Vous êtes sur la page 1sur 11

Naskah Publikasi

IDENTIFIKASI BAKTERI UDARA PADA RUANG RAWAT


INAP PUSKESMAS BULILI
TAHUN 2017

Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1

Diajukan oleh:

I Made Siwa Mertha


N 101 13 045

Kepada

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
AGUSTUS 2017
2

IDENTIFICATION OF AIRBORNE BACTERIA IN INPATIENT ROOM AT


BULILI PRIMARY HEALTH CENTER PERIOD OF 2017

I Made Siwa Mertha*, Indah Puspasari Kiay Demak**, Gabriella Lintin***


*Medical Student, Faculty of Medicine, Tadulako University
**Department of Clinical Skill Lab, Faculty of Medicine, Tadulako University
***Department of Anatomy, Faculty of Medicine, Tadulako University

ABSTRACT

Background: Nosocomial infections are still a concern in the scope of health


because it can harm patients treated at the hospital or other health care facilities. All
microorganisms including bacteria, viruses, fungi and parasites can cause
nosocomial infections. Airborne transmission is generally easy to occur in closed
spaces such as in hospital buildings, wards, nursing rooms, or in clinical
laboratories.
Objective: The objective was to identify airborne bacteria in inpatient wards of
Puskesmas Bulili in 2017.
Method: This research was quantitative research with descriptive observational
research research design. Sampling technique was total sampling. The sample in this
research were airborne bacteria in inpatient room of Puskesmas Bulili.
Results: In the results of the study, bacteria were found in the inpatient wards of
Puskesmas Bulili, of which 16 samples were 5 samples for Staphylococcus aureus
(31.25%), 4 samples for Serratia mercescens (25%), 2 samples for Staphylococcus
epidermidis ( 12.5%), 2 samples for Staphylococcus sp (12.5%), 2 samples for
Serratia sp (12.5%), and 1 sample for Enterobacter sp (6.25%).
Conclussion: There are types of bacteria that are spread by air in the Inpatient
Room of Puskesmas Bulili. The largest number of bacteria is Staphylococcus aureus,
this bacteria can cause nosocomial infection.

Keywords: Bacterial Identification, Inpatient Room of Puskesmas Bulili, Nosocomial


Infection.
3

IDENTIFIKASI BAKTERI UDARA PADA RUANG RAWAT INAP


PUSKESMAS BULILI TAHUN 2017

I Made Siwa Mertha*, Indah Puspasari Kiay Demak**, Gabriella Lintin***

*Mahasiswa Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Taduluko


**Bagian Skill Lab, Fakultas Kedokteran, Universitas Taduluko
***Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Taduluko

ABSTRAK

Latar Belakang: Infeksi nosokomial masih menjadi perhatian di dunia kesehatan


karena dapat merugikan pasien yang dirawat di Rumah Sakit ataupun fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya. Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur
dan parasit dapat menyebabkan infeksi nosokomial. Penularan melalui udara ini
umumnya mudah terjadi di dalam ruang yang terututup seperti di dalam gedung
Rumah Sakit, bangsal, kamar perawatan, atau pada laboratorium klinik.
Tujuan: untuk mengidentifikasi bakteri udara di ruang rawat inap Puskesmas Bulili
tahun 2017.
Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain
penelitian studi observasional deskriptif. Teknik pengambilan sampel dengan cara
total sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah bakteri udara di ruang rawat inap
Puskesmas Bulili.
Hasil: Pada hasil penelitian didapatkan jenis-jenis bakteri di ruang rawat inap
Puskesmas Bulili, diantaranya dari 16 sampel yaitu 5 sampel untuk Staphylococcus
aureus (31,25%), 4 sampel untuk Serratia mercescens (25%), 2 sampel untuk
Staphylococcus epidermidis (12,5%), 2 sampel untuk Staphylococcus sp (12,5%), 2
sampel untuk Serratia sp (12,5%), dan 1 sampel untuk Enterobacter sp (6,25%).
Kesimpulan: Terdapat jenis-jenis bakteri yang tersebar melalui udara dalam Ruang
Rawat Inap Puskesmas Bulili. Bakteri terbanyak adalah Staphylococcus aureus,
bakteri ini dapat mengakibatkan infeksi nosokomial.

