat menderita infeksi nosokomial. [1]
Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit dapat
menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme
yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh flora normal dari
pasien itu sendiri (endogenous infection). Udara sangat mutlak diperlukan oleh setiap
orang, namun adanya udara yang terkontaminasi oleh mikroba patogen sangat sulit
untuk dideteksi. Penularan melalui udara ini umumnya mudah terjadi di dalam ruang
yang terututup seperti di dalam gedung Rumah Sakit, bangsal, kamar perawatan, atau
pada laboratorium klinik. [2]
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. [3]
Persyaratan kualitas udara ruang rawat yang ditetapkan oleh Kementrian
kesehatan maksimum 500 CFU/m³ masih belum sepenuhnya terpenuhi. Misalnya, di
ruang rawat inap Rumah Sakit Khusus Penyakit Menular Jakarta ditemukan bahwa
dari 167 spesimen hapus tangan dan kuku petugas yang diperiksa terdapat 85,1%
yang tidak steril yang mengandung 31,6% kuman batang berspora; 17,9% bakteri
Coliform; 12,9% Staphylococcus epidermidis; 7,9% Pseudomonas aeruginosa; 7,3%
Clostridium spp.; 6,2% Klebsiella spp.; 5,1% Streptococcus haemolyticus; 4,5%
Clostridium welchii; 2,8% Proteus spp.; 2,3% E. coli; 1,1% Staphylococcus aureus;
dan 0,6% Pseudomonas spp. Ini berarti, ruang rawat inap Rumah Sakit Khusus
Penyakit Menular Jakarta masih menjadi tempat yang sangat rentan terhadap
penularan penykit infeksi. [4]
5
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian kuantitatif dengan studi observasional desktiptif. Penelitian ini
akan dilakukan pada bulan Juli 2017 di Ruang Rawat Inap Puskesmas Bulili dan
Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah. Sampel dalam penelitian
ini adalah bakteri yang ada di dalam udara di Ruang Rawat Inap Puskesmas Bulili.
Untuk proses pengelolaan sampel dan identifikasi bakteri akan dilakukan di
Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah.
HASIL PENELITIAN
Setelah dilakukan penelitian mengenai Bakteri Udara di Ruang Rawat Inap
Puskesmas Bulili dan laboratorium kesehatan daerah Provinsi Sulawesi Tengah pada
tanggal 31 Juli- 09 Agustus 2017, didapatkan 16 media sampel mengalami
pertumbuhan bakteri. Adapun hasil dari penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut
:
Frekuensi
No Bakteri Total %
Minggu I Minggu II
2 Serratia mercescens 2 2 4 25
Staphylococcus
3 1 1 2 12,5
epidermidis
4 Staphylococcus sp 1 1 2 12,5
5 Serratia sp 1 1 2 12,5
6 Enterobacter sp 1 0 1 6,25
Total 8 8 16 100
dilanjutkan untuk dilakukan uji biokimia agar mendapatkan hasil jenis bakteri.
Berdasarkan data hasil penelitian didapatkan jenis bakteri dari 16 sampel yaitu 5
sampel untuk Staphylococcus aureus (31,25%), 4 sampel untuk Serratia mercescens
(25%), 2 sampel untuk Staphylococcus epidermidis (12,5%), 2 sampel untuk
Staphylococcus sp (12,5%), 2 sampel untuk Serratia sp (12,5%), dan 1 sampel untuk
Enterobacter sp (6,25%).
Dari seluruh jenis bakteri yang ditemukan, bakteri gram positif terbanyak
adalah Staphylococcus aureus sebanyak 31,25% dan bakteri gram negatif terbanyak
adalah Serratia mercescens sebanyak 25%.
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Rawat Inap Puskesmas Bulili dan
Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah dari tanggal 31 Juli 2017
- 09 Agustus 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri udara di
Ruang Rawat Inap Puskesmas Bulili dimana ISPA menempati urutan pertama
sebagai penyakit yang paling sering diderita oleh masyarakat. Pada penelitian ini,
dilakukan pengambilan sampel bakteri udara di Ruang Rawat Inap Puskesmas Bulili
setelah pembersihan dilakukan oleh petugas kebersihan dan pengambilan sampel
terdiri atas 1 ruangan dengan cara meletakkan media agar darah dan Mac Conkey
pada ruangan sebanyak 4 titik di ruangan.
