Vous êtes sur la page 1sur 34

MAKALAH BIOPROSES

GANGGANG HIJAU DAN GANGGANG MERAH

Disusun oleh :

NAMA : 1. Bernadete Aprilia Barek Woho (16 644 010)


2. Nur Afni Muslimin (16 644 034)
3. Muhammad Ogi Saputro (16 644 055)
KELAS : IV A
JENJANG : S1
KELOMPOK :6

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena hanya dengan rahmat dan
nikmatnya Makalah Bioproses ini dapat terselesaikan.

Dibutuhkan kerjasama untuk menyusun makalah ini. Kerjasama juga dibutuhkan dalam
menentukan kelancaran suatu kegiatan. Oleh karena itu, kami dari kelompok VI berusaha
menggalang kerjasama dengan semua pihak untuk kelancaran dan keberhasilan pembuatan
Makalah ini. Selain itu, kami juga mendapat beberapa kendala saat berada di objek maupun
penyusunan makalah ini. Tetapi kami kelompok VI terus berusaha untuk menghadapi segala
rintangan dan kendala yang ada

Dengan selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan pihak yang telah
memberikan masukan-masukan kepada kami, untuk itu kami mengucapkan terima kasih
kepada :

1. Dosen Mata Kuliah Teknologi Bioproses, Marlinda, M. Eng


2. Anggota Kelompok VI

. Semoga makalah ini, dapat memberi manfaat. Kami dari kelompok VI mohon kritik
dan saran demi kebaikan pembuatan makalah ini. Kami ucapkan terima kasih.

Samarinda,24 Februari 2018

Kelompok VI

2
DAFTAR ISI

Cover....................................................................................................................................1
Kata Pengantar 2
Daftar isi...............................................................................................................................3
Bab 1 Pendahuluan 4
Latar Belakang 4
Rumusan masalah 5
Tujuan 6
Bab 2 Pembahasan 7
Alga hijau (Chlorophyta) 7
Pengertian alga hijau (Chlorophyta) 7
Ciri-ciri alga hijau (Chlorophyta) 8
Jenis-jenis alga hijau (Chlorophyta) 8
Perkembangan alga hijau (Chlorophyta) 14
Klasifikasi alga hijau (Chlorophyta) 15
Susunan tubuh alga hijau (Chlorophyta) 16
Peranan alga hijau (Chlorophyta) 17
Alga merah (Rhodophyta) 17
Pengertian Rhodophyta 17
Ciri-ciri Rhodophyta 17
Jenis-jenis Rhodophyta 18
Susunan tubuh Rhodophyta 27
Susunan sel Rhodophyta 27
Reproduksi Rhodophyta 28
Daur hidup Rhodophyta 29
Klasifikasi Rhodophyta 29
Peranan Rhodophyta 32
Bab 3 Penutup 33
Kesimpulan 33
Daftar Pustaka 34

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Negara Indonesia adalah negara yang subur dan kaya akan potensi alam. Dengan
banyaknya potensi alam, maka salah satu kekayaan alam yang bisa kita manfaatkan
adalah sumber daya alam hayati. Alga adalah salah satunya, selain dapat di manfaatkan,
alga juga memiliki banyak peranan yang sangat penting khususnya bagi kaum ilmuan
atau peneliti yaitu dapat dijadikan objek penelitian dalam bidang-bidang tertentu.
Secara umum, Pengertian Ganggang (alga/algae) adalah protista yang bersifat
fotoautotrof yang dapat membuat makanannya sendiri dengan cara fotositentis.
Ganggang/Alga memiliki kloroplas dengan mengandung klorofil atau plastida yang
berisi pigmen fotosintetik lainnya. Tubuhnya terdiri atas satu sel (uniseluler) dan ada
pula yang banyak sel (multiseluler). Yang Uniseluler umumnya sebagai Fitoplankton
sedang yang multiseluler dapat hidup sebagai Nekton, Bentos atau. Habitat alga adalah
air atau di tempat basah, sebagai Epifit atau sebagai Endofit. Ganggang (Alga) dapat
dengan mudah ditemukan di air tawar maupun air laut.
Ganggang menyebabkan air danau, air sawah, air kolam, atau akuarium tampak
berwarna hijau. Namun, masyarakat menyangka bahwa ganggang adalah lumut.
Padahal ganggang berbeda dengan lumut. Lumut tidak terendam di air, sedangkan
ganggang hidup dalam air. Jika di pegang, lumut akan terasa seperti beludru dan lebih
kering, sedangkan ganggang akan terasa basah, licin atau berlendir. Di laut, ganggang
mudah ditemukan, dan biasanya terdampar di pantai, berbentuk menyerupai tumbuhan
yang berwarna-warni (hijau, kuning, merah atau cokelat).
Klasifikasi alga didasarkan pada morfologi sel-sel reproduksin, pigmen dalam
plastida dari sel vegetatif, dan macam ,makanan cadangan .Semua alga mengandung
klorofil tetapi ada pigmen lain yang ,menyusun yang terkandung dalam plastida. Alga
terbagi menjadi beberapa kelas :
 Cyanophyta (alga biru), masih prokaryotik.
 Chlorophyta (alga hijau)
 Chrysophyta (alga keemasan)
 Phaeophyta (alga coklat/ perang)

4
 Rhodophyta (alga merah)

Beberapa tumbuhan laut dan Ganggang hidup dengan satu sel yang hanya dapat
dilihat dengan mikroskop. Kebanyakan ganggang laut tersusun dari banyak sel, karena
itu dapat dilihat langsung dengan mata kita.
Alga terbagi menjadi 3 grup berdasarkan warnanya, yaitu Alga Hijau, Coklat dan
Merah. Yang diketahui sekarang Alga Merah 6000 jenis, Alga Coklat 2000 jenis dan
Alga Hijau 1200 jenis.Ganggang yang bersifat bentik digolongkan lagi menjadi:
 Epilitik ( hidup diatas batu)
 Epipalik (melekat pada lumpur atau pasir)
 Epipitik ( melekat pada tanaman )
 Epizoik ( melekat pada hewan).
Berdasarkan habitat yang ditempatinya diperairan , dibedakan atas:
 Ganggang Subbaerial yaitu ganggang yang hidup didaerah permukaan,
 Ganggang Intertidal, yaitu ganggan secara periodic muncul kepermukaan
karena naik turun air akibat pasang surut.
 Ganggang Subritorsal, yaitu ganggang yang berada dibawah permukaan air,
 Ganggang Edafik, yaitu ganggang yang hidup diddalam tanah pada dasar
perairan.
Saat ini, alga hijau dimasukkan ke dalam kelompok (klad) yang lebih berdekatan
dengan semua tumbuhan fotosintetik (membentuk klad Viridiplantae). Alga merah
merupakan kelompok tersendiri (Rhodophycophyta atau Rhodophyceae); demikian
juga alga pirang (Phaeophycophyta atau Phaeophyceae) dan alga keemasan
(Chrysophyceae).