Kata Kunci: Identifikasi Bakteri, Ruang Rawat Inap Puskesmas Bulili, Infeksi
Nosokomial.
4

PENDAHULUAN
Infeksi nosokomial masih menjadi perhatian di dunia kesehatan karena dapat
merugikan pasien yang dirawat di Rumah Sakit ataupun fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya. Hal ini terbukti dengan tingginya angka infeksi nosokomial di
dunia, yaitu pada negara berkembang sekitar 10 per 100 pasien yang dirawat
menderita infeksi nosokomial, sedangkan pada negara maju sekitar 7 per 100 pasien
yang dirawat menderita infeksi nosokomial. [1]
Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit dapat
menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme
yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh flora normal dari
pasien itu sendiri (endogenous infection). Udara sangat mutlak diperlukan oleh setiap
orang, namun adanya udara yang terkontaminasi oleh mikroba patogen sangat sulit
untuk dideteksi. Penularan melalui udara ini umumnya mudah terjadi di dalam ruang
yang terututup seperti di dalam gedung Rumah Sakit, bangsal, kamar perawatan, atau
pada laboratorium klinik. [2]
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. [3]
Persyaratan kualitas udara ruang rawat yang ditetapkan oleh Kementrian
kesehatan maksimum 500 CFU/m³ masih belum sepenuhnya terpenuhi. Misalnya, di
ruang rawat inap Rumah Sakit Khusus Penyakit Menular Jakarta ditemukan bahwa
dari 167 spesimen hapus tangan dan kuku petugas yang diperiksa terdapat 85,1%
yang tidak steril yang mengandung 31,6% kuman batang berspora; 17,9% bakteri
Coliform; 12,9% Staphylococcus epidermidis; 7,9% Pseudomonas aeruginosa; 7,3%
Clostridium spp.; 6,2% Klebsiella spp.; 5,1% Streptococcus haemolyticus; 4,5%
Clostridium welchii; 2,8% Proteus spp.; 2,3% E. coli; 1,1% Staphylococcus aureus;
dan 0,6% Pseudomonas spp. Ini berarti, ruang rawat inap Rumah Sakit Khusus
Penyakit Menular Jakarta masih menjadi tempat yang sangat rentan terhadap
penularan penykit infeksi. [4]
5

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian kuantitatif dengan studi observasional desktiptif. Penelitian ini
akan dilakukan pada bulan Juli 2017 di Ruang Rawat Inap Puskesmas Bulili dan
Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah. Sampel dalam penelitian
ini adalah bakteri yang ada di dalam udara di Ruang Rawat Inap Puskesmas Bulili.
Untuk proses pengelolaan sampel dan identifikasi bakteri akan dilakukan di
Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah.

HASIL PENELITIAN
Setelah dilakukan penelitian mengenai Bakteri Udara di Ruang Rawat Inap
Puskesmas Bulili dan laboratorium kesehatan daerah Provinsi Sulawesi Tengah pada
tanggal 31 Juli- 09 Agustus 2017, didapatkan 16 media sampel mengalami
pertumbuhan bakteri. Adapun hasil dari penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut
:
Frekuensi
No Bakteri Total %
Minggu I Minggu II

1 Staphylococcus aureus 2 3 5 31,25

2 Serratia mercescens 2 2 4 25
Staphylococcus
3 1 1 2 12,5
epidermidis
4 Staphylococcus sp 1 1 2 12,5
5 Serratia sp 1 1 2 12,5
6 Enterobacter sp 1 0 1 6,25

Total 8 8 16 100

Gambar 4.1.Tabel Distribusi Frekuensi Bakteri

Berdasarkan data di atas terdapat 16 sampel, yang dimana terdapat


pertumbuhan bakteri pada semua sampel yaitu 16 sampel (100%) dan tidak ada
sampel yang tidak terdapat pertumbuhan bakteri. Dari 16 sampel yang ada semuanya
6

dilanjutkan untuk dilakukan uji biokimia agar mendapatkan hasil jenis bakteri.
Berdasarkan data hasil penelitian didapatkan jenis bakteri dari 16 sampel yaitu 5
sampel untuk Staphylococcus aureus (31,25%), 4 sampel untuk Serratia mercescens
(25%), 2 sampel untuk Staphylococcus epidermidis (12,5%), 2 sampel untuk
Staphylococcus sp (12,5%), 2 sampel untuk Serratia sp (12,5%), dan 1 sampel untuk
Enterobacter sp (6,25%).
Dari seluruh jenis bakteri yang ditemukan, bakteri gram positif terbanyak
adalah Staphylococcus aureus sebanyak 31,25% dan bakteri gram negatif terbanyak
adalah Serratia mercescens sebanyak 25%.

PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Rawat Inap Puskesmas Bulili dan
Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah dari tanggal 31 Juli 2017
- 09 Agustus 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri udara di
Ruang Rawat Inap Puskesmas Bulili dimana ISPA menempati urutan pertama
sebagai penyakit yang paling sering diderita oleh masyarakat. Pada penelitian ini,
dilakukan pengambilan sampel bakteri udara di Ruang Rawat Inap Puskesmas Bulili
setelah pembersihan dilakukan oleh petugas kebersihan dan pengambilan sampel
terdiri atas 1 ruangan dengan cara meletakkan media agar darah dan Mac Conkey
pada ruangan sebanyak 4 titik di ruangan.
Bakteri udara yang di temukan di Ruang Rawat Inap Puskesmas Bulili adalah
Staphylococcus aureus, Serratia mercescens, Staphylococcus epidermidis,
Staphylococcus sp, Serratia sp, dan Enterobacter sp. Bakteri yang paling banyak
ditemukan yaitu Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang paling banyak
didapatkan melalui udara pada Ruang Rawat Inap Puskesmas Bulili.
Pada penelitian ini bakteri yang paling banyak ditemukan adalah bakteri
Staphylococcus aureus. Bakteri ini ditemukan pada setiap minggunya. Penelitian ini
berbeda dengan hasil yang didapatkan oleh Saleh, dengan judul penelitian ”Pola
Bakteri Aerob Penyebab Infeksi Nosokomial Pada Ruangan Neonatal Intensive Care
Unit (Nicu) Blu Rsup Prof. Dr. R. D Kandou Manado". Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif yaitu untuk melihat pola bakteri aerob penyebab infeksi
7

nosokomial yang dilakukan pada ruangan Neonatal Intensive Care Unit (NICU)
BLU RSUP Prof. DR. R. D Kandou Manado pada November 2014 hingga Januari
2015. Sampel yang diteliti berjumlah 30 sampel dan di ambil berdasarkan kategori
ruang perawatan, perabotan ruangan, peralatan medis dan udara. Berdasarkan hasil
penelitian ditemukan 11 spesies bakteri, dimana bakteri yang paling banyak yaitu
Bacillus subtilis 13 sampel (43,3%), Serratia liquefaciens 4 sampel (13,3%),
Lactobacillus 3 sampel (10%), Enterobacter agglomerans 2 sampel (6,7%) dan
Klebsiella pneumoniae 2 sampel (6,7%), Proteus mirabilis 1 sampel (3,3%), Proteus
vulgaris 1 sampel (3,3%), Streptococcus non hemolitikus 1 sampel (3,3%),
Diplokokus 1 sampel (3,3%), Kokus gram positif 1 sampel (3,3%) dan Kokus gram
negatif 1 sampel (3,3%). Pada penelitian Ramadhan dengan judul penelitian
“Identifikasi Bakteri Udara Di Ruang Rawat Inap Pada Puskesmas Dengan
Fasilitas Rawat Inap Di Kecamatan Lindu”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi bakteri di Ruang Rawat Inap Puskesmas Kecamatan Lindu tahun
2016. Penelitian ini dilakukan pada tanggal pada tanggal 10 April – 24 April 2016.
Hasilnya dari 12 sampel bakteri yang paling banyak ditemukan yaitu Staphylococcus
sp. Pada minggu pertama didapatkan hasil identifikasi bakteri yaitu 2 sampel
Staphylococcus Sp, 1 sampel Staphylococcus epidermidis dan 1 sampel Micrococcus
luteus. Pada minggu kedua, didapatkan 1 sampel Staphylococcus Sp, 1 sampel
Staphylococcus epidermidis, 1 sampel Staphylococcus warneri, dan 1 sampel
Micrococcus varian. Pada minggu ketiga, didapatkan 1 sampel Staphylococcus Sp, 1
sampel Micrococcus luteus, 1 sampel Staphylococcus haemoliticus, dan 1 sampel
Pseudomonas coccovenenan. Total pertumbuhan bakteri selama 3 minggu
pengambilan sampel yaitu 4 sampel untuk Staphylococcus sp, 2 sampel untuk
Staphylococcus epidermidis, 2 sampel untuk Micrococcus luteus, 1 sampel untuk
Staphylococcus warneri, 1 sampel untuk Micrococcus varian , 1 sampel untuk
Staphylococcus haemoliticus, dan 1 sampel untuk Pseudomonas coccovenenans.
Pada penelitian Ananda dengan judul penelitian “Identifikasi Variasi Bakteri Di
Ruang Rawat Inap Paviliun Matahari Kelas IIIA RSUD UNDATA Tahun 2015”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasikan bakteri di Ruang Rawat Inap
Paviliun Matahari Kelas IIIA RSUD Undata tahun 2015. Penelitian ini dilakukan
8

