Vous êtes sur la page 1sur 9

AKUNTANSI PERBANKAN DAN LPD

SAP 4

AKUNTANSI PEMINJAMAN

NAMA KELOMPOK :

I KADEK DIKY AGUSNAWAN (1515351085/05)

HARDI HERMAWAN PRASETYA (1515351086/06)

MADE GEDE ARYA MAHA SUYASA (1515351102/19)


PROGRAM NON-REGULER

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2017/2018

Akuntansi Pinjaman yang Diterima

Sumber dana jangka panjang yang diterima oleh bank dalam neraca dicatat sebagai
pinjaman yang diterima. Pinjaman yang diterima adalah fasilitas pinjaman yang diterima dari bank
atau pihak lain termasuk dari Bank Indonesia, lembaga keuangan bukan bank, lembaga keuangan
luar negeri dan masyarakat umum baik dalam valuta rupiah ataupun valuta asing, dan harus dilunasi
bila jatuh tempo. Pengertian pinjaman diterima ini tidak termasuk pinjaman subordinasi. Jenis
pinjaman yang diterima umum berupa:

1. Pinjaman dari bank lain, yaitu pinjaman yang diperoleh dari bank lain.
2. Pinjaman dari luar negeri atau sering disebut Two Step Loan, yaitu pinjaman diterima yang
diperoleh melalui pemerintah RI (Departemen keuangan) dari lembaga keuangan
internasional.
3. Pinjaman Obligasi, adalah bukti hutang kepada investor (bondholder) yang dijamin oleh
lembaga penjamin efek, serta mengandung janji pembayaran bunga atau janji lainnya serta
pelunasan pokok pinjaman dilakukan pada tanggal jatuh tempo sekurang-kurangnya tiga
tahun sejak tanggal emisi.
4. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), yaitu pinjaman yang diterima dari Bank Indonesia
apabila Bank mengalami krisis likuiditas.
5. Pinjaman yang diterima dalam rangka pembiayaan bersama (sindikasi) satu atau beberapa
proyek.

A. Pencatatan Pinjaman Yang Diterima Dari Kreditor

Transaksi pinjaman yang di dahului dengan perjanjian antara pihak kreditor dengan debitur.
Perjanjian yang ditandatangani kedua belah pihak tak dapat dibatalkan secara sepihak bila semua
persyaratan telah dipenuhi. Perjanjian ini dalam akuntansi disebut komitmen. Sebagai komitmen
tagihan bank yang tak dapat dibatalkan, maka akan dicatat dalam rekening administrative rupiah sisi
debet dengan nama RAR fasilitas pinjaman diterima dan belum digunakan.

Pencatatan komitmen tagihan ini akan diikuti pencatatan realisasi pinjaman, bila pinjaman
tersebut benar-benar direalisasikan. Pinjaman yang direalisasikan dicatat sebesar nilai nominal yang
ditarik oleh bank selaku debitur. Tentu saja pengkreditan rekening pinjaman diterima harus diikuti
pengkreditan RAR fasilitas pinjaman diterima dan belum digunakan sebesar nilai realisasinya.

1. Pinjaman Yang Diterima Dari Bank Lain

Contoh:

1. Tgl 15 Juni 2016 Bank BRI telah menandatangani perjanjian kredit dengan Bank CIMB. Bank
BRI bertindak sebagai penerima kredit (Debitur) dan Bank CIMB bertindak sebagai pemberi
kredit (Kreditor). Nilai kredit yang disepakati Rp 1.000.000.000, suku bunga 12%pa. Jangka
waktu 3 tahun.
2. Tgl 1 Juli 2016 Bank BRI menarik kreditnya melalui Bank Indonesia senilai Rp. 500.000.000
dan langsung didebetkan ke rekening milik Bank BRI di Bank Indonesia Jakarta.
3. Tgl 5 Bank BRI menarik kredit lagi di Bank CIMB sebesar Rp 500.000.000 langsung didebetkan
ke rekening Giro Bank BRI di Bank CIMB.

Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)


15/6-2003 Dr. RAR Fas. Pinjaman yang diterima dan belum digunakan 1.000.000.000
1/7-2003 Cr.RAR. Fas. Pinjaman yang diterima dan belum digunakan 500.000.000
Jurnal Dr. Giro BI 500.000.000
Cr. Pinjaman yang diterima 500.000.000
5/7-2003 Cr. RAR. Pinjaman yang diterima dan belum digunakan 500.000.000
Jurnal Dr. Giro – Bank Bank Lain 500.000.000
Cr. Pinjaman yang diterima 500.000.000

2. Pinjaman Two Step Loan

1. Pinjaman diberikan oleh lender sendiri atau dalam bentuk konsorsium kepada Pemerintah RI

2. Pinjaman ditujukan kepada proyek-proyek yang bertujuan mengembangkan industri kecil dan
menengah yang menunjang perekonomian.

3. Pinjaman dapat berupa devisa, barang modal atau jasa/ tenaga ahli.
4. Pemerintah meneruskan pinjaman kepada Patricipating Financial Institution (PFI) yaitu bank-
bank dan LKBB dalam bentuk rupiah sehingga risiko selisih kurs yang terjadi menjadi tanggung
jawab pemerintah.