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan Chlorophyta dan Rhodophyta?
2. Bagaimana ciri-ciri umum Chlorophyta dan Rhodophyta?
3. Bagaimana habitat Chlorophyta dan Rhodophyta di alam?
4. Bagaimana susunan tubuh dari Chlorophyta dan Rhodophyta?
5. Bagaimana reproduksi dari Chlorophyta dan Rhodophyta?
6. Bagaimana klasifikasi dari Chlorophyta dan Rhodophyta?

5
7. Bagaimana peranan Chlorophyta dan Rhodophyta bagi kehidupan?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:

1. Untuk memahami pegertian Chlorophyta dan Rhodophyta

2. Untuk memahami ciri-ciri umum Chlorophyta dan Rhodophyta

3. Untuk mengetahui habitat Chlorophyta dan Rhodophyta di alam

4. Untuk mengetahui susunan tubuh dari Chlorophyta dan Rhodophyta

5. Untuk mengetahui susunan sel dari Chlorophyta dan Rhodophyta

6. Untuk mengetahui reproduksi dari Chlorophyta dan Rhodophyta

7. Untuk mengetahui klasifikasi dari Chlorophyta dan Rhodophyta

8. Untuk mengetahui peranan Chlorophyta dan Rhodophyta bagi kehidupan

6
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 ALGA HIJAU (CHLOROPHYTA)


2.1.1 Pengertian Alga Hijau
Alga hijau (Chlorophyta) dinamai berdasarkan kloroplasnya yang berwarna
hijau. Alga hijau / Chlorohyta adalah salah satu klas dari alga berdasarkan zat warna
atau pigmentasinya. Sel-sel alga hijau bersifat eukariotik (materi inti dibungkus oleh
membran inti). pigmen lain yang dimiliki adalah karotena dan xantofil. Komposisi
ini juga dimiliki oleh sel-sel tumbuhan modern.
Klorofil dalam pigmen lain terdapat dalam kloroplas yang bentuknya
bermacam-macam antara lain mangkuk, gelang, pita spiral, jala dan bintang. Di
dalam kloroplas terdapat butiran padat yang disebut pirenoid yang berfungsi untuk
pembentukan tepung. Alga hijau merupakan golongan terbesar di antara alga dan
kebanyakan hidup di air tawar. Sebagian lagi hidup di darat, di tempat yang lembap,
di atas batang pohon, dan di laut.
Alga hijau ada yang bersel tunggal dan ada pula yang bersel banyak berupa
benang, lembaran atau membentuk koloni spesies ganggang hijau yang bersel
tunggal ada yang dapat berpindah tempat, tetapi ada pula yang menetap.
Alga hijau merupakan kelompok terbesar dari vegetasi alga. Alga hijau
berbeda dengan devisi lainnya karena memiliki warna hijau yang jelas seperti
tumbuhan tingkat tinggi karena mengandung pigmen klorofil a dan klorofil b lebih
dominan dibandingkan karoten dan xantofit.
Alga berperan sebagai produsen dalam ekosistem. Berbagai jenis alga yang
hidup bebas di air terutama tubuhnya yang bersel satu dan dapat berperan aktif
merupakan penyusun fitoplankton. sebagaian besar fitoplankton adalah anggota alga
hijau, pigmen klorofil yang dimilikinya efektif melakukan fotosintesis sehingga alga
hijau merupakan produsen utama dalam ekosistem perairan.
Beberapa genus dari alga hijau mempunyai alat gerak berupa flagel dan
bintik mata (stigma).

7
Gambar 2.1.Alga hijau (Chlorophyta)

2.1.2 Ciri-ciri Alga Hijau


Adapun ciri-ciri dari alga ini adalah :
1. Reproduksi mempunyai stadia berbuluk cambuk, seksual dan aseksual.
2. Mengandung khlorofil a dan b, beta, gamma karoten dan santhofil.
3. Berwarna hijau
4. Persediaan (cadangan) makanan berupa kanji dan lemak.
5. Dalam dinding selnya terdapat selulosa, sylan dan mannan.
6. Memiliki thilakoid
7. Dalam plastiada terdapat pirenoid sebagai tempat penyimpanan produk hasil
sintesis.
8. Thalli satu sel, berbentuk pita, berupa membaran, tubulat, dan kantong atau
bentuk lain.

2.1.3 Jenis-jenis Alga Hijau


Jenis alga ini hampir 90 % hidup di air tawar dan 10 % hidup di laut sebagai
plankton, menempel pada batuan atau tumbuhan lain. Jenis-jenis alga hijau
dikelompokkan menjadi:
1. Chlorophyta bersel tunggal tidak bergerak
a. Chlorella

8
Gambar 2.2. Chlorella

 Organisme ini banyak ditemukan sebagai plankton air tawar.


 Ukuran tubuh mikroskopis, bersel satu
 Bentuk tubuhnya bulat
 Mempunyai khloroplast untuk fotosintesis dan kloroplastnya menyerupai
mangkuk atau lonceng
 berkembangbiak dengan pembelahan sel, tiap sel membentuk 4 sel anakan
 Peranannya bagi kehidupan manusia antara lain, digunakan dalam
penyelidikan metabolisme di laboratorium sebagai SCP(Single Cell
Protein)atau Protein Sel Tunggal untuk penyedia protein masa depan
Juga dimanfaatkan sebagai bahan untuk obat-obatan, bahan kosmetik dan
bahan makanan. Serbuk Chlorella dalam industri obat-obatan dimasukkan
dalam kapsul dan dijual sebagai suplemen makanan dikenal dengan “Sun
Chlorella”. Pengembangannya saat ini di kolam-kolam (contohnya di
Pasuruan)
b. Chlorococcum

Gambar 2.3.Chlorococcum

9
Tubuh bersel satu, tempat hidup air tawar, bentuk bulat telur, setiap sel
memiliki satu kloroplas bentuk mangkuk. Reproduksi secara vegetatif dengan
membentuk zoospora secara generatif dengan isogami.