pada 25 Mei – 13 Juni 2015. Hasilnya terdapat dari 12 sampel bakteri terbanyak
yaitu Staphylococcus epidermidis, variasi bakteri yang didapatkan 6 sampel untuk
Staphylococcus epidermidis (50%), 3 sampel untuk Micrococcus varians (25%) 2
sampel untuk Staphylococcus aureus (16,66%), 1 sampel untuk Enterobacter
aerogenes (8,33%). [5] [6] [7]
Melihat perbedaan jenis bakteri yang didapatkan penelitian kali ini dengan
penelitian sebelumnya, bahwa ada bakteri yang tidak didapatkan dari penelitian
sebelumnya yaitu bakteri seperti Serratia sp, Enterobacter sp, dan Serratia
mercescens. Perbedaan bakteri yang didapatkan ini bisa diakibatkan berbagai macam
faktor seperti dalam proses pengambilan sampel bakteri, isolasi dan identifikasi
sampel bakteri, serta waktu dan lokasi penelitian yang berbeda.
Bakteri yang paling banyak ditemukan yaitu Staphylococcus aureus, yang
merupakan bakteri paling banyak didapatkan melalui udara pada Ruang Rawat Inap
Puskesmas Bulili. Staphylococcus aureus merupakan bakteri kokus gram positif.
Staphylococcus aureus menyebar melalui droplet dan skuama kulit yang mencemari
baju, seprai dan sumber lingkungan lain. Staphylococcus aureus juga dapat
menyebabkan beberapa infeksi pada kulit seperti bisul dan impetigo, pada tulang
seperti osteomielitis, Invasif berupa septikemia (seperti endokarditis infektif), pada
pernapasan yaitu pneumonia. Pada negara berkembang, lebih dari 50% kematian
pada balita disebabkan karena infeksi saluran pernapasan akut pneumonia, yakni
infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Diperkirakan kematian
akibat pneumonia sebagai penyebab utama infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di
Indonesia mencapai 6 kasus diantara 1000 bayi dan balita. [8]
Bakteri Serratia mercescens merupakan bakteri gram negatif dan masuk dalam
famili Enterobactericeae. Bakteri ini dapat menyebabkan pneumonia, bakteremia
dan endokarditis terutama pada pasien yang dirawat di rumah sakit. [9]
Staphylococcus epidermidis merupakan flora normal pada kulit, saluran napas,
dan saluran cerna manusia. Bakteri ini penyebab endokarditis bakterial dan
penyebab infeksi utama dari alat plastik yang dimasukkan ke tubuh manusia
misalnya kateter sehingga bakteri ini dapat menyebabkan infeksi traktus urinarius. [8]
9

Bakteri Staphylococcus sp merupakan bakteri gram positif biasa tersusun dalam


kelompok seperti anggur yang tidak teratur. Bakteri ini banyak ditemukan di udara
dan penyebab infeksi manusia. Beberapa tipe Staphylococcus merupakan flora
normal kulit dan membran mukosa manusia, tipe lainnya dapat menimbulkan
supurasi, infeksi piogenik, dan bahkan septikemia yang fatal. Staphylococcus sp
dapat ditransportasikan melalui droplet pengunjung, keluarga pasien, atau pasien
sendiri. [9]
Serratia Sp adalah bakteri gram negatif dalam famili enterobacteriaceae .
beberapa spesies dari serratia adalah bakteri oportunistik bagi manusia. Serratia
marcescens dan serratia liquefaciens yang sering ditemui pad infeksi nasokomial.
Serratia marcescens adalah flora normal yang ada ada sistem pencernan. Bakteri ini
juga biasanya berkolonisasi pada sistem pernpasan dan saluran kemih sehingga
dapat menyebabkan infeksi. Serratia liquefaciens bisa didapatkan pada air, makanan,
dan pada susu. Bakteri ini berbahaya ketika jumlahnya melebihi batas pada saluran
pencernaan. [10]
Enterobacter sp, bakteri ini adalah bakteri gram negatif yang merupakan flora
normal usus dan bersifat patogen di udara. Apabila melebihi batas angka kuman,
bakteri ini dapat masuk ke saluran nafas kemudian beredar dalam darah sehingga
menyebabkan meningitis. [9]
Dengan diketahuinya pencemaran bakteri udara di ruang rawat inap Puskesmas
Bulili, maka perlu dilakukan upaya pencegahan infeksi karena pada umumnya pasien
yang dirawat mempunyai daya tahan tubuh yang lemah, sehingga sangat rentan
terhadap infeksi. Ada beberapa cara mengendalikan jumlah populasi bakteri,
diantaranya adalah dengan melakukan upaya pencegahan yang dilakukan harus
melibatkan seluruh pasien, keluarga pasien, serta tenaga medis untuk menjaga
higienitas ruang rawat inap, melakukan desinfeksi, penggunaan antiseptik dan
antibiotik yang terkontrol, serta melakukan sterilisasi. Prinsip cleaning dan sanitasi
adalah menciptakan lingkungan yang tidak dapat menyediakan sumber nutrisi bagi
pertumbuhan mikroba sekaligus membunuh sebagian besar populasi mikroba.
10

