Vous êtes sur la page 1sur 16

1

TITRASI VOLUMETRI

Analisa Volumetri (Analisis Titrimetri) adalah bagian dari analisa kuantitatif berdasarkan
penentuan volume suatu larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan teliti yang
bereaksi secara kuantitatif dengan larutan dari suatu zat yang akan dicari kadarnya.
Reaksi yang terjadi pada suatu titrasi :
aA + bB → rR
Penjelasan : Larutan titer B diteteskan melalui buret kedalam larutan A hingga A tepat bereaksi
membentuk produk R
Titran : Larutan zat baku (primer atau sekunder) yang diketahui dengan tepat kadarnya.
(Dalam contoh diatas adalah B)
Titrat : Larutan zat/senyawa yang akan ditentukan kadarnya. Misalnya, suatu asam atau basa
(Dalam contoh diatas adalah A)
Titik ekivalen (equivalent point) : saat dimana penambahan titran tepat ekivalen dengan analit.
Umumnya titik ekivalen sukar diamati karena tidak ada tanda-tanda yang dapat dilihat.
Titik akhir titrasi (end point) : saat dimana penambahan titran tepat menyebabkan terjadinya
perubahan warna indikator karena terjadi reaksi antara titran dengan indikator pada saat analit
tepat habis.
Suatu titrasi dianggap sempurna, jika letak titik akhir berhimpit dengan titik ekivalen.
Syarat reaksi volumetri :
1. Rekasi berjalan segera atau cukup cepat, waktunya singkat
2. Reaksi berjalan secara kuantitatif dan stoikiometri
3. Konsentrasi larutan titran harus diketahui dengan tepat
4. Titrat harus berekasi sempurna dengan titran dalam jumlah ekivalen
5. Titik ekivalen harus menunjukkan perubahan yang nyata dari sifat fisik maupun kimia
larutan tersebut
6. Bila nomor 5 tidak memungkinkan, Titik akhir harus ditunjukan memakai indikator
dengan perubahan warna yang jelas
Larutan baku primer didapat dengan cara melarutkan sejumlah tertentu zat baku primer
dalam volume tertentu dengan melewati penimbangan dan pengukuran yang teliti.
Syarat Baku primer :
1. Mudah didapat, dimurnikan, dikeringkan, dan tahan disimpan dalam keadaan murni
2. Tidak bereaksi dengan udara selama penimbangan dan penyimpanan, misalnya tidak
higroskopis, teroksidasi O2, atau tidak menyerap / bereaksi dengan CO2

1
3. Tidak boleh mengandung kotoran melebihi 0,1%
4. Mempunyai berat ekuivalen yang besar untuk memperkecil kesalahan menimbang
5. Mudah larut dalam pelarut yang digunakan
6. Reaksi dengan larutan standar harus berlangsung cepat dan sempurna
Larutan baku sekunder adalah larutan yang normalitasnya sudah diketahui dengan tepat.
Larutsn baku sekunder ini digunakan untuk mencari kadar analit. Untuk menghitung normalitas
baku sekunder dilakukan titrasi menggunakan larutan standar atau yang biasa disebut dengan
standarisasi / pembakuan.
Macam – macam cara titrasi
1. Titrasi langsung : larutan titran dimasukan kedalam buret, diteteskan secara teratur
kedalam erlemeyer yang berisi larutan analit dan indikator. Langsung terjadi reaksi
antara titran dan analit.
2. Titrasi tidak langsung : Larutan titran terdiri dua macam, titran I dan titran II. Titran I
dalam jumlah berlebih, langsung dimasukan kedalam erlemeyer dan bereaksi dengan
analit, tambahkan indikator, kelebihan (sisa) laritan titran I dititrasi dengan larutan
titran II lewat buret sampai terjadi perubahan warna indikator.
3. Titrasi blanko : dilakukan terpisah dari titrasi sesungguhnya, biasanya dilakukan setelah
titrasi sesungguhnya telah berlangsung. Dilakukan seperti titrasi sesungguhnya, hanya
tanpa analit. Titrasi blanko dilakukan untuk mencari kesalahan yang terjadi pada titrasi,
misalnya kotoran dari pereaksi, alat-alat dari gelas atau untuk menetahui larutan standar
yang berlebihan pada saat menentukan titik akhir.
Klasifikasi reaksi dalam volumetri
1. Reaksi netralisasi (Acidimetri, Alkalimetri)
2. Reaksi redoks (Permanganometri, Iodometri, Iodimetri, Iodatometri, Bromometri,
Bromatometri, Cerimetri)
3. Reaksi pengendapan (Gravimetri, Argentometri)
4. Reaksi pembentukan kompleks (Kompleksometri)
Macam – macam konsentrasi
1. Molaritas (M) adalah jumlah dalam mol zat terlarut dalam 1 liter larutan
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑚𝑜𝑙
M = 𝑀𝑅 𝑥 𝑉 = 𝑉