Bakteri udara yang di temukan di Ruang Rawat Inap Puskesmas Bulili adalah
Staphylococcus aureus, Serratia mercescens, Staphylococcus epidermidis,
Staphylococcus sp, Serratia sp, dan Enterobacter sp. Bakteri yang paling banyak
ditemukan yaitu Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang paling banyak
didapatkan melalui udara pada Ruang Rawat Inap Puskesmas Bulili.
Pada penelitian ini bakteri yang paling banyak ditemukan adalah bakteri
Staphylococcus aureus. Bakteri ini ditemukan pada setiap minggunya. Penelitian ini
berbeda dengan hasil yang didapatkan oleh Saleh, dengan judul penelitian ”Pola
Bakteri Aerob Penyebab Infeksi Nosokomial Pada Ruangan Neonatal Intensive Care
Unit (Nicu) Blu Rsup Prof. Dr. R. D Kandou Manado". Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif yaitu untuk melihat pola bakteri aerob penyebab infeksi
7
nosokomial yang dilakukan pada ruangan Neonatal Intensive Care Unit (NICU)
BLU RSUP Prof. DR. R. D Kandou Manado pada November 2014 hingga Januari
2015. Sampel yang diteliti berjumlah 30 sampel dan di ambil berdasarkan kategori
ruang perawatan, perabotan ruangan, peralatan medis dan udara. Berdasarkan hasil
penelitian ditemukan 11 spesies bakteri, dimana bakteri yang paling banyak yaitu
Bacillus subtilis 13 sampel (43,3%), Serratia liquefaciens 4 sampel (13,3%),
Lactobacillus 3 sampel (10%), Enterobacter agglomerans 2 sampel (6,7%) dan
Klebsiella pneumoniae 2 sampel (6,7%), Proteus mirabilis 1 sampel (3,3%), Proteus
vulgaris 1 sampel (3,3%), Streptococcus non hemolitikus 1 sampel (3,3%),
Diplokokus 1 sampel (3,3%), Kokus gram positif 1 sampel (3,3%) dan Kokus gram
negatif 1 sampel (3,3%). Pada penelitian Ramadhan dengan judul penelitian
“Identifikasi Bakteri Udara Di Ruang Rawat Inap Pada Puskesmas Dengan
Fasilitas Rawat Inap Di Kecamatan Lindu”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi bakteri di Ruang Rawat Inap Puskesmas Kecamatan Lindu tahun
2016. Penelitian ini dilakukan pada tanggal pada tanggal 10 April – 24 April 2016.
Hasilnya dari 12 sampel bakteri yang paling banyak ditemukan yaitu Staphylococcus
sp. Pada minggu pertama didapatkan hasil identifikasi bakteri yaitu 2 sampel
Staphylococcus Sp, 1 sampel Staphylococcus epidermidis dan 1 sampel Micrococcus
luteus. Pada minggu kedua, didapatkan 1 sampel Staphylococcus Sp, 1 sampel
Staphylococcus epidermidis, 1 sampel Staphylococcus warneri, dan 1 sampel
Micrococcus varian. Pada minggu ketiga, didapatkan 1 sampel Staphylococcus Sp, 1
sampel Micrococcus luteus, 1 sampel Staphylococcus haemoliticus, dan 1 sampel
Pseudomonas coccovenenan. Total pertumbuhan bakteri selama 3 minggu
pengambilan sampel yaitu 4 sampel untuk Staphylococcus sp, 2 sampel untuk
Staphylococcus epidermidis, 2 sampel untuk Micrococcus luteus, 1 sampel untuk
Staphylococcus warneri, 1 sampel untuk Micrococcus varian , 1 sampel untuk
Staphylococcus haemoliticus, dan 1 sampel untuk Pseudomonas coccovenenans.