2. Chlorophyta bersel tunggal dapat bergerak


a. Chlamydomonas

Gambar 2.4. Chlamydomonas

Chlamydomonas merupakan alga hijau uniseluler yang berflagela.


Berukuran antara 3 – 30 mikrometer, sering ditemukan di air tawar yang
tergenang. Selnya berbentuk menyerupai bola agak lonjong dengan dinding sel
dari bahan selulosa. Dua flagela muncul dari ujung depan sel. Mempunyai
kloroplas tunggal berbentuk mangkuk yang hampir mengisi seluruh ruangan di
dalam sel. Satu atau beberapa butir pirenoid ditemukan di dalam sitoplasma.
Chlamydomonas mempunyai bintik mata yang mengandung pigmen
kemerahan terletak di pangkal flagela yang disebut stigma. Bintik mata ini
peka terhadap cahaya. Vakuola kontraktil terletak di dekat flagela yang
berguna untuk mengeluarkan kelebihan air guna menjaga kestabilan tekanan
osmotis sel. Chlamydomonas bereproduksi secara aseksual dengan membelah
diri dan secara seksual dengan isogami. Ketika akan membelah diri, flagela
menghilang dan terbentuk kembali setelah sel anak dilepaskan dari sel induk.

10
b. Euglena viridis

Gambar 2.5. Euglena Viridis

Euglena viridis, bentuknya seperti mata, memiliki sebuah flagel, klorofil


dan sigma. Reproduksinya dengan membelah diri. Euglena ada juga
mengelompokkannya ke dalam protozoa.

3. Chlorophyta berbentuk koloni dapat bergerak


a. Volvox

Gambar 2.6. Volvox


Sel-sel dalam koloni Volvox berjumlah antara 500 sampai sekitar 20.000
sel. Sel-sel tersebut tersusun dalam selaput tipis yang berfungsi sebagai kulit
suatu bola berlubang. Reproduksi aseksual dengan fragmentasi dan seksual
dengan konjugasi sel-sel gamet. Volvox dapat berkembang biak secara seksual
maupun aseksual. Reproduksi aseksual dengan membentuk beberapa koloni
kecil di dalam bola. Koloni ini berkembang dengan serangkaian pembelahan
sel yang bergerak bebas di dalam koloni induk. Reproduksi seksual Volvox
bersifat oogami. Beberapa sel dalam koloni membesar dan menghasilkan telur-
telur yang tak bergerak. Beberapa sel yang lain menghasilkan banyak sperma
motil yang akan membuahi sel telur.

11
4. Chlorophyta berbentuk koloni tidak bergerak
a. Hydrodictyon

Gambar 2.7. Hydrodictyon


Hydrodictyon banyak ditemukan didalam air tawar dan koloninya
berbentuk seperti jala. Ukuran cukup besar sehingga dapat dilihat dengan mata
telanjang. Reproduksi vegetatif dengan zoospora dan fragmentasi. Fragmentasi
dilakukan dengan cara melepas sebagian koloninya dan membentuk koloni
baru. sedangkan reproduksi generatif dengan konjugasi.

5. Chlorophyta berbentuk benang


a. Spyrogyra

Gambar 2.7. Spyrogyra


Spyrogyra didapatkan diperairan. bentuk tubuh seperti benang, dalam
tiap sel terdapat kloroplas berbentuk spiral dan sebuah inti. Reproduksi
vegetatif dengan fragmentasi, sedangkan reproduksi seksual dengan konjugasi.

12
b. Oedogonium

Gambar 2.8. Oedogonium

Berbentuk benang, ditemukan di air atawar dan melekat di dasar


perairan. reproduksi vegetatif dilakukan oleh setiap sel menghasilkan sebuah
zoospora yang flagela banyak. Reproduksi generatif adalah salah satu benang
membentuk alat kelamin jantan (antiridium) dan menghasilkan gamet jantan
(spermatozoid). Pada benang yang lain membentuk alat kelamin betina yang
disebut oogonium. Oogonium akan menghasilkan gamet betina (ovum).
Sperma tozoid membuahi ovum dan terbentuk zigot. Zigot akan tumbuh
membentuk individu.
6. Chlorophyta berbentuk lembaran atau tumbuhan tinggi
a. Ulva

Gambar 2.9 Ulva


Ganggang ini ditemukan di dasar perairan laut dan menempel di dasar,
bentuk seperti lembaran daun. berkembang bial secara vegetatif dengan
menghasilkan spora dan spora tumbuh menjadi Ulva yang haploid. Kemudian
secara generatif menghasilkan gamet jantan dan gamet betina. pertemuan
gamet jantan dan gamet betina akan menghasilkan zigot (Z2n). Zigot
berkembang menjadi Ulva yang diploid disebut sporofit. Selanjutnya sporofit

13
membentuk spora yang haploid setelah mengalami meiosis. Selanjutnya
mengalami mitosis dan menghasilkan gametofit haploid.
b. Chara

Gambar 2.10 Chara


Chara hidup di air tawar terutama melekat pada batu-batuan. Bentuk
talus seperti tumbuhan tinggi, menyerupai batang, yang beruas-ruas dan
bercabang-cabang, berukuran kecil. Pada ruasnya terdapat nukula dan globula.
Di dalam nukula terdapat arkegonium dan menghasilkan ovum. Di dalam
globula terdapat anterodium yang memproduksi spermatozoid. Spermatozoid
akan membuahi ovum dan menghasilkan zigospora yang berdinding sel. Pada
reproduksi secara vegetatif dilakukan dengan cara fragmentasi.