2. Berat Ekivalen (BE) adalah berat dari unsur atau senyawa tersebut, bila didalam suatu
reaksi mempunyai tenaga reaksi yang sama dengan

2
a. Pada acidimetri dan alkalimetri : berat analit dalam gram untuk bereaksi dengan
1 mol H+ atau 1 mol OH-
b. Pada reaksi redoks : berat analit dalam gram untuk bereaksi dengan 1 mol
elektron
c. Pengendapan atau pembentukan kompleks : berat analit dalam gram untuk
beraksi dengan 1 mol kation univalen, ½ mol kation divalen, dst.
𝑀𝑅
BE = 𝑛

3. Normalitas (N) adalah jumlah ekivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan
𝑔𝑟𝑎𝑚
N=
𝐵𝐸 𝑥 𝑉

Jika diturunkan,
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑔𝑟𝑎𝑚
N = 𝑀𝑅 = 𝑀𝑟 𝑥 𝑉 x n = M x n
𝑥𝑉
𝑛

4. Gram ekivalen adalah banyaknya gram zat terlarut yang harganya sama dengan berat
ekivalennya
5. Titer adalah ebrat per volume suatu zat uji (analit) yang ekivalen dengan 1 ml titran
(larutan standar)
T = N titran x BE analit
Jika diturunkan,
𝑀𝑅 𝑎𝑛𝑎𝑙𝑖𝑡
T = M titran x n x = M titran x MR analit
𝑛

6. Persen
- Persen bobot per bobot ( b/b) , menyatakan jumlah gram zat dalam 100 gram
larutan atau campuran,.
- Persen bobot per volume ( b/v) , menyatakan jumlah gram zat dalam 100 ml
larutan, sebagai pelarut dapat digunakan air atau pelarut lain.
- Persen volume per bobot, menyatakan jumlah ml zat dalam 100 gram larutan
- Persen volume per volume (v/v), menyatakan jumlah ml zat dalam 100 ml larutan
Pernyataan persen tanpa penjelasan lebih lanjut untuk campuran padat atau setengah
padat, yang dimaksud adalah b/b, untuk larutan dan suspensi suatu zat padat dalam
cairan yang dimaksud adalah b/v , untuk larutan cairan di dalam cairan yang dimak-sud
adalah v/v dan untuk larutan gas dalam cairan yang dimaksud adalah b/v.
Pengubahan konsentrasi larutan
Pengubahan konsentrasi larutan dapat dilakukan dengan penambahan pelarut (air) atau
penambahan zat terlarut, baik konsentrasi yang sama maupun berbeda. Jika zat terlarutnya

3
sama dapat digunakan N atau M. Jika zat terlarutnya tidak sama, harus menggunakan N dan
tidak boleh menggunakan M
V1 x N1 + V2 x N2 + ............ = Vn x Nn
Perhitungan kemurnian zat analit
Analit harus ditimbang dengan teliti, kemudian dilarutkan dalam pelarut yang cocok dalam
jumlah tertentu, setelah ditambahkan indikator, dititrasi dengan larutan titran sampai titik akhir.
Pada saat titik ekivalen tercapai, maka
jumlah mgrek titran = jumlah mrek analit
V x N titran = V x N analit
𝑚𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑎𝑛𝑎𝑙𝑖𝑡
Kadar analit = 𝑚𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 x 100%
𝑚𝑔𝑟𝑎𝑚
Jika diturunkan, dimana N = 𝐵𝐸 𝑥 𝑉
𝑉 𝑥 𝑁 𝑥 𝐵𝐸 𝑉 𝑥 𝑀 𝑥 𝑀𝑅
Kadar analit = 𝑚𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 x 100% = 𝑚𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 x 100%