Pada penelitian Ananda dengan judul penelitian “Identifikasi Variasi Bakteri Di
Ruang Rawat Inap Paviliun Matahari Kelas IIIA RSUD UNDATA Tahun 2015”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasikan bakteri di Ruang Rawat Inap
Paviliun Matahari Kelas IIIA RSUD Undata tahun 2015. Penelitian ini dilakukan
8
pada 25 Mei – 13 Juni 2015. Hasilnya terdapat dari 12 sampel bakteri terbanyak
yaitu Staphylococcus epidermidis, variasi bakteri yang didapatkan 6 sampel untuk
Staphylococcus epidermidis (50%), 3 sampel untuk Micrococcus varians (25%) 2
sampel untuk Staphylococcus aureus (16,66%), 1 sampel untuk Enterobacter
aerogenes (8,33%). [5] [6] [7]
Melihat perbedaan jenis bakteri yang didapatkan penelitian kali ini dengan
penelitian sebelumnya, bahwa ada bakteri yang tidak didapatkan dari penelitian
sebelumnya yaitu bakteri seperti Serratia sp, Enterobacter sp, dan Serratia
mercescens. Perbedaan bakteri yang didapatkan ini bisa diakibatkan berbagai macam
faktor seperti dalam proses pengambilan sampel bakteri, isolasi dan identifikasi
sampel bakteri, serta waktu dan lokasi penelitian yang berbeda.
Bakteri yang paling banyak ditemukan yaitu Staphylococcus aureus, yang
merupakan bakteri paling banyak didapatkan melalui udara pada Ruang Rawat Inap
Puskesmas Bulili. Staphylococcus aureus merupakan bakteri kokus gram positif.
Staphylococcus aureus menyebar melalui droplet dan skuama kulit yang mencemari
baju, seprai dan sumber lingkungan lain. Staphylococcus aureus juga dapat
menyebabkan beberapa infeksi pada kulit seperti bisul dan impetigo, pada tulang
seperti osteomielitis, Invasif berupa septikemia (seperti endokarditis infektif), pada
pernapasan yaitu pneumonia. Pada negara berkembang, lebih dari 50% kematian
pada balita disebabkan karena infeksi saluran pernapasan akut pneumonia, yakni
infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Diperkirakan kematian
akibat pneumonia sebagai penyebab utama infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di
Indonesia mencapai 6 kasus diantara 1000 bayi dan balita. [8]
Bakteri Serratia mercescens merupakan bakteri gram negatif dan masuk dalam
famili Enterobactericeae. Bakteri ini dapat menyebabkan pneumonia, bakteremia
dan endokarditis terutama pada pasien yang dirawat di rumah sakit. [9]
Staphylococcus epidermidis merupakan flora normal pada kulit, saluran napas,
dan saluran cerna manusia. Bakteri ini penyebab endokarditis bakterial dan
penyebab infeksi utama dari alat plastik yang dimasukkan ke tubuh manusia
misalnya kateter sehingga bakteri ini dapat menyebabkan infeksi traktus urinarius. [8]
9
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah di lakukan pada Ruang Rawat Inap
Puskesmas Bulili dapat disimpulkan bahwa jenis bakteri di ruang rawat inap
Puskesmas Bulili, diantaranya adalah 5 sampel untuk Staphylococcus aureus
(31,25%), 4 sampel untuk Serratia mercescens (25%), 2 sampel untuk
Staphylococcus epidermidis (12,5%), 2 sampel untuk Staphylococcus sp (12,5%), 2
sampel untuk Serratia sp (12,5%), dan 1 sampel untuk Enterobacter sp (6,25%).
Dari seluruh jenis bakteri yang ditemukan, bakteri gram positif terbanyak
adalah Staphylococcus aureus sebanyak 31,25% dan bakteri gram negatif terbanyak
adalah Serratia mercescens sebanyak 25%.
SARAN
1. Bagi Peneliti Lainnya sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan mengenai variasi
bakteri di Ruang Rawat Inap Puskesmas Bulili dan di lakukan uji resistensi
antibiotika.
2. Bagi Puskesmas Bulili sebaiknya perlu meningkatkan kebersihan lingkungan dan
ruangan puskesmas khususnya pada ruangan Rawat Inap mengingat ruang rawat
inap merupakan salah satu tempat infeksi nosokomial terbanyak dan melihat
keadaan pasien yang dirawat pada ruang rawat inap merupakan pasien yang
memiliki faktor resiko terinfeksi bakteri dan lama perawatan dibangsal sehingga
untuk pertumbuhan dari bakteri penyebab infeksi nosokomial itu sendiri dapat di
kontrol dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Patient Safety, World Alliance for Safer Health Care. Geneva;2015
2. Darmadi. Infeksi Nosokomial: Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta;
Salemba Medika;2008.
3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan
Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Kemenkes RI. Jakarta;2014.
11