2.1.4 Perkembangbiakan alga hijau


Perkembangbiakan pada chlorophyta terjadi dengan 3 cara yaitu:
1. Secara vegetatif
Perkembanganbiakan vegetatif pada chlorophyta dengan fragmentasi
tubuhnya dan pebelahan sel.
2. Secara seksual
 Melalui konjugasi yaitu perkembangbiakan secara kawin contohnya spirogyra.
 Isogami yaitu peleburan dua gamet yang bentuk dan ukurannya sama.
 Anisogami yaitu peleburan dua gamet yang ukurannya tidak sama.
 Oogami yaitu peleburan dua gamet yang satu kecil dan bergerak (sebagai
sperma) yang lain besar tidak bergerak (sebagai sel telur)
Beberapa contoh dari reproduksi seksual:
 Isogami : Chlorococcum, Chlamydomonos, Hydrodictyon
 Anisogami : Chlamydomonas, Ulva
 Oogami : Chlamydomonas, Valva, Spirogya, Aedogonium

14
3. Secara anseksual
Perkembangbiakan dengan cara membentuk sel khusus yang mampu
berkembang menjadi individu baru tanpa terjadinya peleburan sel kelamin. Pada
umumnya terjadi dengan perantara spora, oleh karena itu sering disebut
perkembangbiakan secara sporik.
Zoospora dibentuk oleh sel vegetative, tetapi beberapa tumbuhan terbentuk
dalam sel khusus disebut sporangin. Zoospora setelah periode berenang beberapa
waktu berhenti pada substrat yang sesuai. Umumnya dengan ujung anterior.
Flagella dilepaskan dan terbentuk dinding, selama poses ini alga mensekresikan
lendir yang berperan untuk mempertahankan diri.
Perkembanganbiakan secara aseksual dapat terjadi dengan pembentukan:
 Zoospora yaitu sel berflagel 2 contohnya Chlamydomonos.
 Aplanospora yaitu spora yang tidak bergerak contohnya Chlorococcum.
 Autospora yaitu aplanospora yang mirip dengan sel induk contohnya
Chlorella.

2.1.5 Klasifikasi Alga Hijau

Klasifikasi dari alga hijau ini sebagai berikut :

 Domain : Eukariotik
 Kingdom : Plantae
 Divisio : Chlorophyta
 Classis : Cholrophyceae
 Ordo : Ulvales
 Familia : Ulvaceae
 Genus : Ulva
 Species : Ulva sp

15
2.1.6 Susunan Tubuh alga hijau

Gambar 2.11 Susunan tubuh alga hijau

Alga hijau mempunyai susunan tubuh yang bervariasi baik dalam ukuran
maupun dalam bentuk dan susunanya. Ada Chlorophyta yang terdiri dari sel-sel
kecil yang merupakan koloni berbentuk benang yang bercabang-cabang atau tidak,
ada pula yang membentuk koloni yang menyerupai kormus tumbuhan tingkat tinggi.
Dari banyaknya variasi tersebut alga hijau dikelompokan sebagai berikut:

1. Sel tunggal (uniseluler) dan motil, contoh: Chlamidomonas


2. Sel Tunggal dan non motil, contoh: Chlorella
3. Koloni senobium yaitu koloni yang mempunyai jumlah sel tertentu sehingga
mempunyai bentuk yang relatif tetap, contoh: Volvox, Pandorina.
4. Koloni tidak bertauran, contoh: Tetraspora
5. Berbentuk - filamen tidak bercabang, contoh: Ulothrix, Oedogonium

 Filamen bercabang, contoh: Chladhopora, Pithopora

1. Hetemtrikus, yaitu filamen bercabang yang bentuknya terbagi menjadi bagian


yang rebah (prostrate) dan bagian yang tegak, contoh: Stigeoclonium
2. Foliaceus atau parenkimatis, yaitu filamen yang pembelahan sel vegetatisnya
terjadi lebih dari satu bidang, contoh: Ulva
3. Tubular, yaitu talus yang memilik banyak inti tanpa sekat melintang, contoh:
Caulerpa.

16
2.1.7 Peranan Alga Hijau
a. Dampak positif
1. Sebagai sumber protein sel tunggal contoh chlorela
2. Sebagai bahan makan contoh volvox sebagai sayuran
3. Sebagai plankton, merupakan salah satu komponen yang penting dalam rantai
makanan di perairan tawar
4. Menghasilkan O2 (oksigen) dan hasil fotositensis yang diperlukan oleh hewan
lain untuk bernafas
b. Dampak negatif
1. Dapat mengganggu jika perairan terlalu subur
2. Membuat air berubah warna dan menjadi bau
3. Menjadi masalah dalam proses penjernihan air
4. Menyebabkan penyumbatan pada saringan pengolahan air.

2.2 ALGA MERAH (RHODOPHYTA)


2.2.1 Pengertian Rhodophyta
Rhodophyta berasal dari bahasa Yunani (Rhodos = merah). Jadi, Rhodophyta
adalah ganggang merah. Alga merah atau Rhodophyta adalah salah satu devisi dari
alga berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Warna merah pada Rhodophyta
disebabkan oleh adanya pigmen dominan fikobilin yang terdiri atas fikoeritrin
(merah) dan fikosianin (biru), serta pigmen lain yaitu klorofil a, klorofil d, dan
karoten. Pigmen fikoeritrin dan fikosianin membantu ganggang yang hidup di
perairan dalam untuk dapat menangkap gelombang cahaya matahari yang tidak
dapat ditangkap oleh klorofil.

2.2.2 Ciri-Ciri Umum Rhodophyta


Tubuh Rhodophyta pada umumnya multiseluler, Panjangnya antara 10 cm
sampai 1 meter dan berbentuk benang atau lembaran. Dinding selnya mengandung
selulosa dan pektin. Ada pula yang dinding selnya mengandung zat kapur (kalsiurn
karbonat), misalnya Corralina. Pigmen fotosintesis terdiri dari fikobiliprotein (R-
fikosianin dan R-fikoeritrin), klorofil a dan d serta karotenoid (tetraxanthin).
Rhodophyta yang hidup di laut dengan kedalarnan sedang berwarna merah cerah.
Rhodophyta yang hidup di laut dangkal berwarna merah kehijauan karena fikoeritrin
17
yang menutupi klorofil berjumlah lebih sedikit. Rhodophyta menyimpan cadangan
makanan dalam bentuk tepung florid (bahan agar-agar). Bersifat autotrof dan
heterotrik, hidup dalam air laut, hidupnya sebagai bentos, melekat pada suatu
substrat dengan benang-benang pelekat atau cakram pelekat. Reproduksi secara
aseksual dengan fragmentasi dan pembentukan aplanospora (spora diam) yang tidak
berflagela. Reproduksi secara seksual dengan peleburan sperma dan ovum yang
menghasilkan zigot. Baik spora maupun gametnya tidak mempunyai bulu cambuk,
jadi tidak dapat bergerak aktif.