Untuk titrasi langsung :


 Tanpa titrasi blanko : mgrek analit = mgrek titran
 Dengan titrasi blanko : mgrek analit = mgrek titran – mgrek blanko
Untuk titrasi tidak langsung :
 Tanpa titrasi blanko : mgrek analit = mgrek titran I – mgrek titran II
 Dengan titrasi blanko : mgrek analit = mgrek titran II blanko – mgrek titran II

4
Titrasi Asam Basa

Faktor Alkalimetri Acidimetri


Titran / Baku sekunder biasanya NaOH (basa kuat) H2SO4 encer atau HCl encer, HNO3
tidak digunakan  oksidator
Baku primer Biasanya : Zat bersifat basa. Contoh : Na2CO3,
Kalium Biftalat (KHC8H4O4) Na tetra borax
Asam oksalat dihidrat (H2C2O4.2H2O)
Analit Senyawa bersifat asam lemah. Contoh Basa atau garam yang bersifat basa.
: Acetosal, As. Salisilat, As. Oksalat Contoh : Na bicarbonat
Indikator Asam organik lemah, contoh : PP Basa organik lemah, contoh : metil
(fenolftalein) jingga, merah metil
Indikator asam : HIn ↔ H+ + In-
Dalam larutan asam, kelebihan ion H+ akan menggeser kesetimbangan ke arah kiri (bentuk molekul), sedangkan
dalam larutan basa, akan terjadi pengurangan ion H+ yang menyebabkan kesetimbangan akan bergeser ke arah kanan
(bentuk Ion)
Indikator basa : InOH ↔ In+ + OH-
Dalam larutan basa, efek ion sejenis (OH-) akan menggeser kesetimbangan kearah kiri (bentuk molekul), sedangkan
dalam larutan asam, Indikator akan mengalami ionisasi sehingga kesetimbangan akan bergeser ke arah kanan (bentuk
Ion)
Indikator anhidro-basa : In + H2O ↔ HIn+ + OH-
Reaksi reaksi antara basa kuat dan asam reaksi dibawah pH 7, titran  asam
lemah, TA diatas 7 kuat

Titrasi Bebas Air

Faktor Alkalimetri Acidimetri


Titran Natrium metoksida (CH3ONa) dalam Asam perklorat dalam pelarut asam
pelarut dimetilformamida asetat glasial
(HCON(CH3)3)
Baku primer Asam benzoat dalam pelarut Kalium biftalat dalam pelarut asam
dimetilformamida asetat glasial
Analit Asam lemah atau senyawa yang Senyawa bersifat basa lemah :
bersifat asam lemah

5
1. Senyawa asam halida, 1. garam organik dari logam
anhidrida asam, asm alkali, alkali tanah (Kalium
karboksilat, asam amino hidrogen ftalat, Na siklamat)
2. Senyawa barbiturat, xantin, 2. senyawa amina primer,
imida, fenol, pirol, sekunder, tersier
sulfonamida 3. garam halogenida dari basa-
basa organik
4. Senyawa nitrogen
heterosiklik, amonium
kuartener, garam alkali dari
asam anorganik lemah
Indikator Timol biru Kristal Violet
Prinsip Reaksi :
HB + HS ↔ [H2S+B-] ↔ H2S+ + B-
Tahap 1 : pengionan, produk : pasangan ion [H2S+B-]
Tahap 2 : pemisahan sempurna dari ion yang terjadi
HS + HS ↔ [H2S+S-] ↔ H2S+ + S-
HX + S ↔ HS + X-
H+X- + M+S- ↔ HS + M+X-

Titrasi Pembentukan Kompleks (Kompleksometri)

Faktor Kompleksometri
Titran Na EDTA (Natrium etilen diamin tetra asetat)
Baku primer CaCO3 dalam lingkungan asam klorida
CaCO3 + 2 HCl  CaCl2 + H2O + CO2
Analit Logam atau ion logam polivalen (bervalensi dua atau tiga)
Indikator Indikator logam. Contoh : Eriokrom black
M + Ind  Mind
Mind + EDTA  Medta + Ind
Reaksi Reaksi pembentukan kompleks titan : analit = 1:1
1. Logam Bervalensi dua
M2+ + Na2H2Y ↔ Na2(MY) + 2H+