5. Suku bunga TSL ditentukan oleh pemerintah.

6. TSL berjangka waktu 15 – 20 tahun sehingga dapat diakui equity.

7. Perbandingan pembiayaan proyek antara dana TSL dengan dana dari PFI berkisar 80% : 20%
dari jumlah kredit.

8. Untuk tagihan TSL yang tidak ditarik (tidak dipergunakan), PFI wajib membayar kepada
pemerintah sejumlah biaya yang dibayar kepada lender oleh pemerintah sesuai dengan
perjanjian termasuk commitmen charge sejumlah persentase tertentu berkisar 0,75% per
tahun.

Jurnal yang diperlukan:

Tanggal/ ket Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)


Saat persetujuan Dr. RAR Pinjaman yang diterima dan belum digunakan

Saat realisasi Cr. RAR Pinjaman yang diterima dan belum digunakan
Dr. Giro BI
Cr. Pinjaman yang diterima-TSL

Saat penyesuaian Dr. Biaya Bunga


Bunga Cr. Biaya Bunga harus Dibayar

Saat pembayaran Cr. Biaya Bunga harus Dibayar


Bunga setelah Cr. Giro-BI
Penyesuaian

Bila bunga Dr. Biaya Bunga


Dibayar langsung Cr. Giro BI

Saat Pelunasan Dr. Pinjaman yang diterima


Pinjaman Cr. Giro BI
3. Pinjaman Obligasi

Obligasi merupakan instrumen untuk menciptakan hutang. Sumber dana berasal dari
obligasi merupakan alternatif bank dalam membiayai investasinya. Sebagai surat pengakuan hutang,
bank yang menerbitkan obligasi harus membayar bunga kepada pembeli obligasi. Pembayaran
bunga dapat dilakukan setiap periode tertentu secara tetap. Kewajiban ini akan diikuti pelunasan
obligasi pada saat jatuh tempo.

Pada penerbitan obligasi, bank harus mendapat ijin dari otoritas pasar modal. Disamping itu
peenrbit obligasi harus memenuhi perlindungan negatif dan perlindungan positif. Perlindungan
negative adalah persyaratan yang bersifat melarang emiten untuk melakukan tindakan yang
merugikan pemegang obligasi. Sedangkan persyaratan perlindungan positif adalah persyaratan yang
mewajibkan emiten melakukan tindakan yang menguntungkan pemegang obligasi.

Pencatatan pinjaman obligasi dilakukan ketika terjadi transaksi penjualan obligasi dan ketika
terjadi pelunasan bunga atau pokok obligasi. Untuk bisa mencatatnya perlu mengetahui harga jual
(kurs) obligasi yang terbentuk di pasar. Untuk menentukan harga obligasi bisa menggunakan formula
sebagai berikut:

A. Penentuan Harga Obligasi

Dalam menentukan harga obligasi, emiten harus memperhatikan mempertimbangkan


tingkat bunga (kupon) obligasi, jangka waktu atau jatuh tempo obligasi, dan keuntungan yang
diharapkan oleh investor atau sering disebut bond yield. Kupon obligasi akan menimbulkan biaya
bunga bagin emiten atau aliran kas keluar dan pokok obligasi juga akan dibayar kembali pada saat
jatuh tempo. Oleh karena itu harga obligasi pada dasarnya penjumlahan present value dari aliran
kas, biaya, biaya bunga ditambah present value dari nilai pokok obligasi pada saat jatuh tempo,
dengan yield yang disyaratkan. Biaya bunga obligasi dibayar setiap periode, sedangkan nilai pokok
obligasi akan dilunasi setiap akhir periode saat jatuh tempo (dengan asumsi non callable bond).
Rumus untuk menghitungnya adalah sebagai berikut:

𝑛
𝐶𝑖 𝑃𝑝
𝑃=∑ 𝑛
+
(1 + 𝑟) (1 + 𝑟)𝑛
𝑡=1

Keterangan:

P = Harga Obligasi atau Nilai sekarang Obligasi


n = Periode (jumlah tahun) sampai dengan jatuh tempo obligasi

Ci = Pembayaran bunga (kupon) obligasi setiap tahunnya

r = Tingkat diskonto atau bond yield

Pp = Nilai pokok atau principal obligasi

Rumus diatas digunakan bila penerimaan bunga (kupon) setiap tahun, sedangkan bila
penerimaannya setiap setengah tahun sekali maka rumusnya menjadi sebagai berikut:

𝑛
𝐶𝑖 /2 𝑃𝑝
𝑃=∑ 𝑛
+
(1 + 𝑟/2) (1 + 𝑟/2)2𝑛
𝑡=1

Penggunaan rumus tersebut kadang bagi orang tertentu memerlukan waktu yang lama, oleh
karena itu dengan bantuan table bunga untuk present value anuitas untuk biaya bunga dan present
value Rp1 untuk nilai pokok obligasi.