2.2.3 Jenis-jenis Rhodophyta


1. Acanthophora muscoides (Linnaeus) Bory

Acanthophora muscoides merupakan thallus silindris, berduri tumpul


seperti bulatan lonjong merapat yang terdapat di hampir seluruh permukaan thalli.
Percabangan tidak teratur, gembal merimbun di bagian atas rumpun, warna coklat
tua. Tinggi rumpun dapat dapat mencapai sekitar 15 cm. Tumbuh melekat pada
batu di daerah rataan terumbu, biasanya di tempat yang selalu tergenang air dan
sering terkena ombak langsung.

Gambar 2.12 Acanthophora muscoides

2. Amphiroa rigida J. V. Lamoroux

Alge tumbuh tegak, membentuk koloni, warna merah, alat pelekat


berupa cakram kecil, tinggi kurang dari 10 cm. Thalli agak pipih, seperti pita

18
tipis, lebar sekitar 1 mm. Percabangan dikhotom, kadang pada bagian simpul
cabang agak melebar.

Gambar 2.13 Amphiroa rigida

3. Eucheuma denticulatum

Eucheuma spinosum (linnaeus) J. Agardh merupakan thallus silindris,


permukaan licin, cartilaginaeus, warna coklat tua, hijau-coklat, hijau kuning atau
merah-ungu. Ciri khusus secara morfologis, jenis ini memiliki duri-duri yang
tumbuh berderet meling. Alga ini tumbuh tersebar di perairan Indonesia pada
tempat-tempat yang sesuai dengan persyaratan tumbuhnya, antara lain substrat
batu, air jernih, ada arus atau terkena gerakan air lainnya, kadar garam antara 28-
36% dan cukup sinar matahari.

Gambar 2.14 Eucheuma denticulatum

19
4. Gelidium latifolium

Daerah tanaman tumbuh dalam substrat karang, ombak besar, daerah


intertidal, mempunyai stolon, thallus sangat liat. Mempunyai kadar agarose,
kolesterol, vitamin B12 (Gelidium capillaceum), penghasil asam amino, asam
aspartat, dll.

Gambar 2.15 Gelidium latifolium

5. Gracilaria verrucosa

Thalli silindris, licin, berwarna kuning-coklat atau kuning hijau.


Percabangan berselang seling tidak beraturan, kadang-kadang berulang-ulang
memusat ke bagian pangkal. Cabang-cabang lateral memanjang menyerupai
rambut, ukuran panjang sekitar 250 mm. Di alam terdapat menempel pada
substrat batu atau benda. lainnya. Alga jenis ini sekarang merupakan tanaman
budidaya di tambak yang banyak dijumpai di daerah Takalar, Sulawesi Selatan.
Sebagai bahan baku pabrik agar-agar di dalam negeri dan juga merupakan
komoditas ekspor. Sudah dibudidayakan di tambak. Mengandung bahan untuk
agar. Untuk Ekspor ke Jepang. Budidaya rumput laut untuk pembuatan agar.
Potensi ekonomi 1 ha = 5 ton

20
Gambar 2.16 Gracilaria verrucosa

6. Jania adherens

Alge tumbuh tegak, rimbun, menempel pada substrat dengan sejenis cakram
perekat, memiliki variasi warna kehijauan, coklat, kemerahan dan kekuningan,
tinggi bisa mencapai 30-40 cm. Keseluruhan thalli silindris, sumbu utama bisa
mencapai diameter 10-15 mm. Hidup dizona pasang surut hingga ke zona
subtidal. Selalu menempel pada batu karang atau substrat padat lainnya. Biasanya
menghuni perairan yang relatif tenang (seperti teluk atau selat yang terlindung).
Alge ini dipakai sebagai sumber fikokoloid karaginan yang selanjutnya dipakai
oleh berbagai industri makanan, farmasi, kosmetik dan lainnya. Masyarakat
memakainya untuk dibuat jeli tradisional dan makanan. Potensi: Memiliki nilai
ekonomi tinggi

Gambar 2.17 Jania adherens

21
7. Porphyglossum zolingerii

Hidup di zona supra tidal (zona pasang surut bagian atas) dimana selalu
basah oleh pukulan ombak. Dipanen oleh masyarakat Indonesia untuk
dikonsumsi sebagai sayur yang dimasak. Potensi. Selama ini masih
memanfaatkan panen alam, belum dilakukan budidaya.

Gambar 2.18 Porphyglossum zolingerii

8. Laurencia obtusa

Thallus silindris, cartilaginous, diameter sekitar 1-2 mm dan panjang thallus


dapat mencapai 20 cm. Percabangan bersebelah-menyebelah (pinnate) dengan
ukuran percabangan berangsur-angsur memendek ke arah ujung sehingga
penampakkan rumpun seperti piramid. Tumbuh umumnya melekat pada batu dan
tersebar luas di darah terumbu karang. Pada tempat-tempat tertentu kadang-
kadang dapat dijumpai berlimpah sehingga mendominasi areal pertumbuhan alga
lainnya. Sebaran geografisnya adalah luas dan agak umum dijumpai. Belum
dimanfaatkan di Indonesia. Berpotensi sebagai bahan makanan, antibakteri dan
antibiotik.

Gambar 2.19 Laurencia obtusa

22
9. Kappaphycus cottonii

Alga tumbuh tegak, rimbun, melekat pada substrat dengan cakram perekat,
warna kemerahan, kecoklatan, kadang kehijauan, tinggi mencapai 20-25 cm.
Thalli silindris, sumbu utama bisa mencapai diameter 10-15 mm, thalli kaku dan
kuat. Banyak ditemukan di zona pasang surut yang selalu teren-dam hingga di
zona subtidal. Sering ditemukan sebagai koloni bahkan kadang mirip suatu
padang alge. Lebih menyukai perairan yang terlindung daripada perairan yang
terbuka dan berombak besar.