6
2. Logam Bervaensi tiga
M3+ + Na2H2Y ↔ Na(MY) + Na+ + 2H+
Metode Titrasi 1. Titrasi Langsung
Analit : ion logam yang didapar pada pH tertentu
Reaksi : M2+ + Na2H2Y ↔ Na2(MY) + 2H+
M + Ind  Mind
Mind + EDTA  Medta + Ind
2. Titrasi Tidak Langsung
Analit : Ion logam membentuk endapan pada pH titrasi, pembentukan kompleks
lambat, indikator logam yang cocok tidak ada (Contoh : Zn2+ ; Mg2+)
Reaksi : M2+ + Na2H2Y ↔ Na2(MY) + 2H+
Na2H2Y (sisa) + X2+ (Indikator logam) ↔ Na2(XY) + 2H+
3. Titrasi Substitusi
Analit : Ion logam yang sukar bereaksi dengan indikator logam.
Contoh : Ca2+ dan Mg2+
Reaksi :
1. Sebelum titrasi sebagian ion Ca2+ bereaksi
Ca2+ + Na2MgY  Na2CaY + Mg2+
Mg2+ + HIn2-  MgIn- + H+
2. Sebelum titrasi dalam larutan terdapat Ca2+ dan Mg2+ serta MgIn-
Ca2+ + Na2H2Y  Na2CaY + 2H+
3. Pada titik akhir
Mg2+ + Na2H2Y  Na2MgY + 2H+
MgIn- + Na2H2Y  Na2MgY + HIn- + H+
(Merah) (Biru)

Titrasi Pengendapan (Argentometri)

Metode Mohr Metode Volhard Metode Fajans


Titran : larutan AgNO3 dalam Titran : NH4CNS dalam lingkungan Titran : larutan AgNO3 dalam
lingkungan netral atau sedikit basa asam (HNO3) lingkungan netral atau sedikit asam
Titrat : Garam halogenida yang larut Analit : perak atau garam perak, Titrat : Garam halogenida yang larut
dalam air garam-garam halogenida dalam air

7
Indikator : kromat (CrO42-) Indikator : Fe(NH4)(SO4)2 Indikator : absorbsi, mekanisme :
berubah warna karena absorbsi oleh
endapan
Metode : titrasi langsung Metode : Metode : Titrasi langsung
Analit (garam halogenida) + Indikator 1. Analit perak/ garamnya : Titrasi Garam klorida + perak nitrat,
kromat dititrasi dengan perak nitrat. langsung sebelum TA terjadi koloid perak
Ketika analit tepat habis bereaksi Analit (garam perak) + indikator klorida (AgCl), belum mengendap
dengan perak nitrat (terbentuk endapan kemudian dititrasi dengan amonium karena partikel menyerap ion Cl-
putih AgCl) , 1 tetes perak nitrat tiosianat. Ketika analit bereaksi pada permukaan dan ion Cl- menarik
berekasi dengan indikator kromat tepat habis, Amonium tiosianat pasangannya ion Na+ membentuk
membentuk endapan merah bereaksi dengan indikator AgCl.Cl-.Na+ yang saling tolak
membentuk endapan merah menolak. Ion klorid semakin lama
2. Analit garam halogenida : Titrasi berkurang, begitu pula muatannya
tidak langsung pada permukaan koloid, menjelang
Analit (garam halogenida) ditambah TA terjadi penggumpalan indikator
perak nitrat berlebih, kelebihan yang semula bebas akan diserap
perak nitrat dititrasi dengan oleh permukaan koloid AgCl dan
amonium tiosianat menggunakan membentuk endapan
indikator Fe aluin
Reaksi : contoh KCl Reaksi Reaksi
KCl + AgNO3 → AgCl (putih) + KNO3 1. Analit perak / garamnya AgCl.Ag+.NO3- (endapan putih)
2 AgNO3 + K2CrO4 → AgCrO4 AgNO3 + NH4CNS → AgCNS +HFI (larutan kuning) ↔
(merah) + 2 KNO3 (putih) + NH4NO3 AgCl.Ag+FI- (endapan merah muda)
3NH4CNS + Fe(NH4)(SO4)2 → + NO3- + H+
Fe(CNS)3 (merah) + 2(NH4)2SO4