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah di lakukan pada Ruang Rawat Inap
Puskesmas Bulili dapat disimpulkan bahwa jenis bakteri di ruang rawat inap
Puskesmas Bulili, diantaranya adalah 5 sampel untuk Staphylococcus aureus
(31,25%), 4 sampel untuk Serratia mercescens (25%), 2 sampel untuk
Staphylococcus epidermidis (12,5%), 2 sampel untuk Staphylococcus sp (12,5%), 2
sampel untuk Serratia sp (12,5%), dan 1 sampel untuk Enterobacter sp (6,25%).
Dari seluruh jenis bakteri yang ditemukan, bakteri gram positif terbanyak
adalah Staphylococcus aureus sebanyak 31,25% dan bakteri gram negatif terbanyak
adalah Serratia mercescens sebanyak 25%.

SARAN
1. Bagi Peneliti Lainnya sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan mengenai variasi
bakteri di Ruang Rawat Inap Puskesmas Bulili dan di lakukan uji resistensi
antibiotika.
2. Bagi Puskesmas Bulili sebaiknya perlu meningkatkan kebersihan lingkungan dan
ruangan puskesmas khususnya pada ruangan Rawat Inap mengingat ruang rawat
inap merupakan salah satu tempat infeksi nosokomial terbanyak dan melihat
keadaan pasien yang dirawat pada ruang rawat inap merupakan pasien yang
memiliki faktor resiko terinfeksi bakteri dan lama perawatan dibangsal sehingga
untuk pertumbuhan dari bakteri penyebab infeksi nosokomial itu sendiri dapat di
kontrol dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Patient Safety, World Alliance for Safer Health Care. Geneva;2015
2. Darmadi. Infeksi Nosokomial: Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta;
Salemba Medika;2008.
3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan
Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Kemenkes RI. Jakarta;2014.
11

4. Abdullah, T. Lingkungan Fisik dan Angka Kuman Udara Ruangan di Rumah


Sakit Umum Haji Makassar, Sulawesi Selatan. FKM Universitas Hasanuddin.
Makassar;2011.
5. Saleh, M., Rares F.E., Soeliongan, S. Pola Bakteri Aerob Penyebab Infeksi
Nosokomial Pada Ruangan Neonatal Intensive Care Unit (Nicu) Blu Rsup Prof.
Dr. R. D Kandou Manado. Jurnal e-Biomedik. 3:236-42;2015.
6. Ramadhan, Identifikasi Bakteri Udara Di Ruang Rawat Inap Pada Puskesmas
Dengan Fasilitas Rawat Inap Di Kecamatan Lindu Tahun 2016. FKIK
Universitas Tadulako. Palu;2016.
7. Ananda, Identifikasi Variasi Bakteri Di Ruang Rawat Inap Paviliun Matahari
Kelas IIIA RSUD UNDATA Tahun 2015. FKIK Universitas Tadulako.
Palu;2015.
8. Elliott et al. Mikrobiologi Kedokteran & Infeksi. EGC. Jakarta;2013
9. Jawets., Melnick., Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. EGC, Jakarta;2013.
10. Gani, A. Metode Diagnostik Bakteriologi. Balai besar laboratorium kesehatan
provinsis sulawesi selatan, Makassar;2008

Vous aimerez peut-être aussi