Gambar 2.20 Kappaphycus cottonii

10. Kappaphycus alvarezii

Alge tumbuh tegak, sangat rimbun membentuk rumpun yang padat, melekat
diatas batu karang dengan cakram perekat, tinggi sekitar 15 cm dan diameter
rumpun antara 20-30 cm, warna thalli meraah tua kadang kecoklatan. Banyak
hidup di zona pasang surut yang berdasar karang hingga ke zona subtidal. Sering
membentuk koloni yang luas. Hidup baik di perairan yang tenang maupun yang
agak bergelombang (semi terlindung). Hasil keringnya dijual sebagai bahan
industri ekstraksi fikokoloid.

23
Gambar 2.21 Kappaphycus alvarezii

11. Hypnea cervicornis

Thallus silindris, panjang-merumbai, ukuran diameter sekitar 1-2 mm,


berduri-duri halus. Percabangan tidak teratur, membentuk rumpun yang rimbun
sehingga tampak menggumpal. Warna kuning-pucat (krem) atau kuning hijau.
Tumbuh pada habitat pasir atau berbatu, dapat pula bersifat epifit dengan sebaran
tumbuh yang luas. Dimanfaatkan secara lokal sebagai bahan makanan (jajanan)
berupa agar-agar, atau dijual mentah dalam bentuk kering.

Gambar 2.22 Hypnea cervicornis

12. Hypnea asperi Bory

Thallus silindris, percabangan alternate, terdapat duri-duri cabang yang


pendek rnenyerupai taji atau tanduk. Rumpun rimbun dan berekspansi ke

24
berbagai arah. Ukuran thallus kecil, sekitar diameter 0,5 mm. Warna thallus hijau
kekuning-kuningan. Tumbuh umumnya melekat pada batu atau bersifat epifit
pada berbagai substrat. Alga jenis ini memiliki sebaran tumbuh yang luas dan
umum didapat di perairan Indonesia. Seperti hainya Hypnea jenis lain seperti H.
cervicornis, H. musciformis, H. chordarea (H. valentine), jenis ini pun umumnya
masih dimanfaatkan secara lokal di beberapa daerah pantai di Indonesia.

Gambar 2.23 Hypnea asperi Bory

13. Halymenia durvillaei

Thalli gepeng, licin, lunak fleksibel (gelatinous), warna merah tua atau
merah muda. Percabangan berselang seling tak teratur pada kedua sisi thallus.
Pada thallus bagian bawah biasanya rnelebar dan rnengecil ke bagian puncak.
Pinggir thallus bergerigi. Tumbuh melekat pada karang batu hidup atau mati di
daerah sisi luar rataan terumbu yang umumnya selalu terendam air dan terkena
ombak langsung. Antara lain terdapat di perairan Kepulauan Seribu (Laut Jawa)
dan Selat Sunda. Di negara lain seperti Fillpina berpotensi sebagai makanan dan
sumber karajinan.

Gambar 2.24 Halymenia durvillaei

25
14. Gracilaria salicornia

Thallus bulat, licin, berbuku-buku atau bersegmen-segmen. Membentuk


rumpun yang lebat berekspansi melebar (radial) dapat mencapai 25 cm. Ukuran
Thallus 1 - 1,5 cm, tinggi sekitar 15 cm. Tumbuh pada batu kerikil di daerah
rataan terumbu berpasir (tumbuh menempel pada batu dan pasir) di daerah pasang
surut. Sering terdampar di pantai karena tidak kuat menempel pada substrat atau
menempel pada substrat yang labil, mudah terhempas ombak. Belum banyak
dimanfaatkan tetapi di negara lain dimakan sebagai lalap/sayuran. Kandungan
koloid berupa agar, di samping komponen kimia lainnya. Mengandung bahan
untuk agar. Untuk Ekspor ke Jepang. Budidaya rumput laut untuk pembuatan
agar.

Gambar 2.25 Gracilaria salicornia

15. Gracilaria gigas

Thalli agak besar dibandingkan dengan G. verrucosa, silindris, agak kasar dan
kaku, warna hijau-kuning atau hijau. Ukuran thalli mencapai 30 cm dengan
diameter sekitar 0,5 - 2 mm. Percabangan cenderung memusat ke pangkal,
memanjang, berselang-seling. Sama halnya dengan G. verrucosa. Sudah
dibudidayakan di tambak Mengandung bahan untuk agar.

26
Gambar 2.26 Gracilaria gigas

2.2.4 Susunan Tubuh

Pada umumnya adalah multiseluler, tersusun filament yang bercabang-cabang


bebas satu sama lain atau saling menjalin didalam suatu matriks menyerupai atau
membentuk talus yang parenkimatik. Secara morfologi berbentuk lembaran silinder
yang sederhana dan melekat erat pada substrat yang keras atau batu karang. Tetapi
beberapa ada yang tersusun uniseluler misalnya Porphyridium. (Tim dosen UM,
2006)

2.2.5 Susunan Sel


1. Dinding sel

Komponen fibriller pada dinding sel adalah slulose, meskipun pada


gametofit Bangiales adalah xylon. Komponen non fibriler terdapat pada bagian
luar dinding sel. Kelompok paling besar dari komponen nonfibriler adalah agar
dan karagenan, keduanya adalah galakton yang mengandung sulfat.

2. Pigmentasi

Pada Rhodophyceae yang masih sederhana, kloroplas berbentuk bintang


dengan pirenoid di pusat, sedangkan yang sudah maju berbentuk cakram.
Mengandung klorofil a dan d, karetonoid dan fikobiliprotein.

27
3. Cadangan makanan

Cadangan makanan berupa tepung florida terdapat di luar plastisida. Pada


Rhodophyceae yang sederhana, butir tepung mengelompok sebagai lapisan di
sekitar pirenoid dari kloroplas, sedangkan pada Rhodophyceae yang sudah maju
butir tepung tersebar dalam sitoplasma

4. Mobilitas

Pada ganggang tidak dijumpai sel yang memiliki alat gerak. Sel gamet
jantan terbawa gerakan air menuju sel gamet betina.