2. Analit garam halogenida


KCl + AgNO3 berlebih → AgCl
(putih) + KNO3
sisa AgNO3 + NH4CNS → AgCNS
(putih) + NH4NO3
3NH4CNS + Fe(NH4)(SO4)2 →
Fe(CNS)3 (merah) + 2(NH4)2SO4

8
Pembakuan titran dengan NaCl Pembakuan titran Pembakuan titran dengan NaCl
(gravimetrik) 1. Perak nitrat : NaCl (gravitmetrik) (gravimetrik)
2. NH4CNS : AgNO3 yang baru
dibakukan

Titrasi Redoks

1. Iodometri

Iodimetri Iodometri Iodatometri


Titrasi langsung Titrasi langsung dan tidak langsung Titrasi langsung
Titran : I2 (oksidator) Titran : Na2S2O3 (reduktor) Titran : KIO3 (oksidator)
Titrat : Zat reduktor Titrat : Zat oksidator (titrasi Titrat : Zat reduktor
langsung), bisa juga zat reduktor
(titrasi tidak langsung)
Indikator : Amilum Indikator : Amilum Indikator : Amilum
Amilum + I2 →Iod-amilum (biru) Iod-amilum (biru) → Amilum + I2 Amilum + I2 → Iod-amilum (biru)
Indikator ditambahkan pada awal Indikator ditambahkan saat Indikator ditambahkan pada awal
reaksi, pada saat analit tepat habis, 1 menjelang TA, saat Iodium tepat reaksi, pada saat analit tepat habis, 1
tetes iodium bereaksi dengan bereaksi dengan natrium tiosulfat, tetes KIO3 bereaksi dengan amilum
amilum →biru ikatan Iodium-amilum lepas, warna → biru
biru menjadi tidak berwarna Bisa menggunakan kloroform, dari
ungu menjadi tidak berwarna
Reaksi ½ sel : I2 + 2e → 2I- Reaksi : Reaksi
1. I2 berlebih + analit (reduktor) → IO3- + 6H3+ + 6e → I- + 3H2O
analit habis + sisa I2 IO3- + 5I- + 6H+ → 3I2 + 3H2O
Sisa I2 + 2 Na2S2O3 → 2NaI +
Na2S4O6
2. KI (reduktor) berlebih + analit
(oksidator) → I2 (oksidator)
I2 + 2 Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6

9
2. Bromometri

Bromatometri Bromometri
Titrasi langsung Titrasi tidak langsung
Titran : KbrO3 (oksidator) Titran : Bromium (Br2)
1. Larutam bromium yang telah ditambah HCl
2. Dibuat dari Kalium bromat + asam klorida +
kalium bromida
KBrO3 + 6HCl + 5KBr  6KCl + 3H2O + 3Br2
Titrat : Zat reduktor. Lingkungan asam klorida (HCl) Titrat :
1. Reduktor
2. Zat yang mengadakan reaksi adisi atau
substitusi dengan Br2
Indikator : merah metil atau metil jingga Indikator : Suspensi Amilum
KBrO3 + 6HCl + 5KBr  6KCl + 3H2O + 3Br2 Iod-amilum (biru) → Amilum + I2
Br2 + mm/mj  tidak berwarna
Indikator bertindak sebagai indikator redoks Indikator ditambahkan warna menjadi biru
(irreversible) (membentuk kompleks Iod-amilum), saat Iodium tepat
bereaksi dengan natrium tiosulfat, ikatan Iodium-
amilum lepas, warna biru menjadi tidak berwarna
Reaksi : Reaksi :
KBrO3  KBr + 3O 1. Reduktor
BrO3- + 6H+ + 6e  Br- + 3H2O Br2 berlebih + analit (reduktor) → analit habis + sisa
BE KBrO3 = 1/6 Mr Br2
sisa Br2 + 2KI  2 KBr + I2
I2 + 2 Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6
2. Zat yang mengadakan reaksi adisi atau
substitusi dengan Br2
Terjadi adisi atau substitusi dengan Br2
sisa Br2 + 2KI  2 KBr + I2
I2 + 2 Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6
Pembakuan :
1. Dapat digunakan sebagai baku primer

10
2. Sebagai baku sekunder, dibakukan dengan Na
tiosulfat
2KBrO3 + 6KI + 8HCl  8HCl + 2KBr + 6H2O + I2
I2 + 2 Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6