B. Contoh Transaksi Dan pencatatanya

Tanggal 2 Januari 2016 Bank Artamara menjual obligasi jangka panjang kepada PT. Jasa Raga
sebanyak 1000 lembar, nominal per lembar Rp. 1.000.000, jangka waktu 5 tahun. Bunga nominal
18 % per tahun dibayarkan dibelakang setiap tanggal 31 Desember. Tingkat Diskonto (yield) sebesar
16%.

Bunga obligasi Rp. 1.000.000 x 18 % = Rp 180.000. Bunga ini akan dibayarkan setiap tanggal
31 Desember selama lima tahun. Dengan demikian pembayaran bunga merupakan anuitas. Untuk
nilali tunai bunga dapat ditentukan dengan tabel nilai tunai untuk anuitas. Dengan tabel untuk suku
bunga 16%, n = 5 tahun diperoleh 3,433. Sedangkan harga tunai untuk pokok obligasi dapat
ditentukan dengan tabel nilai tunai untuk Rp1, n = 5 tahun dengan tingkat bunga 16% diperoleh nilai
tabel 0,519. Dengan demikian harga obligasi adalah :

Keterangan Jumlah (Rp)


Nilai Tunai Bunga = 180.000 x 3,433 x 1000 lembar 619.740.000
Nilai Tunai Pokok Obligasi = 1.000.000 x 0,519 x 1000 lembar 519.000.000
Harga Obligasi 1.138.740.000
Obligasi yang dijual akan dicatat sebesar harga nominal. Selisih harga jual (kurs) diatas harga
nominal dicatat sebagai agio atau premi, sedangkan selisih harga jual dibawah harga nominalnya
dicatat sebagai disagio atau diskonto. Obligasi yang dijual pada tanggal diantara tanggal pembayaran
bunga harus diperhitungkan bunga yang telah berjalan.Agio atau premi diamortisasi atau disagio
diakumulasi selama jangka waktu obligasi dengan membebankan pada biaya bunga. Secara
terdeskripsi, jurnal untuk transaksi diatas adalah:

Tanggal Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)


2/1-2003 Dr. Kas/Giro PT. Kadir Jaya 1.138.740.000
Cr. Agio Obligasi 138.740.000
Cr. Pinjaman Obligasi 1.000.000.000
31/12-2003 Dr. Biaya Bunga 180.000.000
Cr. Kas 180.000.000
Dr. Agio Obligasi 27.748.000
Cr. Biaya Bunga 27.748.000
(untuk amortisasi)

Penerimaan pembayaran dari pemegang obligasi dapat berupa tunai atau non tunai. Bila
dilakukan secara tunai maka mendebet kas, sedangkan bila dengan warkat atau bilyet giro/ cek bank
yang digunakan emiten, maka cukup mendebet rekening giro bondholder.Untuk mencatat setiap 31
Desember pada tahun-tahun berikutnya adalah sama dengan 31 Desember 2003, hanya saja pada
saat jatuh tempo obligasi harus dilunasi. Dengan demikian, jurnal pelunasan obligasi harus
ditampilkan dengan cara mendebet pinjaman obligasi dan mengkredit rekening kas/giro bondholder.

4. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)


BLBI merupakan fasilitas dari Bank Indonesia untuk menjaga kestabilan sistim pembayaran
dan sektor perbankan agar jangan terganggu karena ketidak seimbangan (mismatch) antara
penerimaan dan penarikan dana pada bank-bank, baik jangka pendek maupun panjang. Dalam
operasinya ada bebagai jenis fasilitas likuiditas bank sentral kepada sektor perbankan dengan
persyaratan yang berbeda, sesuai dengan sasaran maupun peruntukannya. Jenis failitas yang
beragam ini secara umum dapat dikatakan bahwa BLBI adalah fasilitas likuiditas BI yang diberikan
kepada bank-bank diluar kredit likuiditas Bank Indonesia atau KLBI.

5. Pinjaman Untuk Pembiayaan Bersama


Pinjaman untuk pembiayaan bersama dilakukan langsung dari bank pemberi dana kepada
penerima kredit. Tanggungjawab atas kredit yang diberikan tersebut dibagi atas dasar banyaknya
kredit yang telah diserahkan oleh masing-masing bank.
Contoh :
Bank CIMB hendak membiayai sebuah proyek besar senilai Rp. 300 milyar. Untuk
memenuhi kebutuhan dana ini telah tersedia dua buah bank lain yaitu bank ABC dan bank XYZ
dengan masing-masing sumbangan modal Rp. 100 milyar. Jadi besarnya dana pinjaman yang
diterima untuk tujuan pembiayaan bersama ini sebesar Rp. 200 milyar yang disediakan langsung
dalam rekening giro di masing-masing bank, sedangkan sisanya menjadi beban bank Omega.
Transaksi ini oleh bank Omega pusat dicatat dengan ayat jurnal sebagai berikut :
Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
Bank Lain-Giro ( Bank ABC ) 100.000.000.000
Bank Lain-Giro ( Bank XYZ ) 100.000.000.000
Pinjaman yang diterima-pembiayaan bersama 200.000.000.000
DAFTAR PUSTAKA

Taswan, Akuntansi Perbankan,UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2012

Vous aimerez peut-être aussi