2.2.6 Reproduksi Rhodophyta

Perkembangbiakan dapat secara aseksual, yaitu dengan pembentukan spora,


dapat pula secara seksual (oogami).

a. Reproduksi seksual
Ini terjadi melalui pembentukan dua anteridium pada ujung-ujung
cabang talus. Anteridium menghasilkan gamet jantan yang disebut
spermatium. Gametangium betina disebut karpogonium yang terdapat pada
ujung cabang lain. Karpogonium terdiri dari satu sel panjang. Bagian
karpogonium bawah membesar seperti botol, sedangkan bagian atasnya
membentuk gada atau benang dan dinamakan trikogen. Inti sel telur terdapat
di bagian bawah yang membesar seperti botol. Spermatium mencapai trikogen
karena terbawa air (pergerakan secara pasif). Spermatium kemudian melekat
pada trikogen. Setelah dinding perlekatan terlarut,seluruh protoplasma
spermatium masuk dalam karpogonium. Setelah terjadi pembuahan,
terbentuklah sumbat di bagian bawah. karpogonium. Sumbat itu memisahkan
karpogonium dan trikogen. Zigot hasil pembuahan akan membentuk benang-
benang sporogen. Dalam sel-sel di ujung benang sporogen itu, terbentuk spora
yang masing-masing memiliki satu inti dan satu plastida; spora
tersebutdinamakan karpospora. Karpospora akhirnya keluar dari sel-sel ujung
benangsporogen sebagai protoplasma telanjang berbulu cambuk. Karpospora
ini mula-mula berkecambah menjadi protalium yang akhirnya tumbuh menjadi
individu baru lengkap dengan alat-alat generatifnya.

28
b. Reproduksi aseksual
Ini terjadi dengan membentuk tetraspora. Tetraspora akan menjadi
gametangium jantan dan gametangium betina. Gametangium jantan dan betina
akan bersatu membentuk karposporofit. Karposporofit kemudian
menghasilkan tetraspora, Contoh anggota-anggota Rhodophyta antara lain:
Corrallina, Palmaira, Batrachospermum moniliforme, Gelidium, Gracilaria,
Eucheuma,dan Scicania furcellata.

2.2.7 Daur Hidup Rhodophyta

Pergantian keturunan, pada Rhodophyta yang tinggi tingkatannya terdiri dari 2


tipe, yaitu bifasik dan trifasik.

a. Tipe Bifasik

Pada tipe Bifasik inti zigot langsung mengadakan meiosis; hingga


menghasilkan karposporafit haploid yang tumbuh pada gametofitnya atau inti
zigot membelah mitosis hingga membentuk karposporangium yang intinya
diploid inti karposporangium mengadakan meiosis dan membentuk karpospora
yang haploid. Karposporofit berada pada gametofit.

b. Tipe Trifasik

Pada tipe Trifasik inti zigot hanya membelah mitosis, membentuk


karposporangium dengan karpospora yang diploid. Karposporofit terdapat pada
gametofit, karpospora yang diploid tumbuh menjadi tetrasporofit yang diploid
dan hidup bebas, tetrasporangium yang terbentuk intinya membelah meiosis dan
menghasilkan 4 spora yang haploid (tertraspora). Tetraspora tumbuh menjadi
gametofit. Gametofit dan tetrasporofit umumnya isomorfik. (Tim dosen UM,
2006).

2.2.8 Klasifikasi Rhodophyta

Menurut Smith , divisi Rodophyta hanya mempunyai satu kelas, yaitu


Rhodophyceae selanjutnya Rhodophyta dibagi dalam dua anak kelas, yaitu Bangieae
dan Florideae.

29
1. Anak kelas bangieaea (protofloroda)
Talus berbentuk benang, cakram atau pita dengan tidak ada percabangan
yang beraturan. Pembiakan vegetatif dengan monospora yang dapat
memperlihatkan gerakan ameboid. Anteridium menghasilkangamet jantan yang
disebut spermatium. Dalam golongan ini termasuk suku Bangiaceae, yang
membawahi antara lain ganggang tanah Porpyridium cruentumdan ganggang laut
Bangia artropurpurea.

2. Anak kelas floridae


Talus ada yang masih sederhana, tapi umumnya hampir selalu bercabang-
cabang dengan beraturan dan mempunyai beraneka ragam bentuk, seperti benang,
lembaran-lembaran. percabangannnya menyirip atau menggarpu. Tiap anteridium
menghasilkan satu gamet betina yang oleh karena tidak dapat bergerak tidak
dinamakan spermatozoid tetapi spermatium.Gametangium betina dinamakan
karpogonium, terdapat pada ujung-ijung cabang lain daripada cabang talus yang
mempunyai anteridium. Suatu karpogonium terdiri atas satu sel panjang, bagian
bawahnya membesar seperti botol, bagia atasnya berbentuk gada atau benang dan
dinamakan trikogen.
Zigot tidak mengalami waktu istirahat, melainkan dari bidang sampingnya
lalu membentuk sel-sel yang merupakan benang-benang sporogen.Dalam sel-sel
ujung benang itu terbentuk satu spora, masing-masing dengan satu inti dan satu
plastida dan dinamakan karpospora.Karpospora itu mula-mula berkecambah
menjadi suatu protalium yang akhirnya tumbuh menjadi individu baru dengan
alat-alat generatif. Peristiwa di atas terdapat antara lain pada Batrachospermum
moniliforme.

Pada warga Floridaea lainnya terdapat pergiliran antar 3 keturunan dalam


daur hidupnya yaitu :

 Gametofit yang haploid, yang mempunyai anteridium dan karpogonium.


 Karposporofit yang diploid, mengeluarkan karpospora diploid.
 Tetrasporofit, yang habitusnya menyerupai gametofit (keturunan
pertama), akan tetapi tidak mempunyai alat-alat seksual, melainkan

30
mempunyai sporangium yang masing-masing mengeluarkan 4 spora
(tetraspora).

Daur hidup yang memperlihatkan 3 keturunan itu antara lain terdapat pada
Callithamnion corymbosum. Gametofit dan tetrasporofit dapat isomorf, tetapi ada
pula yang tidak, misalnya Bonnemaisonia hamifera.