3. Permanganometri

Faktor Permanganometri
Titran Kalium Permanganat (KMnO4 - oksidator) dalam lingkungan asam sulfat (jika HCl - reduktor,
akan berekasi menghasilkan Cl2, jika HNO3 keduanya oksidator, jika netral akan membentuk
endapan mangan dioksida yang berwarna coklat, MnO2)
Baku primer 1. Asam Oksalat dihidrat
2. Natrium Oksalat
3. Arsen Trioksida
Analit Zat yang bersifat reduktor
Indikator Autoindikator  tidak diperlukan indikator karena PK sudah berwarna
Perubahan warna saat TA : ungu  tidak berwarna
Reaksi Terjadi reaksi redoks antara oksidator (PK) dengan analit (reduktor)
KMnO4 + 3H2SO4  K2SO4 + 2MnSO4 + 3H2O + 5O
MnO4 + 8H+ + 5e  Mn2+ + 4H2O

4. Cerimetri

Faktor Cerimetri
Titran (Oksidator)
Serium (IV) Hidrogen Sulfat Ce(HSO4)4
Serium (IV) Ammonium Sulfat Ce(SO4)2.2(NH4)2SO4.2H2O
Serium (IV) Hidroksida Ce(OH)4
Serium Ammonium Nitrat
(suasana asam)
Dalam HClO4 1M E0 = 1,71 Volt
Dalam HNO3 1M E0 = 1,61 Volt
Dalam H2SO4 1M E0 = 1,44 Volt
Dalam HCl 1M E0 = 1,28 Volt

11
Baku primer Kecuali, dari seri ammonium nitrat, sifat larutan standar tidak memenuhi syarat sebagai baku
primer, larutan seri standar harus dibakukan dahulu dengan baku primer
• As2O3
• Besi tereduksi, Fe
• Ferro ammonium sulfat
• K2Fe(CN)6
• Ferro etilendiamin sulfat
• Asam oksalat
• Tiosulfat
Analit 1. Zat-zat reduktor, seperti nitrit, kupri, molybdnum, ferro, vitamin C
2. Zat-zat oksidator, seperti vitamin K
3. Polihidroksi/poli-ol, seperti gliserol, sorbitol, manitol, laktosa
Indikator Ferroin ( ferro o-fenantrolin ) E0 = 1,06 Volt
Perubahan warna : merah jingga → biru
untuk feroin, faktor koreksi tersebut adalah 0,02 ml per tetes indikator yang digunakan,
dikurangkan terhadap volume seri 0,1 N yang diperlukan (karena indikator juga akan
teroksidasi oleh larutan seri)
Reaksi Fe2+ → Fe3+ + e oksidasi
Ce4+ + e → Ce3+ reduksi
Fe2+ + Ce4+ → Fe3+ + Ce3+ redoks
Metode Titrasi 1. Langsung (zat reduktor)
2. Tidak Langsung
Analit (zat oksidator, polihidroksi/poli-ol) direaksikan dengan seri sulfat berlebih,
kemudian kelebihan seri sulfat dititrasi dengan larutan reduktor, seperti larutan ferro
ammonium sulfat

Titrasi Diazotasi (Nitrimetri)

Faktor Nitrimetri
Titran Natrium Nitrit (NaNO3) dalam lingkungan asam klorida encer (HCl)
Baku primer 1. Sulfanilamid
2. Asam Sulfanilat

12
Analit Suatu senyawa yang mempunyai gugus amin primer aromatis dan senyawa yang dapat diubah
menjadi amin aromatik primer (amin aromatik sekunder dan gugus nitro aromatik)
Contoh zat yang memiliki gugus amin aromatik primer: benzokain, sulfa
Contoh zat yang memiliki gugus amin aromatis sekunder: parasetamol, fenasetin
Contoh zat yang memiliki gugus nitroaromatik: kloramfenikol
Pembentukan senyawa nitrosamin dari amin alifatik sekunder
Contoh zat yang memiliki gugus amin alifatis sekunder: Na Siklamat
Pembentukan senyawa azida dari gugus hidrazida
Contoh zat yang memiliki gugus hidrazida: INH
Pemasukan gugus nitro
Indikator 1. Indikator dalam
Campuran tropeolin-OO dan metilen blue, dimasukkan bersama-sama dengan analit
2. Indikator luar
Campuran suspensi kanji dan KI, tidak dimasukkan bersama analit tapi dalam lempeng
porselen. TA dengan mencelupkan batang gelas (ujung runcing) dalam larutan titrasi,
digoreskan pada kertas kanji-iod diatas lempeng porselen.
Penentuan TA : warna biru seketika dan dapat ditunjukkan kebali setelah larutan
dibiarkan selama 1 menit
Reaksi Pembentukan garam diazonium
NaNO2 + HCl  NaCl + HNO2
KI + HCl  HI + KCl
HI + 2HNO2  I2 + 2NO + 2 H2O
I2 + amilum  iod-amilum

Prinsip Titrasi 1. Titrasi langsung


2. + KBr sebagai katalisator membentuk NOBr, sehingga mempercepat reaksi dengan
meniadakan bentuk keto, dan langsung membentuk enol. HNO2 yang terbentuk, agar
tidak mudah menguap.
3. Senyawa dibuat amin primer aromatis baru dititrasi

13
ANALISA KUANTITATIF

Perhitungan pH kurva titrasi asam lemah dan basa kuat


1. Sebelum Titrasi (awal keadaan)
HB + H2O ↔ H3O+ + B-
pada saat awal titrasi [H3O+] ≈ [B-] maka
[H3O+][B-] [H3O+]2
Ka = ≈ maka [H3O+] = √𝐾𝑎 𝑥 [𝐻𝐵]
[HB] [HB]

pH = - log [H3O+]
2. Penambahan Titran sebelum TE
HB + H2O ↔ H3O+ + B-
[H3O+][B-] 𝐾𝑎 𝑥 [𝐻𝐵]
Ka = maka [H3O+] =
[HB] [𝐵-]

pH = - log [H3O+]
[𝐵-]
atau menggunakan persamaan Henderson-Hasselbalch : pH = pKa + log [𝐻𝐵]

3. Pada saat TE
B- + H2O ↔ HB + OH-
Pada saat TE [HB] ≈ [OH-]
[HB][OH-] 𝐾𝑤
Kb = =
[B-] Ka

𝐾𝑤
[OH-]2 = x [B-]
Ka

𝐾𝑤
Maka [OH-] = √ Ka x [B-]  pOH = - log [OH-]

pH = 14 - pOH
4. Penambahan Titran setelah TE
B- + H2O ↔ HB + OH-
pOH = - log [OH-]
pH = 14 – pOH

14
Garam Ce(SO4)2.2H2O sebanyak 32,0 gram dilarutkan dalam 500 mL larutan. Berapa mg
FeSO4 yang akan bereaksi dengan 5,0 mL larutan titran? 20,0 mL sampel yang mengandung
FeSO4 (Besi (II) Sulfat) dititrasi hingga TA titrasi memerlukan 12,5 mL larutan seri, hitung
berapa kadar FeSO4 dalam % b/v ! Hitung %b/v berdasarkan kesetaraan Farmakope Indonesia
III (Tiap ml serium (IV) sulfat 0,1 N setara dengan 15,19 mg FeSO4)
Jawab : reaksi ½ sel Ce4+ + e → Ce3+
Fe2+ → Fe3+ + e
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑀𝑟 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑡
Titer = N titran x BE analit = 𝑀𝑟 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑡 x
𝑥 𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑛 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑡
𝑛 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑡

32 151,90
368,24 x = 0,17380 x 151,90 = 26,40022 mg / mL
𝑥 0,5 1
1

Saat 5,00 ml titran : 26,40022 mg/mL x 5 mL = 132,00110 mg

N titran = 0,17380 N, V titran saat TA = 12,5 mL, V analit = 20,0 mL


V titran x N titran = V analit x N analit
12,5 x 0,17380 = 20,0 x N analit
N analit = 0,10863 N = 0,10863 grek/L x 151,90 (BE) = 16,50090 g/L : 10
= 1,65009 g/100mL = 1,65009 % b/v

Atau dengan cara membandingkan titer dari Farmakope Indonesia


FI III Tiap ml serium (IV) sulfat 0,1 N setara dengan 15,19 mg / 0,01519 gram FeSO4
V titran x N titran x gram kesetaraan
= N kesetaraan

12,5 𝑥 0,17380 𝑥 0,01519


= 0,33000 g/ 20 mL = 1,65000 g/100 mL
0,1

= 1,65000 % b/v

15

Vous aimerez peut-être aussi