Florideae dibagi dalam sejumlah bangsa, diantaranya yaitu :

1. Bangsa Nemalionales, termasuk suku Helminthocladiacaeyang antara lain


mencakup Batrachospeermum moniliforme, Bonnemisonia humifera.
2. Bangsa Gelidiales, termasuk suku Gelidiaceae, misalnya Gelidium
cartilagineumdan Gelidium lichenoides, terkenal sebagai penghasil agar-agar.
3. Bangsa Gigartinales, kebanyakan terdiri atas ganggangang laut. Yang penting
ialah suku Gigartinaceaedengan dua warganya yang menghasilkan bahan yang
berguna, ialah Chondrus crispusdan Gigartina mamillosa, penghasil karagen
atau lumut islandia yang berguna sebagai bahan obat.
4. Bangsa Nemastomales, dari bangsa ini perlu disebut suku
Rhodophyllidaceaeyang salah satu warganya terknal sebagai penghasil agar-
agar, yaitu Euchema spinosum.Suku Sphaerococaceae, juga mempunyai
anggota-anggota yang merupakan penghasil agar-agar pula, diantaranya
Gracilaria lichenoidesdan berbagai jenis yang termasuk marga
Sphaerococcus.
5. Bangsa Ceramiales, dalam bangsa ini termasuk antara lain suku
Ceramiaceaedi dalamnya. Contoh, Callithamnion corymbosum.

2.2.9 Peranan Rhodophyta

Alga merah dapat menyediakan makanan dalam jumlah banyak bagi ikan dan
hewan lain yang hidup di laut. Jenis ini juga menjadi bahan makanan bagi manusia
misalnya Chondrus crispus (lumut Irlandia) dan beberapa genus Porphyra.
Chondrus crispus dan Gigortina mamilosa menghasilkan karagen yang
dimanfaatkan untuk penyamak kulit, bahan pembuat krem, dan obat pencuci rambut.
Alga merah lain seperti Gracilaria lichenoides, Euchema spinosum, Gelidium dan
Agardhiella dibudidayakan karena menghasilkan bahan serupa gelatin yang dikenal

31
sebagai agar-agar. Gel ini digunakan oleh para peneliti sebagai medium biakan
bakteri dan fase padat pada elektroforesis gel, untuk pengental dalam banyak
makanan, perekat tekstil, sebagai obat pencahar (laksatif), atau sebagai makanan
penutup.

Zat agar dan karaginan yang ditemukan pada dinding sel Rhodophyta
merupakan senyawa pembentuk gel, dan digunakan dalam produk makanan dan
penelitian ilmiah. Karagenan merupakan bahan penting dalam pasta gigi dan banyak
produk susu, seperti es krim dan cokelat susu. Agar memiliki banyak aplikasi ilmiah
dalam mikrobiologi, bioteknologi, dan kriminologi, dan juga digunakan dalam
kemasan daging kalengan. Salah satu yang paling populer makanan rumput laut
produk adalah rumput laut merah yang disebut nori (Porfiria), yang digunakan dalam
membungkus sushi dan masakan Jepang lainnya. Nori ditanam di pertanian rumput
laut komersial di pantai timur Amerika Utara dan di Asia.

32
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Alga hijau (Chlorophyta) dinamai berdasarkan kloroplasnya yang berwarna hijau.
Alga hijau / Chlorohyta adalah salah satu klas dari alga berdasarkan zat warna atau
pigmentasinya. Sel-sel alga hijau bersifat eukariotik (materi inti dibungkus oleh
membran inti). Rhodophyta berasal dari bahasa Yunani (Rhodos = merah). Jadi,
Rhodophyta adalah ganggang merah. Alga merah atau Rhodophyta adalah salah satu
devisi dari alga berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Warna merah pada
Rhodophyta disebabkan oleh adanya pigmen dominan fikobilin yang terdiri atas
fikoeritrin (merah) dan fikosianin (biru), serta pigmen lain yaitu klorofil a, klorofil d,
dan karoten.
Adapun ciri-ciri dari alga hijau ada antara lain reproduksi mempunyai stadia
berbuluk cambuk, seksual dan aseksual,mengandung khlorofil a dan b, beta, gamma
karoten dan santhofil,berwarna hijau persediaan (cadangan) makanan berupa kanji dan
lemak dalam dinding selnya terdapat selulosa, sylan dan mannan,memiliki
thilakoid,dalam plastiada terdapat pirenoid sebagai tempat penyimpanan produk hasil
sintesis,thalli satu sel, berbentuk pita, berupa membaran, tubulat, dan kantong atau
bentuk lain. Tubuh Rhodophyta pada umumnya multiseluler, Panjangnya antara 10 cm
sampai 1 meter dan berbentuk benang atau lembaran. Dinding selnya mengandung
selulosa dan pektin. Ada pula yang dinding selnya mengandung zat kapur (kalsiurn
karbonat), misalnya Corralina. Pigmen fotosintesis terdiri dari fikobiliprotein (R-
fikosianin dan R-fikoeritrin), klorofil a dan d serta karotenoid (tetraxanthin).
Rhodophyta yang hidup di laut dengan kedalarnan sedang berwarna merah cerah.
Perkembangbiakan pada chlorophyta dan rhodophyta terjadi dengan 2 cara yaitu
secara seksual dan aseksual.

33
DAFTAR PUSTAKA

Anonim a.2012.Alga.(Online),
(http://www.artikelbiologi.com/2012/10/ganggang-merah-atau-rhodophyta.html),
diakses 18 Februari 2018
Anonim b.2012.Protista Rhodophyta.(Online),
(http://www.ucmp.berkeley.edu/protista/rhodophyta.html), diakses 20 Februari 2018
Hasmin, Muhammad, 2012. Ciri-Ciri Jenis Ganggang Merah (Rhodophyta) Dan Manfaatnya
(https://www.scribd.com/doc/113573600/Ciri-Ciri-Jenis-Ganggang-Merah-
Rhodophyta-Dan-Manfaatnya), diakses 24 Februari 2018
Immer , Aidy , 2013. Makalah Alga Hijau.
(https://www.scribd.com/doc/146242380/Makalah-Alga- Hijau), diakses 24 Februari
2018
Kurniawati, Anis , 2012. Alga Merah (Rhodophyta)
(https://anesfk.wordpress.com/category/kenekaragaman-klasifikasi-tumbuhan-i/alga-
merah-rhodophyta/), diakses 24 Februari 2018
Martupa,nainggolan.2015.Rhodophyta.(Online),
(http://www.academia.edu/8787422/Rhodophyta_Bahan_Kuliah), diakses 18
Februari 2018

34

Vous aimerez peut-être aussi